44
45
3. Kejadian ISPA
Distribusi responden berdasarkan kejadian ISPA dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA
Tabel 11. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada
Bayi Usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap
Kota Pekanbaru.
PR
p-
(95%
value
Kejadian ISPA CI)
Ya % Tidak % Total %
ASI
eksklusif Tidak 33 89,2 4 10,8 37 100 3,57
0,000 (1,52-
Ya 4 25,0 12 75 16 100 8,4)
Total 37 69,8 16 30,2 53 100
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Sidomulyo
Rawat Inap Kota Pekanbaru Provinsi Riau, didapatkan hasil bahwa responden
yang merupakan bayi berusia 6-12 bulan sebagian besar berjenis kelamin
perempuan sebanyak 30 orang (56,6%), sedangkan laki-laki sebanyak 23 orang
(43,4%). Selain itu, sebagian besar tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 37
orang (69,8%), sedangkan yang mendapatkan ASI ekslusif sebanyak 16 orang
(30,2%). Adapun, sebagian besar mengalami kejadian ISPA sebanyak 37 orang
(69,8%), sedangkan yang tidak terkena ISPA 16 orang (30,2%).
dalam kolostrum adalah immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM) yang digunakan
sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan
parasit. Selain itu, ASI juga memiliki kandungan berupa laktosa, lemak, protein,
vitamin, garam dan mineral yang merupakan zat gizi yang diperlukan secara
khusus untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya
tahan tubuh (Maryunani, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan Azwar (2001) dalam Abas (2019), air
susu ibu mengandung zink yang berperan dalam ke efektifan dalam menurunkan
penyakit seperti pneumonia, penyakit infeksi lainnya, diare dan dapat menurunkan
derajat keparahan ISPA. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lopez-Alarcon et al
(1997) dalam Rustam (2010), menjelaskan bahwa komponen bioaktif seperti
pengeluaran immunoglobulin (SigA) yang dapat melawan virus Syinctial yang
dihasilkan dari saluran bronchomammary dan substansi seperti α2-microglobulin
yang dapat menghambat virus influenza dan parainfluenza.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maulina tahun 2019 dimana bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki
risiko lebih tinggi untuk menderita ISPA dibandingkan bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif (p-value 0,001 dan OR=8,52; (95% CI= 3,1-23,4) jadi dapat
disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian ISPA, di mana bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena ISPA. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Savitri (2018) menyimpulkan bahwa bayi usia 6-12 bulan yang tidak
diberikan ASI eksklusif memiliki risiko 2,4 kali lebih besar untuk menderita
terhadap kejadian ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif.
50