Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat.
Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
masyarakat, dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat akan
mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera
sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau
kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan
nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bermutu, merata, dan
terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis, serta tersedianya pelayanan
kesehatan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah melainkan
mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat
(Suryandari, 2008).
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia yang
harus dilaksanakan negara. Pemerintah harus mampu memberikan perlakuan yang
sama kepada warganya dalam pelayanan kesehatan maupun pelayanan publik
lainnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, masyarakat dengan status
ekonomi lebih tinggi mempunyai askses terhadap pelayanan kesehatan lebih baik
dibandingkan dengan mereka dengan status ekonomi rendah (Susanto dan
Mubasysyir, 2006). Peningkatan pelayanan kesehatan diharapkan dapat
menghasilkan derajat kesehatan masyarakat lebih tinggi sehingga memungkinkan
masyarakat hidup lebih produktif, baik secara ekonomi maupun sosial sehingga
tercipta masyarakat sehat secara keseluruhan.
Pembangunan sosial ekonomi harus sejalan, karena dengan adanya
peningkatan kesehatan masyarakat saja tanpa adanya upaya memerangi
kemiskinan akan memperlambat penurunan angka kematian di masa mendatang
yang memang sangat erat hubungannya dengan bidang kesehatan tersebut. Aspek
ekonomi seperti pendapatan merupakan syarat utama untuk dapat menikmati
fasilitas kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan antara lain, tersedianya sarana

1
kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai, dan mutu makanan yang di
konsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan
memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang berkaitan (Rahmi, 2008).
Keadaan faktor sosial ekonomi juga berpengaruh dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia, seperti pendidikan, pekerjaan dan tingkat
pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga (Yulia, 2009). Tingkat pendidikan
memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan
masyarakat yang rendah membuat mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya
menjaga kesehatan dan sanitasi lingkungan perumahan dalam mencegah
terjangkitnya penyakit menular. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan,
menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular
(BPS, 2011). Jenjang pendidikan yang banyak ditamatkan di kecamatan ini adalah
pendidikan Sekolah Dasar/ sederajat berjumlah 3.784 orang, dan Sekolah
Menengah Pertama 1.245 orang.
Hal ini dapat dikatakan rendahnya tingkat pendidikan di kecamatan
tersebut, kemungkinan masyarakat banyak bekerja pada sektor informal, sehingga
pendapatan yang diperoleh rendah, dan dalam melengkapi kebutuhan akan
makanan lebih sehat yang dikonsumsi sehari-hari sangat jarang. Kebutuhan
anggota keluarga akan makanan berbeda-beda tergantung dari struktur umur.
Menurut Akmal (2001), distribusi kebutuhan pangan dalam keluarga tidak merata,
artinya setiap anggota keluarga tersebut mendapat jumlah makanan yang sesuai
dengan tingkat kebutuhannya, menurut umur dan keadaan fisiknya. Zat gizi yang
diperlukan oleh anak-anak dan anggota keluarga yang masih muda pada
umumnya lebih tinggi dari kebutuhan orang dewasa, tetapi kalau dinyatakan
dalam kuantum absolut, anak-anak tentu membutuhkan kuantum makanan yang
lebih kecil dibandingkan dengan kuantum makanan yang diperlukan oleh orang
dewasa (BPS, 2011).
Keadaan lingkungan merupakan hal yang perlu mendapat perhatian,
karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti peledakan
penduduk, penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah
penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan,

2
ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai, penggundulan hutan dan banyak
lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit (Taringan,
2004). Lingkungan yang bersih akan terbebas dari serangan penyakit, sehingga
bagi lingkungan yang bersih tersebut akan terhindar dari penyakit, dan tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
Pekerjaan seseorang juga merupakan suatu determinan risiko dan
determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta
merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja
(Widyastuti dalam Wulandari, 2009). Mereka yang bekerja pada sektor formal
akan memperoleh pendapatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan mereka
yang bekerja disektor informal. Besarnya pendapatan yang diterima akan
mempengaruhi pola konsumsi seseorang, karena mereka dapat membeli makanan
yang lebih sehat sehingga kesehatan mereka dapat terbebas dari penyakit.

1.2 Tujuan
a. Mengetahui Definisi ekonomi kesehatan
b. Mengetahui Teori ekonomi dan kesehatan.
c. Mengetahui hubungan ekonomi dengan kesehatan
d. Mengetahui evaluasi ekonomi dalam pelayanan kesehatan
.
1.3 Manfaat
a. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis
b. Sebagai bahan pengetahuan bagi para pembaca.
c. Sebagai materi bagi dosen,guru dan mahasiswa dalam mata pelajaran
ekonomi kesehatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Kesehatan


2.1.1 Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan. Sumber daya di alam
terbatas, sedang keinginan (wants) manusia tidak terbatas. Demikian juga jumlah
dokter, perawat, obat-obatan, tempat tidur kesehatan meningkat. Karena itu
sumber daya kesehatan harus digunakan dengan efisien dan berkeadilan
(equitable).(Murti,2011)
Ekonomi juga dipelajari pada berabgai tingkatan. Kita dapat mempelajari
kepututsan rumah tangga dan perusahaan, atau kita dapat mempelajari interaksi
rumah tangga dan perusahaan pada pasar barang dan jasa tertentu. Kita juga dapat
mempelajari operasi perekonomian sebagai suatu keseluruhan, yang hanyalah
merupakan jumlah dari segala kegiatan para pembuatan kepututsan ini pada
semua pasar yang ada. (N.G. Mankiw,2006)
Menurut Lubis (2009) secara garis besar teori ekonomi dapat dibagi atas dua
yaitu:
1. Micro Economics
Merupakan sesuatu yang spesifik dan merupakan sesuatu yang didefinisikan
sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian yang kecil
dari seluruh kegiatan perekonomian. Hal yang dianalisis adalah bagian dan sistem
ekonomi seperti: Perilaku konsumen, Supply, Demand, Elastisitas Supply dan
Demand, pasar dan sebagainya.
2.  Macro Economics
Merupakan sesuatu yang bersifat Agregat dan merupakan analisis atas seluruh
kegiatan perekonomian. Analisis bersifat global dan tidak memperhatikan
kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian.
Menganalisis kajian sektor-sektor kesehatan dan hubunganya dengan
pembangunan ekonomi. Yang termasuk didalamnya antara lain: Fiskal dan
moneter terhadap pembiayaan kesehatan, Kebijakan kesehatan dan lain-lain.

4
2.1.2 Ilmu Ekonomi
Ilmu Ekonomi menurut Samuelson (1995) adalah ilmu mengenai pilihan
yang mempelajari bagaimana orang memilih sumber daya produksi yang
langka/terbatas, untuk memperoduksi berbagai komoditi dan mendistribusikannya
keanggota masyarakat untuk dikomsumsi.Ilmu ekonomi merupakan ilmu
mengenai bagaimana individu atau masyarakat, dengan atau tanpa uang
menggunakan sumberdayayang terbatas dengan berbagai pilihan penggunaannya,
untuk keperluan konsumsi saat ini atau dimasa mendatang. Ilmu ini mengkaji
semua biaya dan manfaat dari perbaikan pola alokasi sumber daya yang ada.
Definisi ini tidak terbatas hanya pada kegiatan yang berkaitan dengan
manusia saja, akan tetapi dapat diterapkan pada semua kegiatan yang menghadapi
keterbatasan atau kelangkaan sumber daya sehingga pilihan harus ditentukan.
Oleh karena itu sering dijelaskan bahwa ekonomi adalah suatu ilmu mengenai
keterbatasan atau kelangkaan sumber daya dan penentuan pilihannya. Batasan
tersebut terlihat pada analisis untuk pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan sumber daya dan pilihannya. Bidang dari ilmu ekonomi ini disebut
dengan Positive economics.
Positive Economics vs Normative Economics
Positive economics merupakan bidang yang berkaitan dengan “Apa yang
terjadi”, atau “apa yang telah terjadi”, dan “Apa yang akan terjadi”. Positive
Ekonomi merupakan ilmu ekonomi yang bersifat deskriptif, mempelajari tentang
bagaimana komoditas diproduksi, didisitribusi, dikonsumsi dalam keterbatasan
sumber daya.Disamping itu ada lagi yang disebut dengan Normative
Economics, yaitu bidang ilmu ekonomi yang lebih banyak membicarakan tentang
“apa yang seharusnya terjadi”, bukan apa yang terjadi. Normative
economics selalu berkaitan dengan norma-norma atau standar yang harus
diterapkan, biasanya ketidaksesuaian mengenai hal-hal normatif akan sulit diatasi
dengan mempergunakan observasi empiris.
Normatif ekonomi merupakan ilmu ekonomi yang bersifat perspektif,
mempelajari bagaimana menentukan yang seharusnya. Misalnya hal mengenai
adanya pasar bebas bagi jasa pelayanan kesehatan merupakan hal yang berkaitan

5
dengan Normative economics, bila berhubungan dengan nilai kebebasan
konsumen untuk memilih. Sedangkan Positive economics bila berkaitan dengan
bagaimana perilaku pasar bebas dan bagaimana praktek sehari-hari.
Walaupun Positive Economics tidak menentukan bagaimana seharusnya
sesuatu dilaksanakan, akan tetapi bidang ini tetap penting bagi pembuatan
kebijaksanaan. Misalnya sebagai pedoman dalam memperkirakan akibat dari
berbagai tujuan dan kebijaksanaan yang telah dipilih.
Menurut UU kesehatan tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Mills dan Gillson
(1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai penerapan teori, konsep dan
teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan. Ekonomi kesehatan berhubungan
dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan
2. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya
5. Dampak upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada
individu dan masyarakat (Mills & Gillson, 1999)
Ilmu ekonomi kesehatan merupakan ilmu-ilmu sosial yang berarti tidak
bebas nilai, dan merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi seperti halnya
cabang lainnya seperti ilmu ekonomi lingkungan, welfares economics dan
sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan status kesehatan
akan terlihat pada gambar di bawah ini:

2.2 Ekonomi Kesehatan


Menurut Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan
sebagai penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan.
Ekonomi kesehatan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :

6
1. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehtan.
2. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan.
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan.
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya.
5. Dampak upaya pencegahan , pengobatan dan pemulihan kesehatan pada
individu dan masyarakat.
Menurut Kharman (1964) menjelaskan bahwa ekonomi kesehatan itu
merupakan aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi
kesehatan akan berkonsentrasi pada industri kesehatan. Ada 4 bidang yang
tercakup dalam ekonomi kesehatan yaitu :
1. Peraturan (regulation)
2. Perencanaan (planning)
3. Pemeliharaan kesehatan ( the health maintenance ) atau organisasi
4. Analisis Cost dan benefict
Pembahasan dalam ilmu ekonomi kesehatan mencakup costumer (dalam
hal ini pasien / pengguna pelayanan kesehtan) provider ( yang merupkan
profesional investor, yang terdiri dari publik maupun private), pemerintah
( government).
Ilmu ekonomi kesehatan berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan
pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan terutama yang
menyangkut penggunaan sumber daya yang terbatas. Dengan diterapkannya ilmu
ekonomi dalam bidang kesehtan, maka kegiatan yang akan di laksanakan harus
memenuhi kriteria efisiensi atau apakah kegitan tersebut bersifat Cost Efective.
Ada kalanya menerapkan ilmu ekonomi harus memenuhi kriteria interest-eficient,
sedangkan pada kesehatan adalah interest-individu.
PPEKI (1989), menyatakan bahwa ilmu ekonomi kesehatan adalah
penerapan ilmu ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Perubahan mendasar terjadi pada sektor kesehatan, ketikan sektor kesehatan
menghadapi kenyataan bahwa sumberdaya yang tersedia (khususnya dana)
semakin hari semakin jauh dari mencukupi. Keterbatasan tersebut mendorong

7
masuknya disiplin ilmu kesehatan dalam perencanaan, managemen dan evaluasi
sektoe kesehatan.
Terdapat banyak definisi ekonomi kesehatan. Salah satunya mendefinsikan
ekonomi kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari suplai dan demand sumber
daya pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan terhadap
populasi. Tentu saja definisi hanya merepresentasikan sebagian kecil topik yang
dipelajari dalam ekonomi kesehatan. Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena
terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi
kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Sebagai
contoh:
1. Kesehatan yang buruk seorang menyebabkan biaya bagi orang
tersebut karena menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup,
memperoleh penghasilan, atau bekerja dengan efektif. Kesehatan yang
lebih baik memungkinkan seorang untuk memenuhi hidup yang lebih
produktif.
2. Kesehatan yang buruk individu dapat memberikan dampak dan
ancaman bagi orang lain.
3. Seorang yang terinfeksi penyakit infeksi dapat menular ke orang lain.
Misalnya, AIDS
4. Kepala rumah tangga pencari nafkah yang tidak sehat atau sakit akan
menyebabkan penurunan pendapatan keluarga, makanan dan
perumahan yang buruk bagi keluarga
5. Anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga
yang sakit akan kehilangan waktu untuk mendapatkan penghasilan
dari pekerjaan
6. Pekerja yang memiliki kesehatan buruk akan mengalami menurunan
produktivitas
Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik akan memberikan manfaat bagi
individu dan masyarakat keseluruhan jika membawa kesehatan yang lebih baik.
Status kesehatan penduduk yang baik meningkatkan produktivitas, meningkatkan
pendapatan per kapita, meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara (Murti,2011).

8
2.3 Hubungan dan Keterkaitan ekonomi dengan kesehatan
Terdapat kaitan yang sangat siginifikan dan tidak dapat dipisahkan antara
ekonomi dan kesehatan. Bidang ekonomi akan mendukung keberhasilan
kesehatan, dalam hal ini menyediakan sarana dan prasarana yang mutlak
dibutuhkan bagi kemajuan bidang kesehatan. Apabila pendapatan baik negara
maupun keluarga meningkat karena keberhasilan pembangunan bidang ekonomi
maka akan dapat menyediakan dana yang cukup untuk membangun fasilitas
kesehatan serta meningkatkan kemampuan membeli pelayanan kesehatan.
Sebaliknya, keberhasilan pembangunan bidang kesehatan akan mendukung
keberhasilan ekonomi karena adanya kenaikan produktivitas penduduk. Seperti
diketahui, keberhasilan bidang kesehatan akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas penduduk itu
sendiri.
1. Taraf ekonomi tinggi, penyakit tidak menular
Sebaliknya, penyakit tidak menular terdapat banyak pada masyarakat
dengan status ekonomi sosial tinggi, sehingga berstatus gizi tinggi, keadaan
kesehatan lingkungan baik, penyakit menular rendah, angka kematian bayi
rendah, usia harapan hidup tinggi,sehingga penyakit usia lanjut yang tidak
menular menjadi tetap tinggi, demikianlah siklus penyakit tidak menular menjadi
lengkap.
Melihat bahwa penyakit selalu didapat pada berbagai taraf perkembangan
ekonomi masyarakat, yakni dari yang masih sedang berkembang sampai yang
telah maju, timbul pertanyaan, apakah ada manfaat dari suatu perkembangan
ekonomi dilihat dari segi kesehatan? Penyakit tampaknya selalu ada, hanya
polanya yang berbeda. Dengan kata lain, dapat pula dipertanyakan apakah ada
manfaat pemberantasan penyakit menular, apabila nantinya hanya akan diganti
saja oleh yang tidak menular.
Untuk dapat memahami keuntungan yang diperolah dari segala usaha
masyarakat yang ingin maju, perlu dikembalikan persoalannya pada populasi
masyarakat yang diserang penyakit tersebut. Pada penyakit menular, anak-anaklah

9
yang diserang, sedangkan pada penyakit tidak menular, kebanyakan adalah orang
yang sudah tua. Dengan demikian dapat difahami, behwa menurunkan kematian
diantara anak-anak merupakan suatu keuntungan, karena anak itu merupakan
investasi masyarakat yang tentunya diharapkan dapat hidup sampai dewasa dan
dapat mengembalikan investasi yang ditaruh padanya, atau bahkan dapat memberi
keuntungan pada masyarakatnya.
Bagi negara yang telah maju, dimana masyarakatnya dapat hidup lebih
lama, maka tentunya pengembalian investasi dapat terlaksana. Selain itu,
kesehatan merupakan pra-syarat utama bagi meningkatkan produktifitas
masyarakat. Bahwa pada akhirnya populasi yang tua ini menderita penyakit yang
bersifat tidak menular, tampaknya wajar saja. Namun hal ini masih pula dapat
dipertanyakan, apakah perubahan pada perilaku (lingkungan sosial) dapat
mencegah terjadinya ataupun mengurangi insidensinya. Sebagai contoh,
menghentikan merokok dapat mengurangi insidensinya carcinoma paru-paru di
antara populasi tua; olah raga dapat memelihara kebugaran jasmani manula.

2. Taraf ekonomi rendah, penyakit menular


Pola penyakit di Indonesia ini setara dengan negara-negara lain yang
berpenghasilan kurang lebih sama. Hal ini tampak jelas apabila ditelaah keadaan
penyakit di berbagai negara; ternyata bahwa, negara tergolong ‘miskin’ banyak
menderita penyakit menular, sedangkan negara yang tergolong ‘kaya’, banyak
menderita penyakit tidak menular. Keadaan seperti ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Negara / masyarakat miskin atau berstatus sosial ekonomi rendah, keadaan
gizinya rendah, pengetahuan tentang kesehatannyapun rendah, sehingga keadaan
kesehatan lingkungannya buruk dan status kesehatannya buruk. Didalam
masyarakat sedemikian akan mudah terjadi penularan penyakit, terutama anak-
anak yang merupakan golongan yang peka terhadap penyakit menular. Sebagai
akibatnya, banyak terjadi kematian anak, sehingga usia harapan hidup pendek.
Keadaan ini juga mendukung tingginya angka kelahiran, sehingga terdapat
populasi yang muda; jadi tergolong populasi dengan resiko tinggi terhadap

10
penyakit menular, sehingga penyakit menular terus-menerus terdapat, dengan
demikian siklus penyakit menular menjadi lengkap.

2.4 Evaluasi Ekonomi dalam Pelayanan Kesehatan


Lubis (2009) menyebutkan bahwa teknik evaluasi ekonomi mampu
menyediakan berbagai cara untuk menanggulangi masalah dengan menggunakan
berbagai pertimbangan pilihan masyarakat. Evaluasi ekonomi mempunyai
peranan penting dalam menanggulangi berbagai masalah manajemen,
penekanannya terletak pada penentuan bagaimana penyediaan pelayanan
kesehatan yang terbaik, bukan penentuan prioritas dalam investasi. Masalah
teknis yang selalu terjadi dalam evaluasi ekonomi adalah kurangnya informasi dan
satuan dari dampak pelayanan kesehatan. Masalah lain yang timbul adalah adanya
perbedaan pendapat mengenai teknik yang digunakan dan perbedaan tentang
strategi Primary Health Care (PHC).
Secara selektif, PHC dianggap pelayanan yang paling efektif dari segi
biaya dengan menggunakan teknik CBA. Langkah – langkah yang harus dilalui
dalam evaluasi ekonomi dalam pelayanan kesehatan adalah :
(1) identifikasi berbagai biaya dan berbagai konsekuensinya sehingga tidak
menimbulkan kesalahan dalam memperhitungkan kebutuhan kesehatan
masyarakat dan konsekuensinya;
(2) perhitungan biaya dan konsekuensi tersebut. Hal ini berkaitan dengan dampak
terhadap status kesehatan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Pendekatan yang biasa dipakai adalah penggunaan indikator kesehatan secara
umum, yaitu tahun penyesuaian hidup berkualitas (quality adjusted life years)
dan hari kehilangan hidup dalam keadaan sehat ( healthy days of life lost) dan
pemilihan unit of effect yang sesuai dengan luaran antara;
(3) penilaian dan pengukuran biaya tersebut serta konsekuensinya dengan konsep
opportunity cost dan teknik shadow pricing dan
(4) penyesuaian biaya dan konsekuensi untuk waktu yang berbeda, misalnya
program pencegahan yang memiliki dampak yang lama, hasilnya tidak dapat
dilihat langsung seperti program pengobatan penyakit. Untuk itu dilakukan

11
metode discounting dengan asumsi bahwa orang lebih menyukai manfaat
yang cepat diperoleh dari pada yang lama.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan
berdasarkan langkah tersebut adalah:
(1) jumlah sumber daya yang tersedia untuk diteliti;
(2) adanya suatu pilihan yang jelas dalam penggunaan sumber daya yang
akan dievaluasi;
(3) penggunaan teknologi yang cukup dikenal sebagai dasar dalam
menentukan pilihan;
(4) tersedianya waktu yang cukup untuk penelitian dan
(5) pengambil keputusan diharapkan dapat menerima hasil penelitian dan
tidak berubah – ubah fikiran.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
lmu ekonomi berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, terutama yang
menyangkut penggunaan sumber daya yang terbatas. Dengan diterapkannya
ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan, maka kegiatan yang akan dilaksanakan
harus memenuhi kriteria efisiensi, atau apakah kegiatan tersebut bersifat Cost
Efective.
Ekonomi positif mempelajari berbagai pelaku dan proses bekerjanya
aktivitas ekonomi, tanpa menggunakan suatu pandangan subjektif untuk
menyatakan bahwa sesuatu itu baik atau jelek dari sudut pandang ekonomi.
Sedangkan ekonomi negatif mempelajari perilaku ekonomi yang terjadi, dengan
mencoba memberikan penilaian baik atau buruk berdasarkan pertimbangan
subjektif.
Ruang lingkup ekonomi makro di bidang kesehatan yaitu menelaah sektor
ekonomi secara makro/menyeluruh (global) serta hubungannya secara timbal
balik dengan sektor lain, menganalisa pengaruh kebijakan dan implementasi
pembangunan sektor lain terhadap kesehatan. Dan ruang lingkup ekonomi mikro
di bidang kesehatan yaitu menelaah aspek produksi (supply) dan aspek konsumsi
(demand) pelayanan kesehatan.
Cir-ciri sector kesehatan yaitu kejadian penyakit tidak terduga, consumer
ignorance, sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak, eksternalitas, padat karya,
mix output, upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi, restriksi
berkompetisi
3.2 Saran
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami  mohon
kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan
kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tjiptoherijanto,Prijono dan Budhi Soesetyo (2008). Ekonomi Kesehatan, Rineka


Cipta. Jakarta
Tjiptoherijanto, prijono. (1994). Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
http://informasiana.com/pengertian-ekonomi-menurut-para-ahli/
http://www.slideshare.net/gustihartanti/peranan-ekonomi-kesehatan-
dalamperencanaan-kesehatan
http://www.fkm.ui.ac.id/content/pusat-kajian-ekonomi-dan-kebijakan-kesehatan
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2166080-ilmu-ekonomi-positif-
versus-ilmu/
http://hellomydaily.blogspot.co.id/2015/10/hubungan-antara-ekonomi-dan-
kesehatan.html

14

Anda mungkin juga menyukai