Oleh:
Nama Kelompok:
Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena as attuntunanasdan
bimbingan-Nya, sehingga laporan manajemen keperawatan ini boleh tersusun dan boleh
terlaksana.
Adapun judul dari laporan yang kami susun adalah Belum Optimalnya Catatan
Perencanaan Harian Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Ruangan
Ar-Rahim. Maksud kami membuat laporan ini adalah merupakan bagian tugas atau laporan
pertanggung jawaban kelompok selama praktikum klinik Profesi Ners di RSI Faisal
Makassar, khususnya untuk Mata Kuliah Manajemen Keperawatan di Instalasi Rawat Inap
Ruangan Ar-Rahim. Di samping itu kami membuat laporan ini untuk menambah pengetahuan
mengenai manajemen keperawatan khususnya tentang Perencanaan Harian Perawat
Pelaksana di ruangan Ar-Rahim. Sehingga bisa menjadi acuan ataupun bahan ajaran pada
instansi- instansi yang terkait, terutama bagi mahasiswa, dosen ataupun tim kesehatan lainnya
yang berkecimpung di bidang manajemen keperawatan, terlebih khusus bagi perawat
pelaksana yang ada di Ruangan Ar-Rahim.
Kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu
terlaksananya praktikum dan tersusunnya laporan ini, diantaranya:
1. Direktur Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
5. Kepeala Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruangan P5 Ar-Rahim RSI Faisal Makassar
Kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami terbuka terhadap kritik ataupun saran yang dapat menyempurnakan laporan
ini. Semoga dengan adanya laporan ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam
memperluas dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, khususnya dalam
manajemen keperawatan. Tuhan memberkati kita semua.
Tim penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTARISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah.................................................................................................1
B. RumusanMasalah..........................................................................................................4
C. TujuanPenulisan............................................................................................................4
D. ManfaatPenulisan..........................................................................................................5
E. IdentifikasiMasalah.......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dan ProsesManajemen Keperawatan...............................................................7
B. Model Praktik KeperawatanProfesional (MPKP).......................................................10
C. Peran dan Fungsi PerawatpadaMPKP.........................................................................25
D. Perencanaan.................................................................................................................29
BAB III ANALISA SITUASI
A. Pengumpulan Data (Man, Material, Method,Machine)..............................................33
B. AnalisaSWOT.............................................................................................................52
C. Identifikasi danPerumusan Masalah............................................................................58
D. POA (PlanningOf Action)...........................................................................................60
E. PenyelesaianMasalah..................................................................................................61
BAB IV PEMBAHASAN
A. Data Pre Implementasi...................................................................................
B. Implementasi..................................................................................................
C. Evaluasi..........................................................................................................
D. Hambatan.......................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
2. Proses Man
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat
saling mendukung.
Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat dipelajari dari
fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Adapun yang dimaksud
fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang
manajer untuk mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi manajemen
yang berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut
George Terry, yaitu :
a. Planning(Perencanaan)
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan
menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan
akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan
mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya
yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya.
b. Organizing(Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber
daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuanorganisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau Penggerakkan Penggerakan
sebagai proses manajemen adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka
mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan
yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yangtersedia.
d. Controling (Pengawasan,Monitoring)
Pengawasan adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja
yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
3. Komponen Sistem ManajemenKeperawatan
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada
umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, control dan
mekanisme umpan balik.
a. Input. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan danfasilitas
b. Proses. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanankeperawatan.
c. Output. Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan
serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil ataukeluaran.
d. Control. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan
prosedur yang sesuai standar danakreditasi.
e. Umpan balik. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil
dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui
laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
4. Ruang Lingkup ManajemenKeperawatan
Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan yang efektif
sebaiknya memahami danmemfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto
(2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatanmeliputi:
a. Menetapkan penggunaan proseskeperawatan.
b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan doagnosa.
c. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat.
d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan. Menurut Suyanto, 2008 keperawatan
terdiridari:
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak (kepala bidangkeperawatan)
2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan /supervisor)
3) Manajemen bawah (kepala ruangperawatan)
b. Manajemen AsuhanKeperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan
pada prinsipnya menggunakan konsep – konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni:
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan
dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam,2011).
2. Dasar Pert
Menurut Nursalam (2012), dasar pertimbangan pemilihan model Metode Asuhan
Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut:
a. Sesuai dengan visi dan misiinstitusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keeprawatan harus didasarkan pada visi dan
misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Proses keperawatan
merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien.
Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses
keperawatan.
c. Efektif dan efisien dalam penggunaanbiaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam
kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya
memadai, maka tidak akan didapat hasil yangsempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga danmasyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan
yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan
keperawatan yang dapat menunjang kepuasanpelanggan.
e. Kepuasan dan kinerjaperawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat.
Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah
beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatanlainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar
pertimbangan penetuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat
meninkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Pilar-Pilar
Dalam model praktik keperawatan professional terdapat empat pilar yang digunakan
sebagai acuan, yaitu sebagai berikut.
a. Pilar I :Manajemen Approach (pendekatanmanajemen)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama.Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri
dari :
1) Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang
akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itudilakukan.
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi,
filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan, dan tahunan). Jenis-jenis
perencanaan terdiri dari :
a) Rencana jangkapendek
Rencana Harian Kepala Ruangan. Rencana harian kepala ruangan kegitannya meliputi:
Operan, pre conference dan post conference, mengecek SDM dan sarana prasarana,
melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus,
melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana, hubungan dengan bagian lain terkait
rapat-rapat terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang
belum teratasi, mempersiapkan dan merencanakan kegiatanasuhan keperawatan untuk sore,
malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
- Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer). Rencana harian ketua tim meliputi:
operan, pre conference dan post conference, penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien
pada tim yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat pelaksana,
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain, menulis dokumentasi, alokasi pasien sesuai
perawat yangdinas.
- Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete). Rencana harian perawat
pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift
dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operw2an, pre conference dan post conference,
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan.
Penilaian rencana harian perawat, untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian
dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap
ketuatim
b) Rencana jangkamenengah
- Rencana Bulanan Kepala Ruangan. Rencana bulanan kepala ruangan meliputi:
membuat jadwal dan memimpin case conference, membuat jadwal dan memimpin
pendidikan kesehatan kelompok keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal dan
memimpin rapat bulanan perawat, membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan,
membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, melakukan
dokumentasi, membuat laporan bulanan.
c) Rencana jangkapanjang
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun
yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan
berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
-Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan
(aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi
mutupelayanan.
-Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkannya dimasamendatang.
-Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier
perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal untuk mengikutipelatihan-
pelatihan.
2) Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuanorganisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang
MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan
Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan,
Clinical Care Manager (CCM), Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Struktur ketenagaan keperawatan pada Ruangan Ar-Rahim RSI Faisal
PA
PAGI PA PA
PA PA PA
P
PA PA
A
SORE
PA PA
PA
PA
P
A
MALAM PA PA
PA PA
LIBUR/
PA
CUTI
PA
9-10 pasien
9-10 pasien 9-10
pasien
3. )Pengarahan
Selain itu, ada juga model modifikasi MPKP Tim-Primer yang digunakan secara kombinasi
dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2012), penetapan
sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai
latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atausetara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien terfragmentasi pada berbagaitim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di
RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat primer/ketua tim. Tingkatan dan Spesifikasi MPKP menurut Sitorus(2006)
Tingkat Praktik Metode Ketenagaan Dokumentasi Aspek
Keperawatan Pemberian Penelitian
Askep
MPKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah Standar renpra
Pemula memberikan keperawatan sesuai (masalah
asuhan keperawatan primer kebutuhan aktual)
profesional tingkat .
pemula 2. SKp/Ners
(1:25-30
pasien)
sebagai
CCM.
3. DIII
Keperawa
tan sebagai
perawat
primer
pemula.
4. SPK/DIII
Keperawa
tan sebagai
PA.
C .ProsesKeperawatan
1) Identifikasimasalah.
2) Menyusun alternatif penyelesaikanmasalah.
3) Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan
melaksanakannya.
4) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian
masalah. Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang
pada langkah- langkah proses keperawatan yaitu :
1) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih
holistic.
2) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari
masalah masalahkeperawatan.
3) Rencana tindakan untuk menyelesaikanmasalah.
4) Implementasi rencana, dan
5) Evaluasi hasiltindakan.
d.DokumentasiKeperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secaraberkesinambungan.
Di samping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian
asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana
komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan
keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban
dan pertanggung gugatan asuhankeperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan
tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai
professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
D Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan ke
depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana kegiatan yang berisi
tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut
dilaksanakan, bagaimana indikator/tolak ukur untuk mencapai tujuan serta kegiatan apa
yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan.
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan,
dibutuhkan perencanaan yang baik dan profesional. Perencanaan yang baik harus
berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan
sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisienn (Swansburg, 1993)
1. PengertianPerencaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 2007). Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005 dalam Asmuji, 2012).
2. Jenis Perencanaan dalam ManajemenKeperawatan
Dalam manajemen keperawatan kegiatan perencanaan adalah membuat
perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perencanaan jangka
pendek atau disebut juga “Perencanaan operasional” adalah perencanaan yang dibuat
untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun, perencanaan jangka menengah
adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun (Marquis &
Huston, 1998), sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut
“perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga samapai
dengan dua puluh tahun (Swansburg, 1993).
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka pendek.
Menurut Keliat, dkk (2009), rencana jangka yang dapat diterapkan di ruang di ruang
perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan dan rencana tahunan.
a. RencanaHarian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencan harian ini
dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat pelaksana.
b. Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan.
Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana
bulanan dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
c. RencanaTahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana
tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya.
Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
3.Rencana Harian PerawatPelaksana
Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian dari perawat pelaksana ini harus
terorganisir, terarah, benar-benar dipahami dan dilaksanakan karena tindakan dari perawat
pelaksana langusng berhubungan dengan pelayanan keperawatan kepada pasien.
Rencana harian perawat pelaksana meliputi kegiatan : operan, pre conference dan
post conference, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan mendokumentasikan
asuhan keperawatan. Penilaian rencana harian perawat berguna untuk menilai
keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan
instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim.
BAB III
ANALISA
SITUASI
A. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan di Ruangan G Rumah Sakit PGI
Cikini – Jakarta Pusat. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 19
– 23 April 2016 dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan angket.
Adapun yang menjadi sasaran dari pengumpulan data ini adalah Man, Material,
Method, dan Machine yang ada di ruangan G tersebut. Selain itu, yang menjadi
responden dalam pengumpulan data adalah perawat dan pasien.
1. Sumber Daya Manusia(M1-Man)
a. StrukturOrganisasi
Instalasi Rawat Inap Ar Rahim RS Islam Faisal dipimpin oleh Kepala Ruangan
dan dibantu oleh CCM (Clinical Care Manager), 2 Ketua Tim, 19 Perawat
Pelaksana, Pegawai Administrasi bersama Pembantu Perawat (POS) 3 orang, serta
Cleaning Service 3 orang. Adapun Struktur Organisasi Ruang Ar Rahim adalah
sebagaiberikut.
Kepala Ruang
CCM
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
S-1NersDIIIKeperawatan
12
10
2
PK 0 PK 1 PK 2 PK 3
0
PK 0PK 1PK 2PK 3
Secara keseluruhan jumlah perawat yang ada pada tabel di atas adalah sebanyak 23
orang yang terbagi atas PK0 sebanyak 3 orang (13,04 %), PK1 sebanyak 12 orang
(52,17 %), PK2 sebanyak 2 orang (8,69 %), dan PK3 sebanyak 6 orang (26,08 %).
Sehingga dari data tersebut diperoleh bahwa sebagian besar perawat adalah PK1
sehingga pengalamannya masih minim.
Komposisi Tenaga Non Perawat
No. Kualifikasi Jumlah Masa Kerja
1. Pembantu perawat/Pembantu 3 orang > 20 Tahun: 2orang
Orang Sakit (POS) < 5 Tahun: 1 orang
2. Petugas Administrasi (PAD) 1 orang < 1 Tahun
3. Cleaning Service 3 orang
c. Pasien
Adapun jumlah pasien selama 1 bulan (Bulan Maret 2020) berdasarkan
data di ruangan adalah sebagai berikut:
Rata-rata pasien
Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah Pasien
per hari
Perawatan Minimal (Self Care) 1 0,03
Perawatan Parsial (Intermediate
578 18,67
Care)
Perawatan Total (Total Care) 111 3,58
JUMLAH 690 22.28
d. Pengaturan Ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Dalam mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan
menggunakan perhitungan tenaga menurut metode Douglas. Berdasarkan rumus
tersebut maka di dapatlah jumlah kebutuhan perawat rata-rata per hari di masing-
masing shift berdasarkan data pada bulan Maret 2020, hasil perhitungan adalah
sebagai berikut:
Jumlah Jumlah
Rata- rata
kebutuh perawat yang
pasien 1bulan
BOR Tingkat an tersedia rata-
terakhir J
(%) Keterga tenaga rata
u
ntunga perawa per hari
m
n t rata-
l
rata
a
per hari
h
Minimal 0.03
95,8 Care 23 1 14
Parsial 18,67 3
Care
Total 3,58
Care
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
YaTidak
Sebesar 73 % mengatakan bahwa lokasi dan denah ruangan masih kurang baik,
sehingga perlu diadakan/direncanakan untuk renovasi ruangan. Salah satu ruangan
yang perlu diperbaiki berdasarkan observasi yaitu Toilet pasien yang terlalu jauh
dengan kamar pasien. Sementara itu dari hasil observasi Papan Denah yang ada di
ruangan perlu diganti dan dilengkapi dengan keterangan, karena Denah yang ada di
ruangan sudah tidak memadai.
3 Metode(M3-Method)
a. PenerapanMAKP
Dari hasil pengumpulan data tentang Model Asuhan Keperawatan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan adalah modifikasi
Metode Tim Primer. Sebanyak 13 dari 15 perawat yang dibagikan angket (87 %)
menyatakan mengerti/memahami model yang digunakan dan 67 % menyatakan
cocok dengan model yang ada.
Mengenai efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan, didapatkan
bahwa dengan menggunakan model yang sekarang ini 53 % perawat menjawab
bahwa model asuhan keperawatan tersebut menjadikan lama rawat inap bagi pasien
semakin pendek dan 47 % menjawab bahwa model asuhan keperawatan tersebut
tidak manjamin lama perawatan pasien menjadi pendek. Dengan adanya model
asuhan keperawatan tersebut telah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap
ruangan. Model asuhan keperawatan tersebut tidak mempersulit pekerjaan yang ada.
Di samping itu, 60 % perawat mengatakan bahwa model asuhan keperawatan
tersebut tidak memberatkan dalam pembiayaan. Model asuhan keperawatan ini tidak
banyak mendapat kritikan daripasien.
2) HasilWawancara
Adapun hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a) Kepalaruangan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan overan yaitu rencana kerja, jumplah pasien,
ketenagaan cukup atau tidak, kesiapan masing-masing perawat, hal-hal apa saja yangperlu
diingatkan seperti hal-hal prioritas atau masalah pasien-pasien yang membutuhkan observasi
lebih. Sementara itu metode yang digunakan saat penyampaian overan yaitu menggunakan
metode S BAR untuk semua pasien. Mengenai rencana harian, perawat pelaksana memang
telah memiliki buku catatan masing-masing. Tetapi untuk format rencana harian belum
digunakan.
b) Ketua Tim I
Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersipkan saat pelaporan overan yaitu
status pasien, list obat, list asuhan keperawatan dan buku tugas. Dalam penyampian
overan biasanya menggunakan metode S BAR namun dalam pelaksanaannya di ruang
Ar Rahim belum maksimal.
c) Ketua Tim II
Menurut saya hal yang perlu dissiapkan saat pelaporan overan selaku ketua tim II
pertama yaitu kesiapan diri sendiri apakah sudah selesai atau belum, sehingga tidak
ada yang ketinggalan saat penyampaian overan. Adapun kesiapan overan yang perlu
diperhatikan yaitu overan yang dilaksanakan pada masing- masing shift baik dari
malam ke pagi, pagi ke sore dan sore ke malam. Sebenarnya dalam menyampaikan
overan harus menggunakan S BAR tetapi selama ini belum 100%dilaksanakan.
Menurut saya metode tersebut baru telaksana sekitar 70-80%.
d) PerawatPelaksana
Masing-masing perawat pelaksana ternyata mempunyai caranya sendiri dalam melakukan
persiapan sebelum overan berlangsung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang
perlu dipersiapkan sebelum overan adalah berdoa, persiapan diri baik fisik maupun mental,
peralatan tulis-menulis termasuk buku kecil/buku catatan pribadi, status dan list pasien, buku
laporan masing-masing tim. Selain itu pastikan juga bahwa program-program/tindakan sudah
terlaksana, kita harus membaca kembali status pasien membuka kembali status keperawatan
untuk melihat tindakan yang akan diberikan, mengecek obat apakah sudah diberikan atau
belum, apakah obat tersedia atau tidak serta kita harus tahu apa yang perlu dioverkan seperti
instruksi-instruksi yang disampaikan harus jelas. Di samping itu diperlukan juga ketelitian,
konsentrasi yang baik dan kesiapan untuk mendengar serta tidak boleh diskusi saat overan
berlangsung agar supaya tidak ada informasi yang terlewatkan. Pada saat menyampaikan
overan hal-hal yang perlu disampaikan yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa medis,
diagnosa keperawatan, hari perawatan, dokter penangung jawab, tindakan yang sudah
dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakan yang belum dilaksanakan, dan program atau
tindakan selanjutnya. Pada dasarnya saat menyampaikan overan harus dengan komunikasi
yang efektif yaitu menggunakan metode SBAR (Situation, Background, Accessment,
Recomendation), namun sebagian besar perawat pelaksana mengatakan bahwa belum
maksimalpelaksanaannya.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh kelompok
tersebut, baik Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala Ruangan telah
mempunyai buku tugas/catatan pribadi untukmendokumentasikan perkembangan
pasien kelolaan masing-masing. Namun catatan pribadi Perawat Pelaksana tidak
ada keseragaman antara satu dengan yang lainnya. Di samping itu, Perawat
Pelaksana juga tidak memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada
shift-nya. Adapun dampak dari tidak adanya rencana harian perawat, yaitu
kegiatan yang dilaksanakan sepanjang shift tidak akan terarah dengan baik,
kegiatan yang berjalan tidak terstruktur, dan perawat tidak mengetahui apa saja
kegiatan yang akan dilakukan sepanjang shift-nya. Sedangkan dengan adanya
rencana harian perawat, akan sangat membantu perawat dalam mengarahkan
kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien, serta akan menjadi bahan
penilaian akan kinerja dari perawat pelaksana itu sendiri. Sehingga berdasarkan
data tersebut, maka kelompok mengangkat masalah mengenai tidak optimalnya
rencana harian Perawat Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi
kerja harian perawat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut
dipandang perlu untuk dibuat sebuah format rencana kegiatan harian Perawat
Pelaksana.
C.Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas &
melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota
tim. Berdasarkan angket yang disebarkan, 100 % perawat mengatakan bahwa
ruangan mendukung kegiatan ronde keperawatan. 93 % perawat mengatakan
bahwa telah mengerti dengan pelaksanaan ronde keperawatan. 73 % perawat
menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67
% perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde
keperawatan. Tim ronde keperawatan di ruangan telah tersedia, namun belum
melaksanakan ronde secara optimal.
80%
60%
40%
20%
0%
Ronde Keperawatan
SudahOptimalBelum Optimal
D.Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002).
Terdapat 87 % perawat mengatakan bahwa sudah mengetahui tentang sentralisasi obat.
80 % perawat menyatakan bahwa sudah pernah diberi wewenang dalam urusan
sentralisasi obat. 100 % perawat menyatakan bahwa sudah ada format daftar
pengadaan tiap-tiap macam obat seperti: oral, injeksi, supositoria, infus, insulin, dan
obat gawatdarurat.
Mengenai format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien, 73 %
perawat menyatakan bahwa di ruangan telah menggunakan format tersebut. Selama ini
juga proses penerimaan obat dari pasien/keluarga pasien sudah berjalan dengan baik. Di
ruangan telah tersedia lemari khusus untuk penyimpanan/sentralisasi obat, bahkan obat-
obatan untuk pasien telah diletakkan dalam kotak obat dan dikelompokkan berdasarkan
kamar dan bed pasien yang bersangkutan. Selain itu, untuk meminimalisir kesalahan
pemberian obat, obat-obatan tersebut telah diberi label/barcode. Semua perawat sudah
mengetahui cara penyimpanan obat secara baik dan benar atau sesuai dengan SOP
Rumah Sakit.
Dalam memberikan obat kepada pasien, 93 % perawat mengatakan bahwa harus
selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan. Selain itu,
setiap jenis obat yang diberikan pada pasien mempunyai format masing-masing.
Setelah memberikan obat kepada pasien, keluarga/pasien wajib menandatangani form
terapi pengobatan/medik yang sudah diberikan pada pasien.
E.Supervisi
G.Dokumentasi
Di ruangan telah tersedia format yang bisa digunakan untuk membantu dan
memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. Sebesar 87 %
perawat mengatakan bahwa sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat
waktu. Sebagian perawat mengatakan bahwa model dokumentasi yang digunakan ini
tidak menambah beban kerja perawat. Dengan adanya model dokumentasi yang
digunakan saat ini 80 % perawat menyatakan bahwa menyita banyak waktu perawat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Audit Keperawatan (Bulan September –
Desember 2015) pendokumentasian asuhan keperawatan memiliki nilai rata-rata 93,7
% dengan perincian: Pengkajian 99 %, Diagnosa 90 %, Intervensi 91 %, Implementasi
91 %, dan Evaluasi 97,5%.
Hasil Audit Keperawatan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (September - Desember 201
100%
98%
96%
94%
92%
90%
88%
86%
84%
Pendokumentasian Askep
PengkajianDiagnosaIntervensiImplementasiEvaluasi
4.Pembiayaan (M4-Money)
tidak dikaji
5.Mutu (M5-Machine)
Dari hasil Audit pada Bulan September – Desember 2016, mutu asuhan
keperawatan berdasarkan persepsi pasien memiliki nilai rata-rata 73,27 %. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mutu pelayanan dari tahun sebelumnya.
Sedangkan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh bahwa 78 %
pasien mengatakan bahwa perawat memperkenalkan diri pada pasien. Dalam melayani
pasien, perawat selalu bersikap sopan dan ramah. Saat menerima pasien baru, perawat
selalu menjelaskan peraturan dan tata tertib Rumah Sakit, fasilitas yang tersedia di
Rumah Sakit, dan tempat-tempat mana yang paling penting untuk kelancaran perawatan
seperti kamar mandi, ruang perawat,administrasi.
Perawat juga selalu menjelaskan tujuan perawatan yang akan dilakukan pada pasien,
sehingga pasien/keluarga dapat mengerti mengenai tindakan yang akan diberikan.
Kepala ruang maupun perawat pelaksana lainnya wajib memberikan informasi kepada
pasien tentang perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien.
91 % pasien mengatakan bahwa perawat memperhatikan keluhan pasien dan
selanjutnya menanggapi keluhan yang dirasakan oleh pasien. Di samping itu juga,
perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh pasien.
Saat melaksanakan tindakan keperawatan, pasien mengatakan bahwa perawat
selalu memberikan penjelasan sebelum tindakan keperawatan diberikan. Selanjutnya
perawat meminta persetujuan kepada pasien/keluarga sebelum melakukan tindakan.
Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan sebelum tindakan keperawatan diberikan berupa
prosedur tindakan, risiko atau bahaya dari suatu tindakan, dan lain-lain. Semua itu
menurut pernyataan pasien melalui angket, telah dijelaskan oleh perawat dengan
lengkap dan jelas.
Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin,
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Menurut pernyataan pasien dalam angket,
selain cleaning service perawat juga turut membantu dalam hal kebersihan dan
kerapihan Rumah Sakit. 91 % pasien mengatakan bahwa perawat melakukan tindakan
keperawatan dengan terampil dan percaya diri, serta berhati-hati. Pasien juga
menyatakan bahwa setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai
keadaan dari pasien, misalnya perasaan pasien setelah diberikan tindakan, reaksi pasien
setelah tindakan, dan perubahan-perubahan lainnya. Setelah tindakan diberikan,
perawat wajib mencatat atau mendokumentasikan dalam buku laporan, status pasien,
atau list pasien.
B. Analisa SWOT
No. Pengumpulan Data Strengths Weaknesses Opportunities Threats
(Kekuatan/Kelebihan) (Kelemahan/Kekurangan) (Peluang/Kesempatan) (Ancaman)
1. M1- Man 1. Sudah 1. 80 % perawat tidak 1. Adanya kemauan 1. Masih ada
(Sumber Daya menggunakan puas dengan pemberian dari perawat untuk perawat yang
Manusia) Struktur Organisasi beasiswa atau pelatihan meningkatkan belum memiliki
dengan MPKP pendidikan kemampuan kerja STR/dalam
modifikasi Tim keperawatan. melalui kepengurusan
Primer. 2. Kurangnya pelatihan/pendidik 2. Adanya tuntutan
2. Jenis Ketenagaan : kesejahteraan perawat antambahan. akreditasi Rumah
S1-Ners 5 orang seperti tidak sesuainya 2. Adanya program Sakit dengan UU
D3 Keperawatan 18 jumlah pendapatan akreditasi RS Akreditasi
orang dengan latar belakang dimana MPKP Rumah SakitNo
POS 3 orang nama. adalah salah satu 12 tahun 2012
PAD 1 orang 3. 52,17 % perawat masih penilaian. bahwa akreditasi
Cleaning Service 3 PK 1/ pengalaman bertujuan
orang masih minim. meningkatkan
3. PK0 sebanyak 3 4. 60 % Perawat tidak keselamatan
orang (13,04 %), merasa puas dengan pasien Rumah
PK1 sebanyak 12 jumlah jamkerja. Sakit dan
orang (52,17 %), 5. Kesempatan untuk meningkatkan
PK2 sebanyak 2 mengambil cuti dalam perlindungan
orang (8,69 %), dan waktu 1 minggu masih bagi pasien,
PK3 sebanyak 6 belummerata. masyarakat,
orang (26,08%) 6. 53 %perawat sumber daya
4. BOR 89,35 % mengatakan bahwa manusia Rumah
5.Tenaga pembagian tugas di sakit dan rumah
keperawatan ruangan belum jelas sakit sebagai
mencukupi pada dan tidak merasa puas Institusi.
masing-masing dengan pembagian 3. Adanya tuntutan
shift. yangada. yang tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebihprofesional
4. Adanya tuntutan
dari Rumah sakit
untuk setiap
tindakan
keperawatan
harus mengikuti
SOP yang telah
dibuat oleh
Rumah Sakit.
2. M2- 1. Inventaris alat 1. Toilet pasien terlalu 1. Dapat meningkatkan 1. Tersedianya
Material kesehatan dan jauh dengan kamar pelayanan kepada fasilitas RS yang
(Sarana dan kebutuhan pasien. pasien. lengkap menjadi
Prasarana) keperawatan sudah 2. Papan Denah ruangan item persaiangan
cukup memadai masih kurang baik, antarRS
dengan kondisi sehingga perlu 2. Sarana dan pra
baik. diperbaiki. sarana RS yang
2. Alat penunjang lengkap menjadi
seperti Linen dalam daya Tarik
kondisi baik dan pelangan.
layakpakai. 3. Adanya tuntutan
3. Fasilitas kantor yang tinggi dari
tersediadengan masyarakat untuk
baik. melengkapi
4. Peralatan yang ada sarana dan
sudah lengkap prasarana.
untuk perawatan 4. Tuntutan
pasien. akreditasi Rumah
5. Jumlah alat sudah Sakit.
sesuai dengan rasio 5. Makin tingginya
pasien. kebijakan
6. Perawat mengerti pemerintah
cara menggunakan dalam pelayanan
semua alat kesehatan dengan
perawatanpasien. adanya program
BPJS.
6. Adanya
pembangunan
gedung
bertingkat di
sekitar RS yang
menyebabkan
pergeseran tanah
sehingga
beberapa ruangan
tidakberoperasi.
3. M3-Method 1. Ruang G sudah 1. Overan terlalu lama dan 1.Adanya 1. Tuntutan
(Metode) menggunakan seringkali selesai tidak kesempatan akreditasi Rumah
MPKP model tepatwaktu. mendukung Sakit.
modifikasi Metode 2. Perawat pelaksana terlaksanya 2. No. 36 tahun
Tim Primer. tidak memiliki komunikasi 2009tentang
2. Perawat sudah keseragaman catatan adekuat antar keselamatan
mengerti dan rencana kerja harian. perawat dan tim pasien, terdapat
merasa cocok 3. 73 % perawat kesehatan lain. pada pasal 53
dengan model yang menyatakan bahwa 2. Perawat mendapat ayat 3
ada. pelaksanaan ronde kesempatan untuk 3. Adanya
3. Dengan metode keperawatan di ruangan dievaluasi kesadaran pasien
modifikasi Tim belum optimal. 67 % langsung oleh dan keluarga
Primer, menjadikan perawat menyatakan Ketua Tim dan akan tanggung
lama rawat inap bahwa keluarga pasien KepalaRuangan. jawab dan
bagi pasien semakin belum mengerti adanya 3. Adanya hasil tanggung gugat.
pendek. ronde keperawatan. umpan balik 4. Adanya tuntutan
4. Metode ini tidak supervisi untuk akan pelayanan
memberatkan dalam meningkatkan yangprofesional.
pembiayaan. kualitaspelayanan.
5. Kontinuitas renpra 4. Adanya keinginan
terlaksana dengan perawat untuk
baik. mengalami
6. Setiap hari, perubahan setelah
dilakukan 3 kali disupervisi.
overan,
7. Perawat telah
mengetahui hal-hal
apa yang harus
disampaikan saat
overan.
8. Melakukan
interaksi dengan
pasien(visite
keperawatan)
9. Sebagian besar
perawat telah
mengerti dengan
pelaksanaan ronde
keperawatan.
10. Perawat sudah
mengerti dengan
sentralisasi obat.
11. Tersedia format
daftar pengadaan
tiap-tiapobat.
12. Terdapat media
penyimpanan obat
dan barcode untuk
labelobat.
13. Perawat sudah
mengerti tentang
supervisi.
14. Supervisi dilakukan
oleh Kepala
Ruangan setiap
bulan dan setiap
minggu.
15. Semua perawat
sudah mengerti
tentang Discharge
Planning.
16. Tersedia format
untuk melakukan
pendokumentaian.
17. Nilai rata-rata
pendokumentasian
asuhankeperawatan
sebesar 93,7 %
4. M5-Machine 1. Perawatbersikap 1. Minimnya tenaga 1. Adanyakomunitas 1. Masih ada
(Mutu) sopan dan ramah keperawatan yang perawat yang perawat yang
dalam melayani berlatarbelakang professional. belum memiliki
pasien. pendidikan Sarjana. 2. Terciptanya STR.
2. Perawat selalu pelayanan yang 2. Adanya tuntutan
memperhatikan dan kondusif terhadap akreditasi Rumah
menanggapi pasien. Sakit dengan UU
keluhan yang Akreditasi
dirasakanklien. Rumah SakitNo
3. Perawat selalu 12 tahun 2012
memantau dan bahwa akreditasi
mengobservasi bertujuan
keadaan pasien meningkatkan
secararutin. keselamatan
4. Nilai mutu asuhan pasien Rumah
keperawatan Sakit dan
berdasarkan Audit meningkatkan
keperawatan perlindungan
sebesar 73,27 % bagi pasien,
masyarakat,
sumber daya
manusia Rumah
sakit dan rumah
sakit sebagai
Institusi.
3. Adanya tuntutan
yang tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang
lebihprofesional
4. Adanya tuntutan
dari Rumah sakit
untuk setiap
tindakan
keperawatan
harus mengikuti
SOP yang telah
dibuat oleh
Rumah Sakit
5. Adanya UU
KeperawatanNo.
36 tahun 2009
tentang
keselamatan
pasien, terdapat
pada pasal 53
ayat 3.
C. Identifikasi Masalah dan Pembobotan PrioritasMasalah
1. IdentifikasiMasalah
a. Turunnya minat kerja/semangat kerja perawat pelaksana di ruangan G ditandai dengan 60 % perawat pelaksana
tidak merasa puas dengan jumlah jam kerja, kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 tahun. masih
belum merata, 53 % perawat pelaksana mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak
merasa puas dengan pembagian yang ada
b. Kurangnya tingkat keterampilan dan pengalaman kerja dari perawat pelaksana dibuktikan dengan 52,17 % %
perawat pelaksana masih PK 1 yang pengalamannya masih minim.
c. Belum optimalnya penggunaan catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan
efisiensi kerja harian perawat.
d. Waktu pelaksanaan overan tidak efektif karena overan yang dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali
selesai tidak tepatwaktu.
e. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang G belum efektif ditandai dengan 73 % perawat menyatakan bahwa
pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien
belum mengerti adanya rondekeperawatan.
Masalah : Belum optimalnya penggunaan rencana harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi
kerja harian perawat.
PEMBAHASAN
53% 47%
Baik
KurangBaik
53 % perawat mengatakan bahwa mereka sering mendapat teguran dari ketua tim jika ditemui ada
kesalahan seperti komunikasi yang disampaikan hanya lewat begitu saja/tidak sampai pada
perawat yang bersangkutan, catatan tidak lengkap, kesalahan tindakan atau pendokumentasian
asuhan keperawatan.
b.SerahTerima
Serah terima dilakukan tiga kali sehari yaitu pada setiap pergantian Shift.
Serah terima seharusnya dilaksanakan 30 menit namun yang dilaksanakan
dibangsal G sering lebih dari waktu yang ditentukan.
Menurut Nursalam (2012) yang perlu diperhatikan dalam serah terima
adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut dapat diperoleh
dari Perawat Pelaksana.
Berdasarkan hasil observasi, 100% Perawat pelaksana diruang G hanya
memiliki catatan pribadi yang berbeda antara perawat yang satu dengan
yang lain sehingga Informasi yang disampaikan Ketua Tim kepada Anggota
Tim kurang dipahami dan diperlukan pengulangan informasi yang
membutuhkan waktu untuk menjelaskan kembali. Hal ini dikarenakan
perawat belum memiliki format rencana kerja yang seragam yang akan
mempengaruhi juga dalam pelaksanaan serah terima sebagai bentuk
komunikasi antar perawat.
B. Implementasi
Implementasi dimulai pada tanggal 10 Mei 2016 dengan sosialisasi, penjelasan
penggunaan format rencana kerja harian dan berdiskusi dengan perawat pelaksana, ketua tim,
CCM dan kepala ruang tentang format tersebut yang telah direncanakan dan didesain terlebih
dahulu.
Dari diskusi tersebut, kelompok mendapatkan masukan, kelompok merevisi format
rencana kerja harian tersebut agar sesuai dengan keperluan perawat pelaksana diruangan G.
Implementasi selanjutnya pada tanggal 5 Maret 2020 dengan membagikan format rencana
kerja harian perawat pelaksana dan memberikan petunjuk penggunaan format tersebut pada
perawat dinas sore, malam dan pagi.
C. Evaluasi
Tabel 4.1 Presentase perawat pelaksana yang menggunakan catatan perencanaan harian
pada saat implementasi.
Perawat pelaksana
Shift
Menggunakan Presentase Tidak Presentase
Sore 5 100% 0 0%
Malam 2 100% 0 0%
Pagi 4 100% 0 0%
Jumlah 11 100% 0 0%
Tahap evaluasi dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 5 Maret 2020
(shift sore dan shift malam) sampai 6 Maret 2020 (shift pagi). Dari
keseluruhan perawat pelaksana yang berjumlah 19 orang, 11 diantaranya
dinas saat kelompok melakukan implementasi. 11 orang perawat pelaksana
tesebut telah menggunakan catatan perencanaan harian yang dibuat dan
dibagikan oleh kelompok dengan presentasi100%.
Dengan Pemberian implementasi maka kelompok mendapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Tersedianya catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang seragam. Setelah
dilakukan implementasi dengan memberikan format catatan perencanaan harian perawat
pelaksana dan telah digunakan oleh perawat pelaksana yang dinas pada saat dilakukan
implementasi maka kelompok menyimpulkan bahwa telah ada keseragaman dalam
penulisan catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang ada di ruang Ar Rahim.
2. Serah terima
Setelah adanya keseragaman dalam penulisan catatan perencanaan harian perawat
pelaksana di ruang Ar Rahim, serah terima yang dilaksanakan berjalan lancar dan
selesai tepat pada waktunya.
3. Ketua tim lebih mudah mengevaluasi rencana keperawatan yang telah dilaksanakan oleh
perawat pelaksana.
4. Membantu kepala ruang untuk mengevalusai kinerja staf dalam rangka penilaian
kinerja.
5. Pendapat perawat pelaksana dengan diadakannya keseragaman catatan harian perawat
pelaksana melalui wawancara yang dilakukan oleh kelompok adalah seluruh perawat
yang telah menggunakan format catatan harian perawat pelaksana menerima dengan
baik dan merasa dipermudah dalam melakukan pencatatan rencana dan implementasi
keperawatan.
Dari hasil evaluasi ini maka kelompok menyimpulkan bahwa dengan
mengoptimalkan catatan perencanaan harian perawat pelaksana, dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan di bangsal Ar Rahim.
D. Hambatan
Format yang diisi belum lengkap, hal ini disebabkan karena format yang
diberikan masih baru sehingga masih perlu penyesuaian perawat pelaksana dalam
penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi, supervisi setiap hari dari
ketua tim dan kepala ruangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya format catatan perencanaan kegiatan harian perawat pelaksana maka semua
catatan harian perawat pelaksana akan ada keseragaman, dapat menjadi referensi saat serah
terima, membantu Kepala Ruang dan Ketua Tim dalam mengevaluasi kerja perawat
pelaksana, serta perawat pelaksana sendiri merasa dipermudah dalam melakukan
pencatatan rencana dan implementasi keperawatan.
6. Format catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang diisi belum lengkap, hal ini
disebabkan karena format yang diberikan masih baru sehingga masih perlu penyesuaian
dari perawat pelaksana dalam penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi,
supervisi setiap hari dari Ketua Tim dan KepalaRuangan.
B. Saran
1. InstitusiPendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan
dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai bimbingan terhadap
mahasiswa yang berkecimpung di bidang keperawatan khususnya untuk Program Studi
Profesi DIV Keperawatan Fakultas Keperawatan Poltekkes Makassar
2. Rumah Sakit
Diharapkan penggunaan format catatan perencanaan kerja harian perawat pelaksanaan, dapat
menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan
Rumah Sakit.
3. Perawat
Diharapkan dengan adanya format catatan perencanaan harian perawat pelaksana, perawat
tidak lagi menggunakan buku catatan pribadi tetapi dapat menggunakan format yang
telah tersedia untuk keseragaman dan kemudahan dalam pencatatan rencana harian.
4. Mahasiswa
Setelah menyelesaikan praktikum Manajemen Keperawatan, diharapkan mahasiswa sudah
mampu melakukan pengumpulan data dengan metode 5 M (Man, Material, Method,
Money, dan Machine) serta mampu menerapkan proses manajemen keperawatan
(Planning, Organizing, Actuating, dan Controling). Serta menjadi change agent dalam
penerapan format catatan perencanaan harian perawat pelaksana
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar- Ruzz
Media.
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.