Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTEK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANGAN PERAWATAN 5 AR-RAHIM


RSI FAISAL MAKASSAR

Oleh:
Nama Kelompok:

Ari Aprian Dilva Nur Rahmiyani


Indah Dwi Wahyuni Nusul Rahmadani Nur Laila
Husnul Chatimah Hanismang Armayanti
Athira Wahyuni Hasriani K Vitra Ramadhani
Aulyah ulfa Ariani Rizky Nurawaliyah Khayrunnisa
Ayu Andira Hasriati M. Danial
Herawati Rosalina Ayu Wirastika Ainunnisa
Fadhliah Nur Hikma Fajriani Hasrawati
Sry Irmayanti Syahrir Nur Rahma

PROGRAM D.IV KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
SATUAN MATA AJAR MANAJEMEN KEPERAWATAN

Makassar, 09 Maret 2020


Disahkan Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena as attuntunanasdan
bimbingan-Nya, sehingga laporan manajemen keperawatan ini boleh tersusun dan boleh
terlaksana.
Adapun judul dari laporan yang kami susun adalah Belum Optimalnya Catatan
Perencanaan Harian Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Ruangan
Ar-Rahim. Maksud kami membuat laporan ini adalah merupakan bagian tugas atau laporan
pertanggung jawaban kelompok selama praktikum klinik Profesi Ners di RSI Faisal
Makassar, khususnya untuk Mata Kuliah Manajemen Keperawatan di Instalasi Rawat Inap
Ruangan Ar-Rahim. Di samping itu kami membuat laporan ini untuk menambah pengetahuan
mengenai manajemen keperawatan khususnya tentang Perencanaan Harian Perawat
Pelaksana di ruangan Ar-Rahim. Sehingga bisa menjadi acuan ataupun bahan ajaran pada
instansi- instansi yang terkait, terutama bagi mahasiswa, dosen ataupun tim kesehatan lainnya
yang berkecimpung di bidang manajemen keperawatan, terlebih khusus bagi perawat
pelaksana yang ada di Ruangan Ar-Rahim.
Kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu
terlaksananya praktikum dan tersusunnya laporan ini, diantaranya:
1. Direktur Rumah Sakit Islam Faisal Makassar

2. Kaprodi Poltekkes Kemenkes Makassar

3. Pembimbing Akademik Mata Ajar Manajemen Keperawatan

4. CI/Pembimbing Klinik Manajemen Keperawatan P5 Ar-Rahim

5. Kepeala Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruangan P5 Ar-Rahim RSI Faisal Makassar
Kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.

Kami menyadari bahwa laporan yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami terbuka terhadap kritik ataupun saran yang dapat menyempurnakan laporan
ini. Semoga dengan adanya laporan ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam
memperluas dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, khususnya dalam
manajemen keperawatan. Tuhan memberkati kita semua.

Makassar, 9 Maret 2020

Tim penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTARISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah.................................................................................................1
B. RumusanMasalah..........................................................................................................4
C. TujuanPenulisan............................................................................................................4
D. ManfaatPenulisan..........................................................................................................5
E. IdentifikasiMasalah.......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dan ProsesManajemen Keperawatan...............................................................7
B. Model Praktik KeperawatanProfesional (MPKP).......................................................10
C. Peran dan Fungsi PerawatpadaMPKP.........................................................................25
D. Perencanaan.................................................................................................................29
BAB III ANALISA SITUASI
A. Pengumpulan Data (Man, Material, Method,Machine)..............................................33
B. AnalisaSWOT.............................................................................................................52
C. Identifikasi danPerumusan Masalah............................................................................58
D. POA (PlanningOf Action)...........................................................................................60
E. PenyelesaianMasalah..................................................................................................61
BAB IV PEMBAHASAN
A. Data Pre Implementasi...................................................................................
B. Implementasi..................................................................................................
C. Evaluasi..........................................................................................................
D. Hambatan.......................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber
daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-
spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Asmuji, 2012).
MetodeperawatantimdenganmodifikasikeperawatanprimerdiRuang Ar-Rahim telah
berjalan dengan baik. Namun tingkat keberhasilan metode tersebut tentunya dipengaruhi oleh
kinerja dari perawat yang ada, mulai dari Kepala Ruangan, CCM, Ketua Tim dan Perwat
Pelaksana. Sehingga diperlukan kerja sama yang baik, kekompakan dan saling percaya satu
dengan yang lainnya. Dengan demikian, Model Praktik Keperawatan Profesional benar-benar
akan terlaksana denganbaik.
Kinerja perawat merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian mutu
pelayanan Rumah Sakit, salah satunya adalah kinerja dari
PerawatPelaksana.Sebagaiperawatpelaksanatentunyamempunyaiperandan
fungsitersendiri,haltersebutsudahdilaksanakanolehperawatpelaksanayang ada di ruangan Ar-
Rahim. salah satu tugas dari Perawat Pelaksana yaitu membuat rencana kegiatan harian.
Penerapan manajemen keperawatan di ruang MPKP dilaksanakan dalam empat tahapan
proses manajemen antara lain: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Perencanaan merupakanbagiandarifungsimanajemenmendasardanpalingawalyangakan
menyeleksi prioritas, hasil dan metode untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan oleh kelompok mengenai


perencanaan dari Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala Ruangan telah mempunyai buku
tugas/catatan pribadi untuk mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-
masing dan pencatatan tersebut terarah sehingga kami mahasiswa mengambil acuan praktek
manajemen keperawatan dari ruangan P5 Ar-Rahim untuk dijadikan media pembelajaran
bagi instansi-instansi yang melakukan praktek manajemen keperawatan di RSI Faisal
Makassar.
B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, adapun masalah yang dapat
dirumuskan yaitu belum optimalnya catatan perencanaan harian perawat pelaksana di Ruang
P5 Ar-Rahim.
C. Tujuan Penulisan
a. TujuanUmum
Tujuan umum dari laporanmanajemenkeperawataniniadalahuntuk meningkatkan pelayanan
sebagai perawat pelaksana lewat penggunaan rencana kerja harian perawatpelaksana.
b. TujuanKhusus
a) InstitusiPendidikan
Untuk menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan dan pengembangan Mata
Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung
di bidang keperawatan khususnya untuk Program Studi Diploma 4 Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Makassar.
b) Rumah Sakit
Untuk menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan
Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan rencana kerja harian perawat pelaksana.
c) Mahasiswa
Untuk menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktikum Manajemen
Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan data sampai mengimplementasikan serta
mengevaluasi masalah yang ditemui di ruangan.
d) Perawat
Untuk memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan keluar mengenai
masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan manajemen keperawatan khususnya
rencana harian perawat pelaksana.
e) Pasien
Untuk membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
D. Manfaat Penulisan
a. InstitusiPendidikan
Dapat menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan dan pengembangan Mata
Kuliah Manajemen Keperawatan sebagaibimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung
di bidang keperawatan khususnya untuk Program Studi Diploma 4 Poltekkes Kemenkes
Makassar.
b. Rumah Sakit
Dapat menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan
Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan rencana kerja harian perawat pelaksana.
c. Mahasiswa
Dapat menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktikum Manajemen
Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan data sampai mengimplementasikan serta
mengevaluasi masalah yang ditemui di ruangan.
d. Perawat
Dapatmemberikanwawasan,masukan,pembaharuan,bahkanjalankeluar mengenai masalah-
masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan manajemen keperawatan khususnya rencana
harian perawatpelaksana.
e. Pasien
Dapat membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dan Proses ManajemenKeperawatan


1. Pengertian
Kata manajemenberasal dari bahasa Prancis kuno “management”, yang artinya seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan yang diorganisasi. Manajemen juga diartikan
sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk
menghasilkan suatu keuntungan (Nursalam, 2012).
Menurut Gillies (1986) dalam Nursalam (2012), manajemen didefinisikan sebagai suatu
proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk
merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin
bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Pengertian Manajemen Keperawatan menurut Harsey dan Blanchard (1977) dalam
Suyanto (2008: 2), pengertian manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan
pencapaian tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber
daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-
spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Asmuji,2012).

2. Proses Man
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat
saling mendukung.
Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat dipelajari dari
fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Adapun yang dimaksud
fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang
manajer untuk mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi manajemen
yang berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut
George Terry, yaitu :
a. Planning(Perencanaan)
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan
menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan
akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan
mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya
yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya.
b. Organizing(Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber
daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuanorganisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau Penggerakkan Penggerakan
sebagai proses manajemen adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka
mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan
yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yangtersedia.

d. Controling (Pengawasan,Monitoring)
Pengawasan adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja
yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
3. Komponen Sistem ManajemenKeperawatan
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada
umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, control dan
mekanisme umpan balik.
a. Input. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan danfasilitas
b. Proses. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanankeperawatan.
c. Output. Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan
serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil ataukeluaran.
d. Control. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan
prosedur yang sesuai standar danakreditasi.
e. Umpan balik. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil
dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui
laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
4. Ruang Lingkup ManajemenKeperawatan
Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan yang efektif
sebaiknya memahami danmemfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto
(2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatanmeliputi:
a. Menetapkan penggunaan proseskeperawatan.
b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan doagnosa.
c. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat.
d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan. Menurut Suyanto, 2008 keperawatan
terdiridari:
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak (kepala bidangkeperawatan)
2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan /supervisor)
3) Manajemen bawah (kepala ruangperawatan)
b. Manajemen AsuhanKeperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan
pada prinsipnya menggunakan konsep – konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

B. Model Praktik Keperawatan Profesional(MPKP)


1. DefinisiMP
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart dan Woods, 1996). Sebagai suatu model berarti ruang rawat tersebut
menjadi contoh teladan dalam praktik keperawatan profesional. Pengembangan MPKP
merupakan upaya banyak negara untuk memberdayakan keperawatan dalam layanan
kesehatan, terutama pada saat meningkatnya kebutuhan yang disertai biaya tinggi dalam
layanan kesehatan (Sitorus dan Yulia, 2006).
Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan proses sistem
pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian
asuhan keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan,2011).
Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan
(2011) MPKP terdiri dari lima subsistem, yaitu:
a. Nilai-nilai profesional meliputi ekonomi, kesinambungan asuhan, dan belajar sepanjang
hayat untuk menopang praktik ilmu yang bermutu.
b. Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa pada MPKP, pembuat keputusan untuk
pasien ada pada manajer asuhan klinik atau Perawat Primer. Kepala ruangan rawat berperan
sebagai fasilitator atau mentor.
c. Pemebrian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan metode keperawatanprimer.
d. Hubungan profesional memungkinkan adanya hubungan kolaborasi, konsultasi antar tim,
dan koferens antar tim serta konferens untuk penyelesaiankonflik.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat mendapatkan kompensasi
dan penghargaan sesuai dengan sifat layanannya yang profesional. Penghargaan dapat juga
berupa keberadaan perawat sebagai seorang ahli atauspesialis.

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni:
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan
dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam,2011).
2. Dasar Pert
Menurut Nursalam (2012), dasar pertimbangan pemilihan model Metode Asuhan
Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut:
a. Sesuai dengan visi dan misiinstitusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keeprawatan harus didasarkan pada visi dan
misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Proses keperawatan
merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien.
Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses
keperawatan.
c. Efektif dan efisien dalam penggunaanbiaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam
kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya
memadai, maka tidak akan didapat hasil yangsempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga danmasyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan
yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan
keperawatan yang dapat menunjang kepuasanpelanggan.
e. Kepuasan dan kinerjaperawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat.
Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah
beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatanlainnya.

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar
pertimbangan penetuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat
meninkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Pilar-Pilar
Dalam model praktik keperawatan professional terdapat empat pilar yang digunakan
sebagai acuan, yaitu sebagai berikut.
a. Pilar I :Manajemen Approach (pendekatanmanajemen)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama.Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri
dari :
1) Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang
akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itudilakukan.
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi,
filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan, dan tahunan). Jenis-jenis
perencanaan terdiri dari :
a) Rencana jangkapendek

Rencana Harian Kepala Ruangan. Rencana harian kepala ruangan kegitannya meliputi:
Operan, pre conference dan post conference, mengecek SDM dan sarana prasarana,
melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus,
melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana, hubungan dengan bagian lain terkait
rapat-rapat terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang
belum teratasi, mempersiapkan dan merencanakan kegiatanasuhan keperawatan untuk sore,
malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
- Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer). Rencana harian ketua tim meliputi:
operan, pre conference dan post conference, penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien
pada tim yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat pelaksana,
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain, menulis dokumentasi, alokasi pasien sesuai
perawat yangdinas.
- Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete). Rencana harian perawat
pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift
dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operw2an, pre conference dan post conference,
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan.
Penilaian rencana harian perawat, untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian
dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap
ketuatim
b) Rencana jangkamenengah
- Rencana Bulanan Kepala Ruangan. Rencana bulanan kepala ruangan meliputi:
membuat jadwal dan memimpin case conference, membuat jadwal dan memimpin
pendidikan kesehatan kelompok keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal dan
memimpin rapat bulanan perawat, membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan,
membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, melakukan
dokumentasi, membuat laporan bulanan.

c) Rencana jangkapanjang
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun
yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan
berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
-Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan
(aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi
mutupelayanan.
-Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkannya dimasamendatang.
-Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier
perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal untuk mengikutipelatihan-
pelatihan.
2) Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuanorganisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang
MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan
Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan,

Clinical Care Manager (CCM), Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Struktur ketenagaan keperawatan pada Ruangan Ar-Rahim RSI Faisal

Kepala Ruangan CCM

PP1 PP2 PP3

PA
PAGI PA PA
PA PA PA

P
PA PA
A
SORE

PA PA
PA
PA

P
A
MALAM PA PA

PA PA
LIBUR/

PA

CUTI

PA

9-10 pasien
9-10 pasien 9-10
pasien

3. )Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim


motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan
dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan
adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika
perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh
staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998). Di
ruangan Ar Rahim pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Menciptakan budaya motivasi
2) Manajemen waktu: RencanaHarian
3) Komunikasi efektif melaluikegiatan:
4) Operan antarshift
5) Pre conferencetim
6) Post conferencetim
7) Manajemenkonflik
8) Pendelegasian dansupervisi
4.) Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai
dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan
kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting
dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera
direspon dengan cara duduk bersama.

Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output


(hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang
telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga,
perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS,
TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk
rencana yang akan datang.
a. Pilar II :Compensatory Reward (SistemPenghargaan)
Manajemen sumber daya manusia (SDM) di ruang Ar Rahim berfokus pada
proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja dan
pengembangan staf perawat. Sistem penghargaan menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen SDM keperawatan agar produktif
sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Metode dalam
penyusunan tenaga keperawatan harus teratur, sistematis, rasional, yang
digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang
dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai kepadapasien.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM)
keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan
tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi
dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai
kesempatan paling banyak melakukan praktik profesionalnya pada pasien
yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat
tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang
terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur,
sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis
tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien sesuai yangdiharapkan.
b. Pilar III :Professional Relationship (Hubungan Profesional) Hubungan profesional
dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan penerima pelayanan
disebut dengan hubungan profesional secara eksternal. Sedangkan
hubunganprofessional
c. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan.Salah satu pilah MPKP adalah pelayanan
keperawatan dengan menggunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.
Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan yang menerapkan
proses keperawatan secara holistic dan dilakukan secara mandiri oleh perawat.
2. Komponen-Komponen dalamMPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik keperawatan professional, yaitu :
ketenagaan keperawatan, metoda pemberian asuhan keperawatan, proses keperawatan
dan dokumentasi keperawatan.
a. KetenagaanKeperawatan
Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan berdasarkan derajat
ketergantungan pasien sesuai dengan Metode Douglas. Penetapan derajat
ketergantungan dilakukan berdasarkan petunjuk penetapan derajat ketergantungan
pasien.
Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan dalam Satu Ruang Rawat

Jumlah Klasifikasi pasien


pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Adapun klasifikasi pasien berdasarkan derajat
ketergantungan (Metode Douglas) adalah
sebagaiberikut:
1) PerawatanMinimal
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukansendiri.
- Makan dan minum dilakukansendiri.
- Ambulasi denganpengawasan.
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiapshift.
- Pengobatan minimal, status psikologistabil.
2) PerawatanParsial
- Kebersihan diri dibantu, makan minumdibantu.
- Observasi tanda-tanda vital setiap 4jam.
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih darisekali.
- Dipasang voley kateter, intake outputdicatat.
- Pasien dengan pasang infus,persiapa npengobatan memerlukanprosedur.
3) Perawatan Total
- Semua kebutuhan pasien diabantu.
- Merubah posisi observasi tanda-tanda vital setiap 2jam.
- Makan melalui atau NGT, intravenaterapi.
- Pemakaiansuction.
- Gelisah/disorientasi.
b. Metode Pemberian AsuhanKeperawatan
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di
Indonesia, maka model sistem asuhan keperawatan berubah mengarah pada suatu
praktik keperawatan profesional. Model sistem asuhan keperawatan yang dapat
dikembangkan adalah tim, primer, dan kasus (Nursalam, 2011).
Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998) dikutip oleh Nursalam (2011),
jenis metode pemberian asuhan keperawatan telah dijabarkan pada tabel 1.
Tabel 1
Jenis Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998)

Metode Deskripsi Penanggung


Jawab
Fungsional Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Perawat yang
keperawatan. Perawat melaksanakan tugas Bertugas
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal Pada
kegiatan yang ada. Metodefungsional Tindakan
dilaksanakan oleh perawat dalam Tertentu
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia
kedua, pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat, maka setiap perawat hanya
melakukan 1 – 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di semua
bangsal.
Kasus Berdasarkan pendekatan holistis dari filosofi Manajer keperawatan
keperawatan. Perawat
bertanggungjawab terhadap asuhan dan observasi
pasien tertentu dengan rasio pasien : perawat = 1 :
1. Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat
yang melayani kebutuhannya pada saat dia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode ini umumnya dilakukan
untuk perawat privat atau untuk perawatankhusus
seperti isolasi atau perawatan intensif.

Tim Enam sampai tujuh perawat profesional dan Ketua tim


perawat pelaksana bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh ketua tim. Metode ini
menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien, perawat
ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim yang terdiri dari
tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam
satu tim
kecil yang saling membantu.
Primer Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif Perawat primer (PP)
dan filosofi keperawatan. Perawat bertanggung
jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan
dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinasikan asuhan keperawatan. Rasio 1 :
4 atau 1 : 5 (perawat : pasien). Metode penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
hingga keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara perawat dan pasien yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dankoordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Selain itu, ada juga model modifikasi MPKP Tim-Primer yang digunakan secara kombinasi
dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2012), penetapan
sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan :

1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai
latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atausetara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien terfragmentasi pada berbagaitim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di
RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat primer/ketua tim. Tingkatan dan Spesifikasi MPKP menurut Sitorus(2006)
Tingkat Praktik Metode Ketenagaan Dokumentasi Aspek
Keperawatan Pemberian Penelitian
Askep
MPKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah Standar renpra
Pemula memberikan keperawatan sesuai (masalah
asuhan keperawatan primer kebutuhan aktual)
profesional tingkat .
pemula 2. SKp/Ners
(1:25-30
pasien)
sebagai
CCM.
3. DIII
Keperawa
tan sebagai
perawat
primer
pemula.
4. SPK/DIII
Keperawa
tan sebagai
PA.

MPKP I Mampu Modifikasi 1. Jumlah Standar renpra 1. Penelitian


memberikan keperawatan sesuai (masalah aktual deskriptif
asuhan keperawatan primer kebutuha dan masalah olehPN.
profesional tingkat n. risiko) 2. Identifikasi
I 2. Ners masalah
spesialis penelitian.
(1:25-30 3. Pemanfaata
pasien) n hasil
sebagai penelitian.
CCM.
3. SKp/Ners
sebagai
PP.
4. DIII
Keperawa
tan sebagai
PA

MPKP II Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinical 1. Penelitian


memberikan kasus dan sesuai Pathway/standar eksperimen
asuhan keperawatan modifikasi kebutuha renpra oleh Ners
profesional tingkat keperawatan n. spesialis.
II primer 2. Spesialis 2. Identifikasi
Ners (1:1 masalah
PP) penelitian.
sebagai 3. Pemanfaata
CCM. nhasil.
3. SKp/Ners
sebagai
PP.
4. DIII
Keperawa
tan sebagai
PA
MPKP III Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinical 1. Penelitian
memberikan kasus dan sesuai Pathway/standar eksperimen
asuhan keperawatan modifikasi kebutuha renpra lebih
profesional tingkat keperawatan n. banyak.
II primer 2. Doktor 2. Identifikasi
keperawa masalah.
tan klinik 3. Pemanfaata
(konsulta nhasil.
sn).
3. Ners
spesialis
(1:1 PP)
sebagai
CCM.
4. SKp/Ners
sebagai
PP.
5. DIII
Keperaw
atan
sebagai
PA.

C .ProsesKeperawatan

Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat


dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien
merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang
fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :

1) Identifikasimasalah.
2) Menyusun alternatif penyelesaikanmasalah.
3) Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan
melaksanakannya.
4) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian
masalah. Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang
pada langkah- langkah proses keperawatan yaitu :
1) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih
holistic.
2) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari
masalah masalahkeperawatan.
3) Rencana tindakan untuk menyelesaikanmasalah.
4) Implementasi rencana, dan
5) Evaluasi hasiltindakan.
d.DokumentasiKeperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secaraberkesinambungan.
Di samping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian
asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana
komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan
keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban
dan pertanggung gugatan asuhankeperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan
tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai
professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.

C.Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP


Pada MPKP tugas dan tanggung jawab di dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dibedakan atas tugas tugas dan tanggung jawab Kepala Ruangan,
Clinical Care Manager (CCM), PP dan PA. (Ratna Sitorus dan Rumondang
Panjaitan,2011).
1.KepalaRuangan
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan
kemampuan DIV Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah
perawat dengan kemampuan SKp/Ners dengan pengalaman. Kepala ruangan bertugas
sesuai jam kerja yaitu dinaspagi.
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah:
b. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwaldinas).
c. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertibanruangan.
d. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan.
e. Memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwalkegiatan.
f. Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa
keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan, anjurkan membaca format
orientasi ruangMPKP.
g. Melakukan kegiatan administrasi dan suratmenyurat.
h. Bekerja sama dengan CCM (pembimbing klinik) membimbing siswa/mahasiswa
dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan mengikuti
sistemMPKP.

Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang harmonis dengan


pasien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain Kepala Ruangan bersama
CCM dan PP mengingatkan kembali pasiendan keluarga tentang perawat/tim
yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.
i. Mengecek perlengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 set setiaphari.
j. Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal penerapan
MPKP termasuk sikap tingkah lakuprofesional.
k. Bila PP cuti tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh Kepala
Ruangan/CCM dan dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil PP pemula yang
ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan KepalaRuangan.
l. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitasyang dibutuhkan diruangan.
m. Bersama CCM memonitoring dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga
yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan kenaikanpangkat.
n. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas
kebutuhan diruangan.
o. Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu
asuhankeperawatan.
2. Clinical Care Manager(CCM)
`Pada ruang rawat dengan MPKP pemula CCM adalah SKp/Ners dengan
pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang Ners spesialis. Pada MPKP
tingkat II, jumlah Ners Spesialis lebih dari satu orang tetapi disesuaikan dengan
kekhususan (Majoring) sesuai kasus yang ada.CCM brtugas sesusai jam kerja yaitu
dinaspagi.
Tugas dan tanggung jawab CCM adalah:
a. Melakukan pembimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP
(rondekeperawatan)
b. Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP danPA.
c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhankeperawatan.
d. Mengidentifikasi evidence yang memerlukan pembuktian.
e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan
melakukanpeneltian.
f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan keperawatan.
Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi tentang
mutu asuhan keperawatan, mengkoordnasikan, mengarahkan dan
mengevaluasi mahasiswa praktek, dan membahas dan mengevaluasi tentang
penerapanMPKP.
g. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi masukan
untukperbaikan.
h. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi tentang
asuhankeperawatan.

3. Perawat Primer (PP)/KetuaTim


Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, PP pemula adalah perawat dengan
kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I
adalah perawat dengan kemampuan SKpNers. PP dapat bertugas pada pagi, sore,
atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya bertugas pada pagi atau sore saja.
Tugas dan tanggung jawab PP adalah sebagai berikut:
a. Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan
berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga sehngga tercipta
hubunganterapeutik.
b. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian yang
sudah dilakukan PP pada sore, malam ataupun hari libur.
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra
sesuai dengan hasilpengkajian.
d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah tanggung
jawabnya sesuai pasien yang di rawat (preconference).
e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap
giliran jaga, sesuai kondisi yangada.

f. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi tindakan


keperawatan, apakah sesuai denganSOP.
g. Memonitor Dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
h. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatanPA.
i. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan olehPA
j. Mengatur pelaksanaan, konsul dan pemeriksaanlaboratorium
k. Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan Perawat Pelaksana.
l. Mendampingi dokter visite pasien di bawah tanggungjawabnya.
m. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan
pasien setiaphari.
n. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal tiap 2 hari untuk
membahas kondisi keperawatan pasien.
o. Bila PP cuti/Libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah
ditunjuk sebagai pembimbing dengan arahan kepalaruangan.
p. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dankeluarga
q. Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasindirawat.
r. Bekerja sama dengan Clinical Care Manager(CCM)
s. Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehinggatercipta
evidence based practice (EBP)

4. Perawat Asosiet (PA)/PerawatPelaksana


Kemampuan PA pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya perawat dengan
kemampuan DIII Keperawatan. namun pada beberapa kondisi bila belum semua tenaga
mendapat pendidikan tambahan pada beberapa MPKP Yangdikembangkan.
Tugas dan tanggung jawab PA/Perawat Pelaksana adalah sebagai berikut
a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan kepada PP,
bila ada hasil yang belumjelas.
b. Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang sudah dilakukan PP.

c. Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format


orientasi pasien dan keluarga jika PL tidak ada ditempat.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasaranrenpra.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yangtersedia.
f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak ditempat.
g. Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.
h. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesaidiparaf.
i. Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yng
perludiselesaikan.
j. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic,
laboratorium, pengobatan dantindakan.
k. Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukanPP.
l. Melakukan inventarisasi fasilitas yng terkait dengantimnya.
m. Membantu tim lain yang membutuhkan.
n. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dengan berkoordinasi denganPP.

D Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan ke
depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana kegiatan yang berisi
tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut
dilaksanakan, bagaimana indikator/tolak ukur untuk mencapai tujuan serta kegiatan apa
yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan.
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan,
dibutuhkan perencanaan yang baik dan profesional. Perencanaan yang baik harus
berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan

sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisienn (Swansburg, 1993)

1. PengertianPerencaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 2007). Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005 dalam Asmuji, 2012).
2. Jenis Perencanaan dalam ManajemenKeperawatan
Dalam manajemen keperawatan kegiatan perencanaan adalah membuat
perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perencanaan jangka
pendek atau disebut juga “Perencanaan operasional” adalah perencanaan yang dibuat
untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun, perencanaan jangka menengah
adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun (Marquis &
Huston, 1998), sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut
“perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga samapai
dengan dua puluh tahun (Swansburg, 1993).
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka pendek.
Menurut Keliat, dkk (2009), rencana jangka yang dapat diterapkan di ruang di ruang
perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan dan rencana tahunan.
a. RencanaHarian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencan harian ini

dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat pelaksana.
b. Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan.
Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana
bulanan dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
c. RencanaTahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana
tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya.
Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
3.Rencana Harian PerawatPelaksana
Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian dari perawat pelaksana ini harus
terorganisir, terarah, benar-benar dipahami dan dilaksanakan karena tindakan dari perawat
pelaksana langusng berhubungan dengan pelayanan keperawatan kepada pasien.
Rencana harian perawat pelaksana meliputi kegiatan : operan, pre conference dan
post conference, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan mendokumentasikan
asuhan keperawatan. Penilaian rencana harian perawat berguna untuk menilai
keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan
instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim.

Adapun contoh rencana harian perawat pelaksana sebagai berikut :


Rencana Harian Perawat Pelaksana

Nama Perawat : ……….. Ruangan : ……….. Tanggal : …………


Nama Pasien :
1. ……………………. 4. …………………… 7.………..…………..
2. ……………………. 5. …………………… 8.……………………
3. ……………………. 6. …………………… 9.……………………
Waktu Kegiatan
Operan
07.30 14.00 21.00
Pre Conference
Pasien1..........................................................(tindakan)
Pasien2..........................................................(tindakan)
08.00 15.00 22.00 Pasien3..........................................................(tindakan)
Pasien4..........................................................(tindakan)
Pasien5..........................................................(tindakan)
Pasien6..........................................................(tindakan)
Pasien7..........................................................(tindakan)
09.00 16.00 23.00 Pasien8..........................................................(tindakan)
Pasien9..........................................................(tindakan)
Pasien10......................................................(tindakan)
Pasien1..........................................................(tindakan)
Pasien2..........................................................(tindakan)
10.00 17.00 24.00 Pasien3..........................................................(tindakan)
Pasien4..........................................................(tindakan)
Pasien5..........................................................(tindakan)
Pasien6..........................................................(tindakan)
Pasien7..........................................................(tindakan)
11.00 18.00 Pasien8..........................................................(tindakan)
Pasien9..........................................................(tindakan)
Pasien10......................................................(tindakan)
12.00 19.00 06.00 Istirahat
13.00 20.00 07.00 Post Conference
14.00 21.00 07.30 Operan

BAB III

ANALISA
SITUASI

A. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan di Ruangan G Rumah Sakit PGI
Cikini – Jakarta Pusat. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 19
– 23 April 2016 dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan angket.
Adapun yang menjadi sasaran dari pengumpulan data ini adalah Man, Material,
Method, dan Machine yang ada di ruangan G tersebut. Selain itu, yang menjadi
responden dalam pengumpulan data adalah perawat dan pasien.
1. Sumber Daya Manusia(M1-Man)
a. StrukturOrganisasi
Instalasi Rawat Inap Ar Rahim RS Islam Faisal dipimpin oleh Kepala Ruangan
dan dibantu oleh CCM (Clinical Care Manager), 2 Ketua Tim, 19 Perawat
Pelaksana, Pegawai Administrasi bersama Pembantu Perawat (POS) 3 orang, serta
Cleaning Service 3 orang. Adapun Struktur Organisasi Ruang Ar Rahim adalah
sebagaiberikut.
Kepala Ruang

CCM

Ketua Tim I Ketua Tim II

Perawat Associate I Perawat Associate II


1. 1. PADPOS
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10.

Berdasarkan angket yang dibagikan, didapatkan bahwa 60 % perawat sudah


merasa puas dengan Struktur Organisasi yang telah berjalan di ruangan dan sesuai
dengan kemampuan perawat di bidangnya. Sebesar 80 % perawat menyatakan
bahwa pembagian tugas yang dilakukan di ruangan sesuai dengan Struktur
Organisasi yang telah ada. Sedangkan tugas-tugas yang dijalankan oleh Kepala
Ruang dan Ketua Tim sudah berjalan optimal dan kompeten sesuai dengan tugas-
tugasnya. Semua perawat yang ada sangat membutuhkan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan/pendidikan tambahan. Namun, 80
% perawat tidak merasa puas dengan pemberian beasiswa atau pelatihan pendidikan
keperawatan. Sebagian besar perawat juga tidak merasa puas dengan jumlah
pendapatan yang diterima berdasarkan latar belakang pendidikan.
b. Ketenagaan
Berikut akan dijelaskan dalam tabel, mengenai jumlah tenaga, baik tenaga
keperawatan maupun tenaga non keperawatan.
Komposisi Tenaga Perawat
No. Kualifikasi Jumlah Masa Jenis
Kerja
1. S-1 5 orang > 20 Tahun: PK3
Keperawatan 1orang PK3
Ners > 10 Tahun: PK1
2orang
< 5 Tahun:
2 orang
2. D-3 18 orang > 20 Tahun: PK3
Keperawatan 1orang PK3
> 10 Tahun: PK2
2orang PK1
5–9 PK0
Tahun: 2
orang
1–4
Tahun: 10
orang
< 1 Tahun:
3 orang
KomposisiTenagaPerawat
Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

S-1 Ners DIII


Keperawatan

S-1NersDIIIKeperawatan

Komposisi Tenaga Perawat


Berdasarkan Jenjang

12

10

2
PK 0 PK 1 PK 2 PK 3
0
PK 0PK 1PK 2PK 3

Secara keseluruhan jumlah perawat yang ada pada tabel di atas adalah sebanyak 23
orang yang terbagi atas PK0 sebanyak 3 orang (13,04 %), PK1 sebanyak 12 orang
(52,17 %), PK2 sebanyak 2 orang (8,69 %), dan PK3 sebanyak 6 orang (26,08 %).
Sehingga dari data tersebut diperoleh bahwa sebagian besar perawat adalah PK1
sehingga pengalamannya masih minim.
Komposisi Tenaga Non Perawat
No. Kualifikasi Jumlah Masa Kerja
1. Pembantu perawat/Pembantu 3 orang > 20 Tahun: 2orang
Orang Sakit (POS) < 5 Tahun: 1 orang
2. Petugas Administrasi (PAD) 1 orang < 1 Tahun
3. Cleaning Service 3 orang

c. Pasien
Adapun jumlah pasien selama 1 bulan (Bulan Maret 2020) berdasarkan
data di ruangan adalah sebagai berikut:
Rata-rata pasien
Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah Pasien
per hari
Perawatan Minimal (Self Care) 1 0,03
Perawatan Parsial (Intermediate
578 18,67
Care)
Perawatan Total (Total Care) 111 3,58
JUMLAH 690 22.28

Klasifikasi Pasien Berdasarkan


Diagnosa Medik (Data
Bulan Maret 2020)
No. Diagnosa Medik Jumlah
1. CKD on HD 4 orang
2. Diabetes Mellitus 4 orang
3. Febris 4 orang
4. Dispepsia 4 orang
5. Anemia 3 orang
6. Viral Infection 3 orang
7. Deep Vein Trombosis 3 orang
8. Thypoid Fever 3 orang
9. Gastroenteritis Akut 3 orang

Klasifikasi Pasien Berdasarkan Diagnosa


Keperawatan (Data Bulan
Maret 2020)
No. Diagnosa Medik Jumlah
1. Nyeri 30 orang
2. Kekurangan Volume Cairan 14 orang
3. Hipertermi 10 orang
4. Cemas 7 orang
5. Gangguan Perfusi Jaringan Cerebral 5 orang
6. Kelebihan Volume Cairan 5 orang

d. Pengaturan Ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Dalam mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan
menggunakan perhitungan tenaga menurut metode Douglas. Berdasarkan rumus
tersebut maka di dapatlah jumlah kebutuhan perawat rata-rata per hari di masing-
masing shift berdasarkan data pada bulan Maret 2020, hasil perhitungan adalah
sebagai berikut:
Jumlah Jumlah
Rata- rata
kebutuh perawat yang
pasien 1bulan
BOR Tingkat an tersedia rata-
terakhir J
(%) Keterga tenaga rata
u
ntunga perawa per hari
m
n t rata-
l
rata
a
per hari
h

Minimal 0.03
95,8 Care 23 1 14
Parsial 18,67 3
Care
Total 3,58
Care

Total tenaga perawat yang dibutuhkan pada adalah 6 + 4 + 3 = 13 ditambah 2


orang struktural (Perawat Kepala Ruang dan CCM) = 15 orang.
Sementara itu berdasarkan observasi jadwal dinas, perawat yang dinas pagi
sebanyak 6 orang PA ditambah PKR dan CCM, dinas sore
5 orang PA, dan dinas malam 3 orang PA. Sehingga dari data tersebut didapati
bahwa ketersediaan tenaga perawat di dinas pagi cukup, di dinas sore +1, di dinas
malamcukup.
Jumlah jam kerja yang dijalani selama ini ternyata 60 % perawat tidak
merasa puas dengan jumlah jam tersebut. Sementara itu, kesempatan untuk
mengambil cuti dalam waktu 1 tahun masih belum merata. Sebesar 53 % perawat
mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak merasa
puas dengan pembagian yang ada.
Kepuasan dan Kejelasan Kerja

60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Kepuasan Jam Kerja Kejelasan Pembagian Tugas

YaTidak

2. Sarana dan Prasarana(M2-Material)


A.DenahRuangan

Sebesar 73 % mengatakan bahwa lokasi dan denah ruangan masih kurang baik,
sehingga perlu diadakan/direncanakan untuk renovasi ruangan. Salah satu ruangan
yang perlu diperbaiki berdasarkan observasi yaitu Toilet pasien yang terlalu jauh
dengan kamar pasien. Sementara itu dari hasil observasi Papan Denah yang ada di
ruangan perlu diganti dan dilengkapi dengan keterangan, karena Denah yang ada di
ruangan sudah tidak memadai.

B.Fasilitas Ruang Ar Rahim


Daftar Inventaris Alat Kesehatan
No. Nama Alat Jumlah Keterangan
1. Tensimeter Nova 3 2 baik, 1
rusak
2. Stetoskop 4 Baik
3. Thermometer 2 Baik
4. Nebulizer 2 Baik
5. Kursi Roda 2 Baik
6. Suction Unit 1 Baik
7. Brancard + Transfer Bed 1 Baik
8. Infus Pump 4 Baik
9. Alat tes gula darah Aqu Check 1 Baik
10. Pube Oxymetri 1 Baik
11. Syringe Pump 2 Baik

Daftar Inventaris Kebutuhan Keperawatan


No. Nama Alat Jumlah Keterangan
1. Tempat Tidur Elektrik 24 Baik
2. Meja Pasien/Bedside Table 24 Baik
3. Kursi Pasien 30 Baik
4. Lemari Pasien 24 Baik
5. Kursi Roda 2 Baik
6. Brankard 1 Baik
7. Troli Balutan 1 Baik
8. Troli Obat 2 Baik
9. Troli Obat Emergency 1 Baik
10. Troli Makanan/Minuman 1 Baik
11. Kereta Linen Bersih 1 Baik
12. Kereta Linen Kotor 1 Baik
13. Lemari Dokumen 1 Baik
14. Lemari Obat 1 Baik
15. Lemari Bahan Perawatan 1 Baik
16. Lemari Linen 1 Baik
17. Rak Pot/Urinal 1 Baik
18. Rak Status 1 Baik
19. Light Box 1 Baik
20. Standar Infus 33 Baik
21. Interkom 1 Baik
22. Lampu Baca 1 Baik
23. Lampu Emergency 1 Baik
24. Jam Dinding 8 Baik
25. Televisi 8 Baik

26. Kursi dan Meja Teras 24 Baik


27. Papan Nama Pasien di Bed 1 Baik
28. Kulkas Obat 8 Baik
29. Standar Kom Double 2 Baik
30. Standar Kom Single 25 Baik
31. Kom Mandi 25 Baik
32. Hair Dryer 1 Baik
33. Kotak Saran 1 Baik
34. Senter 1 Baik
35. AC 7 Baik
36. Sofa Tamu 2 Baik

Daftar Inventaris Linen


No. Nama Barang Jumlah Keterangan
1. Laken 50 Baik
2. Boven 50 Baik
3. Steek Laken 50 Baik
4. Sarung Bantal 50 Baik
5. Selimut wol 18 Baik
6. Alas Kepala 10 Baik
7. Alas Bokong 10 Baik
8. Ikat-Ikat tangan 5 Baik
9. Perlak B/K 10/10 Baik
10. Celemek 2 Baik
11. Keset Kaki 4 Baik
12. Baju Pasien 25 Baik
13. Gorden Jendela 8 Baik
14. Gorden Tempat Tidur 40 Baik
15. Gorden Vitrage 4 Baik
16. Kantong Linen Kotor 2 Baik
17. Alas Sonde 6 Baik

Daftar Inventaris Fasilitas Kantor


No. Nama Alat Jumlah Keterangan
1. Meja Kantor 2 Baik
2. Kursi Kantor 16 Baik
3. Kursi Futura 16 Baik
4. Computer 2 Baik
5. Lemari Dokumen 1 Baik
6. Lemari Status 1 Baik
7. Rak Arsip 1 Baik
8. Intercom 1 Baik
9. Pesawat Telepon 2 Baik
10. Jam Dinding 1 Baik
11. Box Tempat Bolpen 1 Baik
12. Box Tempat Arsip 1 Baik
13. White Board 1 Baik

Mengenai fasilitas, 60 % perawat mengatakan bahwa peralatan yang ada sudah


lengkap untuk perawatan pasien. 40 % perawat tidak berencana untuk menambah
peralatan perawatan pasien. 53 % perawat mengatakan bahwa jumlah alat yang
tersedia sudah sesuai dengan rasio pasien. 73 % perawat sudah mengerti cara
menggunakan semua alat-alat perawatan pasien. Selain itu, administrasi penunjang
yang tersedia di ruangan sudah memadai.

3 Metode(M3-Method)
a. PenerapanMAKP
Dari hasil pengumpulan data tentang Model Asuhan Keperawatan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan adalah modifikasi
Metode Tim Primer. Sebanyak 13 dari 15 perawat yang dibagikan angket (87 %)
menyatakan mengerti/memahami model yang digunakan dan 67 % menyatakan
cocok dengan model yang ada.
Mengenai efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan, didapatkan
bahwa dengan menggunakan model yang sekarang ini 53 % perawat menjawab
bahwa model asuhan keperawatan tersebut menjadikan lama rawat inap bagi pasien
semakin pendek dan 47 % menjawab bahwa model asuhan keperawatan tersebut
tidak manjamin lama perawatan pasien menjadi pendek. Dengan adanya model
asuhan keperawatan tersebut telah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap
ruangan. Model asuhan keperawatan tersebut tidak mempersulit pekerjaan yang ada.
Di samping itu, 60 % perawat mengatakan bahwa model asuhan keperawatan
tersebut tidak memberatkan dalam pembiayaan. Model asuhan keperawatan ini tidak
banyak mendapat kritikan daripasien.

Pelaksanaan model asuhan keperawatan dengan metode modifikasi tim primer


telah mendukung terlaksananya komunikasi adekuat antar perawat dan tim
kesehatan lain. 87 % perawat mengatakan bahwakontinuitas rencana keperawatan
terlaksana dengan baik. 53 % perawat mengatakan bahwa mereka sering mendapat
teguran dari ketua tim jika ditemui ada kesalahan tindakan atau pendokumentasian
asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada perawat di
ruang Ar Rahim, didapatkan bahwa seluruh perawat yang ada telah menjalankan
kegiatan sesuai standar. Secara keseluruhan perawat sudah mengenal dan
mengetahui kondisi pasien.
B.Overan

Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan dilakukan tiga kali


dalam sehari, yaitu dari malam ke pagi pukul 07.00 WIB, dari pagi ke sore pukul
14.00 WIB, dan dari sore ke malam pukul 21.00 WIB. Berdasarkan observasi overan
dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali selesai tidak tepat waktu. Hal
ini disebabkan karena saat overan berlangsung, ada perawat yang langsung
memberikan tanggapan tentang masalah yang dioverkan, sehingga waktu overan
menjadi semakin panjang. Sebaiknya kesempatan untuk memberikan
tanggapan/masukan nanti seluruh kegiatan overan selesai, sehingga dapat menghemat
waktu overan. Di samping itu, penyebab overan berlangsung lama yaitu adanya visite
dokter bertepatan dengan waktu overan, sehingga kegiatan overan sering terganggu.
Overan dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dihadiri oleh semua perawat yang
berkepentingan. Sebelum operan dilaksanakan para perawat yang ada mempersiapkan
hal-hal yang berkaitan dengan pasien seperti status pasien, list pasien, terutama
rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masing-masing pasien. Seluruh
perawat yang ada telah mengetahui hal-hal apa yang harus disampaikan saat
pelaporan operan. Semua yang dilaporkan saat overan, baik sebelum maupun sesudah
overan, semuanya dicatat dalam buku laporan. 70 % perawat mengatakan bahwa tidak
ada kesulitan dalam mendokumentasikanlaporan.

Setelah melakukan overan di Kantor Perawat, masing-masing tim langsung menuju ke


ruang perawatan pasien untuk melakukan interaksidengan pasien (visite keperawatan).
Adapun interaksi yang dilakukan di depan pasien yaitu perawat yang bertugas pada
shift selanjutnya dan memastikan kondisi pasien apakah sesuai dengan yang di-
overkan atau tidak. 80 % perawat di ruang Ar Rahim sudah mengetahui teknik
pelaporan overan saat di depan pasien, seperti menghindari pasien agar tidak kaget
mendengarkan hasil pemeriksaan atau tindakan yang akan diberikan. 53% perawat
menyatakan bahwa lama waktu mengunjungi pasien kurang dari 5 menit. Seluruh
perawat biasanya mendapat evaluasi langsung dari kepala ruangan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Overan menurut Nursalam (2012)
adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut dapat diperoleh dari
Perawat Pelaksana. Jika perawat pelaksana tidak memiliki rencana harian dan laporan
kegiatan harian, maka akan berdampak pada kelengkapan informasi yang dibutuhkan
saat Overan. Sementara itu dalam buku Panduan Akreditasi RS Ialam Faisal
Makassar, disebutkan bahwa demi terwujudnya komunikasi yang efektif dalam
pelayanan harus menggunakan metode SBAR. Oleh karena itu dalam menyampaikan
overan harus menggunakan komunikasi efektif dengan metode SBAR (Situation,
Background, Accesment, Recomendation). Berdasarkan hal tersebut, maka rencana
kegiatan harian perawat pelaksana sangatlah penting dalam kesinambungan layanan
asuhan keperawatan. Berikut adalah data-data yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara mengenai overan dan rencana harian perawat pelaksana.
1) HasilObservasi
Berdasarkan hasil observasi kelompok pada tanggal 19 – 23 April2016, ditemui bahwa setiap hari
seringkali di Tim 1 dan Tim 2 terdapat 2 – 3 orang perawat pelaksana di masing-masing Tim baik
di overan pagi maupun overan sore (50-60 %) tidak menyimak/tidak memperhatikan dengan baik
hal-hal penting yang disampaikan saat overan berlangsung dan sering berdiskusi serta kurang
menghargai orang yang menyampaikan overan. Berdasarkan observasi, perawat pelaksana tidak
memiliki keseragaman format catatan rencana harian untuk mendokumentasikan perkembangan
pasien kelolaan masing- masing.

2) HasilWawancara
Adapun hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a) Kepalaruangan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan overan yaitu rencana kerja, jumplah pasien,
ketenagaan cukup atau tidak, kesiapan masing-masing perawat, hal-hal apa saja yangperlu
diingatkan seperti hal-hal prioritas atau masalah pasien-pasien yang membutuhkan observasi
lebih. Sementara itu metode yang digunakan saat penyampaian overan yaitu menggunakan
metode S BAR untuk semua pasien. Mengenai rencana harian, perawat pelaksana memang
telah memiliki buku catatan masing-masing. Tetapi untuk format rencana harian belum
digunakan.
b) Ketua Tim I
Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersipkan saat pelaporan overan yaitu
status pasien, list obat, list asuhan keperawatan dan buku tugas. Dalam penyampian
overan biasanya menggunakan metode S BAR namun dalam pelaksanaannya di ruang
Ar Rahim belum maksimal.
c) Ketua Tim II
Menurut saya hal yang perlu dissiapkan saat pelaporan overan selaku ketua tim II
pertama yaitu kesiapan diri sendiri apakah sudah selesai atau belum, sehingga tidak
ada yang ketinggalan saat penyampaian overan. Adapun kesiapan overan yang perlu
diperhatikan yaitu overan yang dilaksanakan pada masing- masing shift baik dari
malam ke pagi, pagi ke sore dan sore ke malam. Sebenarnya dalam menyampaikan
overan harus menggunakan S BAR tetapi selama ini belum 100%dilaksanakan.
Menurut saya metode tersebut baru telaksana sekitar 70-80%.
d) PerawatPelaksana
Masing-masing perawat pelaksana ternyata mempunyai caranya sendiri dalam melakukan
persiapan sebelum overan berlangsung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang
perlu dipersiapkan sebelum overan adalah berdoa, persiapan diri baik fisik maupun mental,
peralatan tulis-menulis termasuk buku kecil/buku catatan pribadi, status dan list pasien, buku
laporan masing-masing tim. Selain itu pastikan juga bahwa program-program/tindakan sudah
terlaksana, kita harus membaca kembali status pasien membuka kembali status keperawatan
untuk melihat tindakan yang akan diberikan, mengecek obat apakah sudah diberikan atau
belum, apakah obat tersedia atau tidak serta kita harus tahu apa yang perlu dioverkan seperti
instruksi-instruksi yang disampaikan harus jelas. Di samping itu diperlukan juga ketelitian,
konsentrasi yang baik dan kesiapan untuk mendengar serta tidak boleh diskusi saat overan
berlangsung agar supaya tidak ada informasi yang terlewatkan. Pada saat menyampaikan
overan hal-hal yang perlu disampaikan yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa medis,
diagnosa keperawatan, hari perawatan, dokter penangung jawab, tindakan yang sudah
dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakan yang belum dilaksanakan, dan program atau
tindakan selanjutnya. Pada dasarnya saat menyampaikan overan harus dengan komunikasi
yang efektif yaitu menggunakan metode SBAR (Situation, Background, Accessment,
Recomendation), namun sebagian besar perawat pelaksana mengatakan bahwa belum
maksimalpelaksanaannya.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh kelompok
tersebut, baik Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala Ruangan telah
mempunyai buku tugas/catatan pribadi untukmendokumentasikan perkembangan
pasien kelolaan masing-masing. Namun catatan pribadi Perawat Pelaksana tidak
ada keseragaman antara satu dengan yang lainnya. Di samping itu, Perawat
Pelaksana juga tidak memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada
shift-nya. Adapun dampak dari tidak adanya rencana harian perawat, yaitu
kegiatan yang dilaksanakan sepanjang shift tidak akan terarah dengan baik,
kegiatan yang berjalan tidak terstruktur, dan perawat tidak mengetahui apa saja
kegiatan yang akan dilakukan sepanjang shift-nya. Sedangkan dengan adanya
rencana harian perawat, akan sangat membantu perawat dalam mengarahkan
kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien, serta akan menjadi bahan
penilaian akan kinerja dari perawat pelaksana itu sendiri. Sehingga berdasarkan
data tersebut, maka kelompok mengangkat masalah mengenai tidak optimalnya
rencana harian Perawat Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi
kerja harian perawat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut
dipandang perlu untuk dibuat sebuah format rencana kegiatan harian Perawat
Pelaksana.
C.Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas &
melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota
tim. Berdasarkan angket yang disebarkan, 100 % perawat mengatakan bahwa
ruangan mendukung kegiatan ronde keperawatan. 93 % perawat mengatakan
bahwa telah mengerti dengan pelaksanaan ronde keperawatan. 73 % perawat
menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67
% perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde
keperawatan. Tim ronde keperawatan di ruangan telah tersedia, namun belum
melaksanakan ronde secara optimal.

Pelaksanaan Ronde Keperawatan

80%

60%

40%

20%

0%
Ronde Keperawatan
SudahOptimalBelum Optimal

D.Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002).
Terdapat 87 % perawat mengatakan bahwa sudah mengetahui tentang sentralisasi obat.
80 % perawat menyatakan bahwa sudah pernah diberi wewenang dalam urusan
sentralisasi obat. 100 % perawat menyatakan bahwa sudah ada format daftar
pengadaan tiap-tiap macam obat seperti: oral, injeksi, supositoria, infus, insulin, dan
obat gawatdarurat.
Mengenai format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien, 73 %
perawat menyatakan bahwa di ruangan telah menggunakan format tersebut. Selama ini
juga proses penerimaan obat dari pasien/keluarga pasien sudah berjalan dengan baik. Di
ruangan telah tersedia lemari khusus untuk penyimpanan/sentralisasi obat, bahkan obat-
obatan untuk pasien telah diletakkan dalam kotak obat dan dikelompokkan berdasarkan
kamar dan bed pasien yang bersangkutan. Selain itu, untuk meminimalisir kesalahan
pemberian obat, obat-obatan tersebut telah diberi label/barcode. Semua perawat sudah
mengetahui cara penyimpanan obat secara baik dan benar atau sesuai dengan SOP
Rumah Sakit.
Dalam memberikan obat kepada pasien, 93 % perawat mengatakan bahwa harus
selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan. Selain itu,
setiap jenis obat yang diberikan pada pasien mempunyai format masing-masing.
Setelah memberikan obat kepada pasien, keluarga/pasien wajib menandatangani form
terapi pengobatan/medik yang sudah diberikan pada pasien.

E.Supervisi

Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,


mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus
menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana. Berdasarkan
pengumpulan data, 100 % perawat mengatakan bahwa sudah mengerti tentang supervisi
dan sudahdilaksanakan/dilakukan di ruangan. 60 % perawat mengatakan bahwa setiap
bulan diadakan supervisi. Bahkan menurut wawancara dengan Kepala Ruangan,
disampaikan bahwa biasanya Kepala Ruangan langsung mengadakan supervisi
setiapminggu.
Setiap tindakan yang dijalankan dan dilaksanakan oleh perawat mempunyai
format baku untuk supervisi, seperti SOP (Standar Operasional Prosedur). 80 %
perawat menyatakan bahwa alat (instrument untuk supervisi tersedia secara lengkap.
Adapun hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat, sehingga para perawat
mengetahui apa yang masih perlu dibenahi guna meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit. Setelah supervisi dilakukan, selalu ada umpan balik dari supervisor untuk
setiap tindakan. Hasil dari umpan balik tersebut sebagian besar perawat merasa puas
dengan hasil yang ada. Sebesar 87 % perawat mengatakan bahwa setiap hasil supervisi,
ada tindak lanjutnya. Setelah diklarifikasi hasil supervisi yang didapat, 93 % perawat
mengatakan bahwa mereka menginginkan perubahan untuk setiap tindakan agar sesuai
dengan hasil supervisi. Sementara itu, 60 % perawat menyatakan bahwa sudah pernah
mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi.

F.Perencanaa Pulang (DischargePlanning)

Seluruh perawat mengatakan bahwa sudah mengerti tentang perencanaan pulang.


Setiap kali pasien pulang, sebelum itu perawat wajib memberikan pendidikan kesehatan
mengenai penyakit yang pasien alami dan mengenai perawatan di rumah. 93 % perawat
di ruang Ar Raim menyatakan bahwa mereka bersedia melakukan perencanaan pulang
mulai pasien masuk RS sampai pasien akan keluar Rumah Sakit. 73 % perawat
menyatakan bahwa sudah ada pembagian tugas tentang perencanaan pulang.
Berdasarkan pengumpulan data, telah tersedia brosur/leaflet yang bisa digunakan
perawat untuk perencanaan pulang pasien. Di samping itu, juga sudah ada teknik yang
bisa digunakan saat pemberian perencanaan pulang pada pasien. Sebagian besar
perawat mengatakan bahwa pasien sudah mengerti dan memahami bahasa yang dipakai
perawat saat memberikan perencanaan pulang. Jika ada yang belum dimengerti,
pasien/keluarga diberi kesempatan untuk bertanya. Setiap kali selesai memberikan
perencanaan pulang, setiap perawat wajib melakukan pendokumentasian pada buku
laporan atau listpasien.

G.Dokumentasi
Di ruangan telah tersedia format yang bisa digunakan untuk membantu dan
memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. Sebesar 87 %
perawat mengatakan bahwa sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat
waktu. Sebagian perawat mengatakan bahwa model dokumentasi yang digunakan ini
tidak menambah beban kerja perawat. Dengan adanya model dokumentasi yang
digunakan saat ini 80 % perawat menyatakan bahwa menyita banyak waktu perawat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Audit Keperawatan (Bulan September –
Desember 2015) pendokumentasian asuhan keperawatan memiliki nilai rata-rata 93,7
% dengan perincian: Pengkajian 99 %, Diagnosa 90 %, Intervensi 91 %, Implementasi
91 %, dan Evaluasi 97,5%.
Hasil Audit Keperawatan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (September - Desember 201

100%
98%
96%
94%
92%
90%
88%
86%
84%

Pendokumentasian Askep

PengkajianDiagnosaIntervensiImplementasiEvaluasi

4.Pembiayaan (M4-Money)

tidak dikaji

5.Mutu (M5-Machine)

Dari hasil Audit pada Bulan September – Desember 2016, mutu asuhan
keperawatan berdasarkan persepsi pasien memiliki nilai rata-rata 73,27 %. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mutu pelayanan dari tahun sebelumnya.
Sedangkan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh bahwa 78 %
pasien mengatakan bahwa perawat memperkenalkan diri pada pasien. Dalam melayani
pasien, perawat selalu bersikap sopan dan ramah. Saat menerima pasien baru, perawat
selalu menjelaskan peraturan dan tata tertib Rumah Sakit, fasilitas yang tersedia di
Rumah Sakit, dan tempat-tempat mana yang paling penting untuk kelancaran perawatan
seperti kamar mandi, ruang perawat,administrasi.

Perawat juga selalu menjelaskan tujuan perawatan yang akan dilakukan pada pasien,
sehingga pasien/keluarga dapat mengerti mengenai tindakan yang akan diberikan.
Kepala ruang maupun perawat pelaksana lainnya wajib memberikan informasi kepada
pasien tentang perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien.
91 % pasien mengatakan bahwa perawat memperhatikan keluhan pasien dan
selanjutnya menanggapi keluhan yang dirasakan oleh pasien. Di samping itu juga,
perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh pasien.
Saat melaksanakan tindakan keperawatan, pasien mengatakan bahwa perawat
selalu memberikan penjelasan sebelum tindakan keperawatan diberikan. Selanjutnya
perawat meminta persetujuan kepada pasien/keluarga sebelum melakukan tindakan.
Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan sebelum tindakan keperawatan diberikan berupa
prosedur tindakan, risiko atau bahaya dari suatu tindakan, dan lain-lain. Semua itu
menurut pernyataan pasien melalui angket, telah dijelaskan oleh perawat dengan
lengkap dan jelas.
Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin,
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Menurut pernyataan pasien dalam angket,
selain cleaning service perawat juga turut membantu dalam hal kebersihan dan
kerapihan Rumah Sakit. 91 % pasien mengatakan bahwa perawat melakukan tindakan
keperawatan dengan terampil dan percaya diri, serta berhati-hati. Pasien juga
menyatakan bahwa setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai
keadaan dari pasien, misalnya perasaan pasien setelah diberikan tindakan, reaksi pasien
setelah tindakan, dan perubahan-perubahan lainnya. Setelah tindakan diberikan,
perawat wajib mencatat atau mendokumentasikan dalam buku laporan, status pasien,
atau list pasien.
B. Analisa SWOT
No. Pengumpulan Data Strengths Weaknesses Opportunities Threats
(Kekuatan/Kelebihan) (Kelemahan/Kekurangan) (Peluang/Kesempatan) (Ancaman)
1. M1- Man 1. Sudah 1. 80 % perawat tidak 1. Adanya kemauan 1. Masih ada
(Sumber Daya menggunakan puas dengan pemberian dari perawat untuk perawat yang
Manusia) Struktur Organisasi beasiswa atau pelatihan meningkatkan belum memiliki
dengan MPKP pendidikan kemampuan kerja STR/dalam
modifikasi Tim keperawatan. melalui kepengurusan
Primer. 2. Kurangnya pelatihan/pendidik 2. Adanya tuntutan
2. Jenis Ketenagaan : kesejahteraan perawat antambahan. akreditasi Rumah
S1-Ners 5 orang seperti tidak sesuainya 2. Adanya program Sakit dengan UU
D3 Keperawatan 18 jumlah pendapatan akreditasi RS Akreditasi
orang dengan latar belakang dimana MPKP Rumah SakitNo
POS 3 orang nama. adalah salah satu 12 tahun 2012
PAD 1 orang 3. 52,17 % perawat masih penilaian. bahwa akreditasi
Cleaning Service 3 PK 1/ pengalaman bertujuan
orang masih minim. meningkatkan
3. PK0 sebanyak 3 4. 60 % Perawat tidak keselamatan
orang (13,04 %), merasa puas dengan pasien Rumah
PK1 sebanyak 12 jumlah jamkerja. Sakit dan
orang (52,17 %), 5. Kesempatan untuk meningkatkan
PK2 sebanyak 2 mengambil cuti dalam perlindungan
orang (8,69 %), dan waktu 1 minggu masih bagi pasien,
PK3 sebanyak 6 belummerata. masyarakat,
orang (26,08%) 6. 53 %perawat sumber daya
4. BOR 89,35 % mengatakan bahwa manusia Rumah
5.Tenaga pembagian tugas di sakit dan rumah
keperawatan ruangan belum jelas sakit sebagai
mencukupi pada dan tidak merasa puas Institusi.
masing-masing dengan pembagian 3. Adanya tuntutan
shift. yangada. yang tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebihprofesional
4. Adanya tuntutan
dari Rumah sakit
untuk setiap
tindakan
keperawatan
harus mengikuti
SOP yang telah
dibuat oleh
Rumah Sakit.
2. M2- 1. Inventaris alat 1. Toilet pasien terlalu 1. Dapat meningkatkan 1. Tersedianya
Material kesehatan dan jauh dengan kamar pelayanan kepada fasilitas RS yang
(Sarana dan kebutuhan pasien. pasien. lengkap menjadi
Prasarana) keperawatan sudah 2. Papan Denah ruangan item persaiangan
cukup memadai masih kurang baik, antarRS
dengan kondisi sehingga perlu 2. Sarana dan pra
baik. diperbaiki. sarana RS yang
2. Alat penunjang lengkap menjadi
seperti Linen dalam daya Tarik
kondisi baik dan pelangan.
layakpakai. 3. Adanya tuntutan
3. Fasilitas kantor yang tinggi dari
tersediadengan masyarakat untuk
baik. melengkapi
4. Peralatan yang ada sarana dan
sudah lengkap prasarana.
untuk perawatan 4. Tuntutan
pasien. akreditasi Rumah
5. Jumlah alat sudah Sakit.
sesuai dengan rasio 5. Makin tingginya
pasien. kebijakan
6. Perawat mengerti pemerintah
cara menggunakan dalam pelayanan
semua alat kesehatan dengan
perawatanpasien. adanya program
BPJS.
6. Adanya
pembangunan
gedung
bertingkat di
sekitar RS yang
menyebabkan
pergeseran tanah
sehingga
beberapa ruangan
tidakberoperasi.
3. M3-Method 1. Ruang G sudah 1. Overan terlalu lama dan 1.Adanya 1. Tuntutan
(Metode) menggunakan seringkali selesai tidak kesempatan akreditasi Rumah
MPKP model tepatwaktu. mendukung Sakit.
modifikasi Metode 2. Perawat pelaksana terlaksanya 2. No. 36 tahun
Tim Primer. tidak memiliki komunikasi 2009tentang
2. Perawat sudah keseragaman catatan adekuat antar keselamatan
mengerti dan rencana kerja harian. perawat dan tim pasien, terdapat
merasa cocok 3. 73 % perawat kesehatan lain. pada pasal 53
dengan model yang menyatakan bahwa 2. Perawat mendapat ayat 3
ada. pelaksanaan ronde kesempatan untuk 3. Adanya
3. Dengan metode keperawatan di ruangan dievaluasi kesadaran pasien
modifikasi Tim belum optimal. 67 % langsung oleh dan keluarga
Primer, menjadikan perawat menyatakan Ketua Tim dan akan tanggung
lama rawat inap bahwa keluarga pasien KepalaRuangan. jawab dan
bagi pasien semakin belum mengerti adanya 3. Adanya hasil tanggung gugat.
pendek. ronde keperawatan. umpan balik 4. Adanya tuntutan
4. Metode ini tidak supervisi untuk akan pelayanan
memberatkan dalam meningkatkan yangprofesional.
pembiayaan. kualitaspelayanan.
5. Kontinuitas renpra 4. Adanya keinginan
terlaksana dengan perawat untuk
baik. mengalami
6. Setiap hari, perubahan setelah
dilakukan 3 kali disupervisi.
overan,
7. Perawat telah
mengetahui hal-hal
apa yang harus
disampaikan saat
overan.
8. Melakukan
interaksi dengan
pasien(visite
keperawatan)
9. Sebagian besar
perawat telah
mengerti dengan
pelaksanaan ronde
keperawatan.
10. Perawat sudah
mengerti dengan
sentralisasi obat.
11. Tersedia format
daftar pengadaan
tiap-tiapobat.
12. Terdapat media
penyimpanan obat
dan barcode untuk
labelobat.
13. Perawat sudah
mengerti tentang
supervisi.
14. Supervisi dilakukan
oleh Kepala
Ruangan setiap
bulan dan setiap
minggu.
15. Semua perawat
sudah mengerti
tentang Discharge
Planning.
16. Tersedia format
untuk melakukan
pendokumentaian.
17. Nilai rata-rata
pendokumentasian
asuhankeperawatan
sebesar 93,7 %
4. M5-Machine 1. Perawatbersikap 1. Minimnya tenaga 1. Adanyakomunitas 1. Masih ada
(Mutu) sopan dan ramah keperawatan yang perawat yang perawat yang
dalam melayani berlatarbelakang professional. belum memiliki
pasien. pendidikan Sarjana. 2. Terciptanya STR.
2. Perawat selalu pelayanan yang 2. Adanya tuntutan
memperhatikan dan kondusif terhadap akreditasi Rumah
menanggapi pasien. Sakit dengan UU
keluhan yang Akreditasi
dirasakanklien. Rumah SakitNo
3. Perawat selalu 12 tahun 2012
memantau dan bahwa akreditasi
mengobservasi bertujuan
keadaan pasien meningkatkan
secararutin. keselamatan
4. Nilai mutu asuhan pasien Rumah
keperawatan Sakit dan
berdasarkan Audit meningkatkan
keperawatan perlindungan
sebesar 73,27 % bagi pasien,
masyarakat,
sumber daya
manusia Rumah
sakit dan rumah
sakit sebagai
Institusi.
3. Adanya tuntutan
yang tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebihprofesional
4. Adanya tuntutan
dari Rumah sakit
untuk setiap
tindakan
keperawatan
harus mengikuti
SOP yang telah
dibuat oleh
Rumah Sakit
5. Adanya UU
KeperawatanNo.
36 tahun 2009
tentang
keselamatan
pasien, terdapat
pada pasal 53
ayat 3.
C. Identifikasi Masalah dan Pembobotan PrioritasMasalah
1. IdentifikasiMasalah
a. Turunnya minat kerja/semangat kerja perawat pelaksana di ruangan G ditandai dengan 60 % perawat pelaksana
tidak merasa puas dengan jumlah jam kerja, kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 tahun. masih
belum merata, 53 % perawat pelaksana mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak
merasa puas dengan pembagian yang ada
b. Kurangnya tingkat keterampilan dan pengalaman kerja dari perawat pelaksana dibuktikan dengan 52,17 % %
perawat pelaksana masih PK 1 yang pengalamannya masih minim.
c. Belum optimalnya penggunaan catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan
efisiensi kerja harian perawat.
d. Waktu pelaksanaan overan tidak efektif karena overan yang dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali
selesai tidak tepatwaktu.
e. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang G belum efektif ditandai dengan 73 % perawat menyatakan bahwa
pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien
belum mengerti adanya rondekeperawatan.

2. Pembobotan dan PrioritasMasalah


Proses untuk mendapatkan masalah prioritas dengan menggunakan metode pembobotan yang memperhatikan
aspek :
- Magnitude(Mg)
Kecenderungan besar dan masalah sering terjadi
- Severity(Sv)
Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini.
- Manageability(Mn)
Berfokus kepada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahannya.
- Nursing Consent (Nc)
Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
- Affordability (Af) Ketersediaan sumberdaya

Rentang nilai yang digunakan 1-3


dengan rincian 3 : Besar
2 : Sedang
1 : Kecil
No. Daftar Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1. Turunnya minat kerja/semangat kerja perawat pelaksana di ruangan G ditandai dengan 2 1 1 2 2 8 V
60 % perawat pelaksana tidak merasa dengan jumlah jam kerja, kesempatan untuk
mengambil cuti dalam waktu 1 minggu masih belum merata, 53 % perawat pelaksana
mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak merasa puas
dengan pembagian yang ada
2. Kurangnya tingkat keterampilan dan pengalaman kerja dari perawat pelaksana 2 1 2 2 2 16 IV
dibuktikan dengan 52,17 % perawat pelaksana masih PK 1 yang pengalamannya masih
minim.
3. Belum optimalnya penggunaan perencanaan harian perawat pelaksana yang 3 2 2 3 3 108 I
mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat.
4. Waktu pelaksanaan overan tidak efektif karena overan yang dilaksanakan sudah lebih 3 2 2 2 2 48 III
dari 30 menit dan seringkali selesai tidak tepat waktu.
5. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang G belum efektif ditandai dengan 73 % 2 2 3 3 2 72 II
perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal.
67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde
keperawatan.

Untuk mendapatkan nilai prioritas masalahnya :


Mg×Sv×Mn×Ne×Af Pembobotan Prioritas Masalah
D. POA (Plan OfAction)

Masalah : Belum optimalnya penggunaan rencana harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi
kerja harian perawat.

Indikator Alat dan


Tujuan Uraian kegiatan Waktu Prosedur/ Strategi PIC Sasaran
keberhasilan Metode
Meningkatkan 1. Perawat 1. Pembuatan desain 1 – 4 Maret 1. Mendesain format rencana Cyntia Perawat
efektifitas dan mengetahui rencana kerja harian 2020 kegiatan harian agar bisa Lumintang yang
efisiensi rencana kerja lebih mudah dan efisien bertugas
pelayanan yang akan dalampengisiannya. di
sebagai dilakukannya ruangan
perawat setiap hari 2. Sosialisasi tentang 2. Melakukan presentasi awal Fidy Sada G Format
pelaksana 2. Perawat format rencana kerja 4 Maret di ruangan untuk rencana kerja
dengan menggunaka harian sesuaishift 2020 menjelaskan tentang harian
menggunakan n format format pembuatan rencana
lembar rencana rencana kerja kerja harian perawat.
kerja harian harian setiap
perawat hari sesuai 3. Implementasi 3. Bersama dengan perawat Christien Format
shift tentang penggunaan pelaksana melakukan Bopeng rencana kerja
format rencana kerja 5 implementasi tentang dan harian
harian Maret 2020 penggunaan format rencana Sustianti
kerja harian sesuai shift. Tamara

4. Evaluasi 5—6 4. Mengevaluasi penggunaan Miranti Format


penggunaan format Maret format pembuatan rencana Sengkeh rencana kerja
rencana kerja harian 2020 kerja harian perawat. dan Yiyin harian
sesuai shift Pansing
E. Penyelesaian Masalah
Pengumpualan data dilakukan dengan memberi angket tentang M1
(Manusia/ketenagaan), M2 (material/sarana dan prasarana), M3 (metode), M5 (mutu); dan
mengobservasi situasi serta kondisi diruangan, terkait dengan manajemen keperawatan yang
dilaksanakan di ruang Ar Rahim. Untuk lebih memfokuskan masalah, kelompok melakukan
wawancara dengan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sehingga kelompok
menemukan beberapa masalah tentang manajemen keperawatan. Dari beberapa masalah
tersebut kelompok menyusun prioritas masalah terkait manajemen keperawatan. Prioritas
masalah yang telah tersusun, kelompok diskusikan dengan kepala ruangan untuk menentukan
masalah mana yang implementasinya paling dibutuhkan oleh ruangan. Hasil diskusi dengan
kepala ruangan adalah prioritas masalah yang akan diangkat oleh kelompok yaitu: Belum
optimalnya Catatan Perencanan harian perawat pelaksana berhubunganan dengan tidak ada
keseragaman catatan harian perawat pelaksana sehingga pencatatannya belum teratur yang
mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harianperawat.
Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh kelompok dalam mengatasi masalah tersebut
adalah dengan membuat format rencana kerja harian perawat pelaksana dengan tujuan akan
sangat membantu perawat dalam mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada
pasien serta menunjang dalam serah terima dengan ketuatim.
Implementasi dilakukan selama 2 hari yang dimulai dengan mensosialisasikan format
rencana kerja harian perawat pelaksana dan meminta masukan untuk perbaikan format agar
sesuai dengan keperluan perawat pelaksana. Hari kedua dilanjutkan dengan membagikan
format rencana kerja harian perawat pelaksana dan memberikan petunjuk penggunaan format
tersebut pada perawat dinas pagi, sore danmalam.
Evaluasi dilakukan pada hari ketiga.
BAB IV

PEMBAHASAN

Prioritas masalah yang ditemukan di Bangsal Ar Rahim adalah belum optimalnya


catatan perencanaan harian perawat pelaksana. Pengumpulan data dilakukan sejak tanggal
24 Februari 2020 – 29 Februari 2020, pembuatan desain rencana kerja harian tanggal 1
Maret – 4 Maret 2020, Implementasi berupa sosialisasi dan penggunaan format rencana
kerja harian tanggal 5 Maret 2020. Evaluasi dilakukan pada tanggal 5 Maret 2020 - 6
Maret 2020.

A. Data Pre Implementasi


Hasil Observasi dan Wawancara
Hasil Observasi dan wawancara sebelum dilakukan implementasi adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi Rencana Keperawatan
Gambar 5.1

KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANGRENCANA


KEPERAWATAN

53% 47%

Baik
KurangBaik

53 % perawat mengatakan bahwa mereka sering mendapat teguran dari ketua tim jika ditemui ada
kesalahan seperti komunikasi yang disampaikan hanya lewat begitu saja/tidak sampai pada
perawat yang bersangkutan, catatan tidak lengkap, kesalahan tindakan atau pendokumentasian
asuhan keperawatan.

b.SerahTerima
Serah terima dilakukan tiga kali sehari yaitu pada setiap pergantian Shift.
Serah terima seharusnya dilaksanakan 30 menit namun yang dilaksanakan
dibangsal G sering lebih dari waktu yang ditentukan.
Menurut Nursalam (2012) yang perlu diperhatikan dalam serah terima
adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut dapat diperoleh
dari Perawat Pelaksana.
Berdasarkan hasil observasi, 100% Perawat pelaksana diruang G hanya
memiliki catatan pribadi yang berbeda antara perawat yang satu dengan
yang lain sehingga Informasi yang disampaikan Ketua Tim kepada Anggota
Tim kurang dipahami dan diperlukan pengulangan informasi yang
membutuhkan waktu untuk menjelaskan kembali. Hal ini dikarenakan
perawat belum memiliki format rencana kerja yang seragam yang akan
mempengaruhi juga dalam pelaksanaan serah terima sebagai bentuk
komunikasi antar perawat.

B. Implementasi
Implementasi dimulai pada tanggal 10 Mei 2016 dengan sosialisasi, penjelasan
penggunaan format rencana kerja harian dan berdiskusi dengan perawat pelaksana, ketua tim,
CCM dan kepala ruang tentang format tersebut yang telah direncanakan dan didesain terlebih
dahulu.
Dari diskusi tersebut, kelompok mendapatkan masukan, kelompok merevisi format
rencana kerja harian tersebut agar sesuai dengan keperluan perawat pelaksana diruangan G.
Implementasi selanjutnya pada tanggal 5 Maret 2020 dengan membagikan format rencana
kerja harian perawat pelaksana dan memberikan petunjuk penggunaan format tersebut pada
perawat dinas sore, malam dan pagi.

C. Evaluasi
Tabel 4.1 Presentase perawat pelaksana yang menggunakan catatan perencanaan harian
pada saat implementasi.
Perawat pelaksana
Shift
Menggunakan Presentase Tidak Presentase
Sore 5 100% 0 0%
Malam 2 100% 0 0%
Pagi 4 100% 0 0%
Jumlah 11 100% 0 0%

Tahap evaluasi dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 5 Maret 2020
(shift sore dan shift malam) sampai 6 Maret 2020 (shift pagi). Dari
keseluruhan perawat pelaksana yang berjumlah 19 orang, 11 diantaranya
dinas saat kelompok melakukan implementasi. 11 orang perawat pelaksana
tesebut telah menggunakan catatan perencanaan harian yang dibuat dan
dibagikan oleh kelompok dengan presentasi100%.
Dengan Pemberian implementasi maka kelompok mendapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Tersedianya catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang seragam. Setelah
dilakukan implementasi dengan memberikan format catatan perencanaan harian perawat
pelaksana dan telah digunakan oleh perawat pelaksana yang dinas pada saat dilakukan
implementasi maka kelompok menyimpulkan bahwa telah ada keseragaman dalam
penulisan catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang ada di ruang Ar Rahim.
2. Serah terima
Setelah adanya keseragaman dalam penulisan catatan perencanaan harian perawat
pelaksana di ruang Ar Rahim, serah terima yang dilaksanakan berjalan lancar dan
selesai tepat pada waktunya.
3. Ketua tim lebih mudah mengevaluasi rencana keperawatan yang telah dilaksanakan oleh
perawat pelaksana.
4. Membantu kepala ruang untuk mengevalusai kinerja staf dalam rangka penilaian
kinerja.
5. Pendapat perawat pelaksana dengan diadakannya keseragaman catatan harian perawat
pelaksana melalui wawancara yang dilakukan oleh kelompok adalah seluruh perawat
yang telah menggunakan format catatan harian perawat pelaksana menerima dengan
baik dan merasa dipermudah dalam melakukan pencatatan rencana dan implementasi
keperawatan.
Dari hasil evaluasi ini maka kelompok menyimpulkan bahwa dengan
mengoptimalkan catatan perencanaan harian perawat pelaksana, dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan di bangsal Ar Rahim.

D. Hambatan
Format yang diisi belum lengkap, hal ini disebabkan karena format yang
diberikan masih baru sehingga masih perlu penyesuaian perawat pelaksana dalam
penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi, supervisi setiap hari dari
ketua tim dan kepala ruangan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber
daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-
spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan strukturdan proses sistem
pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan profesional.
3. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan di ruangan Ar Rahim, prioritas masalah
yang diperoleh adalah belum optimalnya penggunaan perencanaan harian perawat pelaksana
yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat
5. Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang
dirawat pada shift dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: serah terima, pre conference dan
post conference,melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan mendokumentasikan
asuhan keperawatan.

Dengan adanya format catatan perencanaan kegiatan harian perawat pelaksana maka semua
catatan harian perawat pelaksana akan ada keseragaman, dapat menjadi referensi saat serah
terima, membantu Kepala Ruang dan Ketua Tim dalam mengevaluasi kerja perawat
pelaksana, serta perawat pelaksana sendiri merasa dipermudah dalam melakukan
pencatatan rencana dan implementasi keperawatan.
6. Format catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang diisi belum lengkap, hal ini
disebabkan karena format yang diberikan masih baru sehingga masih perlu penyesuaian
dari perawat pelaksana dalam penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi,
supervisi setiap hari dari Ketua Tim dan KepalaRuangan.

B. Saran
1. InstitusiPendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan
dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai bimbingan terhadap
mahasiswa yang berkecimpung di bidang keperawatan khususnya untuk Program Studi
Profesi DIV Keperawatan Fakultas Keperawatan Poltekkes Makassar
2. Rumah Sakit
Diharapkan penggunaan format catatan perencanaan kerja harian perawat pelaksanaan, dapat
menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan
Rumah Sakit.
3. Perawat
Diharapkan dengan adanya format catatan perencanaan harian perawat pelaksana, perawat
tidak lagi menggunakan buku catatan pribadi tetapi dapat menggunakan format yang
telah tersedia untuk keseragaman dan kemudahan dalam pencatatan rencana harian.
4. Mahasiswa
Setelah menyelesaikan praktikum Manajemen Keperawatan, diharapkan mahasiswa sudah
mampu melakukan pengumpulan data dengan metode 5 M (Man, Material, Method,
Money, dan Machine) serta mampu menerapkan proses manajemen keperawatan
(Planning, Organizing, Actuating, dan Controling). Serta menjadi change agent dalam
penerapan format catatan perencanaan harian perawat pelaksana
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar- Ruzz
Media.

Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. 2012.

Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Ratna & Rumondang. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta


: Sagung Seto.

Sitorus, Ratna. 2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan


Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai