Anda di halaman 1dari 32

TATAP MUKA KE-3

KOMUNIKASI
DALAM ORGANISASI (PEMERINTAHAN)
Oleh : Drs. Tjahjo Suprajogo, MSi

Effective communication in the team is vital for organization. Effective communication


helps team build its solidity. The Solidity in team cooperation is very important needed to
accomplishment of organization goals.

A. URGENSITAS KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI


Manajemen merupakan serangkaian aktivitas untuk melakukan suatu pekerjaan melalui
orang lain secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Organisasi
adalah kerangka, struktur atau wadah orang-orang yang bekerjasama. Fungsi-fungsi
manajemen (Perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personil, pembimbingan, koordinasi,
pelaporan, penganggaran dan pengendalian) diarahkan untuk pencapaian tujuan organisasi
yang bersangkutan.
Organisasi sebagai wadah dari kumpulan orang-orang yang bekerja bersama-sama
dalam suatu tim menuntut teamwork yang baik. Salah satu komponen penting dalam
membangun sebuah teamwork yang baik adalah adanya komunikasi yang efektif dalam tim.
Komunikasi dapat memperkuat ataupun memperlemah bahkan menghancurkan sebuah tim.
Good communication can build up a team, bad one can break it
Kapan dan di mana pun orang bersama-sama, atau berada dalam kebersamaan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, itulah sebuah tim. Prioritas utama sebuah tim apapun adalah
untuk belajar berfungsi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga secara individu dan bersama-
sama, anggota tim itu dapat meraih sasaran yang tepat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang
dapat meraih kesuksesan tanpa bekerjasama dengan orang lain.
Dapat digambarkan secara skematik arti penting komunikasi dalam organisasi sebagai
berikut :
FUNCTIONS OF MANAGEMENT

ORGANIZATION
PLANNING
C
O ORGANIZING
M
M STAFFING
U
N GOALS
DIRECTING
I OF
TEAM
C ORGANIZA
A COORDINATING TION
T
I
REPORTING
O
ORGANIZATION
N
CONTROLLING

B. HAKEKAT DAN CIRI ORGANISASI SEBAGAI TIM


1
Tim adalah suatu kelompok yang memiliki keikatan dan intereaksi yang harmonis
memacu terjadinya perubahan pertumbuhan dan perkembangan pribadi maupun organisasi .
Keikatan dan interaksi yang harmonis tersebut muncul dalam wujud keterpaduan pola pikir
(way of thinking), pola emosi dan motivasi (way of feeling) dan pola tindak (way of action)
Prajudi Atmosodirdjo, 1989). Adanya keterpaduan pola pikir, pola emosi, motivasi dan persepsi
serta pola tindak memudahkan terjadinya titik temu berbagai keinginan dan minat (interest) ke
dalam tujuan bersama (common goal). Soliditas tim dalam bekerjasama adalah sangat penting
dibutuhkan dalam pencapaian sukses tujuan-tujuan organisasi.
Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu manusia perlu melaksanakan
kegiatan bersama secara efektif sehingga pekerjaan akan berjalan dengan efektif, oleh karena
itu diperlukan sebuah tim yang efektif (Adman, t.t).
Team (tim) atau TEAM, bukanlah sekedar kata, melainkan juga merupakan akronim
untuk suatu kebenaran yang dahsyat, yaitu Together Everyone Achieve More. Konsep dari tim
ini terbentuk dari kata yang sering kita dengar berulang kali, yaitu sinergi. Kata sinergi ini
berasal dari bahasa Yunani sunergos, ”sun” berarti bersama dan ”ergon” berarti bekerja. Sinergi
berarti interaksi dari dua individu atau lebih atau kekuatan yang memungkinkan kombinasi
tenaga mereka melebihi jumlah tenaga individu mereka.
Kerja tim adalah kemampuan untuk bekerja sama menuju satu visi yang sama,
kemampuan mengarahkan pencapaian individu ke arah sasaran organisasi. Itulah rangsangan
yang memungkinkan orang biasa mencapai hasil yang luar biasa.
Mengenai prinsip sinergi dapat kita lihat dalam kontes kuda penghela dalam kontes
kuda penghela di suatu pekan raya kota. Kuda juara dalam kontes tersebut mampu menghela
gerobak seberat 2.250 kilogram. Juara kedua sanggup menarik beban sebesar 2.000 kilogram.
Dalam teori, berarti kedua kuda tersebut secara bersama-sama harus mampu menggerakkan
maksimum 4.250 kilogram. Untuk uji coba teori tersebut, pemilik kedua kuda memadukan
kedua kuda dan membebaninya dengan gerobak. Semua orang yang melihat terperangah.
Kedua kuda tersebut mampu menarik beban seberat 6.000 kilogram, atau 1.750 kilogram lebih
berat dibanding jumlah upaya yang mampu mereka lakukan sendiri-sendiri. Sinergi dapat
dipakai untuk menyatukan tenaga individu, menutup keterbatasan individu, untuk
menggandakan upaya individu, supaya sasaran yang lebih banyak dan lebih besar dapat dicapai.
(Adman, t.t).

C. MEMBANGUN TIM EFEKTIF


Robert B. Maddux dalam bukunya Team Building mengatakan bahwa manfaat
membangun tim yang efektif adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya tim maka sasaran yang realistis ditentukan, dan dan dapat dicapai
secara optimal
2. Anggota tim dan pemimpin tim memiliki komitmen untuk saling mendukung satu sama
lain agar tim berhasil.
3. Anggota tim memahami prioritas anggota lainnya dan dapat saling membantu satu
sama lain
4. Komunikasi bersifat terbuka, diskusi cara kerja baru atau memperbaiki kinerja lebih
berjalan secara baik, karena anggota tim terdorong untuk lebih memikirkan
permasalahannya.
2
5. Pemecahan masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih memadai.
6. Umpan balik kinerja lebih memadai karena anggota tim mengetahui apa yang
diharapkan dan dapat membandingkan kinerja mereka terhadap sasaran tim.
7. Konflik diterima sebagai hal yang wajar, dan dianggap sebagai kesempatan untuk
menyelesaikan masalah. Melalui diskusi tersebut konflik bisa diselesaikan secara
maksimal.
8. Keseimbangan tercapainya produktivitas tim dengan pemenuhan kebutuhan pribadi.
9. Tim dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji atas kontribusi
pribadinya.
10. Anggota kelompok termotivasi untuk mengeluarkan ide-idenya dan mengujinya serta
menularkan dan mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
11. Anggota kelompok menyadari pentingnya disiplin sebagai kebiasaan kerja dan
menyesuaikan perilakunya untuk mencapai standar kelompok.
12. Anggota kelmpok lebih berprestasi dalam bekerjasama dengan tim dan tim lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak keuntungan bekerja dalam tim
dibandingkan dengan kerja individu, oleh karena itu sangat disarankan untuk bekerja dalam tim
agar hasilnya lebih maksimal.

D. KOMUNIKASI DALAM TIM


Untuk dapat membangun kerjasama dalam sebuah tim di dalam suatu organisasi,
diperlukan komunikasi antar anggotanya agar tujuan bersama dapat tercapai. Pernahkah kita
membayangkan apa yang terjadi dalam suatu tim apabila setiap anggota tim tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dengan anggota tim lainnya? Seberapa pun hebatnya kemampuan
individu dalam suatu tim, mereka tidak akan ada gunanya apabila tidak dapat berkomunikasi
antara yang satu dengan lainnya. Mereka hanya akan menjadi sebuah kelompok yang tidak
tahu ke mana arah yang akan dituju. Keahlian mereka akan menjadi sia-sia apabila mereka tidak
dapat mengkomunikasikannya dengan orang lain. Seperti yang telah dikatakan oleh William
Shakespeare :
”No man is lord of anything, though in and of him there be much
consisting, till he communicate his part to other.”

Komunikasi yang berlangsung antar manusia (Human Communication) di dalam


organisasi ataupun dalam konteks organisasi sering disebut sebagai Komunikasi Organisasi.
Organisasi merupakan satu wadah dimana berkumpul orang-orang yang bekerjasama
melakukan suatu aktivitas guna mencapai tujuan-tujuan tertentu, yang mana di dalam satu
definisi juga diartikan sebagai suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu
hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

Dari batasan tersebut diatas dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi
mensyaratkan :
1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua
individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti
pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.
3
2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang
komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Uraian diatas dapat dikemukakan 2 (Dua) macam arus komunikasi di dalam organisasi
sebagai berikut (Surdjana, 2005; 28) :
a. Komunikasi vertikal yaitu komunikasi antara atasan dan bawahannya.
b. Komunikasi horisontal yaitu komunikasi diantara individu-individu di dalam
organisasi.
Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat
tegas.  Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication,
mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi
tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang
yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. 
Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan
(job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures
and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2.  Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate)
mengirim pesan kepada atasannya.  Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini
adalah:
a) Penyampaian informasi tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang
tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3.  Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.  Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
a)  Memperbaiki koordinasi tugas
b)  Upaya pemecahan masalah
c)  Saling berbagi informasi
d)  Upaya pemecahan konflik
e)   Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
TATAP MUKA KE-4
KOMUNIKASI
DI DALAM ORGANISASI (PEMERINTAHAN)
Oleh : Drs. Tjahjo Suprajogo, MSi

4
Keberhasilan suatu organisasi dalam mewujudkan tercapainya tujuan organisasi secara
efesien dan efektif tergantung kepada berbagai macam faktor, salah satunya yang penting dan
strategis adalah komunikasi.
Komunikasi (Hubungan) antara pimpinan dengan bawahan (Staff) adalah masalah
komunikasi mengenai segala keputusan yang menyangkut karyawannya (Staff), dimana fihak
pimpinan pada satu fihak menentukan kebijakan yang terkait dengan kepentingan organisasi
dan di satu fihak yang lain, karyawan (Staff) mempunyai kepentingan yang berbeda dengan
fihak pertama (Pimpinan). Masalah komunikasi ini yang sering menimbulkan ketengangan
antara dua fihak yang saling berlainan kepentingannya, sehingga menimbulkan apa yang
disebut sebagai perselisihan atasan dan bawahan.

Pimpinan

Upward Downward
communication communication

Staf Staf

Horizontal
communication

Setiap hari di dalam organisasi berlangsung berbagai kegiatan yang dilakukan melalui
hubungan timbale balik (Komunikasi) diantara atasan dengan bawahan (Staff), antara bawahan
dengan atasan serta diantara orang-orang yang ada di dalam organisasi. Bentuk komunikasi
yang berlangsung dinyatakan dalam 2 (Dua) bentuk komunikasi yaitu (Sudjana, 2005; 28) :
1. Komunikasi yang bersifat lisan (Oral Communication)
2. Komunikasi yang bersifat tertulis (Written Communication)

Kelebihan dan kelemahan masing-masing bentuk komunikasi diatas adalah sebagai


berikut :
1. Komunikasi yang bersifat lisan (Oral Communication) :
1.1. Kelebihan :
1.1.1. Fihak berkomunikasi berhadap-hadapan muka secara langsung
sehingga dapat menilai tingkat penerimaan dan pengertian terhadap
orang yang diajak bicara;
5
1.1.2. Dapat langsung menanyakan apa yang belum difahami;
1.1.3. Dapat mengetahui secara pasti apa yang dimaksud oleh si penyampai
pesan;
1.1.4.

1.2. Kelemahan :
1.2.1. Pengamatan kata-kata yang diucapkan kadang-kadang kurang teliti
dibandingkan dengan pengamatan kata-kata yang tertulis;
1.2.2. Ruang lingkup darikomunikasi secara lisan itu terbatas dalam siatuasi
dan waktu tertentu;
1.2.3.

2. Komunikasi yang bersifat tertulis (Written Communication) :


Kelebihan :
2.1.1. Bahwa apa yang telah dilakukan itu didokumentasikan secara teliti
2.1.2. Pada umumnya individu-individu alan lebih mengerti secara jelas apa
yang tertulis daripada bila hanya mendengar
2.1.3. Segala yang tertulis atau tercetak dapat diulang
2.1.4. …………………………………
2.2. Kelemahan :
2.2.1. Pemeliharaan atau penyimpanan yang bersifat up to date
2.2.2. Usaha untuk secara cepat mendapatkan kembali dokumen itu jika
diperlukan di kemudian hari
2.2.3. Dapat pula menjadi sumber perselisihan karena sistem formalitas dan
legalitas (Prosedur pengaturan)
2.2.4. …………………………

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Dalam suatu organisasi, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan
melibatkan empat fungsi, yaitu:

1.  Fungsi informatif

6
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-
processing system).  Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang
didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara
lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai
perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.  Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.  Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti
dan sebagainya.

2.  Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi.  Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif ini, yaitu:

1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. 
Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada
lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya.  Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak
bergantung pada:
1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.

2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus


sebagai pribadi.

4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

2. Berkaitan dengan pesan atau message.  Pesan-pesan regulatif pada dasarnya


berorientasi pada kerja.  Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa
hasil sesuai dengan yang diharapkan.  Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang
lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.  Sebab pekerjaan

7
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih
besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat


dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.  Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan
organisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama
masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.  Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri
karyawan terhadap organisasi.

Memahami Komunikasi dalam Organisasi

Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita
tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan
tindak berbagi informasi dan gagasan.  Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi,
kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran
manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam
organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita
sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk
diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas
tersebut.

Gaya Komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku


antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set
of interpersonal behaviors that are used in a given situation).

Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai
untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. 
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim
(sender) dan harapan dari penerima (receiver).

Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sebagai berikut :

1. The Controlling style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan

8
tanggapan orang lain.  Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikator satu arah atau one-way communications.

Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan


perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. 
Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan.  Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan
balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.  Para
komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi
justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain
mematuhi pandangan-pandangannya.

Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’
gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain
apa yang dilakukannya.  The controlling style of communication ini sering dipakai untuk
mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya
dalam bentuk kritik.  Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau
tanggapan yang negatif pula.

2. The Equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan.  The equalitarian
style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal
secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).

Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.  Artinya,
setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana
yang rileks, santai dan informal.  Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap
anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini,


adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina
hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup
hubungan kerja.  The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam
organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya
dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. 
Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi
di antara para anggota dalam suatu organisasi.

3. The Structuring style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara


tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan
9
tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.  Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi
tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi
tersebut.

Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University,
menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur
Inisiasi atau Initiating Structure.  Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa
(initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-
pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

4. The Dynamic style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan
(action-oriented).  The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru
kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).

Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang
pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik.  Gaya komunikasi ini
cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun
dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup
untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5. The Relinguishing style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang
lain.

Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau
sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas,
berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau
pekerjaan yang dibebankannya.

6. The Withdrawal style

10
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi
dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang
dihadapi oleh orang-orang tersebut.

Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”.  Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan
diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari
berkomunikasi dengan orang lain.  Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam
konteks komunikasi organisasi.

Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian
style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal.  Sementara tiga gaya
komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis
untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi.  Dan dua gaya komunikasi terakhir:
controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi
yang bermanfaat

TATAP MUKA KE-5


KOMUNIKASI
DI DALAM ORGANISASI (PEMERINTAHAN)
Oleh : Drs. Tjahjo Suprajogo, MSi

11
Peran Manajer (Pimpinan) Dalam Komunikasi Organisasi

Sebagaimana telah diketahui dan diakui bahwa keberhasilan suatu organisasi dalam
mewujudkan tercapainya tujuan organisasi secara efesien dan efektif tergantung kepada
berbagai macam faktor, salah satunya yang penting dan strategis adalah komunikasi.
Manajer di dalam apapun organisasi adalah seseorang yang bekerja dengan dan melalui
orang lain, mengkoordinir aktifitas kerja mereka untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Peranan manajer dalam suatu organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan manajer
yaitu menjadi palang pintu atau menjadi salah satu ujung tombak dari keberhasilan dalam
berorganisasi. Untuk mengorganisir, mengerahkan dan menggerakkan sekelompok orang (Tim)
di dalam organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, manajer dituntut leadership
ability and skills yang dimilikinya yaitu kemampuan dan ketrampilan untuk mempengaruhi (to
influence), berkomunikasi (to communicate the message/idea to other people) dan mengambil
keputusan (make a decision).
Di dalam organisasi, seorang manajer (Pimpinan) setidaknya harus memiliki tiga
kemampuan khusus yakni :
 Kemampuan analitis (analytical skills), yakni kemampuan untuk menilai tingkat
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
 Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills), yaitu kemampuan
untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa
terhadap situasi.

 Kemampuan berkomunikasi (communication skills), yakni kemampuan untuk


menjelaskan kepada bawahan tentang kebijakan, keputusan, perencanaan
organisasi dan pengorganisasian sumberdaya dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.

Konflik Dalam Organisasi


Apabila dalam perjalanannya, komunikasi antara pimpinan dan bawahan tidak
berlangsung efektif, demikian juga diantara bawahan dengan bawahan dari beberapa bidang/
bagian yang selevel maka justru yang timbul adalah gesekan-gesekan hingga perselisihan
(Conflict).

Menurut Rahman Faisal mengutip pendapat Baden Eunson (Conflict Management,


2007, diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik di dalam organisasi :

a)    Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki, seperti antara manajemen
puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan
penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi

12
sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja
organisasi, manajemen kompensasi dan karir dan semacamnya.

b)   Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat
hirarki yang sama di dalam organisasi. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang
perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan
sumberdaya, dan sebagainya.

c)    Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas
berbeda. Contoh misalnya antara Divisi pemasaran membutuhkan produk yang
beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu
memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya
manusia yang ahli dan teknologi yang tepat. Antara bagian keuangan dan bagian
pelayanan, yang mana bagian pelayanan membutuhkan berbagai perlengkapan dan
peralatan untuk membuat pelayanan menjadi nyaman tetapi bagian keuangan
sangat keberatan mengingat anggaran keuangan yang terbatas.

d)   Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh
seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian
pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem
koordinasi yang tidak jelas.

Penyebab Konflik Di Dalam Organisasi


Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut:
1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas
2. Hambatan komunikasi
3. Tekanan waktu
4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
5. Pertikaian antar pribadi
6. Perbedaan status
7. Harapan yang tidak terwujud
8. Dan sebagainya

Pengelolaan Konflik Di Dalam Organisasi


Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :
 Disiplin : Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan
mencegah konflik. Setiap personil harus mengetahui dan memahami peraturan-
peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan
untuk memahaminya.
13
 Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan : Konflik dapat dikelola
dengan mendukung tim untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan
tahapan hidupnya.
 Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang
kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik
adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegiatan sehari-hari yang
akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
 Mendengarkan secara aktif : Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting
untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan setiap personil dalam
tim telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali
permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

Teknik Atau Keahlian Untuk Mengelola Konflik


Ada beberapa pendekatan dalam resolusi konflik yaitu tergantung pada :
1. Konflik itu sendiri
2. Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
3. Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
4. Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
5. Ketersediaan waktu dan tenaga
6. Keterbukaan fikiran dan sikap

TATAP MUKA KE-6


KOMUNIKASI DAN KOORDINASI
DI DALAM ORGANISASI (PEMERINTAHAN)
Oleh : Drs. Tjahjo Suprajogo, MSi

Kaitan Komunikasi dan Koordinasi

14
Sebagaimana bagan pada materi tatap muka ke-3 bahwa untuk merealisasikan
keseluruhan fungsi-fungsi manajemen yang ada di dalam organisasi guna pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan maka komunikasi adalah salah satu faktor terpenting yang sangat
menentukan kelancaran dan kesuksesan berjalannya fungsi-fungsi manajemen tersebut.
Demikian pula halnya dengan salah satu fungsi manajemen yaitu coordination. Koordinasi
diantara unit satu dengan lainnya, bagian satu dengan yang lain tidak akan berjalan tanpa
adanya komunikasi yang efektif diantara personil yang ada di dalam masing-masing unit
ataupun bagian.
Tujuan inti dari adanya komunikasi adalah titik temu ataupun kesamaan pola pandang
meskipun berlatar perbedaan kerangka fikir, budaya, pengetahuan, pengalaman dan
sebagainya diantara satu orang dengan yang lainnya. Di dalam kehidupan organisasi pun
demikian, komunikasi efektif sangat diperlukan dan sangat menentukan bagaimana diantara
satu unit ataupun bagian yang berbeda tugas, fungsi dan wewenangnya dapat saling
menyesuaikan dan menemukan titik temu dalam suatu kebersamaan untuk pencapaian tujuan
organisasi (common purpose).

Hierarki (Jenjang Organisasi)


Istilah jenjang organisasi merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris hierarchy,
level of management, ataupun scalar principle (Sutarto, 1980; 158).
Dimaksudkan jenjang organisasi (hierarki) adalah tata hubungan formal antara atasan
dan bawahan dan sebaliknya yang lahir akibat terbentuknya susunan organisasi dan posisi
tangga-tangga jabatan dalam organisasi melalui sejumlah tingkatan pertanggung jawaban yang
satu sama lain berhubungan erat dan jalin-menjalin (Sudjana, 2005; 37).

Terkait dengan susunan dari posisi tersebut, maka masing-masing unit organisasi sesuai
dengan eselonnya, mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu yang bertautan pada
jabatan yang dimaksud, yang tersalur melalui tangga-tangga hierarki.
Sumber-sumber dari wewenang dan tanggung jawab yang melekat pada unit organisasi,
pada umumnya atas ketentuan-ketentuan atau peraturan yang berlaku secara formal dalam
organisasi. Akan tetapi wewenang dan tanggung jawab didasarkan pula atas kemampuan dan
keahlian dari pimpinan serta anggota-anggota organisasi yang bersangkutan.
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam organisasi dan keharusan menegakkan
disiplin mengharuskan anggota-anggota organisasi untuk patuh pada pola hierarki yang ada.
Dalam suatu organisasi, hierarki berfungsi antara lain sebagai berikut :
1. Saluran pemberian perintah
2. Saluran komunikasi dari atas ke bawah
3. Saluran komunikasi dari bawah ke atas
4. Mengatur agar setiap keputusan dari tiap komponen organisasi keluar secara
teratur dan beruntun serta tidak saling bertentangan;
5. Untuk penelaahan bagi persoalan-persoalan yang sudah, sedang atau akan
diselesaikan;
6. Sebagai saluran pengendalian;
7. Sebagai saluran untuk penentuan batas-batas tanggung jawab;
8. Saluran pendelegasian wewenang
15
Keserasian koordinasi dan hierarki merupakan tugas yang harus tetap
diselenggarakan dan dibina oleh pimpinan staf sehingga segala pekerjaan staf dapat terjalin
secara sinkron, tidak ada pertentangan dan tidak melanggar prinsip adanya wewenang dan
tanggung jawab yang seimbang.

Hubungan Kerja dan Koordinasi


Hubungan kerja adalah merupakan bentuk komunikasi administrasi dalam bidang
Pemerintahan. Hubungan kerja adalah merupakan kewajiban bagi setiap instansi pemerintah
agar tugas-tugas Pemerintah dapat dilaksanakan tanpa adanya kesimpangsiuran (duplication),
tanpa tumpang tindih (overlapping) dan kekaburan (doubleurs) (Sudjana, 2005; p.33).
Hubungan kerja dapat dibagi atas :
a. Hubungan kerja intern
b. Hubungan kerja ekstern

A. Hubungan kerja intern dapat dibagi atas :


a.1. Hubungan kerja vertical
a.2. Hubungan kerja horizontal
a.3. Hubungan kerja diagonal
Hubungan kerja vertical ialah hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan dalam
suatu unit kerja. Misalnya : Direktur Jenderal dengan Direktur, Sekretaris Jenderal dengan
Kepala-kepala Biro, Bupati/Walikota (cq. Sekretaris Daerah) dengan Kepala-kepala Dinas dan
sebebaginya.
Hubungan kerja horizontal adalah hubungan kerja antara pejabat-pejabat atau
unit/bagian dalam tingkat (Level) sama dalam suatu organisasi. Misalnya Direktur Jenderal
dengan Sekretaris Jenderal, Sekretaris Jenderal dengan Inspektur Jenderal, diantara Kepala-
kepala Dinas, diantara kepala bagian dengan kepala bagian yang lain dan sebagainya.
Hubungan kerja diagonal adalah hubungan kerja antara pejabat-pejabat atau unit-unit
yang berbeda tingkatannya (Levelnya) dan berlainan tugas, fungsi dan kewenangannya tetapi
secara fungsional ada hubungannya. Misalnya Biro Kepegawaian pada Sekretariat Jenderal
dengan Kepala Bagian Kepegawaian pada Sekretaris Direktorat Jenderal dalam suatu
Departemen. Contoh dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Bagan Hubungan Kerja Diagonal

16
B. Hubungan kerja ekstern : ialah hubungan kerja antara satuan-satuan organisasi
(Departemen-departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen/Dinas-dinas) yang secara
fungsional mempunyai hubungan kerja di dalam pelaksanaan tugas Pemerintahan. Diantaranya
dapat dicontohkan sebagai berikut :
 Perencanaan anggaran diperlukan hubungan kerja oleh Departemen-departemen
dan LPND lainnya dengan Bappenas dan Departemen Keuangan c.q. Direktorat
Jenderal Anggaran;
 Kepegawaian, diperlukan hubungan kerja oleh instansi-instansi pemerintah dengan
Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) sekarang BKN;
 Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) PNS diperlukan hubungan kerja dengan instansi
pemerintah lainnya seperti Lembaga Administrasi Negara (LAN).
 Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Departemen dengan LPND seperti LIPI.
 Dan sebagainya.

Hubungan kerja eksternal dibagi atas 3 (tiga) pula yaitu :


b.1. Hubungan kerja vertical
b.2. Hubungan kerja horizontal
b.3. Hubungan kerja diagonal

Hubungan kerja horizontal adalah hubungan kerja antara satuan-satuan organisasi


(Departemen-departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen/Dinas-dinas) dalam tingkat
(Level) yang sama, yang mana secara fungsional mempunyai hubungan kerja di dalam
pelaksanaan tugas Pemerintahan. Contoh : Departemen Dalam Negeri (sekarang Kementerian
Dalam Negeri) dengan Departemen Pendidikan Nasional terkait urusan pendidikan kedinasan.
Hubungan kerja diagonal hubungan kerja antara satuan-satuan organisasi yang berbeda
tingkatannya (Levelnya) dan berlainan tugas, fungsi dan kewenangannya tetapi secara
fungsional ada hubungannya. Contoh : Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dengan
Departemen Pendidikan Nasional c.q. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti).

TATAP MUKA KE-7


KOMUNIKASI DAN KOORDINASI
DI DALAM ORGANISASI (PEMERINTAHAN)
Oleh : Drs. Tjahjo Suprajogo, MSi

Pengertian Koordinasi
Terdapat beberapa pengertian koordinasi yang telah dikemukakan pakar organisasi dan
manajemen, antara lain :

17
1. James D. Mooney :
“ the orderly arrangement of group effort, to provide unity of action in the pursuit of
a common purpose “ (Principles of Organization, 1947)
2. Leonard D. White :
“ Coordination is the adjustment of the parts to each other, and of the movement
and operation of parts in time so that each can make its maximum contribution to
the product of the whole “ (Introduction to the Study of Administration, 1957).
3. Tjahjo Suprajogo :
“ Koordinasi adalah suatu kesatuan tindakan bagaimana satu unit (Bagian) yang satu
dengan yang lainnya yang berbeda-beda tugas, fungsi dan wewenangnya untuk
menemukan cara pandang dan pola gerak yang sama dalam hubungan kebersamaan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan “ (Materi Kuliah :
Komunikasi dan Koordinasi Pemerintahan, IPDN, 2010)

Koordinasi adalah pengaturan tata hubungan dari usaha bersama untuk memperoleh
kesatuan tindakan dalam usaha pencapaian tujuan bersama pula (Sudjana, 2005; 35).
Koordinasi adalah suatu proses yang mengatur agar pembagian kerja dari berbagai orang atau
kelompok dapat tersusun menjadi suatu kebulatan yang terintegrasi dengan cara yang seefisien
mungkin.
Koordinasi diperlukan dalam pelaksanaan tugas kepemimpinan staf sebagai salah satu
alat untuk mencapai tujuan organisasi, untuk mengoreksi atu menguji kebaikan rencan atau
tindakan yang diambil oleh staf, antar staf atau antara staf dengan komponen lain yang
tersangkut atau akan tersangkut dalam pelaksanaan rencana yang telah disusun.
Koordinasi diperlukan tidak saja sebagai alat untuk menyusun dan menetapkan rencan
dan tindakan apa yang harus dijalankan dan bagaimana cara menjalankannya. Akan tetapi juga
untuk mengawasi agar tindakan tersebut benar-benar dijalankan dengan tepat.

Alasan Perlunya Koordinasi


Terdapat beberapa alasan mengapa diperlukan adanya koordinasi di dalam organisasi
antara lain adalah :
1. Bahwa kompleksitas kegiatan yang terdapat di dalam organisasi menuntut adanya
pembagian kerja (Division of Work) yang masing-masing memiliki tugas, fungsi, dan
wewenang yang berbeda. Agar tiap-tiap unit di dalam organisasi bisa secara
bersama-sama dan saling sinergi menuju pencapaian tujuan bersama maka perlu
koordinasi;
2. Bahwa tiap-tiap unit/bagian adalah memiliki peran penting masing-masing, agar
jangan sampai setiap unit/bagian bekerja sendiri-sendiri sehingga berdampak tidak
tercapainya pencapaian tujuan bersama;
3. Bahwa tiap-tiap unit/bagian adalah memiliki tugas, fungsi, dan wewenang yang
berbeda satu dengan yang lainnya tetapi memerlukan saling hubungan dan
membutuhkan antar unit/bagian yang berbeda tersebut;
4. …………………………………………..

Tujuan Koordinasi
18
Koordinasi ditujukan antara lain kepada :
a. Pencegahan konflik dan kontradiksi
b. Pencegahan persaingan yang tidak sehat
c. Pencegahan pemborosan
d. Pencegahan kekosongan ruang dan waktu
e. Pencegahan terjadinya perbedaan pendekatan dan pelaksanaan

Manfaat Adanya Koordinasi


Terdapat beberapa manfaat apabila di dalam organisasi telah dilakukan koordinasi,
antara lain sebagai berikut (Sutarto, 1980; 128) :
1. Dapat dihindarkan perasaan lepas satu sama lain antara satuan-satuan
organisasi atau antara para pejabat yang ada di dalam organisasi;
2. Dapat dihindarkan perasaan atau suatu pendapat bahwa satuan organisasinya atau
jabatannya merupakan yang paling penting;
3. Dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan antar satuan organisasi
atau antar pejabat;
4. Dapat dihindarkan timbulnya rebutan fasilitas;
5. Dapat dihindarkan terjadinya peristiwa waktu menunggu yang memakan waktu yang
lama;
6. Dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kekembaran pengerjaan terhadap
sesuatu aktivitas oleh satuan-satuan organisasi atau kekembaran pengerjaaan
terhadap tugas oleh para pejabat;
7. Dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pengerjaan terhadap suatu
aktivitas oleh satuan-satuan organisasi atau kekosongan pengerjaan terhadap tugas
oleh para pejabat;
8. Dapat ditumbuhkan kesadaran diantara para pejabat untuk saling bantu satu sama
lain terutama diantara pejabat yang ada di dalam satuan organisasi yang sama;
9. Dapat ditumbuhkan kesadaran diantara para pejabat untuk saling memberitahu
masalah yang dihadapi bersama sehingga dapat dihindarkan kemungkinan
terjadinya kebaikan bagi dirinya, kesalamatan bagi dirinya atas kerugian atau
kejatuhan sesama pejabat lainnya;
10. Dapat dijamin adanya kesatuan langkah antar para pejabat;
11. Dapat dijamin adanya kesatuan tindakan antar pejabat ;
12. Dapat dijamin kesatuan sikap antar pejabat;
13. Dapat dijamin adanya kesatuan kebijakan antar pejabat;

Indikator Terjadinya Kekosongan/Kurangnya Koordinasi


Terdapat beberapa indikator yang dapat menunjukkan gejala-gejala kekosongan atau
kurangnya koordinasi dalam suatu organisasi :
a. Petugas atau satuan-satuan organisasi bertengkar menuntut suatu bidang kerja atau
wewenang yang masing-masing menganggap termasuk di dalam ruang lingkup
tugasnya. Dalam hal ini sering lalu terjadi kekembaran dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan yang memboroskan tenaga, waktu dan sumber daya (material);

19
b. Petugas atau satuan-satuan organisasi saling melemparkan sesuatu tanggung jawab
kepada fihak lain karena masing-masing merasa bahwa sesuatu pekerjaan tidak
termasuk di dalam ruang lingkupnya. Pengingkaran tanggung jawab biasanya
mengakibatkan kekosongan tindakan yang semestinya dijalankan;
c. Pencapaian tujuan organisasi tidak berjalan secara lancer karena suasana organisasi
terasa serba kacau, para petugas nampak serba ragu dan pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan serba salah, saling berbenturan atau bahkan hasil pekerjaan yang satu
sering dihapuskan oleh pekerjaan yang lain tanpa disadari.

Gambaran pentingnya koordinasi diantara masing-masing unit/bagian yang berjalan dan


bekerja sendiri-sendiri dapat dinyatakan secara bagan sebagai berikut :

THE GOALS OF ORGANIZATION

S
P
E
C
I
A
L
I
Z
A
T
I
O
N

Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit

ORGANIZATION

Sumber : Catheryn S.Hudson, Organization and Management Theory and Practice, Washington, D.C., The American University
Press, 1957, p. 6 dengan sedikit modifikasi Tjahjo Suprajogo (2010)

Pencapaian tujuan secara keseluruhan organisasi dapat digambarkan sebagai berikut :

THE GOALS OF
ORGANIZATION

20

COMMUNICATION
COMMUNICATION ORGANIZATION COORDINATION
COORDINATION
Sumber : Catheryn S.Hudson, Organization and Management Theory and Practice, Washington, D.C., The American University
Press, 1957, p. 8, dengan sedikit modifikasi Tjahjo Suprajogo (2010)

Tata cara yang lazim dipergunakan oleh pimpinan untuk menjamin bahwa suatu rencana
dan tindakan telah terkoordinasi adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005; 36) :
1. Melakukan rapat dengan para pejabat terkait;
2. Melakukan briefing staf untuk memberitahukan kebijakan pimpinan kepada
staf, yang dalam waktu sesingkat mungkin harus diketahui dan mendapat
perumusan;
3. Rapat staf untuk mengadakan pengecekan terhadap kegiatan yang telah dan
sedang dilaksanakan oleh staf serta mengadakan integrasi dari pokok-pokok hasil
pekerjaan staf;
4. Mengumpulkan laporan-laporan mengenai pelaksanaan keputusan pimpinan
organisasi;
5. Mengadakan kunjungan serta inspeksi mengenai pelaksanaan keputusan
pimpinan organisasi serta memberikan petunjuk-petunjuk sesuai dengan pedoman
atau ketentuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan organisasi;
6. Pemeliharaan hubungan dalam berbagi bentuk demi meningkatnya
keserasian kerja dengan mengadakan pertemuan informal antara pejabat atupun
para staf;
7. Membuat edaran berantai kepada para pejabat yang diperlukan, demikian
pula kepada para staf (Sutarto, 1980; 134)
8. Menyebarkan kartu kepada para pejabat maupun staf yang diperlukan;
9. Mengangkat koordinator dari suatu kegiatan/pekerjaan;

21
10. Membuat buku pedoman organisasi, buku pedoman tata kerja dan buku
kumpulan peraturan;
11. Selalu berkoordinasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
berbagai media elektronik termasuk HP maupun internet;
12. Membuat tanda-tanda, simbol-simbol, kode, dan bahkan menyanyi bersama
13. …………………………………..

MACAM/JENIS-JENIS KOORDINASI
Secara teoritik koordinasi dapat ditinjau dari sisi lingkup dan arah jalurnya adalah
sebagai berikut (Sudjana, 2005; 39) :

a. Menurut Lingkupnya :
1. Koordinasi Intern yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit di dalam suatu
organisasi;
2. Koordinasi ekstern yaitu koordinasi antar pejabat dari berbagai organisasi atau antar
organisasi

b. Menurut Arahnya :
1. Koordinasi Horizontal yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit yang mempunyai
hierarki yang sama dalam suatu organisasi, dan antar pejabat dari organisasi-organisasi
yang sederajat atau antar organisasi yang setingkat;
2. Koordinasi Vertikal yaitu koordinasi antara pejabat-pejabat dan unit-unit tingkat bawah
oleh pejabat atasannya atau unit tingkat atsnya langsung, juga cabang-cabang suatu
organisasi oleh organisasi induknya;
3. Koordinasi Diagonal yaitu koordinasi antar pejabat atau unit yang berbeda fungsi dan
berbeda tingkatan hierarkinya;
4. Koordinasi Fungsional adalah koordinasi antar pejabat, antar unit atau antar organisasi
didasarkan atas kesamaan fungsi atau karena koordinatornya mempunyai fungsi
tertentu

c. Menurut Peraturan Pemerintah :


1. Koordinasi Fungsional yaitu antara dua atau lebih instansi yang mempunyai program
yang berkaitan erat;
2. Koordinasi Instansional, yaitu terhadap beberapa instansi yang menangani satu urusan
tertentu yang bersangkutan;
3. Koordinasi Territorial adalah terhadap dua atau lebih wilayah dengan program tertentu.

TATAP MUKA KE 9 DAN 10 :


MENCARI DAN MENDISKUSIKAN
CONTOH-CONTOH EMPIRIK PRAKTEK KOORDINASI PEMERINTAHAN DI LAPANGAN

PENYEBAB-PENYEBAB
KEBIJAKAN
a. Faktor kepemimpinan
b. Ego sektoral
c. Dan sebagainya 22
BERBAGAI MASALAH DAN
IMPLEMENTASI
KENDALA SERTA TANTANGAN
KOORDINASI PEMERINTAHAN

Intern organisasi Ekstern/antar organisasi


pemerintahan pemerintahan

TATAP MUKA KE 11

MACAM/JENIS-JENIS HUBUNGAN POLA KERJA DAN KOORDINASI


DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TATAP MUKA KE-12


PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN
YANG MENGATUR KOORDINASI ANTAR SUSUNAN PEMERINTAHAN
PERSPEKTIF NORMATIF DAN EMPIRIK

TATAP MUKA KE-13 (Lihat kaitannya dengan materi Tatap Muka Ke-6 dan Ke-7)

A. Prosedur Kerja, Sistem Kerja, Tata Kerja


1. Prosedur Kerja
Prosedur berkaitan dengan seri langkah yang bertahap dan satu sama lain yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Prosedur bersifat deskriptif karena membantu pelaksanaan

23
koordinasi dengan jalan menyediakan petunjuk untuk tindakan para karyawan pada situasi yang
berulang-ulang muncul.
Dipandang dari sudut ini, prosedur dianggap sebagai reaksi rutin atau yang diprogramkan
terhadap situasi-situasi problem yang bersifat umum dan terstruktur. Pada organisasi-organisasi
public dan bisnis tipe reaksi organisatoris yang demikian disebut “prosedur operasi standar” (Standar
Operating Prosedures=SOP)
Melalui prosedur demikian maka anggota organisasi memperoleh jaminan tertentu bahwa pihak
lain akan berperilaku dengan cara yang dapat diramalkan sehubungan dengan tanggapan jawaban
mereka.
Prosedur merupakan rangkaian tata kerja yang mencakup tehnik, peralatan, formulir dan
informasi yang diperlakukan. Prosedur dapat diciptakan untuk menjamin kerjasama antar unit di
dalam suatu organisasi maupun antara instansi dalam suatu proyek atau pelaksanaan tugas
pemerintahan tertentu.
Dengan diciptakannnya perosedur maka akan jelas bagi tiap pihak yang menjadi tugasnya, jangka
waktu penyelesaian serta arahan kegiatannya. Dengan bantuan suatu prosedur yang tepat maka tiap
pekerjaan dapat diselesaikan dengan cukup efesien. Kerjasama akan lebih menjadi produkif pula.
Efesiensi ini akan dapat dicapai karena prosedur yang dianggap tepat adalah prosedur yang telah
diciptakan melalui suatu analisis sehingga langkah langkahnya cukup sederhana, tidak terjadi
duplikasi, sehingga biaya juga dapat dihemat.

2. Sistem Kerja
Prosedur tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan system dan metoda, karena system
merupakan rangkaian dari prosedur-prosedur, dan prosedur merupakan rangkaian daripada metoda-
metoda. Sistem kearsipan dari suatu kantor umpanya akan terdiri dari prosedur-prosedur :
 Penciptaan naskah-naskah dan formulir-formulir,
 Pemilihan dan pemeriksaan (sortir) surat masuk dan keluar, serta pengelolaan naskah,
 Pencatatan dan penyampaian naskah/surat masuk dan keluar serta penyimpanan naskah dan
pertinggal naskah keluar,
 Pengelolaan naskah masuk dan pertinggal naskah keluar,
 Penelitian dan pemisahan arsip (retensi), nama yang harus tetap disimpan di lemari (file)
aktif/dinamis,
 Pemindahan arsip,
 Penghapusan arsip,

3. Tata Cara atau Metoda Kerja


Untuk Prosedur di atas perlu ada tata kerja atau metoda penanganan tertentu dan petugas
petugas tertentu yang bekerja secara terorganisasi agar tujuan system kearsipannya, penyajian dan
penyimpanan informasi dengan tepat dan cepat akan dilaksanakan.
Posedur pencatatan dan penyampaian naskah masuk kepada pengelola akan merupakan
rangkaian tata kerja atau metode metode sebagai berikut :
 Menerima naskah dari penarah dan pengindeks,
 Menyampaikan tiga lembar kartu kendali, dan memasang kertas kertas karbonya,
 Pegang naskah dengan tangan kiri,
 Tangan kanan siap dengan alat tulis bertinta hitam,
 Baca naskah,

24
 Tulis kode indeks pada kolo paling atas sebelah kiri pada kartu kendali, lalu coret huruf K bila
yang dicatat adalah surat masuk,
 Lalu tuliskan semua informasiseperti instruksi pada kolom0kolom kartu kendali,
 Tulisan harus rapi, jelas dengan kecepatan 5 menit untuk setiap kartu, atau setiap naskah,
 Setiap selesai serahkan kepada pengantar, naskah dan kartu lembaran pertama dan kedua,
 Lembaran ketiga simpan pada kotak file,

Metode berhubungan dengan cara/teknologi dengan apa aktivitas atau tugas tertentu
dilaksanakan. Metoda juga di pengaruhi oleh prosedur-prosedur yang menunjukkan langkah-langkah
sebagai bagian dari prosedur. Kita mengenal istilah metoda standar ialah sebuah metode atau cara
kerja yang telah direncanakan secara sistematis dan merupakan pola peilaku umum, yang diterima
oleh pihak manajemen sebagai upaya mencari efesiensi pelaksanaan tuhas.
Standarisasi dan spesialisasi kondisi-kondisi kerja dan metode melaksanaka suatu pekerjaan
sebagai cara untuk meningkatkan produktifitas.
Dewasa ini terlihat gejala bahwa penerapan metode yang di standarisasi telah beralih dari
deretan produksi hingga mencakup hampis semua aspek sesuau organisasi.

4. Mekanisme Hubungan Produser Kerja Sistem Kerja dan Tata Kerja


Prosedur kerja dengan tehnik-tehnik pelaksanaannya memerlukan ketegasan mengenai siapa
pelaksanaannya. Karena prosedur biasanya mempunyai tahapan-tahapan kerja, maka tiap tahapan
ini jelas siapa penanggung jawabnya. Demikian juga tentang keseluruhan prosedur harus ada yang
menjaga dan mempertaggung jawabkannya. Penanggung jawab keseluruhan prosedur ini akan
bergantung pada apa yang menjadi sasaran prosedurnya, dan penanggung jawab dari sasaran itu
adalah yang seharusnya bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedu. Bahkan yang menciptakan
prosedur tersebut. Dengan kata lain, dalam suatu organisasi, demikian juga dalam hubungannya
dengan keterlibatan bebarapa organisasi/instansi, maka pemegang suatu fungsi di bidang itulah yang
seharusnya menjadi penanggung jawab utaman. Ialah yang seharusnya mempunyai kewenangan
koordinasi atas nama pucuk pimpinannya atau atas nama organisasinya.
Sebagai contoh dapat digunakan bagaimana suatu produk produksi dapat diciptakan dan
dipasarkan. Memilih apa yang mau diproduksi tentunya juga harus didasarkan pada penelitian pasar,
atau kebutuhan konsumen, sehingga pemasarannya kelak tidak menghadapi kesulitan. Penanggung
jawab dari proses ini dalam pemimpin perusahaan yang bersangkutan.
Berdasakan proses tadi pemimpin perusahaan akan mencipakan rangkaian dari pada prosedur-
prosedur perencanaan, pemeriksaan kualitas, produksi, pemasaran, penyediaan bahan, penyediaan
pegawai dan penataan riwayat transaksinya serta pelayanan kantornya untuk mengadakan
komunikasi dan dan korespondensi. Keseluruhan prosedur ini dinamakan system perusahaan
produksi. Didalam setiap prosedur tadi (bagian dari sistem) akan di buat pula rangkaian tata kerja –
tata kerja atau metoda-metoda. Setiap tata kerja inilah yang akan menjadi tanggung jawab
pemegang fungsi. Dengan kata lain, penanggung jawab prosedurtertentu. Fungsi ini sekarang tinggal
dicairkan kelompok orang yang menanganinya yang dipimpin oleh seorang yang disebutpimpinan
kelompok atau manajer. Terciptalah kemudian unit-unti kerja tertentu dengan manajer-manajernya.
Misalnya ada unit produksi, dengan Kepala Bagian Pemasarannya. Unit produksi akan bertangung
jawab melaksanakan prosedur produksi dan tata kerja pemasaran. Unit peroduksi akan bergantung
jawab melaksanakan prosedur produksi dan tata kerja pemasaran. Demikian juga bagian tiap
prosedur dan tata kerja lainnya akan dibentuk unit-unitnya. Setelah unti-unti terbentuk, maka
tersusunlah organisasi perusahaan produksi dan pemasaran suatu barang tertentu.

25
Bila organisasi telah terbentuk dengan adanya pengisian tiap unit dengan orang orang yang
diperlukan, tinggalah tugas pemimpin harus perusahaan untuk mengerakkan orang orang
malaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur dan tata kerja yang telah ditetapkan, dengan
menyediakan semua fasilitasnya yang berupa sumber-sumber. Disamping itu pemimpin harus
menjaga agar tidak ada hambatan hambatan pada setiap unit melalui komunikasi dan saling tukar
informasi sehingga unit melalui komunikasi dan saling tukar informasi sehingga unti yang satu akan
menjunjung unti lainnya. Adanya kesatuan arah (memproduksi dan memasarkan barang untuk
memperoleh laba ), adanya keseimbangan dalam beban tugas, serta adanya waktu penyelesain yang
tepat dari setiap prosedur atau adanya “timing” yang serasi, menunjukan bahwa setiap kegiatan
organisasi itu terkoordinasikan. Koordinas antara fungsi atau antar unit di dalam organisasi inilah
yang harus dijaga dan diciptakan oleh setiap pemimpin organisasi.
Tugas setiap pemimpin unit (Kepala Bidang atau Kepala Bagian) adalah koordinasikan
pelaksanaan tata kerja- tata kerja dalam unitnya masing-masing. Pemimpin unit inilah yang akan
membagi pekerjaan hinga jelas pula siapa yang harus melakukan apa dan bagai mana hubunanya
dengan kerabat kerjanya , dengan jelas urutan dan keserasian waktunya , dengan memperhatika
pertimbangan tugas dalam mencapai sasaran unitnya .
Prosedur dan tata kerja bagi suatu proyek akan memperjelas unit–unit mana yang harus terlibat
dI dalam suatu organisasi atau organisasi-organisasi (instansi- instansi) mana yang perlu
bekerjasama.jadi suatu prosedur pada akhirnya akan menentukan struktur badan kerjasama antara
organisasi. Bagi suatu kerj sama antara instansi, pemegang kewenangan fungsional di bidang itulah
yang seharusnya menjadi coordinator.
Walaupun prosedur telah diciptakan dan Orang-orang atau organisasi-organisasi yang akan
malaksanakan nya telah ditetapkan, namun kesulitan dalam melaksanakan mungkin saja terjadi
kesulitan ini akan berbagi ragam penyebabnya. Dilihat dari segi teknis mungkin perencanaan dan
prosedur peleksanaanya yang kurang sempurna, atau mungkin pula monitoring dan pengawasannya
yang kurang tepat. Bukan tak mungkin pengorganisasiannya sendiri yang kurang matang. Dilihat dari
segi kemanusiaan, mungkin sifat dan sikap pelaksanaanya yang belum menunjang atau belum siap
melaksanakan apa-apa yang telah digariskan.

B. Pendekatan untuk memantapkan Koordinasi Pemerintahan


1. Meneruskan usaha-usaha yang telah dirintis oleh Lembaga Admistrasi Negara khususnya tentang
(1) perumusan tugas pokok pemerintahan baik ditingkat pusat maupun di tingkat Daerah (antar
susunan pemerintahan 22/1999 jo 32/2004)
(2) perumusan fungsi setiap kesatuan-kerja seluruh aparatur pemerintah termaksud.
2. Mengenai perumusan fungsi setiap kesatuan-kerja aparatur pemerintahan, hendaknya:
a) seluruh tugas pokok pemerintahan pada dasarnya harus terbagi habis, artinya ada hal yang
yang sewajarnya menjadi tugas pemerintah tidak ada yang marasa yang berkewajiban untuk
memenuhi kewajiban itu’
b) mengambarkan pelembagaan tugas pokok tersebut dalam kesatuan kerja, dimana fungsi-
fungsi kesatuan-kesatuan kerja yang lebih tinggi menjadi tugas pokok kesatuan kerja yang
lebih renah.
3. Dalam merumusan fungsi, hendaknya berpegang kepada prinsip fungsional; dalam arti :
a) Tidak ada satu pun fungsi yang tidak ada kesatuan organisasi yang melaksanakannya.
b) Tidak ada satu fungsi pun yang secara fungsional diurus oleh lebih dari satu instansi. Hal ini
mutlak diperlukan untuk menghilangkan atau paling sedikit mengurangi duplikasi atau
kekembaran yang menimbulkan kekaburan wewenang, kekacauan tanggung-jawab dan
kewajiban, serta sekaligus meningkatkan efisiensi.

26
c) Ada satu instansi pemerintah yang secara fungsionil bertanggungjawab atas salah satu aspek
dari kegiatan pemerintah baik dalam pelaksanaan tugas-tugas rutin maupun dalam
pelaksanaan tugas-tugas pembangunan.
d) Untuk setiap jenis program dan kegiatan, terdapat gambaran yang jelas, instansi mana yang
secara nasional bertanggungjawab atas suatu bidang tertentu, begitu juga untuk tingkat
regional dan tingkat local (antar susunan pemerintahan)

4. Perlu ditetapkan suatu ketentuan yang merupakan jaminan bagi pembinaan kontinuitas
pelaksanaan tugas yang timbul dari hubungan- kerja fungsional. Untuk itu diperlukan adanya
pedoman tata-cara kerja yang jelas bagi setiap kesatuan kerja, adanya forum koordinasi, adanya
system penyampaian dan pertukaran informasi melalui saluran komunikasi yang praktis dan tidak
kaku, serta yang terakhir dicegah adanya ketergantungan kepada seorang pejabat .
Peraturan ketentuan atau tata-cara kerja itu hendaknya sedemikian rupa sehinga setiap pejabat
pimpinan instansi merasa harus secara teratur mengadakan dan memelihara hubungan satu
organisasi an antara organiasi-organisasi yang satu dengan yang lain, terutama yang berdekatan
bidang usahanya atau ruang geraknya.
Juga setiap pimpinan kesatuan kerja tersebut wajib hubungan terus menerus dan teratur yaitu
guna menyelaraskan rencana-rencana, program-program dan tindakan-tindakan masing-masing
sehingga tidak bertentangan, tidak menimbulkan kerenggangan dan kekembaran dan untuk
mencegah pemborosan waktu, fikiran dan biaya, malah sebaliknya harus diusahakan selalu agar
saling mengisi, memperoleh keuntungan tindakan-tindakan masing-masing dan saling
mengamankan kebijaksanaan serta program masing-masing yang telah ditetabkan
Kewajiban untuk mengadakan hubungan secara terus-menerus dan teratur itu hendaknya
menyeluruh sehingga disadari dan dirasakan sebagai kewajiban yang tidak boleh dihindarkan
atau diabaikan oleh setiap pejabat pimpinan dan staf dengan alasan apapun juga.

5. Meningkatkan pembinaan kader pimpinan dan staf serta pelaksana di bidangkepemimpinan dan
bidang ketatalaksanaan di samping bidang keakhlian dan kejuruan-kejuruan.

27
PRESIDEN

KEMENTRIAN LPL

PROVINSI

KABUPATEN KOTA

KEC/DIST KEC/DIST

DESA KEL

28
METODE DAN SARANA KOORDINASI DALAM ORGANISASI
1. METODE KOORDINASI
A. KEWENANGAN
Kewenangan (authority) menurut Miss.M.P.Follett bukan kedudukan (position),bukan
suatu
hak yang legal (menurut hukum)dan juga bukan sekedar mengepalai orang-orang ataupun
mengeluarkan perintah. Kewenangan (authority) adalah usaha mempengaruhi bawahan yang
merupakan suatu integrasi atas dasar consensus secara suka rela. Apa bila bawahan diberikan
pengertian dengan kenyataan-kenyataan yang ada dan diajak berbicara bersama dalam suatu
situasi yang baik,tidak perlu perintah selalu diberikan,tetapi dengan memberikan suatu
prosedur kerja yang baik adalah lebih efektif dari pada selalu mengeluarkan perintah. Atas
dasar teorinya ini Miss.M.P.Follet tidak hanya meletakkan asas-asas hubungan antar manusia
(human relation) dalam administrasi/managemen,tetapi juga dinimika dari pada kelompok
pekerjaan dan teknik dan teknik dari pada hubungan perburuhan yang modern.
Chester Barnard,mengatakan kewenangan terletak pada persetujuan yang mempunyai
daya
kekuatan (potentiality of assent) yaitu yang tersebar luas berujud kesetiaan,kesadaran anggota
tentang tujuan bersama dari pada organisasi itu. Maksud nya ialah kesetiaan dan kesadaran
melaksanakan tujuan dari pada suatu program,sekalipun para pejabat yang terendah
sekalipun,mempunyai kewenangan yang nyata (actual power) untuk mengambil keputusan
yang terakhir dalam batas wewenang nya. Jadi jelaslah seperti hal nya Miss Follett yang
menyatakn bahwa kewenangan (authority) ada pada pekerjaan dan berada pada pekerjaan
itu. (Authority belongs to the job and stands out the job).
Peraturan Pemerintah yang menyangkut tentang kewenangan antara lain :
1. PP No. 25/2000 Tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai
daerah otonom, pada pasal 3 ayat (5)-kewenangan propinsi dibidang tertentu-angka 17
(bidang politik dalam negeri dan administrasi public); angka 18 (bidang pengembangan
otonomi dareah); dan angka 19 (bidang perimbangan keuangan).
29
2. PP No. 39/2001 tentang penyelenggaraan dekoncentrasi. Pada pasal 3 tercantum
kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada gubernur yang sebagian besar
subtansinya menyangkut bidang pengawasan, baik explicit maupun inplisit.
3. PP No. 52/2001 tentang penyelenggaraan tugas pembantuan. Ketentuan bidang
pengawasan tercantum pada pasal 14.
Paradigma pengawasan yang tercantum dalam semua perturan perundang-undangan
yang disebutkan di atas telah meninggalkan pendekatan finasial a auditing bergerak kea rah
pendekatan kinerja.
Pendekatan kinerja tidak sekedar mengukur input proses-output, tetapi juga mngukur
manfaat (outcom) dan dan dampak dari kegiatan. Dalam penyelenggaraaan pemerintahan
daerah, pendekatan konerja dilakukan untuk mengukur :
1. Seberapa besar urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan menurut azas desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
2. Seberapa jauh urusan-urusan tersebut dapat mensejahterakan rakyat.
3. Optimalisasi pembangunan sember daya (SDM, sumber daya alam, infestasi)
4. Seberapa efisien proses pengelolaan sumber-sumber daya.
5. Seberapa efektif proses penggunaan sumber daya menghasilkan keluaran dalam bentuk
output dan outcome.
6. Seberapa besar sumber daya yang dapat dimanfaatkan.
7. Seberapa jauh dampak pemanfaatan hasil.
8. Dsb, dst

B. KEBIJAKSANAAN
® Masalah kebijakan dan isu Kebijakan
 Masalah kebijakan (publik) adalah kebutuahn dan nilai yang belum terpenuhi atau kesempatan
utuk mengadakan perbaikan yang hanya dapat dilakukan melalui kebijakan public (david dery).
 Isu Kebiajakn (Publik) adalah pandangan yang berbeda tentang masalah kebikan serta cara2
untuk memecahkannya (W.N.Dunn).
® Identifikasi masalah kebijakan
 Pendekatan top-down. Masalah yang di analisis adalah masalh yang ditugaskan oleh atasan.
 Pendekatan Prgamatis. Analis merumuskan msalah bila merasa bahwa analisis memang
diperlukan karena ada perbedaan pendapat tentang bagaimana cara mengatasi suatu maslah
serta terdapat bebrapa alternative untuk memecahkan masalah tersebut.
 Pendekatan kretia social. Analis mencoba mencari ungakapn ketidak pusan publik serta mencoba
merumuskan maslah social yang perlu di pecahkan.
® Perumusan masalah kebijakan
1. Pikirkan mengenai masalah yang hendak diatasi
2. Tetapkan atasan dari masalah
3. Kumpulkan fakta dan informasi
4. Rumuskan tujuan dan objektif
5. Identifikasi paing kebijakan (policy enfelofe)
6. Tunjukkan biaya dan manfaat dari masalah yang hedak diatasi
7. Tinaju kembali perumusan masalah yang telah disusun

30
SELAMAT BELAJAR DAN SUKSES SELALU
TUNJUKKAN BAHWA KITA BISA !

31
32

Anda mungkin juga menyukai