Anda di halaman 1dari 68

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP

KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(APD) PADA PERAWAT DENGAN PASIEN PENYAKIT
MENULAR DI RS Tk III WIRASAKTI KUPANG

PROPOSAL

OLEH

ALIP FITAYAH
144802719

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2019- 2020

1
LEMBARAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar serjana keperawatan atau keserjanaan

lain di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain kecuali yang

secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Kupang, Agustus 2020

AlipFitayah

Nim 144802719

ii
LEMBARAN PERSETUJUAN

USULAN PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP


KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
(APD) PADA PERAWAT DENGAN PASIEN PENYAKIT
MENULAR DI RS Tk III WIRASAKTI KUPANG

OLEH:

ALIP FITAYAH

N I M : 144802719

Telah Disetujui Pembimbing Untuk Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Panitia


Pengji Program Studi S1 Keperawatan Stikes Maranatha Kupang

Pada Tanggal Agustus 2020

Pembimbing II Pembimbing I

Rishan Al Bahari,S.Kep Ns Irlin F Riti, S.Kep Ns, M.Kep

iii
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP


KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
(APD) PADA PERAWAT DENGAN PASIEN PENYAKIT
MENULAR DI RS Tk III WIRASAKTI KUPANG

OLEH:

ALIP FITAYAH

N I M : 144802719

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Panitia Pengji Program Studi S1

Keperawatan Stikes Maranatha Kupang Pada Tanggal 2020

Penguji 1.Stefanus Mendes Kiik, S.Kep.,Ns, M.Kep., Sp. Kom

2. Irlin. F Riti, S.Kep.,Ns, M.Kes

3. Rihsan Al Bahari, S.Kep.,Ns

Ketua STIKes Maranatha Kupang Ketua Program Studi S1 Keperawatan


STIKes Maranatha Kupang

Stevanus Mendes Kiik, S.kep,Ns, M.Kep., Sp. Kom Juandri S. Tussi, S.Kep, Ns, M. T

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat-Nya yang selalu menyertai dan membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan proposal ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

program studi Serjana Keperawatan. Dalam penyusunan proposal ini penulis

mengalami banyak hambatan dan rintangan namun berkat bimbingan dari berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung akhirnya penulis dapat

menyelesaikan proposal penilitian ini yang berjudul “PENGARUH SIKAP DAN

PERILAKU TERHADAP KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG

DIRI (APD) PADA PERAWAT DENGAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DI

RST WIRASAKTI KUPANG”

Oleh karena itu lewat kesempatan ini penulis dengan tulus hati menyampaikan

ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Guten Selan, STH, selaku Ketua Yayasan Maranatha Group Wilayah
NTT.
2. Bapak Stefanus Mendes Kiik, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp, Kom, selaku Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang
3. Ibu Irlin F Riti, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing selama dilakukannya
proposal penelitian di Prodi Keperawatan Maranatha Kupang.
4. Bapak Rihsan Al Bahari, S.Kep. Ns selaku pembimbing pendamping yang
bersedia membimbing dan member arahan dalam penyelesaian proposal ini.
5. Segenap Dosen STIKES Maranatha Prodi S1 Keperawatan Kupang yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, dan arahan selama dalam proses
perkuliahan.

v
6. Orang tua dan keluarga besar tercinta yang selalu memberi doa, dukungan dan
motivasi yang tiada henti selama penyusunan proposal dan selama menempuh
pendidikan ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa Stikes Maranatha Kupang yang telah membantu
memberikan semangat dalam menyelesaikan proposal ini.
8. Dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.
Penulis menyadari penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun

demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Kupang, Agutus 2020

PENULIS

(Alip Fitayah)

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMA PERNYATAAN.................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR........................................................................................... v
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian.............................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 8
1.5 Keaslian Penelitian…………………………………………………… 9
BAB II : TINJUAN PUSTAKA............................................................................ 11
2.1 Konsep Perawat ….....……................................................................... 11
2.2 Konsep penyakit menular..……………………………………….. 13
2.3 Konsep sikap....................................................................................... 17
2.4 Konsep Perilaku…………………………………………………….. 20
2.5 Konsep Kepatuhan…………………………………………………… 22
2.6 Konsep APD…………………………………………………………. 25
2.7 Kerangka Teori……………………………………………………….. 37
BAB III : METODE PENELITIAN...................................................................... 38
3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………….. 38
3.2 Hipotesis Penelitian………………………………………………….. 39
3.3 Desain Penelitian...............................................................………….. 39
3.4 Definisi Operasional…………………………………………………. 39
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian........................................................... 42
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………… 43
3.7 Instrumen Penelitian………………………………………………….. 43
3.8 Etika Penelitian……………………………………………………….. 45
3.9 Prosedur Penelitian………………………………………………...... 46
3.10 Tekhnik Analisis................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 50

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 KerangkaTeori…………………………………….…… 34

Gambar 3.1 Kerangka Konsep………………………………………. 35

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Keaslian Penelitian………………………………………….. 9

Tabel 2. DefinisiOperasional…………………………………….…… 37

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden.

Lampiran 3. Lembar Wawancara

Lampiran 4. Lembar Konsul

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah industri yang bergerak dibidang pelayanan jasa

kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap

masyarakat sebagai usaha meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Disamping memberikan dampak positif, faktor tersebut juga

memberikan nilai negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses

pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Zubaidah,

2015). Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada setiap orang adalah upaya

kesehatan dan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di sarana kesehatan. Pekerja

Rumah Sakit mempunyai risiko lebih tinggi dibanding pekerja industri lain

untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja

(KAK). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 165,

menyatakan bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk

upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan

pemulihan bagi tenaga kerja. Rumah sakit harus menjamin kesehatan dan

keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun

masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di rumah sakit. (Apriluana,

2016)

Prevalensi Healthcare Associated Infection (HAIs) di negara berkembang

berkisar antara 7,7-20,1%, sementara di negara berkembang berkisar antara 3,5-

1
2

12% (WHO, 2017). Sedangkan prevalensi kejadian Healthcare Associated

Infection (HAIs) di Indonesia sebesar 7,1% (Wikansari, Hestiningsih & Raharjo,

2018). Data International Labour Organization (ILO) tahun 2015 mencatat

angka Penyakit Akibat Kerja (PAK) secara global menurut data WHO dari 35

juta pekerja kesehatan, 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV;

0,9 juta terpajan virus HBC; dan 170,000 terpajan virus HIV/AIDS. Selain itu,

berdasarkan data yang dilaporkan WHO (2020), setiap tahunnya diperkirakan

sekitar 3,7 juta kasus tertusuk jarum atau perlukaan lain oleh benda tajam yang

terkontaminasi pada tenaga kesehatan diseluruh dunia.

Perawat merupakan petugas kesehatan terbanyak dengan komposisi

hampir 60% dari seluruh petugas kesehatan di rumah sakit dan salah satu

profesi yang sering terkena penyakit akibat kerja karena perawat tenaga

kesehatan yang 24 jam berada di samping dan bersentuhan dengan pasien

(Sudarmo, 2016). Kontaminasi penyakit dapat berisiko terjadi pada seorang

perawat maupun dokter apabila selama melakukan interaksi dengan pasien tidak

memperhatikan tindakan pencegahan (universal precaution) dengan cara

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, masker, kaca

mata. Pekerjaan perawat berisiko terhadap kecelakaan yang mengakibatkan

keterpaparan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan kerja. Pulungsih et al,

(2019) menunjukkan tempat perawat memperoleh paparan penyakit adalah

kamar operasi (46%), kamar bersalin (37%), ruang rawat inap (11%), ruang

nifas (3%), lain-lain (3%).


3

Strategi pencegahan dan kontrol infeksi yang diterapkan oleh perawat dan

karyawan penunjang medis adalah dengan lebih menekankan Alat Pelindung

Diri (APD) yang dipakai saat bekerja yang sesuai dengan indikasi alat

pelindung diri apa yang sebaiknya mereka gunakan saat bekerja. APD adalah

pakaian atau peralatan khusus yang dipakai oleh pekerja medis untuk

melindungi diri dari agen infeksius. APD ini digunakan/dipakai memiliki dua

fungsi, yaitu untuk kepentingan penderita dan sekaligus untuk kepentingan

petugas medis itu sendiri. APD bertujuan untuk melindungi dari kontak dengan

darah, semua jenis cairan tubuh, sekret dan selaput lendir. (Chrysmadani, 2018)

Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting untuk dipakai oleh seorang

perawat dalam melaksanakan tugas, alat pelindung diri digunakan oleh petugas

memiliki dua fungsi yaitu untuk kepentingan perawat dan sekaligus untuk

kepentingan petugas itu sendiri (Darmadi, 2018,). Menurut Kusmiyati (2014),

faktor yang mempengaruhi rendahnya perilaku perawat dalam tindakan

universal precautions yaitu pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana alat

pelindung pribadi dan motivasi perawat.

Dalam meningkatkan upaya tindakan pencegahan infeksi, diperlukan

pengetahuan dan sikap perawat dalam penggunaan APD agar terhindar dari

risiko penularan penyakit baik dari pasien ke perawat maupun sesama pasien.

Perawat mempunyai risiko yang tinggi untuk menerima pejanan penyakit akibat

adanya infeksi yang dapat mengancam keselamatannya saat berkerja.

Kepatuhan penggunaan APD perawat berkaitan dengan sikap perawat dalam

penggunaan APD, sikap perawat masih negatif atau kurang baik dalam
4

penggunaan APD (Pranoto, 2017). Kepatuhan merupakan suatu perilaku

manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur, dan disiplin. mengingat

fungsi APD memiliki peran yang penting dalam upaya mengeliminir transmisi

agent penyakit infeksi baik dari lingkungan rumah sakit, dari pasien ke perawat

maupun dari pasien ke pasien lainnya maupun infeksi yang terjadi pada pasien

itu sendiri. penggunaan APD secara benar harus didukung oleh pengetahuan,

sikap dan perilaku yang baik, dari segi pengetahuan perawat harus bisa

memahami potensi risiko bahaya infeksi dan pintu masuk dari transmisi agent

infeksi tersebut sehingga dapat memilih jenis dan bahan APD yang sesuai

dengan potensi bahaya yang ada. Sikap perawat harus didukung dengan

perilaku yang baik terkait dengan penggunaan APD seperti kepatuhan dalam

menggunakan APD dengan benar pada saat melakukan tindakan keperawatan

dan kesadaran untuk merawat APD (Suharto, 2016).

Penggunaan alat pelindung diri pada perawat masih kurang dalam

pelaksanaan atau penerapannya. Penelitian yang dilakukakan Siburian (2017)

menunjukkan bahwa sikap perawat dalam penggunaan APD masih kurang,

ditujukkan dengan sikap positif sebanyak 46.70% dan sikap negatif sebanyak

53.30%.Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2016) menunjukkan perilaku

penggunaan APD perawat tidak signifikan antara perilaku yang baik dan kurang

baik dalam menggunakan APD. Hasilnya responden yang memiliki perilaku

penggunaan APD yang baik berjumlah 40 (47,6%), sedangkan responden yang

memiliki perilaku penggunaan APD yang kurang baik berjumlah 44 (52,4%).

Hasil penelitian dari 29 tindakan yang dilakukan terdapat 19 tindakan yang


5

tidak tepat dalam penggunaan APD. Tindakan yang tidak tepat yaitu perawat

menggunakan sarung tangan saat mengangkat telepon, menggunakan masker

saat memberikan injeksi dan 4 masker tidak dilepas saat di ruang perawat, serta

terdapat perawat yang tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah

menggunakan sarung tangan. Menurut Sudarmo (2016) dalam penelitiannya

tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Kepatuhan Penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) dalam Pencegahan Penyakit Akibat Kerja,

Berdasarkan uji simultan adalah 84,1%, sangat kuat bahwa kepatuhan perawat

bedah benar-benar nyata atau signifikan dipengaruhi faktor perilaku yang

menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu : sikap, lama kerja, pengawasan,

ketersediaan APD, teman sejawat, persepsi dan hanya 15,9% saja faktor lain di

luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang bisa mempengaruhi

kepatuhan perawat dalam menggunakan APD.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan dengan wawancara terhadap

staff Tata usaha RST Wirasakti mengatakan bahwa data pasien dengan penyakit

menular baik itu rawat jalan dan rawat inap di RST wirasakti kupang pada

tahun 2018-2019 tercatat untuk HIV sebanyak 130 pasien, TBC sebanyak 138

pasien dan Hepatitis sebanyak 112 pasien. Data yang diambil dari laporan

panitia Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) RST Wirasakti kupang rawat

inap dan ruang operasi RST wirasakti Kupang tercatat 9 kecelakaan kerja yang

beresiko HIV/AIDS dan Hepatitis B pada petugas kesehatan. Laporan panitia

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tahun 2018-2019, terjadi kecelakaan

kerja yaitu: 1 orang perawat tertusuk jarum suntik pasien HIV/AIDS, 2 orang
6

perawat tersentuh cairan darah pasien HIV/AIDS, 2 perawat tersentuh cairan

darah pasien Hepatitis B serta 4 perawat terpapar dengan pasien TBC. Dalam

laporan tersebut ditambahkan bahwa saat bekerja perawat tidak memakai APD

seperti sarung tangan dan masker

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di Rumah Sakit TK. III Wirasakti Kupang dengan judul “Pengaruh

Faktor Individu Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pada Perawat Dengan Pasien Penyakit Menular Di RS Tk III Wirasakti

Kupang”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Pengaruh Faktor Individu Terhadap Kepatuhan Dalam

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Perawat Dengan Pasien Penyakit

Menular Di RS Tk III Wirasakti Kupang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui Pengaruh Factor Individu Terhadap Kepatuhan dalam

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Perawat dengan Pasien

Penyakit Menular di Rst Wirasakti Kupang.


7

1.3.2 Tujuan khusus

1) Mengidentifikasi Sikap Perawat dalam Penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) Pada Pasien dengan Penyakit Menular di RST Wirasakti

Kupang.

2) Mengidentifikasi Perilaku Perawat dalam Penggunaan Alat Pelindung

Diri(APD) Pada Pasien dengan Penyakit Menular di RST Wirasakti

Kupang.

3) Mengidentifikasi Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Pada Pasien dengan Penyakit Menular di RST

Wirasakti Kupang.

4) Menganalisis faktor individu terhadap Kepatuhan Perawat dalam

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pasien dengan Penyakit

Menular di RST Wirasakti Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan di

bidang manajemen keperawatan serta sebagai pengembangan ilmu dalam

bidang pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi khususnya untuk

tim PPI.
8

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Menjadi sarana meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis

dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

tersendiri bagi pengembangan ilmu keperawatan dan untuk menambah

wawasan yang bersifat teorotis dan ilmiah tentang ilmu ketrampilan

keperawatan dasar terkhususnya mengenai Penggunaan APD, serta

menjadi bahan referensi bagi perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Maranatha Kupang.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini “Faktor individu terhadap kepatuhan perawat

dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pasien Dengan

Penyakit Menular Di RST Wirasakti Kupang“ diharapakn agar perawat

lebih patuh dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) sebagai

bentuk proteksi terhadap diri sendiri dalam menangani pasien.

4. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini “Faktor individu terhadap kepatuhan perawat

dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pasien Dengan

Penyakit Menular Di RST Wirasakti Kupang“ diharapkan dapat

menjadi masukan dan evaluasi terhadap Rumah sakit khususnya


9

perawat dalam menangani pasien agar lebih patuh dalam menggunakan

alat pelindung diri (APD) di RST Tingkat III Wirasakti Kupang

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul kepatuhan perawat dalam menerapkan sasaran

keselamatan pasien pada pengurangan resiko infeksi belum pernah dilakukan

sebelumnya, tetapi penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan oleh peneliti

lain dan ada kemiripan dengan penelitian ini diantaranya adalah:

Tabel 1.1.
Penelitian terdahulu

No Nama Peneliti Judul Dan Tahun Metode Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian
1 Dian Faktor-faktor yang Menggunaka Hasil analisis
Pancaningrum mempengaruhi n rancangan menggunakan uji chi
kinerja perawat penelitian square Didapatkan
pelaksana di ruang observasional hasil tidak adanya
rawat inap dalam non hubungan bermakna
pencegahan infeksi eksperimental antara faktorfaktor yang
nosokomial di RS. dengan mempengaruhi kinerja
Haji Jakarta 2011 pendekatan dengan kinerja perawat
crosssectiona dalam pencegahan
l infeksi nosokomial.
2 Suharto Hubungan Metode Hasil penelitian ini
pengetahuan dan penelitian ini menunjukan variabel
sikap perawat yaitu yang memiliki
dengan tindakan penelitian hubungan dengan
Pencegahan infeksi observasional tindakan pencegahan
di ruang icu rumah analitik, infeksi pengetahuan ρ=
sakit dengan desain 0,024 < α = 0,05 dan
Tahun 2016 cross sikap ρ=0,026<α=0,05).
sectional. dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa
terdapat hubungan
pengetahuan dan sikap
perawat dengan
10

tindakan pencegahan
infeksi di ruang ICU.
3 Putri Perilaku Perawat Pendekatan Hasil penelitian ini
Wulandini Dalam Penggunaan yang Pengetahuan perawat
Alat Pelindung dilakukan ini mengenai APD yakni
Diri (Apd) Di Irna dalam baik sebesar 77.3% (34
Medikal Rsud penelitian ini orang), Sikap perawat
Pekanbaru 2016 adalah mengenai APD yakni
pendekatan positif sebesar 61.4%
kuantitatif (27 orang), Tindakan
dengan perawat dalam
metode menggunaan APD
deskriptif yakni baik sebesar
analitik untuk 63.6%(28 orang).
menjelaskan
gambaran
perilaku
perawat
mengenai
penggunaan
Alat Pelidung
Diri.
11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perawat

Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2016), perawat adalah seseorang

(seorang professional) yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan

kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai

jenjang pelayanan keperawatan. (Fitri et al., 2020)

Peran perawat menurut (Nursalam, 2015)dibagi 4 peran utama yaitu:

a. Peran pelaksana

Peran ini dikenal dengan peran perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai

individu, keluarga, dan masyarakat, dengan metoda pendekatan

pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam

melaksanakan peran ini, perawat bertindak sebagai comforter, protector,

advocate, communicator, dan rehabilitator.

b. Peran sebagai pendidik

Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada

di bawah tanggung jawabnya.

11
12

c. Peran sebagai pengelola

Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola

pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen

keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola,

perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas asuhan atau

pelayanan keperawatan serta mengorganisasikan dan mengendalikan

sistem pelayanan keperawatan.

d. Peran sebagai peneliti

Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu

mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode

penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu

asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.

Fungsi perawat menurut (Nursalam, 2015):

1. Fungsi independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,

dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri

dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka

memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan

fisiologis(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan

dan elektrolit,pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan

aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan

kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta dan mencintai, pemenuhan

kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.


13

2. Fungsi dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas

pesan atau intruksi dari perawat lain.

3. Peran interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan diantara tim yangsatu dengan yang lainnya. Fungsi ini

dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim

dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan

keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.

2.2 Konsep Penyakit Menular

1. Pengertian Penyakit Menular

Ada beberapa pengertian mengenai penyakit antara lain menurut Gold

Medical Dictionary penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi

suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau

tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi struktur, bagian, organ atau

sistem dari tubuh. Sedangkan menurut Arrest Hofte Amsterdam, penyakit

bukan hanya berupa kelainan yang terlihat dari luar saja, tetapi juga suatu

keadaan terganggu dari keteraturan fungsi dari tubuh. Dari kedua pengertian

tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyakit adalah suatu keadaan gangguan

bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada didalam keadaan yang tidak

normal. (Darmawan, 2016)

Beberapa definisi penyakit menurut para ahli adalah sebagai berikut :


14

a. Penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme

untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga

timbul gangguan pada fungsi/struktur dari bagian organisasi atau sistem

dari tubuh (Gold Medical Dictionary).

b. Penyakit adalah suatu keadaan di mana proses kehidupan tidak lagi

teratur atau terganggu perjalanannya (Van Dale‟s Woordenboek der

Nederlandse Tel).

c. Penyakit bukan hanya berupa kelainan yang dapat dilihat dari luar saja,

akan tetapi juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan fungsi-fungsi

dalam dari tubuh (Arrest Hofte Amsterdam).

Menurut Natoadmodjo (2018) Penyakit menular adalah penyakit yang

dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik

secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit Menular [comunicable

Diseasse] adalah penyakit yang disebabkan oleh transmisi infectius

agent/produk toksinnya dari seseorang/reservoir ke orang lain/susceptable

host. (Darmawan, 2016)

2. Karakteristik Penyakit Menular

Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain

ditentukan oleh tiga faktor, yakni faktor Agen atau penyebab penyakit Agen

merupakan pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang

merupakan penyebab penyakit. Agen dapat dikelompokkan menjadi

Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya,

Golongan riketsia, misalnya typhus, Golongan bakteri, misalnya disentri,


15

Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.

Faktor Host (Manusia) Sejauh mana kemampuan host didalam menghadapi

invasi mikroorganisme yang infektius itu, berbicara tentang daya tahan.

Misalnya Imunitas seseorang. Faktor Route of transmission (jalannya

penularan). Penularan penyakit dapat dilihat dari potensi infeksi yang

ditularkan. Infeksi yang ditularkan tersebut berpotensi wabah atau tidak.

(Darmawan, 2016)

Karakteristik penyakit menular Secara umum memiliki gejala klinik

yang berbeda-beda sesuai dengan faktor penyebab penyakit tersebut.

Berdasarkan manifestasi klinik maka karakteristik penyakit menular terdiri

dari :

a) Spektrum Penyakit Menular Pada proses penyakit menular secara umum

dijumpai berbagai manifestasi klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak

tampak sampai keadaan yang berat disertai komplikasi dan berakhir

cacat / meninggal dunia.Akhir dari proses penyakit adalah sembuh,

cacat atau meninggal. Penyembuhan dapat lengkap atau dapat

berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan gejala sisa yang berat

(serve sequele). (Darmawan, 2016)

b) Infeksi Terselubung (tanpa gejala klinis) Adalah keadaan suatu penyakit

yang tidak menampakan secara jelas dan nyata dalam bentuk gejala

klinis yang jelas sehingga tidak dapat di diagnosa tanpa cara tertentu

seperti tes tuberkolin, kultur tenggorokan, pemeriksaan antibody dalam

tubuh dan lain-lain. Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam


16

masyarakat sektor yang memegang peranan penting adalah ; faktor

penyebab / agent yaitu organisme penyebab penyakit menular, sumber

penularan yaitu reservoir maupun resources, cara penularan khusus

melalui mode of transmission. (Darmawan, 2016)

c) Sumber Penularan Merupakan media yang menjadikan suatu penyakit

tersebut bisa menyebar kepada seseorang. Sumber ini meliputi ;

Penderita, Pembawa kuman, Binatang sakit, tumbuhan / benda, Cara

Penularan. Penyakit dapat menyerang seseorang dengan bebarapa cara

diantaranya, Kontak langsung, Melalui udara, Melalui makanan /

minuman, Melalui vector, Keadaan Penderita. (Darmawan, 2016)

Penyakit menular dapat berpindah satu tempat ke tempat yang lain.

Perpindahan ini bisa terjadi dengan sangat cepat sehingga berkembang

menjadi wabah atau endemis pada daerah tertentu. Ada beberapa cara

perpindahan penyakit menular pertama perpindahan penyakit secara

langsung yang merupakan proses berpindahnya penyakit dari manusia 1 ke

manusia lain secara langsung tanpa perantara, misalnya: penularan melalui

tetesan-tetesan halus yang terhambur dari manusia yang sakit seperti ludah,

bersin pada penyakit TBC. Model perpindahan ke dua adalah Penularan

secara tidak langsung, Merupakan proses pemindahan penyakit melalui

perantara. Perantara tersebut bisa dari golongan bakteri, serangga, serta bisa

dari kotoran. Misalnya kolera, disentri dan demam berdarah dengue.

(Darmawan, 2016)
17

3. Mekanisme Penularan Penyakit Menular

Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah

mekanisime penularan (mode of transmissions) yakni berbagai mekanisme

di mana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai penjamu

yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara unsur penyebab (agent)

meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai penjamu potensial,

serta cara masuknya ke penjamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat

sebagai salah seorang penjamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan

ketularan suatu penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam

masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya.

Kemungkinan tersebut sangat di pengaruhi pula olah berbagai faktor antara

lain:

a. Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut

mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur penyebab.

b. Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan resevoir

penyakit serta unsur biologis yang hidup berada di sekitar manusia.

c. Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam

masyarakat, termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari.

(Darmawan, 2016)

2.3 Konsep Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek.Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu
18

tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku .

Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsangan

yang relevan, individu lain atau fenomena-fenomena. Dapat dikatakan bahwa

sikap merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap

(Wawan., 2012)

Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :

1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan

perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan

pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan

faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu

pada pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk

bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan

pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam memengaruhi pola pikir

seseoranguntuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoadmojo,

2018).

Fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu :

1. Sebagai alat menyesuaikan diri

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu

yang mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap


19

bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau

dengan anggota kelompok lain.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada

umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses

secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya

tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari

luar tidak semuanya dilayani olah manusia, tetapi manusia memilih mana

yang perlu dilayani dan mana yang tidak perlu dilayani.Jadi semua

pengalaman diberi nilai lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang.Ini disebabkan karena

sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh

karena itu, dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak

orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut(Abu & Soleh, 2015).

Sikap memiliki berbagai tingkatan yaitu :

1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.

2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan

adalah indikasi dari sikap karena dengan usaha untuk menjawab


20

pertanyaan atau mengerjakantugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu

benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuating) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap

tingkat ini.

4. Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan

sikap yang paling tinggi (Notoadmojo, 2018)

2.4 Konsep Perilaku

Perilaku dari segi biologismenurut (Notoadmojo, 2018) adalah suatu

kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.Oleh

sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari

tumbuh-tumbuhan, binatang sampai manusia itu berperilaku, karena mereka

mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku

manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung, maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Notoatmodjo dalam Sunaryo (2018) mengatakan ada dua faktor yang

mempengaruhi perilaku, yaitu faktor endogen atau berasal dari dalam diri

individu seperti jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat

pembawaan dan intelegensi serta faktor eksogen atau yang berasal dari luar
21

individu seperti lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi dan

kebudayaan.

Benyamin Bloom (1908) seorang psikologi pendidikan dalam

(Notoadmojo, 2018) membagi perilaku manusia dalam tiga domain yang dia

sebut dengan 3 ranah atau kawasan yang dimodifikasi untuk pengukuran hasil

pendidikan kesehatan yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan terjadi melalui

pancaindra, penciuman, rasa, dan raba.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek, yang tidak dapat dilihat langsung, tetapi

hanya dapat ditafsirkan.

3. Praktik atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yng memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan

(support) dari pihak lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

1) Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat pertama.


22

2) Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

sudah mencapai pratik tingat kedua.

3) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,

hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara

langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Pengukuran praktik (overt behavior) juga dapat diukur dari hasil perilaku

tersebut. Misalnya perilaku hygiene perorangan (personal hygiene) dapat

diukur dari kebersihan kulit, kuku, rambut, dan sebagainya. (Notoadmojo,

2018)

2.5 Sikap Dan Perilaku Perawat

Perawat berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial, hal İni

disebabkan perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang

berhubungan langsung dengan klien dan bahan infeksius diruang rawat, Perawat

juga bertanggung jawab menjaga keselamatan klien dirumah sakit melalui

pencegahan kecelakaan, cidera, trauma, dan penyebaran infeksi nosokomial

(Simanjuntak, 2016).
23

Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu

disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman, yang memberikan

pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek, dan keadaan.

Menurut Sukidjo sikap perawat adalah keadaan mental dan saraf dan kesiapan

yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis atau

terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan

dengannya. Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek.

Setelah orang mengetahui stimulus atau obyek proses selanjutnya akan menilai

atau bersikap terhadap stimulus atau obyek tersebut.

Perawat melalui tindakan dan belajar seseorang akan mendapatkan

kepercayaan dan sikap terhadap sesuatu yang pada giliranya akan mempengarui

perilaku. Perilaku perawat merupakan semua kegiatan atau aktivitas perawat,

baik yang dapat diamati langsung, maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Sikap perawat harus didukung dengan perilaku yang baik, sikap perawat dalam

menyikapi penggunaan APD juga memberikan pengaruh terhadap perilaku

perawat. Hal ini didasari oleh perawat yang menyikapi sesuatu secara positif

akan mendukung semua kegiatan yang berkaitan dengan keselamatan dan akan

mudah dalam menerapkan perilaku yang baik, begitu pula sebaliknya.

(Ramadhan, 2017).
24

2.6 Konsep Kepatuhan

2.5.1 Defenisi Kepatuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Patuh adalah suka menurut

perintah, taat pada perintah, sedangakan kepatuhan adalah perilakau sesuai

aturan dan berdisiplin.

Kepatuhan adalah tingkat perilaku individu (mis, minum obat, mematuhi

diet, atau melakuian perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi atau

kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari mengindahkan setiap aspek

anjuran sehingga mematuhi semua rencana terapi. (Deaux et al., 2012)

Sedangakan menurut Slamet kepatuhan berasal dari kata dasar patuh,

yang berarti disiplin dan taat, patuh adalah suka menurut perintah atau aturan,

sedangkan kepatuhan adalah prilaku sessuai aturan dan berdisiplin. Kepatuhan

petugas professional (perawat) adalah sejauh mana perilkau seorang perwat

sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat ataupun

Rumah sakit dalam menggunakan Alat Pelindung Diri. (Arifianto, 2016)

2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Niven (2002) seperti dikutip oleh (Fauzia et al., 2015), faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:

1. Pendidikan

Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bahwa

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti pengunaan

buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.


25

2. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.

3. Modifikasi faktor lingkungan dan social

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-

teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu

kepatuhan terhadap program pengobatan seperti pengurangan berat

badan, berhenti merokok dan menurunkan konsumsi alkohol.

4. Perubahan model terapi.

Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

pasien terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan tersebut.

5. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien.

Adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien

setelah memperoleh infomasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan

penjelasan tetntang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang

dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

6. Pengetahuan

Merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut

fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu,

untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.


26

Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang

diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah

sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan, semakin baik pula kepatuhan keluarga dalam

pemberian diet.

7. Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya

daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini

sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin

dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan patuh dalam

pemberian diet.

8. Dukungan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang

atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam

satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu

kebudayaan (Effendy, 2016). Orang yang terkena sakit sangat

membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga,

dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitu dengan:

1) Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan meliputi

porsi, jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan gizi.


27

2) Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum obat, kapan

istirahat serta kapan saatnya kontrol.

3) Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.

2.6 Konsep Alat Pelindung Diri

2.6.1 Pengertian

Alat pelindung diri merupakan peralatan yang di pakai oleh tenaga

kesehatan untuk melindungi diri dan mencegah infeksi nosokomial. Tujuan

penggunaan alat pelindung diri untuk melindungi kulit dan selaput lendir dari

pajanan semua cairan tubuh dari kontak langsung dengan pasien (Rohani, 2016)

Alat pelindung diri (APD) telah digunakan bertahun-tahun untuk

melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada petugas yang

bertugas disarana pelayanan kesehatan. Akhir-akhir ini dengan timbulnya AIDS

dan munculnya kembali tuberculosis (TBC) di beberapa Negara, penggunaan

alat pelindung diri (APD) menjadi sangat penting untuk melindungi petugas

dan pasien lain. Kesadaran petugas untuk meggunakan alat pelindung diri

(APD) sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan petugas terhadap penularan

penyakit dari satu orang ke orang lain (Rohani, 2016)

Alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan yang bersih (tidak steril

maupun steril) sangat penting untuk mengurangi resiko penularan.Demi

efektivitasnya, semua alat pelindung diri (APD) harus diguakan dengan

tepat.Gaun bedah dan kain penutup hanya dapat mencegah infeksi luka kalau

kering.Apabila basah, kain besifat seperti spons mengisap bakteri dari kulit atau

peralatan, menembus kain, kemudian dapat mencemari luka bedah.Petugas


28

harus meyadari keuntungan dan keterbatsan APD khusus dan peranannya dalam

mencegah infeksi agar dapat digunakan secara efektif dan efisien.

2.6.2 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri

Menurut Rohani dan Setio (2017) jenis – jenis Alat pelindung diri meliputi

sarung tangan, masker, pelindung mata (perisai muka dan kaca mata), kap,

gaun, apron, dan barang lainnya. Penahan yang sangat efektif terbuat dari kain

yang diolah atau bahan sintesis yang tidak tembus air atau cairan lain (darah

atau cairan tubuh). Bahan-bahan tahan cairan ini tidak tersedia secara luas

karena mahal.Di beberapa Negara, kain katun yang enteng adalah bahan yang

sering dipakai untuk pakian bedah (masker, kap, gaun, dan duk).Sayangnya,

kain katun yang enteng tidak memberikan perlindungan yang efektif terhadap

cairan karena cairan dapat menembusnya dengan mudah sehingga membuat

pencemaran. Sebaliknya, kain dril dan kanvas yang berat terlalu rapat untuk

ditembus uap (tidak dapat disterilkan), sangat sukar dicuci dan memerlukan

waktu lebih lama untuk dikeringkan. Kalau memakai kain, sebaliknya warana

putih atau terang agar kotoran dan pencemaran mudah terlihat. (Rohani dan

Setyo, 2015)

1. Sarung Tangan
29

Sarung tangan merupakan pembatas diri terpenting untuk mencegah

perlusan infeksi.Sarung tangan harus diganti setiap melakukan kontak

dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah

pencemaran/penularan silang. Sarung tangan harus dipakai bila petugas

menangani darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi (kecuali keringat),alat

atau permukaan yang tercemar, menyentuh kulit yang tidak utuh, dan

selaput lendir. Yang harus diperhatikan ketika menggunakan sarung tangan

yaitu gunakan sarung tangan yang berbeda untuk setiap pasien, segera lepas

sarung tangan apabila telah selesai dengan satu pasien dang anti dengan

sarung tangan yang lain apabila menangani pasien lain. Hindari jamahan

pada benda-benda selain berhubungan dengan tindakan yang sedang

dilakukan (Rohani & Setio, 2015).

Tiga alasan mengapa petugas kesehatan harus menggunakan sarung

tangan menurut Rohani (2015), yaitu:

1) Mengurangi resiko petugas terkena infeksi dari pasien.

2) Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien.

3) Mengurangi pencemaran tangan petugas kesehatan dengan

mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien

lainnya. (pencemaran silang)

Sarung tangan harus diapakai bila :

1. Kontak tangan pemeriksa dengan darah atau cairan tubuh lainnya,

selaput lendir, atau kulit yang terluka .

2. Akan melakukan tindakn medic invasife.


30

3. Membersihkan limbah tercemar atau memegang permukaan yang

tercemar.

4. Dipakai kesetiap pasien guna mencegah infeksi silang.

5. Mempersiapakan peralatan steril.

Jenis – jenis sarung tangan

1) Sarung tangan bedah

Dipakai saat melakukan tindakn invasif atau pembedahan.

2) Sarung tangan pemeriksan

Dipakai utnuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan

pemeriksaan atau oekerjaan rutin.

3) Sarung tangan rumah tangga

Dipakai sewaktu memproses peralatan, menagangi bahan – bahan

tercemar, dan membersihkan permukaan yang tercemar.

Cara memakai sarung tangan.

1. Cuci tangan dan bersihkan tangan secara steril.

2. Ambil sarung tangan dari tempatnya lalu letakan pada tempat yang

bersih, kering, dan rata setinggi diatas pinggang.

3. Buka pembungkus luar secara hati –hati dengan hanya menyentuh

bagian luarnya. Tentukan sarung tangan kiri dan kanan.

4. Menggunakan tangan yang tidak dominan, ambil ujung sarung tangan

steril di bagian ujung pergelangandan angkat dengan hati-hati degan

menggunaka ujung jari, sarung tangan mengghadap ke bawah.

Hindarkan sarung tangan bersentuhan dengan tangan ayng tidak steril.


31

5. Masukan tangan yang dominan ke dalam sarung tangan secara hati-hati,

masukan semua jari pada bagian jari dan tarik sampai ke pergelanagn

tangan, biarkan sarung tangan sampai tangan yang lain memakai sarung

tangan juga.

6. Masukan jari-jari tangan (kecuali ibu jari) yang bersarung kedalam

lipatan dan ibu jari disebelah luar sarung tangan yang belum terpasang

dan angkat ke atas.

7. Masukan tangan yang tidak dominan ke dalam sarung tangan, rapikan

hanya dengan menyentuh daerah steril.

Cara melepaskan sarung tangan (pemeriksaan maupun steil)

1. Gunakan tangan yang dominan, pegang ujung pergelangan tangan

sarung tangan paling luar tangan yang tidak dominan, tarik hingga sarun

tngan tersebut dalam posisi terbalik.

2. Letakan sarung tangan yang sudah terlepas di kepalan tangan kedua, lalu

lepaskan sarung tangan kedua dengan cara memasuka satu jari dibawah

ujung sarung tangan dengan menarik kebawah dan keluar sehingga

srung tangan menjadi terbalik dan sarung tangan pertama ada

didalamnya.

3. Buang kedua sarung tanga tersebut ditempat limbah infeksius, bukan

disamping tempat tidur.

4. Cuci tangan.
32

2. Kap / Topi

Kap dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan

rambut tidak masuk kedalam luka sewaktu pebedahan.Kap harus cukup

besar untuk menutup semua rambut.Kap memberikan perlindungan kepada

pasien dan melindungi petugas dari percikan darah, cairan tubuh, dan bahan

berbahaya lainnya.

3. Masker

Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, muka bagian

bawah, rahang, dan semua rambut / bulu wajah (kumis, jambang, dan

jenggot).Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu

petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga

untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi

masuk kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan.Masker dapat


33

menahan percikan cairan/lendir yang keluar dari lubang hidung maupun dari

mulut saat petugas berbicara, batuk, maupun bersin.

Masker jika tidak terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga

tidak efektif dalam mencegah dengan baik.Masker mungkin dugunakan

untuk beberapa alasan saat merawat pasien isolasi, saat membantu prosedur

steril, atau saat menyiapkan alat-alat steril untuk area steril.

Fungsi masker adalah sebagai berikut:

1. Melindungi kulit petugas dari bahan infksius yang berasal dari pasien

(sekresi aliran pernapasan, pancaran darah, atau cairan tubuh lainnya)

2. Menahan percikan lendir / ludah yang keluar sewaktu petugas berbicara,

batuk, atau bersin (penularan melaui percikan).

3. Mencegah penularan melaui udara.(pasien dengan gagguan pernapasan/

TB)

Langakh-langkah menggunkan masker (Potter dan Perry, 2005)

1) Ambil bagian tepiatas masker (biasanya sepasang tepi tersebut )

2) Pegang masker pada dua tali atau ikatan bagian atas pada bagian atas

belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.

3) Ikat dua tali bagian bawah pas eratnya dengan masker sampai ke

bawah dagu.

4) Dengan lkembut jepikan pita metal bagian atad pada batang hidung.
34

4. Pelindung Mata

Pelindung mata dapat melindungi petugas bila terjadi percikan darah atau

cairan tubuh lainnya yang tercemar dan dari bahan bebahaya, termasuk

perisai palstik yang jernih dan kacamata pengaman. Kacamata berukuran

berukuran dari resep dokter dapat dipakai bersama dengan masker

meskipun kacamata pribadi dan lensa kontak tidak dianggap sebagai APD

yang cukup.

Meskipun efektif segbagai pelindung mata, kacamata pelindung tidak

menyediakan perlindungan terhadap percikan atau semprotan ke bagian lain

dari wajah. Laporan yang diterbitkan pada pertengahan 1980

mendemonstrasikan bahwa perlindungan mata mengurangi penularan akibat

RSV (respiratory syncytial virus).

5. Perisai Wajah
35

Perisai wajah yang dikombinasikan dengan masker dapat memberikan

perlindungan wajah yang menyeluruh.Membran mukosa pada hidung, mata,

dan kulit jika keutuhan kulit hilang (misalnya karena jerawat atau dematitis)

adalah tempat masuk yang rawan bagi agen penginfeksi.

Perisai wajah sekali pakai atau bukan yang sekali pakai dapat dipakai

sebagai pengganti kacamata pelidung.Bila dibandingkan, perisai wajah

dapat melindungi daerah wajah yang lebih luas dari pada mata, perisai

wajah memanjang dari dagu sampai ke dahi, membungkus sampai ke

samping wajah untuk mengurngi percikan di bagian wajah.

6. Gaun Penutup

Gaun penutup dipakai untuk menutup baju., Gaun ini melindungi

tangan dan tubuh petugas kesehatan yang terbuka dan mencegah pakian

terkena darah, cairan tubuh, dan materi berpotensi infeksi lainnya. jas dokter

dan jas laboratorium yang dipakai sebagai identas diri tidak termasuk APD,

terlebih apabila pakian ini tidak di cuci setiap hari.

Gaun isolasi selalu dipergunakan bersamaan dengan sarung tangandan

APD lainnya. Pakailah gaun isolasi sebelum menggunakan APD lainnya,

menutup tangan, bagian depan tubuh, dari leher sampai pertengahan paha

(atau lebih rendah). Setelah selesai gaun harus segera di lepas dari luar
36

ruangan, bagian dalam baju menjadi bagian luar, gulung, baru kemudian

diletakan di kotak gaun kotor.

7. Apron / Celemek

Apron yang terbuat dari karet atau plastik adalah suatu pembatas tahan

air didepan tubuh petugas kesehatan. Apron harus dipakai sebelum

melakukan tindakan medis ketika darah dan ciran tumbuh akan tumpah

dalam jumlah banyak, misalnya saat seksio atau persalinan pervagina.

Apron membuat cairan tubuh pasien tidak mengenai baju dan kulit

petugas kesehatan.Dalam pembedahan penggunaan apron plastic yang

bersih diatas gaun penutup tidak hanya mencegah operator bedah dan

petugas lainnya dari paparan darah atau caairan tubuh, tetapi juga mencegah

perut operator bedah dan petugas lainnya menjadi sumber pencemaran ke

pasien.
37

8. Alas Kaki

Alas kaki dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan benda tajam,

berat, atau cairan yang menetes jatuh ke kaki. Untuk alsan ini sandal atau

sepatu yang terbuat dari bahan yang empuk / kain tidak dapat

digunakan.Sepatu bot dari karet atau kulit lebih melindungi, tapi harus

selalu bersih dan bebas darin pencemarandarah atau tumpahan cairan tubuh

lainnya.Sepatu yang kokoh hanya di pakai di daerah bedah.

2.4.1 Kepatuhan Perawat dalam menggunakan APD

Alat pelindung diri dugunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir

petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, secret, atau

ekskreta kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.Jenis tindakan yang

beresiko meliputi tindakan rutin.Jenis alat pelindung diri meliputi sarung

tangan, masker dan gaun pelindung. Tidak semua alat pelindung diri harus

dipakai, tetapi tergantung pada jenis tindakn yang akan dikerjakan. Karena itu

petuga harus menyadari keuntungan dan keterbatasan APD khusus dan

peranannya dalam mencegah infeksi agar dapat digunakan secar efektif dan

efisien (Rohani dan Setio, 2016)


38

Kewajiban dalam penggunaan APD di tempat kerja yang mempunyai

resiko terhadap timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diatur

didalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Pasal-pasal yang mengatur tentang penggunaan APD antara lain:

1. Pasal 3 ayat 1 sub f, menyebutkan bahwa ”Dengan peraturan perundangan

ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat

pelindung diri pada pekerja”.

2. Pasal 9 ayat 1 sub c, menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan

menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang, alat–

alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan”.

3. Pasal 12 sub b, menyebutkan bahwa ”Dengan peraturan perundangan

diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk, memakai alat-alat

pelindung diri yang diwajibkan”.

4. Pasal 14 sub c, menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan menyediakan

secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga

kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap

orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-

petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-

ahli keselamatan kerja.


39

2.5 Kerangka Teori

SIKAP PERILAKU Factor Kepatuhan Perawat


Menerima
Respon Pendidikan
Merespon
terpimpin
Menghargai Akomodasi
Bertanggung jawab Mekanisme
Modifikasi factor
Adopsi lingkungan dan social
Pengatahuan
Usia
Dukungan
Jenis-jenis APDkeluarga
1.Sarung tangan
Penggunaan APD 2.Masker
3. Kap/ Topi
4.Pelindung mata

Pengaruh Sikap Dan Perilaku Terhadap Kepatuhan Penggunaan


Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Perawat

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Pengaruh Sikap Dan Perilaku Terhadap Kepatuhan


Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Perawat Dengan
Pasien Penyakit Menular Di Rs Tk III Wirasakti Kupang

Sumber: (Snyder, 2010) (Supryanto, 2017) (Rohani, 2016)


40

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variable Independen Variable Dependen

:
Kepatuhan
Perilaku Perawat

Sikap
Penggunaan APD:
Sarung Tangan

Masker

Keterangan: Kap/ Topi


: Diteliti
Pelindung mata
: Hubungan

Gambar 3.1 kerangka konsep

Pengaruh Sikap Dan Perilaku Terhadap Kepatuhan


Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Perawat
Dengan Pasien Penyakit Menular Di Rs Tk III
Wirasakti Kupang

Sumber : (Snyder, 2010) (Supryanto, 2017) (Rohani, 2016)

40
41

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari

suatu penelitian yang akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak Ada pengaruh Sikap Dan Perilaku Terhadap Kepatuhan Penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) Pada Perawat Dengan Pasien Penyakit Menular

Di Rs Tk III Wirasakti Kupang”

Ha  : Ada pengaruh Sikap Dan Perilaku Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Pada Perawat Dengan Pasien Penyakit Menular Di

Rs Tk III Wirasakti Kupang”

3.3 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross

Sectional, untuk mengetahui sikap dan perilaku terhadap kepatuhan Perawat

Dalam Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) di RS Tingkat III Wirasakti

Kupang.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi

kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur variable. Variabel dalam

penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat

(dependent). Yang termasuk variable bebas adalah sikap dan perilaku perawat

dan variabel terikat adalah kepatuhan perawat dalam penggunaan APD.


42

Tabel. 3.1 Variabel penelitian Defenisi Operasional, Parameter, Alat Ukur, Skala dan Skoring

Variable Defenisi Parameter Alat ukur skala Skor


operasional
Sikap Reaksi atau respon Tanggapan perawat dalam Kuesioner Ordinal 1. Baik : jika
perawat perawat terhadap menggunakan APD. presentasi
penggunaan APD 1. Sikap perawat dalam menerima jawaban
sebelum kontak (receiving) terhadap penggunaan responden
dengan pasien. APD sebelum kontak dengan mencapai 66-
pasien 100%
2. Sikap perawat dalam merespon 2. Cukup : jika
(responding) terhadap presentasi
penggunaan APD sebelum kontak responden
dengan pasien mencapai 51-
3. Sikap perawat dalam menghargai 65%
(valuating) 3. Kurang : jika
4. Sikap perawat dalam bertanggung presentasi
jawab (responsible) terhadap jawaban
penggunaan APD sebelum kontak responder
dengan pasien mencapai
dibawah 50%
Perilaku Tindakan yang Tindakan perawat dalam Kuesioner Nominal Ya =2
Perawat dilakukan tenaga menggunakan APD. Tidak = 1
kesehatan dengan 1. Respon perawat yang dilakukan
menggunakan APD dengan menggunakan APD selama Dilakukan =
selama memberikan memberikan perawatan kepada 50% - 100%
perawatan kepada pasien Tidak
pasien. 2. Mekanisme perawat dalam Dilakukan =
menggunakan APD selama <50%
memberikan perawatan kepada
43

pasien
3. Adopsi atau tindakan dalam
menggunakan APD selama
memberikan perawatan kepada
pasien
Kepatuha Sikap dan tindakan sikap dan tindakan perawat dalam Checklist Ordinal Ya =2
n perawat yang menggunakan APD Lembar Tidak = 1
Perawat ditunjukan dalam 1. Menggunakan Sarung tangan. Observasi
Dalam menggunakan Alat 2. menggunakan Masker. Patuh= 50-
Mengguna Pelindung Diri 3. Menggunakan Nurse Cap 100%
kan Alat 4. Menggunakan pelindung mata Tidak patuh=
Pelindung <50%
Diri
44

3.5 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian

(Nursalam, 2015).Yang populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perawat di RS Tingkat III Wirasakti Kupang yang bekerja di ruangan

Kartika, Bogenvile dan Wijaya Kusuma yang berjumlah 33 orang.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu

untuk dapat mewakili poulasi (Notoatmojo, 2018). Sampel dalam penelitian

ini adalah semua perawat yang bekerja di ruangan Kartika, Bogenvile dan

Wijaya Kusuma yang berjumlah 33 orang yang memenuhi Kriteria Inklusi.

Sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sample,

agar memperoleh sample yang benar- benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian. (Nursalam , 2017).

Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah Total Sampling. Total sampling

adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan

populasi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah perawat yang langsung

melayani pasien, perawat yang telah bekerja di ruang perawatan >6

bulan dan bersedia menjadi responden

44
45

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah perawat yang sedang cuti

atau ijin belajar pada saat penelitian ini dilaksanakan.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di instalasi rawat inap (ruangan Kartika, Bogenvile

dan Wijaya Kusuma) RS Tingkat III Wirasakti Kupang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 2 minggu pada tanggal 18 - 30 Agustus

2020, di ruangan Kartika, Bogenvile dan Wijaya Kusuma RS Tingkat III

Wirasakti Kupang

3.7 Instrumen Penelitian

3.7.1 Jenis data yang dikumpulkan

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data

kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung,

yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau

berbentuk angka. Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah jumlah

Perawat yang bekerja di ruang perawatan, dan Kuesioner dan lembar

observasi

3.7.2 Instrument Pengumpulan Data


46

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

kuisioner, untuk mengidentifikasi sikap, perilaku dan kepatuhan perawat

dalam menggunakan APD di RS Tk III Wirasakti Kupang. Yang terdiri dari:

1. Data Demografi

Data Demografi responden merupakan instrument untuk mendapatkan

gambaran sikap, perilaku dan kepatuhan perawat dalam menggunakan

APD di RS Tk III Wirasakti Kupang yang terdiri dari usia, jenis kelamin,

pendidikan, lama kerja. Data demografi masuk dalam lembar kuesioner A,

yang terdiri dari 5 pertanyaan dan di isi dengan cara menuliskan isian dan

chek list (√) pada jawaban yang dipilih responden.

2. Pengukuran sikap perawat

Untuk mengukur sikap perawat dalam menggunakan APD peneliti

menggunakan kuesioner. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner ditulis dalam

bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pernyataan dalam kuesioner terdiri

dari 10 pernyataan positif (pernyataan yang jawabannya sesuai dengan

harapan) dan 5 pernyataan negative (pernyataan yang jawabannya tidak

sesuai dengan harapan). Kuesioner sikap terdiri dari 15 pertanyaan dengan

skor jawaban 4= sangat setuju, 3=setuju, 2= Tidak setuju, dan 1= sangat

tidak setuju.

Setelah dilakukan pengisian terhadap kuesioner maka dilakukan

penghitungan jumlah skor yang diperolah kemudian dilakukan kategorisasi.

Sikap perawat di kategorikan baik : jika presentasi jawaban responden


47

mencapai 66-100%, cukup : jika presentasi responden mencapai 51-65%,

kurang : jika presentasi jawaban responden mencapai dibawah 50%.

3. lembar observasi (Chek list) untuk melakukan pengamatan kepada

responden sesuai dengan tujuan penelitian dengan cara hanya memberi

tanda (√) pada tabel observasi kepatuhan perawat dalam penggunaan Alat

Pelindung Diri sebelum kontak dengan pasien.

Dalam melakukan observasi, peneliti mengobservasi 1 (satu) orang perawat

sebanyak 5 kali dalam setiap tindakan yang benar diberikan angka (2) dan

yang tidak benar diberikan angka (1) selanjutnya skor tersebut dibagi dalam

dua ketegori patuh dan tidak patuh berdasarkan jumlah tindakan pada masing-

masing variabel, untuk variabel penggunaan sarung tangan dikatakana patuh

jika jika responden melakuan tindakan benar (3-5) dan tidak patuh jika

responden melakukan tindakan (1-2) dengan jumlah tindakan yang harus

dilakukan sebanyak 5 kali, variabel penggunaan masker di katakana patuh jika

responden melakukan tindakan benar (3-5) dan tidak patuh jika jika responden

melakukan tindakan (1-2) dengan jumlah tindakan yang di lakukan sebanyak

5 kali.

3.8 Etika Penelitian

Dengan cara mengajukan permohonan izin kepada institusi tempat

melakukan penelitian maka peneliti tetap memperhatikan masalah etik yang

meliputi (Nurssalam, 2009) :

1. Persetujuan (Informed Concent)


48

Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta

dampak yang diteliti selama pengunpulan data. Lembar persetujuan tersebut

diberikan kepada responden yang bersedia untuk diteliti dan harus

menandatangani lembar persetujuan (informed concent). Namun jika subjek

menolak diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati

haknya.

2. Tanpa nama (anonimity)

Di dalam surat pengantar peneliti dijelaskan bahwa nama subjek yang

diteliti harus dicantumkan keikutsertaannya. Peneliti memberi kode pada

tiap-tiap lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (confidentially)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti. Hanya kelompok tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil

penelitian

3.9 Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan pengumpulan data

Pada tahap ini, sebagai langkah awal peneliti adalah mengurus surat ijin

penelitian kepada bagian akademik prodi Keperawatan Stikes Maranatha

Kupang setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji dan

dipresentasikan dalam siding uji etik. Selanjutnya paneliti mengajukan

permohonan ijin kepada kepala RS Tk III Wirasakti Kupang. Setelah

mendapatkan ijin, peneliti kemudian mendatangi kepala ruangan yang


49

ruangannya dijadikan tempat penelitian untuk meminta ijin dan

menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan serta

mengkoordinasikan mengenai waktu pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan pengumpulan data

Setalah waktu pengambilan data disepakati, peneliti melakukan

pengambilan data dengan langkah langkah sebagai berikut:

a. Identifikasi responden dengan langkah awal memberikan penjelasan

penelitian dan informed consent untuk disetujiu dan ditada tanganioleh

responden.

b. Kuesioner diberikan kepada responden untuk diisi secara lengkap

untuk mengetahui factor indifidu yang berhubungan dengan kepatuhan

perawat dalam penggunaan APD.

c. Peneliti melakukan observasi terhadap kepatuhan perawat dalam

penggunaan APD.

d. Waktu pelaksanaan observasi dilakukan selama 1shift per responden

dan dilakukan selama 1 bulan.

e. Setelah kuesioner diisi oleh responden, selanjutnya dilakukan

pengecekan terhadap pengisian kuesioner untuk memastikan bahwa

kuesioner telah diisi secara lengkap oleh responden.

f. Setelah semua data terkumpul maka proses selanjutnya adalah proses

pengolahan data.

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.9.1 Pengolahan Data


50

Data yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program SPSS.

Pengolahan data dilakukan dengan melewati beberapa tahapan yaitu :

a. Editing

Editing adalah penyuntingan dilakukan secara langsung oleh peneliti

terhadap hasil pengumpulan data.Tujuan dari editing adalah untuk

memastikan bahwa data yang diperoleh yaitu Kuesioner semua telah terisi,

relevan dan dapat dibaca dengan baik.

b. Coding

Coding merupakan usaha memberikan kode-kode tertentu pada setiap

jawaban responden sesuai dengan petunjuk conding. Pemberian kode

dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh.Tujuan kegiatan ini

yaitu untuk mempermudah analisis dan mempercepat entry data.

c. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data ke dalam komputer agar

data dapat dianalisis, entry data dilakukan dengan menggunakan program

SPSS.

d. Cleaning

Cleaning merupakan suatu kegiatan pembersihan seluruh data dari

kesalahan sebelum dilakukan analisa data. Kesalahan yang sering terjadi

biasanya terjadi pada tahap pengkodean maupun dalam mendata kode dan

memasukan data ke computer. Setelah data didapatkan, kemudian dilakukan


51

pengecekan kembali.Apabila ada pengelompokan data yang salah maka

dilakukan perbaikan sehingga data siap untuk dianalisa.

3.9.2 Analisa Data

Setelah data dikumpulkan, data diolah secara manual dengan

menggunakan analisis univariat (analisis deskriptif) untuk mengetahui sikap,

perilaku dan kepatuhan perawat dalam menggunakan Alat pelindung diri

(APD) dengan menjumlahkan hasil observasi YA pada setiap tindakan di bagi

jumlah skor maksimal dan di kali 100% dengan rumus:

Keterangan :

P : Presentase

f : Jumlah observasi YA pada setiap tindakan

n : Jumlah skor maksimal.

Dengan criteria untuk perilaku, yaitu :

1. Patuh: 50 -100%

2. Tidak Patuh:< 50%

Dengan criteria untuk sikap, yaitu :

1. Baik : jika presentasi jawaban responden mencapai 66-100%

2. Cukup : jika presentasi responden mencapai 51-65%


52

3. Kurang : jika presentasi jawaban responder mencapai dibawah 50%


DAFTAR PUSTAKA

Abu, A., & Soleh, M. (2005). Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta.


Arifianto. (2016). Kepatuhahn Perawat dalam Menerapkan Sasaran Keselamatan
Pasien pada Pengurangan Risiko Infeksi dengan Penggunaan Alat Pelindung
Diri di RS. Roemani Muhamammdiyah Semarang. Universitas Diponegoro.
Darmawan, A. (2016). Pedoman Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Jmj.
Deaux, K., Snyder, M., Deaux, K., & Snyder, M. (2012). Personality and Social
Psychology. In The Oxford Handbook of Personality and Social Psychology.
https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780195398991.013.0033
Fauzia, Y., Sari, E., & Artini, Bu. (2015). Gambaran Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah
Puskesmas Pakis Surabaya. Keperawatan.
Fitri, E. S., Kusnanto, K., & Maryanti, H. (2020). Pengetahuan Dan Sikap Perawat
Berhubungan Dengan Pelaksanaan Patient Safety. Jurnal Keperawatan Terpadu
(Integrated Nursing Journal). https://doi.org/10.32807/jkt.v2i1.42
Notoadmojo, S. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehaan. Indonesian Jourmal On
Medical Science. https://doi.org/S0887899401003605 [pii]
Nursalam. (2015). Metodelogi penelitian keperawatan. Pendekatan Praktis.Jakarta:
Salemba Medika.
Wawan. (2012). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. In Syafni.
https://doi.org/doi: 10.1023/B:HYDR.0000008590.37567.fa

53
PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP KEPATUHAN
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PERAWAT
DENGAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DI RS Tk III WIRASAKTI
KUPANG

Nomor Kode Responden :


Tanggal Wawancara : Juli 2020
Inisial Responden :
Umur :
Jenis Kelamin : L/P
Lama Kerja Di RS : Tahun
Pendidikan : 1. DIPLOMA KEPERAWATAN
2. S1
3. S2

A. Sikap
Pada pernyataan dibawah ini berilah tanda ceklist () pada salah satu jawaban
pertanyaan yang sesuai menurut bapakk /ibu.

Jawab
(diisi oleh responden)
No Pernyataan Sangat
Sangat Tidak
setuju tidak
setuju setuju
setuju
1 Saya menggunakan APD utuk melindungi diri dari
semua potensi bahaya sewaktu bekerja
2 saya menggunakan APD yang disediakan oleh
rumah sakit
3 Saya menggunakan APD sesuai SOP yang dibuat
oleh Rumah Sakit
4 Saya menggunakan sarung tangan untuk
melindungi tangan dari bahaya bahan kimia
5 Saya menggunakan sarung tangan ketika
melakukan prosedur tindakan infasif
6 Saya tidak menggunakan sarung tangan ketika
melakukan pengoplosan obat
7 Saya menggunakan sarung tangan ketika diawasi
oleh perawat senior
8 Masker yang saya gunakan untuk melindungi dari
bahan infeksi yang ditransmisikan melalui udara
9 Saya menyimpan masker di saku untuk digunakan
lagi
10 Pelindung kepala yang saya gunakan berfungsi
melindungi kepala saya dari bahaya bahan
infeksius dan paparan bahan kimia
11 Saya tidak menggunakan penutup kepala ketika
melakukan tindakan invasive
12 Saya menggunakan kaca matapelindung/ face
shield berfungsi untuk melindungi mata dari
bahaya bahan infeksius dan paparan bahan kimia
13 Saya tidak menggunakan kaca mata pelindung
ketika melakukan tindakan keperawatan.
14 Saya akan menggunakan jarum suntik sesuai SOP
yang dibuat Rumah sakit untuk menghindari
resiko tertusuk jarum
15 Saya akan menyimpan jarum suntik setelah
digunakan sesuai SOP yang dibuat RS untuk
menghindari resiko tertusuki jarum

B. Perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri

No Jenis APD yang Digunakan Digunakan Tidak Digunakan


1 Sarung tangan
2 Masker
3 Penutup Kepala
4 Kaca Mata Pelindung

C. Kepatuhan Penggunaan APD

No Observasi
Tindakan yang Kaca mata
Sarung Pelindung
dilakukan perawat Masker pelindung
Tangan kepala
/face shield
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1
2
3
4
5
YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
Jln. Kamp. Bajawa Nasipanaf-Baumata Barat-Kab. Kupang-NTT

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

NAMA : Alip Fitayah


NIM : 1448 02719
JUDUL PROPOSAL : Pengaruh Sikap dan Perilaku Terhadap Kepatuhan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Perawat Dengan
Pasien Penyakit Menular Di Rs Tk III Wirasakti Kupang

PEMBIMBING I : Irlin F. Riti, S.Kep.,Ns, M.Kep


PEMBIMBING II : Rihsan Al Bahri, S.Kep, Ns
Tanggal Masukan/ Koreksi Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai