Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI


eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di
Poli Anak Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru pada tanggal
20–27 Januari tahun 2020. Adapun jumlah populasi yang didapatkan pada saat
penelitian adalah sebanyak 89 responden, dimana 29 responden lainnya tidak
dimasukkan dalam penelitian ini dikarenakan bayi tidak berusia 6–12 bulan
dan 7 responden dikeluarkan karena bayi usia 6-12 bulan yang datang berobat
ke Poli Anak Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru tidak
diantarkan langsung oleh ibunya. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak
53 responden yang diambil secara accidental sampling.
Sebelum pengisian kuesioner pemberian ASI eksklusif, peneliti
memberikan penjelasan mengenai tata cara pengisian kuesioner kepada
responden. Selama pengisian kuesioner, responden didampingi oleh peneliti.
Sedangkan data kejadian ISPA diambil berdasarkan rekam medis di Poli Anak
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru.

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
tentang karakteristik responden.
1. Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin bayi dapat dilihat pada
Tabel 8.

44
45

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi


No Jenis Kelamin Bayi Frekuensi Persentase(%)
1 Laki – laki 23 43,4
2 Perempuan 30 56,6
Total 53 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui sebagian besar bayi berjenis


kelamin perempuan yaitu 30 orang (56,6%).

2. Pemberian ASI Eksklusif


Distribusi responden berdasarkan pemberian ASI eksklusif dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

No Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi Persentase(%)


1 Tidak ASI eksklusif 37 69,8
2 ASI eksklusif 16 30,2
Total 53 100

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar bayi tidak


mendapatkan ASI eksklusif yaitu sebanyak 37 orang (69,8%).

3. Kejadian ISPA
Distribusi responden berdasarkan kejadian ISPA dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA

No Kejadian ISPA Frekuensi Persentase (%)


1 ISPA 37 69,8
2 Tidak ISPA 16 30,2
Total 53 100

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui sebagian besar bayi menderita


kejadian ISPA yaitu sebanyak 37 orang (69,8%).

4.1.2 Analisis Bivariat


46

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan pemberian


ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru. Analisi bivariat
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (pemberian
ASI eksklusif) dengan variabel terikat (ISPA) setelah analisis
menggunakan uji Chi Square dengan bantuan Statistical Product and
Servis Solution (SPSS 21), dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 11. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada
Bayi Usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap
Kota Pekanbaru.
PR
p-
  (95%
value
      Kejadian ISPA   CI)

    Ya % Tidak % Total %
ASI
eksklusif Tidak 33 89,2 4 10,8 37 100 3,57
0,000 (1,52-
  Ya 4 25,0 12 75 16 100 8,4)
Total   37 69,8 16 30,2 53 100

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah bayi yang


mengalami kejadian ISPA lebih besar pada kategori bayi yang tidak diberi
ASI eksklusif yaitu sebanyak 33 orang (89,2%) dibandingkan bayi yang
diberi ASI eksklusif yaitu sebanyak 4 orang (25%). Sebaliknya bayi yang
tidak mengalami kejadian ISPA lebih besar pada kategori bayi yang diberi
ASI eksklusif yaitu sebanyak 12 orang (75%) dibandingkan bayi yang
tidak diberi ASI eksklusif yaitu sebanyak 4 orang (10,8%).
Hasil uji hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan diperoleh nilai p-value sebesar
0,000 (p-value<0,05) dan PR=3,57 (95% CI 1,52-8,4). Hal ini berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas
47

sidomulyo rawat inap Kota Pekanbaru. Sedangkan nilai PR diperoleh


sebesar 3,568 yang lebih besar dari 1. Artinya adalah bahwa tidak
diberikannya ASI eksklusif pada bayi merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya ISPA.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Sidomulyo
Rawat Inap Kota Pekanbaru Provinsi Riau, didapatkan hasil bahwa responden
yang merupakan bayi berusia 6-12 bulan sebagian besar berjenis kelamin
perempuan sebanyak 30 orang (56,6%), sedangkan laki-laki sebanyak 23 orang
(43,4%). Selain itu, sebagian besar tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 37
orang (69,8%), sedangkan yang mendapatkan ASI ekslusif sebanyak 16 orang
(30,2%). Adapun, sebagian besar mengalami kejadian ISPA sebanyak 37 orang
(69,8%), sedangkan yang tidak terkena ISPA 16 orang (30,2%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Vindasari tahun 2012 bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih
banyak yaitu 35 orang (55,6%) dibandingkan laki-laki sebanyak 28 orang
(44,4%). Selain itu, penelitian juga sejalan dengan pemberian ASI eksklusif yang
dilakukan oleh Rahmadania tahun 2015, di mana didapatkan hasil bahwa bayi
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih banyak dengan jumlah 44 orang
(72,13%) sedangkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 17 orang (27,87%).
Selain itu, penelitian ini tidak sejalan dengan kejadian ISPA yang dilakukan oleh
Basuki et al tahun 2012, di mana didapatkan hasil bahwa bayi yang tidak
mengalami kejadian ISPA lebih banyak dengan jumlah 27 orang (56,3%),
sedangkan bayi yang mengalami kejadian ISPA 21 orang (43,8%).
48

4.2.2 Analisis Bivariat


Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah bayi yang mengalami
kejadian ISPA lebih besar pada kategori bayi yang tidak diberi ASI eksklusif yaitu
sebanyak 33 orang (89,2%) dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu
sebanyak 4 orang (25%). Sebaliknya bayi yang tidak mengalami kejadian ISPA
lebih besar pada kategori bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu sebanyak 12 orang
(75%) dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu sebanyak 4 orang
(10,8%). Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota
Pekanbaru Provinsi Riau tentang hubungan pemberian ASI ekslusif dengan
kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo
Rawat Inap didapatkan dari 53 responden, bayi yang terkena ISPA sebanyak 37
orang (69,8%), sedangkan yang tidak terkena ISPA 16 orang (30,2%).
Hasil uji hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA
Pada Bayi Usia 6-12 bulan diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (p-value<0,05)
dan PR=3,57 (95% CI 1,52-8,4). Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan
di wilayah kerja puskesmas sidomulyo rawat inap kota pekanbaru. Hasil uji
korelasi Chi Square antara hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian
ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat
Inap diperoleh nilai p-value sebesar 0,000, dengan demikian maka diketahui
bahwa p value < (0,05) artinya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian penyakit ISPA pada bayi usia 6-12
bulan di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas
Sidomulyo Rawat Inap. menunjukkan bahwa dari 53 responden, didapatkan 16
bayi yang diberikan ASI eksklusif, dari 16 orang yang mendapatkan ASI eksklusif
12 orang (75%) tidak mengalami ISPA dan 4 bayi yang mengalami ISPA (25%).
Kemudian dari 37 orang yang tidak diberikan ASI eksklusif,sebanyak 4 orang
(10,8%) tidak mengalami ISPA dan 33 orang (89,2%) mengalami ISPA. Air susu
ibu yang pertama kali keluar terdiri dari kolostrum yang merupakan cairan yang
mengandung protein, antibodi dan immunoglobulin. Protein utama yang terdapat
49

dalam kolostrum adalah immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM) yang digunakan
sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan
parasit. Selain itu, ASI juga memiliki kandungan berupa laktosa, lemak, protein,
vitamin, garam dan mineral yang merupakan zat gizi yang diperlukan secara
khusus untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya
tahan tubuh (Maryunani, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan Azwar (2001) dalam Abas (2019), air
susu ibu mengandung zink yang berperan dalam ke efektifan dalam menurunkan
penyakit seperti pneumonia, penyakit infeksi lainnya, diare dan dapat menurunkan
derajat keparahan ISPA. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lopez-Alarcon et al
(1997) dalam Rustam (2010), menjelaskan bahwa komponen bioaktif seperti
pengeluaran immunoglobulin (SigA) yang dapat melawan virus Syinctial yang
dihasilkan dari saluran bronchomammary dan substansi seperti α2-microglobulin
yang dapat menghambat virus influenza dan parainfluenza.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maulina tahun 2019 dimana bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki
risiko lebih tinggi untuk menderita ISPA dibandingkan bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif (p-value 0,001 dan OR=8,52; (95% CI= 3,1-23,4) jadi dapat
disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian ISPA, di mana bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena ISPA. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Savitri (2018) menyimpulkan bahwa bayi usia 6-12 bulan yang tidak
diberikan ASI eksklusif memiliki risiko 2,4 kali lebih besar untuk menderita
terhadap kejadian ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif.
50

4.2.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas pada hubungan antara pemberian ASI


eksklusif dengan kejadian ISPA, namun tidak menjelaskan lebih lanjut tentang
faktor-faktor yang mengalami kejadian ISPA pada bayi lainnya. Faktor-faktor
tersebut antara lain status gizi, status imunisasi, sanitasi rumah, riwayat BBLR,
dan perilaku merokok orang tua.

Anda mungkin juga menyukai