Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder.Penelitian ini

menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan Perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2016-2018. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media

perantara (diperoleh, dikumpulkan, dan diolah pihak lain). Data yang

digunakan dalam penelitian ini berasal dari situs resmi https://www.idx.co.id/

dan Yahoo Finance.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2018:130) menyatakan bahwa populasi adalah

sebagai berikut: “Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam

penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan Perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 43 perusahaan.

28
29

Tabel 3.1

Populasi Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018

No Kode Nama Perusahaan


1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
2 ARTO Bank Artos Indonesia Tbk
3 BABP Bank MNC Internasional Tbk
4 BACA Bank Capital Indonesia Tbk
5 BBCA Bank Central Asia Tbk
6 BBHI Bank Harda Internasional Tbk
7 BBKP Bank Bukopin Tbk
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk
9 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
10 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
11 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
12 BBYB Bank Yudha Bhakti Tbk
13 BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk
14 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
15 BEKS Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk
16 BGTG Bank Ganesha Tbk
17 BINA Bank Ina Perdana Tbk
18 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk
19 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
20 BKSW Bank QNB Indonesia Tbk
21 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk
22 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
23 BNBA Bank Bumi Arta Tbk
24 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
25 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk
26 BNLI Bank Permata Tbk
27 BRIS Bank BRIsyariah Tbk
28 BSIM Bank Sinarmas Tbk
29 BSWD Bank Of India Indonesia Tbk
30 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
31 BTPS Bank Tabungan Pensiunan Nasional SyariahnTbk
32 BVIC Bank Victoria International Tbk
33 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk
34 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk
35 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia Tbk
36 MEGA Bank Mega Tbk
37 NISP Bank OCBC NISP Tbk
30

38 NOBU Bank Nationalnobu Tbk


39 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
40 PNBS Bank Panin Dubai Syariah Tbk
41 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2018:131) menyatakan bahwa sampel adalah

sebagai berikut: “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi”.

Menurut Sugiyono (2018:138), Teknik sampling merupakan teknik

pengambilan sampel. Teknik sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi

dua yaitu Probability Sampling dan Non probability Sampling. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode probability sampling, sedangkan

cara pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut

Sugiyono (2017:85), purposive sampling adalah sebagai berikut: "Purposive

sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu".

Sampel pada penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan

Perbankan selama 3 tahun periode 2016-2018.


31

Tabel 3.2
Sampel Penelitian

Jumlah Jumlah Laporan


No Deskripsi
Perusahaan Keuangan
Perusahaan Perbankan yang
1 terdaftar di Bursa Efek Indonesia 41 123
Periode 2016 sampai 2018
Perusahaan yang tidak
menerbitkan laporan keuangan
2 (5) (15)
tahunan yang berakhir pada
tanggal 31 Desember
Total data yang digunakan sebagai
36 108
sampel

Dari penjelasan diatas dan sesuai dengan sampel yang telah peneliti

tentukan didapat 38 sampel perusahaan berupa 111 laporan keuangan sebagai

berikut :

No Kode Nama Perusahaan


1 ARTO Bank Artos Indonesia Tbk
2 BABP Bank MNC Internasional Tbk
3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk
4 BBCA Bank Central Asia Tbk
5 BBHI Bank Harda Internasional Tbk
6 BBKP Bank Bukopin Tbk
7 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk
8 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
9 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
10 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
11 BBYB Bank Yudha Bhakti Tbk
12 BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk
13 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
14 BEKS Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk
15 BGTG Bank Ganesha Tbk
16 BINA Bank Ina Perdana Tbk
17 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk
18 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
32

19 BKSW Bank QNB Indonesia Tbk


20 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk
21 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
22 BNBA Bank Bumi Arta Tbk
23 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
24 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk
25 BNLI Bank Permata Tbk
26 BSIM Bank Sinarmas Tbk
27 BSWD Bank Of India Indonesia Tbk
28 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
29 BVIC Bank Victoria International Tbk
30 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk
31 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia Tbk
32 MEGA Bank Mega Tbk
33 NISP Bank OCBC NISP Tbk
34 NOBU Bank Nationalnobu Tbk
35 PNBS Bank Panin Dubai Syariah Tbk
36 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini dengan metode studi

kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan

terhadap berbagai buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan berkaitan

dengan masalah yang ingin dipecahkan. Selain itu pengumpulan data untuk

penelitian ini juga degan metode pengumpulan data sekunder yang berasal dari

berbagai sumber informasi antara lain, artikel, laporan keuangan, jurnal atau

tulisan atau hasil penelitian terdahulu

3.4 Definisi Operasional Variabel dan Jenis Variabel Penelitian


33

Definisi operasional variabel menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:31)

dalam Noor (2015) sebagai berikut: “Operasional variabel adalah proses

penguraian variabel penelitian keadaan sub variabel, dimensi, indikator sub

variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi

dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas,

apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

variabel dependen dan variabel independen.Dalam penelitian ini ingin melihat

apakah ada pengaruh antara variabel dependen dengan variabel independen.

3.4.1 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai

perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan

perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko & Soebiantoro,

2007). Nilai perusahaan diukur dengan rasio Tobin’s Q. Nilai Tobin’s Q

menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan

(Putra, 2016). Nilai Perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q.

Tobin’s Q measures the relationship of the firm stock market value to the

firm’s resources replacement cost (Sahay and Pillai, 2009). It is considered as

the best predictor of market correction (Pett, 2013) and it can also explain the

majority of the investment variability (Cooper and Ejarque, 2003). It can also

be applied in the financial condition analysis of the company which means that

the investors who acquire the firm stock would first calculate the Tobin’s Q.

Diterjemahkan bahwa Tobin's Q mengukur hubungan dari nilai pasar saham


34

perusahaan dengan biaya penggantian sumber daya perusahaan (Sahay dan

Pillai, 2009). Ini dianggap sebagai prediktor terbaik koreksi pasar (Pett, 2013)

dan juga dapat menjelaskan sebagian besar variabilitas investasi (Cooper dan

Ejarque, 2003). Ini juga dapat diterapkan dalam analisis kondisi keuangan

perusahaan yang berarti bahwa investor yang mengakuisisi saham perusahaan

terlebih dahulu akan menghitung Tobin's Q. Nilai Perusahaan diukur dengan

menggunakan Tobin’s Q yang dimodifikasi dan disederhanakan oleh Chung &

Pruitt (1994) dari rumus yang dibuat oleh Lindenberg & Ross (1981) dalam

Putra (2016). Rumus tersebut adalah sebagai berikut :

EMV +D
Tobins’ Q =
Total Aset

Keterangan:
Q : Nilai Perusahaan
EMV : Nilai pasar ekuitas ( Equity Market Value ) Diperoleh
dari hasil perkalian harga saham penutupan (closing
price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar
pada akhir tahun.
Total Aset : Total aktiva (Asset Value) diperoleh dari total aset
perusahaan.
D : Nilai buku dari total hutang

3.4.2 Variabel Bebas (Independen)


3.5.3.3 Profitabilitas

Rasio profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan,

aset, dan modal saham tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu :

profit margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE)

(Hanafi,2016 ; 81). Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan skala rasio
35

menggunakan ROE (return on equity). ROE mencerminkan tingkat hasil

pengembalian investasi bagi pemegang saham. Profitabilitas yang tinggi

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang

tinggi bagi pemegang saham. Dengan rasio profitabilitas yang tinggi yang

dimilki sebuah perusahaan akan menarik minat investor untuk menanamkan

modalnya diperusahaan. Tingginya minat investor untuk menanamkan

modalnya pada perusahaan dan dengan ROE yang tinggi akan meningkatkan

harga saham (Ernawati, 2015). ROE dinyatakan dengan:

ROE = Laba Setelah Pajak

Total Ekuitas

3.4.2.2 Dewan Komisaris Independen

Dewan Komisaris Independen adalah anggota dewan yang tidak

memiliki hubungan khusus atau hubungan kekeluargaan dengan anggota

dewan komisaris lainnya (Mukhtaruddin et al. 2014). Menurut Totok

Dewayanto (2010), komisaris independen merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Semakin besar ukuran komisaris

independen, semakin efektif pula proses monitor serta pelaporan keuangan.

(Amyulianthy, 2012). Dewan komisaris independen diukur dengan rumus yang

mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mukhtaruddin et al. (2014)

sebagai berikut:

DK Luar
PDKI = X 100%
UDK

DK = Dewan Komisaris
36

UDK = Jumlah Dewan Komisaris Keseluruhan

Tabel 3.3
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Pengukuran Skala


Menurut Gultom, dkk
(2013) Nilai EMV + D
perusahaan (Company
Value) merupakan Total Aset
sebuah nilai yang
dapat digunakan untuk
mengukur seberapa
Nilai
besar "Tingkat Tobin’s =
Perusahaan Rasio
Kepentingan" sebuah
(Y)
perusahaan dilihat dari
sudut pandang
beberapa pihak seperti
para investor yang
mengaitkan nilai
sebuah perusahaan
dari harga sahamnya.
Profitabilitas dapat
dikatakan sebagai Laba SetelahPajak
kemampuan ROE =
Total Ekuitas
perusahaan dalam
Profitabilitas menghasilkan laba
Rasio
(X1) bersih dari aktivitas
yang dilakukan pada
periode akuntansi
(Brigham and
Houston, 2010).
Dewan Bank Indonesia (2006)
Komisaris menyatakan Komisaris PDKI =DK Luar X 100% Rasio
Independen Independen adalah UDK
(X2) anggota dewan
Komisaris yang tidak
memiliki hubungan
keuangan,
kepengurusan,
37

kepemilikan saham
dan/atau hubungan
keluarga dengan
anggota dewan
Komisaris lainnya,
Direksi dan/atau
pemegang saham
pengendali atau
hubungan lain yang
dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk
bertindak independen.

3.5 Metode Analisis Data

Untuk melakukan analisis datamaka metode analisis yang akan

digunakan adalah metode kuantitatif, yang dinamakan dengan metode

tradisional karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah

menjadi tradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini pun disebut

metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat positivism, disebut pula

sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu

konkrit, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Dan disebut juga dengan

metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan

dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan baru serta disebut pula metode

kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik (Sugiyono, 2013; 7). Metode analisis statistika dalam

penelitian ini adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis linier

regresi berganda.

3.5.1 Statistik Deskriptif


38

Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standard deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali, 2018; 19).

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi

berganda dengan bantuan software SPSS for Windows. Penggunaan metode

analisis dalam regresi dalam pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji apakah

model tersebut telah memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi

terdiri dari uji normalitas, uji multikolonearitas, uji autokorelasi dan uji

heterokesdasitas.

3.5.2.1 Uji Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak.Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov. Kriteria pengujian dengan menggunakan uji dua arah (two tailed

test), yaitu dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf

signifikasi (α ) 0,05. Jika p-value > 0,05 maka data berdistribusi normal.

(Ghozali, 2018; 27).

3.5.2.2 Uji Multikolonieritas


39

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika

variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel variabel ini tidak orthogonal.

Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama

variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2018 ; 98). Untuk mendeteksi ada

tidaknya gejala multikolinearitas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai

Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh

variabel independen lainnya.Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Jadi nilai tolerance yang tinggi sama dengan nilai VIF tinggi (karena

VIF=1/Tolerance). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan

adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≥ 0.10 atau sama dengan nilai

VIF ≤ 10 dengan tingkat kolonieritas 0.95 (Ghozali, 2018 ; 107).

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap,maka disebut Homokedastisitas dan jika beda disebut Heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi

Heteroskedastisitas (Ghozali, 2018: 137).Pengujian heteroskedastisitas


40

dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel

dependen yaitu ZPRED dengan variabel residualnya SRESID.

3.5.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini

timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi

ke observasi lainnya (Ghozali, 2018; 111).Nilai Durbin-Watson berkisar antara

nilai batas atas (du) maka diperkirakan tidak terjadi autokorelasi. Dasar

pengambilan keputusan uji autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan

(4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

b. Apabila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower

bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol,

berarti ada auto korelasi positif.

c. Apabila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien

autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Apabila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah

(dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak

dapat disimpulkan (Ghozali, 2018; 112-113).


41

3.5.3 Pengujian Hipotesis


3.5.3.1 Analisis Regresi Bergganda (Multiple Regresision)

Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression) dengan

model persamaan. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk melakukan

prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nanti variabel

independen dinaikkan atau diturunkan nilainya (Sugiyono, 2008:149). Analisis

regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

profitabilitas dan dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan.

Bentuk umum regresi linear berganda adalah sebagai berikut :

Y’ (Tobins’Q) = α1 + β1X1 + β2X2 + ε

Y’ = Nilai pengaruh yang diprediksikan


α = Konstanta
β = Koefisien regresi
X1 = Profitabilitas (ROE)
X2 = Dewan komisaris independen
ε = Standar error

3.5.3.2 Uji F

Uji statistik F menguji point hipotesis bahwa b1 dan b2, secara

bersama-sama dengan nol. Uji hipotesis seperti ini dinamakan uji signifikansi

secara keseluruhan terhadap garis regresi yang diobservasi maupun estimasi,

apakah Y berhubungan linier terhadap X1 dan X2 (Ghozali, 2018; 98).

Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α=5%).


42

3.5.3.3 Uji t

Menurut Ghozali (2018; 99), uji stastistik t pada dasarnya

menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan

hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis nol diterima

(koefisien regresi tidak signifikan). Hal ini berarti bahwa secara

parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis nol ditolak (koefisien

regresi signifikan). Hal ini berarti secara parsial variabel

independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

3.5.3.4 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2018), uji koefisien determinasi pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai

R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Klasifikasi koefisien

korelasi tanpa memperhatikan arah adalah sebagai berikut:

1) 0 : Tidak ada Korelasi


2) 0 s.d. 0,49 : Korelasi lemah
43

3) 0,50 : Korelasi moderat


4) 0,51 s.d.0,99 : Korelasi kuat
5) 1,00 : Korelasi sempurna

Kelemahan dari koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah

variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap ada

penambahan variabel independen maka R2 pasti akan meningkat tanpa

mempedulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Oleh karena itu, digunakanlah model adjusted R2 . Model

adjusted R2 dapat naik atau turun apabila ada suatu variabel independen yang

ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2018; 97).

Anda mungkin juga menyukai