Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGUJIAN HASIL PENGELASAN SMAW DENGAN UJI


BENDING, UJI IMPAK, DAN UJI TARIK PADA VARIASI ARUS
PRNGELASAN YANG BERBEDA -BEDA

ILHAM KURNIA
20170130125
KELAS C

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKUKTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
ABSTRAK

Pengelasan SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) adalah salah satu dari
sekian banyaknya proses pengelasan yang ada, yang menggunakan arus listrik
sebagai sumber panasnya. Di masa sekarang banyak sekali pengelasan dengan
berbagai metode dan variasi untuk masing masing prosesnya. Untuk mengukur
kuat dan bagusnya pengelasan diperlukan penelitian dan pengujian kekuatan dari
hasil pengelasan yang dilakukan.

Proses pengujian kekuatan hasil pengelasan pada penelitian ini akan


dilakukan dengan menguji hasil pengelasan dengan metode impak, pengujian
impak dilakukan untuk mengukur ketahanan hasil pengelasan terhadap beban
kejut. Lalu akan dilakukan uji tarik untuk mengetahui tingkat keuletan dan
ketangguhan hasil lasan terhadap tegangan dan penambahan panjang yang
diberikan pada hasil pengelasan. Lalu akan dilakukan pengujian bending untuk
mengetahui kekuatan lengkung hasil pengelasan dengan metode SMAW.

Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan akan menjadi


informasi yang bermanfaat bagi penelitian tentang pengelasan yang akan
dilakukan kedepannya.

Kata kunci : SMAW, pengujian impak, uji bending, uji tarik, pengelasan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Las busur listrik atau umumnya disebut las listrik adalah termasuk
suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik
sebagai sumber panas. Salah satunya merupakan las SMAW (Sheilded Metal
Arc Welding/ las busur nyala listrik terlindung), pada logam induk pengelasan
ini mengalami pencairan akibat pemanasan dari busur listrik yang timbul dari
ujung elektroda dan permukaan benda kerja. Busur listrik dibangkitkan dari
suatu mesin las. Elektroda yang digunakan berupa kawan yang dibungkus
pelindung berupa fluks. Elektroda ini selama pengelasan mengalami pencairan
bersama logam induk dan membeku bersama, menjadi kampuh las (Saifuddin
A.Jalil, Zulkifli, & Tri Rahayu 2017).
Prosedur pengelasan, terlihat sangat sederhana akan tetapi dalam
pelaksanaannya banyak masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya
memerlukan berbagai cara. Dapat dikatakan bahwa dalam perencanaan
konstruksi suatu rangka atau mesin sambungan las, berdaya guna serta aman,
maka setiap jenis pekerjaan las dimulai dengan menyusun prosedur - prosedur
tersebut lazim disebut WPS (welding procedure spesification) (Saifuddin
A.Jalil, Zulkifli, & Tri Rahayu 2017). Dalam spesifikasi prosedur pengelasan
dimuat hal-hal seperti proses pengelasan dan tipe pengelasan, desain
sambungan, material dasar, logam pengisi, posisi pengelasan, gas pelindung,
elektrikal karkteristik pengelasan, dan arus pengelasan.
Penelitian dilakukan untuk mempelajari cacat yang terjadi pada
sambungan las, cacat pada sambungan adalah akibat kesalahan pada proses
penyambungan (pengelasan) dan mengetahui kekuatan dan ketangguhan
logam las.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang muncul adalah ketika melakukan pengelasan SMAW hasil
pengelasan mengalami kecacatan yang berbeda beda ketika variasi yang
digunakan untuk pengelasan juga berbeda.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini ialah :
1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan hasil dari pengelasan
dengan metode SMAW.
2. Untuk mengetahui cacat yang terjadi pada hasil pengelasan

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini ialah :
1. Mengetahui kekuatan dan ketangguhan pada logam lasan
2. Mengetahui perbandingan kekuatan dan ketangguhan dengan variasi arus
3. Mengetahui pengaruh dari uji impak, uji bending, uji tarik dan uji korosi
terhadap sifat mekanik material

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca
baik oleh akademisi, pekerja ataupun masyarakat umumnya. Penelitian yang
akan dilakakuan ini diharapkan akan membwrikan gamabran tentang
bagaimana ketangguhan dan kekuatan dari hasil pengelasan dengan metode
SMAW.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Saifuddin A.Jalil dkk (2017) melakukan penelitian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh arus pengelasan pada kekuatan dan ketangguhan las
SMAW dengan elektroda E7018. Penelitian ini menggunakan bahan baja
ASSAB 705, baja ini termasuk baja karbon rendah. Bahan di beri perlakuan
pengelasan dengan variasi arus100 Ampere, 125 Ampere, dan 150 Ampere
dengan menggunakan las SMAW DC polaritas terbalik dengan elektroda di
hubungkan dengan kutub positif dan logam induk di hubungkan dengan kutub
negatif, posisi pengelasan dengan menggunakan posisi pengelasan mendatar
atau bawah tangan, jenis kampuh yang di gunakan adalah kampuh V dengan
sudut 70°. Spesimen di lakukan pengujian Impak metote Charpy. Hasil
pengujian impak pada kelompok specimen base metal dan specimen variasi
arus menunjukkan bahwa nilai kekuatan impak yang paling tinggi terdapat
pada base metal yaitu sebesar 146 joule dan 1,825 joule/mm2, dibanding
dengan kelompok variasi arus 100 Ampere, 125 Ampere dan 150 Ampere.
Jenis-jenis perpatahan yang terjadi adalah pada base metal dan kelompok
spesimen arus 100 Ampere adalah patah getas, dan kelompok spesimen 125
Ampere dan kelompok spesimen 150 Ampere adalah patah ulet.
Muhammad Jordi dkk (2017) melakukan penelitian untuk mengetahui
hasil pengujian kekuatan tarik baja ST 36 pengelasan SMAW dengan
perbedaan media pendingin pada proses quenching menghasilkan kekuatan
tarik berbeda jika dibandingkan dengan raw material. Kekuatan tarik rata-rata
tertinggi dihasilkan oleh spesimen dengan media pendingin air yaitu sebesar
503,61 Mpa. Sedangkan hasil kekuatan tarik rata-rata terendah berturut-turut
dimiliki oleh spesimen dengan media pendingin air garam 472,75 Mpa dan oli
408,09 Mpa. Hasil kekuatan tarik raw material sendiri adalah 341,79 Mpa.
Untuk regangan rata-rata pada spesimen dengan media air adalah 20,42 %, air
garam 20,30% dan oli adalah 22%. Sedangkan regangan untuk raw material
adalah 25,7%. Dan untuk modulus elastisitas rata-rata tertinggi berturut-turut
adalah spesimen dengan media air 2,40 GPa, air garam 2,33 GPa, oli 1,86 GPa
dan raw material 1,3 GPa. Ini berarti spesimen media pendingin air dan air
garam bersifat getas dan spesimen media pendingin oli masih mempunyai
keuletan. Ini dikarenakan presentase struktur mikro martensit pada spesimen
media pendingin air dan air garam jauh lebih tinggi di banding spesimen
media pendingin oli.
Proses pendinginan dilakukan terhadap hasil pengelasan baja ST 37,
menggunakan media pendingin air kelapa, air garam serta oli bekas. Proses ini
berguna untuk memperbaiki kekuatan tarik dari hasil pengelasan ST 37 tanpa
mengubah komposisi kimia secara menyeluruh. Proses ini mencakup
pengelasan dan di ikuti oleh pendinginan dengan kecepatan tertentu untuk
mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan, dari proses pendinginan tersebut
didapatkan nilai kekuatan tarik yang berbeda-beda antara media pendingin
yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh variasi air pendingin terhadap kekuatan tarik benda. Dari
hasil penelitian di ketahui bahwa semua benda hasil pengelasan yang sudah
didinginkan di uji nilai kekuatan tariknya, masing- masing media pendingin
mempunyai nilai kekuaran tarik berbeda. Dari 3 media pendingin yang
digunakan dapat terlihat, bahwa media pendingin yang bagus adalah media
pendingin oli bekas, ini terlihat dari rata-rata kekuatan tarik nya yaitu 53,415
kg/mm2. Sedangkan untuk media pendingin yang menghasilkan kekuatan
tarik terandah adalah media pendingin air kelapa dengan rata-rata pengujian
tariknya adalah 49,764 kg/mm2 (Yassyir Maulana, 2016).

2.2 Dasar Teori


Berdasarkan defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN)
mendefinisikan bahwa pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan
logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair, dengan kata lain
pengelasan adalah penyambungan setempat dari dua logam dengan
menggunakan energi panas. Pengelasan merupakan salah satu bagian yang
tidak terpisahkan dari proses manufaktur. Pengelasan adalah salah satu teknik
penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan
logam pengisi dengan atau tanpa tekan dan dengan atautanpa logam tambahan
dan menghasilkan sammbungan yang kontinu.
Arus pengelasan adalah besarnya aliran atau arus listrik yang keluar
dari mesin las. Besar kecilnya arus pengelasan dapat diatur dengan alat yang
ada pada mesin las. Arus las harus disesuaikan dengan jenis bahan dan
diameter elektroda yang di gunakan dalam pengelasan. Penggunaan arus yang
terlalu kecil akan mengakibatkan penembusan atau penetrasi las yang rendah,
sedangkan arus yang terlalu besar akan mengakibatkan terbentuknya manik las
yang terlalu lebar dan deformasi dalam pengelasan.
Pengelasan dengan metode SMAW merupakan proses las busur
manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda
terumpan berpelindung flux dengan benda kerja. Keuntungan dari las SMAW
adalah jenis las yang paling sederhana dan paling serba guna, karena mudah
dalam mengangkut peralatan dan perlengkapannya. Hal tersebut membuat
proses pengelasan SMAW mempunyai aplikasi refinery piping hingga
pipeline, dan bahkan pengelasan untuk dibawah laut, guna untuk memperbaiki
lokasi yang bisa terjangkau oleh sebatang elektroda. Sambungan-sambungan
pada daerah dimana pandangan mata terbatas masih bisa dilas dengan cara
membengkokkan
elektroda. Kelemahan dari las SMAW adalah proses pengelasan ini
mempunyai karakteristik dimana laju pengisiannya lebih rendah dibandingkan
proses pengelasan GTAW. Panjang elektroda tetap dan pengelasan mesti
dihentikan setelah sebatang elektroda habis, puntug elektroda terbuang dan
waktu juga terbuang untuk mengganti-ganti elektroda yang baru. Terak (slag)
yang terbentuk harus dihilangkan dari lapisan las yang sebelumnya (Yassyir
Maulana, 2016).
BAB III

METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan di Lab. Teknik Mesin UMY.

3.1 Alat dan Bahan


Pada penelitian yang akan dilakukan ini terdapat beebrapa alat dan
bahan yang digunakan antara lain :
3.1.1 Alat
Penelitian yang akan di lakukan kali ini akan memerlukan bebetapa alat
antara lain yaitu :
1. Mesin las
2. Ragum
3. Tang
4. Mesin uji tarik, uji impak, uji bending
3.1.2 Bahan
Penelitian yang akan di lakukan ini menggunakan baja karbon rendah.
Adapun bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Baja karbon rendah
2. Elektroda dengan diameter 3.2 mm

3.2 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Atur
Siapkan alat tegangan/arus
yang sudah
ditentukan
Proses A
pengelasan

Lakukan pendinginan
setelah pengelasan selesai

Pemotongan
benda uji

Proses pengujian (uji


tarik, uji impak, uji
bending)

Pengambilan
data

Pembahasan

Kesimpulan
Selesai

Dari diagram alir diatas proses oengambilan data untuk benda uji melewati
beberapa tahap sebelum dilakukan pengelasan atur arus yang akan digunakan
terlebih dahulu sesuai dengan yang sudah di tentukan lalu lakukan proses
pengelasan, proses pengelasan dilakukan dengan mengikuti WPS (Welding
Procedure Specification) yang berlaku dan yang telah dibuat dengan
menggunakan proses pengelasan SMAW. Setelah dilakukannya proses pengelasan
material uji akan di potong pada daerah las – lasan untuk kemudian dilakukan
proses selanjutnya dengan pengujian uji tarik, uji impak, dan uji bending.

Dari hasil pengujian nanti akan diperoleh grafik dan tabel yang
menunjukan nilai dari masing - masing pengujian, dan nilai tersebut akan diolah
dan digunakan untuk menghitung kekuatan dari benda uji yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai