Makalah Profesionalisme Islam
Makalah Profesionalisme Islam
DISUSUN OLEH :
NURLIKA MAHARANI
2008020089
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Islam adalah Agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya, dirinya sendiri dan
sesama manusia. Pada dasarnya Islam adalah Rahmatan Lil ‘Alamin, rahmat untuk
semesta alam, untuk urusan dunia dan akhirat, maka dari itu Islam mengatur segala
aspek kehidupan manusia mulai dari segi ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Islam adalah agama yang menekankan penghayatan atau realisasi
ajarannya dalam kehidupan, mengutamakan pengungkapan pengalaman
keagamaan (religious experience) pada para pemeluknya. Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah nasib mereka
sendiri (QS. Ar Ra’du: 11). Tepat seperti dikatakan Ismail al Faruqi (Al Tawhid:
Its Implication for Thought and Life, 1995) bahwa Islam lebih merupakan a
religion of action dari pada a religion of faith. Sejarah peradaban Islam yang
bertahan berabad-abad (abad ke-9 s/d ke-13) adalah bukti profesionalisme
masyarakat Islam dalam menjalankan roda kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Pandangan islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-
prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
Di Indonesia pemaikaian obat oleh masyarakat paling banyak di peroleh dari resep
yang ditulis oleh Dokter dan Dokter gigi. Sedangkan pemberian obat secara
langsung biasanya dilakukan oleh Bidan & Mantri di ruang prakteknya ataupun
Apoteker melalui apotek. Karenanya penggunaan obat yang rasional tidak dapat
dilepaskan dari peresepan dan pemberian obat yang rasional pula.
Dalam hadist Nabi dianjurkan berobat tetapi jangan berobat dengan yang
haram (al-Muharram), racum, dan dalam hadist yang lain digunakan kosa kata al-
Khubuts, antara lain. Nabi berkata : “Bahwa Allah-lah yang menurunkan penyakit
dan obatnya, dia yang menjadikan setiap penyakit ada obatnya, berobatlah, dan
jangan berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud)
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Prefosionalisme Islam
Profesionalisme biasa diartikan secara sederhana adalah suatu pandangan
untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan bekerja sungguh-sungguh, dengan
disiplin, jujur, dan penuh dedikasi untuk mencapai hasil kerja yang memuaskan.
Sebagai sebuah konsepsi masyarakat modern, profesionalisme paling tidak memiliki
dua karakteristik. Karaketeristik pertama meniscayakan adanya pengetahuan dan
ketrampilan spesifik yang terspesialisai, sedang karakteristik kedua bersumber dari
integritas moral dan budaya. Profesionalisme Islam adalah perwujudan aktif dari
tindakan suatu keahlian berdasarkan nilai- nilai Islam. Profesi Apoteker Islami
merupakan kemauan individu apoteker untuk melakukan praktek kefarmasian sesuai
syarat legal yang berlaku serta memenuhi syarat kompetensi apoteker dan etik
kefarmasian berdasarkan nilai – nilai Islam.
Kata “profesi” diadaptasi dari bahasa Inggris, yaitu “profession” yang berasal
dari bahasa Latin “professus”. Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama, yaitu
mampu atau ahli di bidang tertentu. Sehingga pengertian profesi adalah suatu
pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu yang didapat dari pendidikan tinggi,
dimana umumnya mencakup pekerjaan mental yang didukung dengan kepribadian
dan sikap profesional. Menurut Dedi Supriyadi (1998:95) profesi adalah suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntuk keahlian khusus, tanggungjawab, serta
kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut. Berikut ciri ciri profesi :
Terdapat keahlian atau pengetahuan khusus yang sesuai dengan
Terdapat kaidah dan standar moral yang sangat tinggi yang berlaku
“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah kepadaku”
2) Manusia dengan diri sendiri
Islam mengatur bagaimana manusia memperlakukan diri sendiri. Pada
dasarnya, kepribadian seseorang dengan sendirinya terbentuk. Selain itu,
perlu pula diketahui bahwa manusia punya kewajiban secara moral sebagai
wujud dari akhlak individu yang harus dipegang, seperti memelihara
kesucian diri baik jasmani maupun rohani. Seperti yang tercantum dalam
QS. At-Taubah ayat 108 yang Artinya :
“Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.
Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak
hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya
mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”.
3) Manusia dengan manusia
Adanya interaksi memungkinkan adanya masalah muncul. Pada dasarnya
etika terhadap manusia itu mencakup perkataan dan perbuatan.
Ketergantungan manusia dengan manusia lain itu adalah sebuah
keniscayaan, karena sadar atau tidak manusia tidak akan pernah mampu
hidup sendiri tanpa bantuan manusia lain. Sebagaimana tergambar dari
proses penciptaan Adam as. yang merasakan kesendirian tanpa manusia
lain, sehingga Tuhan dengan Kehendaknya menciptakan Hawa sebagai
pendamping dan juga sebagai perwujudan Adam sebagai makhluk sosial.
Menjadi seorang apoteker muslim menjaga intergrias sebagai muslim dan sebagai
apoteker yang profesional,Apoteker harus bekerja secara ikhlas dan profesional yang
merupakan ciri insan yang cerdas dan ahli dalam melakukan sesuatu dan ahli dalam
pekerjaannya, mampu menunaikan tugas yang diberikan kepadanya secara profesional
dan sempurna serta diiringi adanya perasaan selalu diawasi oleh Allah dalam setiap
pekerjannya dan semangat yang penuh dalam meraih keridhaan Allah dibalik
pekerjaannya.
Daftar Pustaka
Asmani, Jamal Ma’mur. 2007. Fiqh Sosial: Kiai Sahal Mahfudh. Surabaya:Khalista.
Qardhawi, Yusuf. 2007. Halal & Haram Dalam Islam. Jakarta: PT. Bina Ilmu Offset.