Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS POLI

“Tennis Elbow”

Pembimbing:
dr. Hernawan, Sp.S

Disusun Oleh:
Ismail Satrio Wibowo
G4A015111

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS POLI


“Tennis Elbow”

Oleh:
Ismail Satrio Wibowo
G4A015111

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu
prasyarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian SMF Ilmu Penyakit Saraf
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Purwokerto, Mei 2017


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Hernawan, Sp.S


NIP. 19810507 201412 1 003

2
I. PENDAHULUAN

Tennis elbow atau epikondilitis lateral merupakan kasus nyeri siku bagian
lateral. Kelainan ini dikenal sejak tahun 1883 digambarkan sebagai cedera karena
tenis, terjadi pada lebih dari 50% pemain tenis. Namun juga dapat disebabkan
oleh aktivitas lain yang memberikan beban berulang pada otot lengan bagian
lateral [ CITATION Kla10 \l 1057 ] . Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse
syndrome dan kondisi ini timbul sebagai akibat dari ekstensi pergelangan tangan
yang berlebihan. Hal ini sering ditemukan pada orang-orang yang terbiasa
melakukan repetisi supinasi dan pronasi lengan bawah ketika sendi siku sedang
dalam keadaan ekstensi (seperti gerakan pemain tenis yang melakukan pukulan
backhand) (Eygendaal et al., 2007).
Dulu, tennis elbow dikenal juga dengan istilah epikondilitis lateral, karena
ada dugaan bahwa inflamasi memainkan peranan penting dalam timbulnya gejala.
Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan istilah tersebut kurang
tepat, karena secara umum, ketika dilakukan pemeriksaan mikroskopik tendon,
tidak ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, namun yang ada justru degenerasi
angiofibroblast dan kolagen-kolagen yang tersusun secara tidak beraturan (Walz,
et al., 2010).
Tendon relatif hipovaskuler pada daerah proksimal hingga pada daerah
insersi tendon. Hipovaskularitas ini kemungkinan besar menjadi predisposisi
degenerasi tendon hipoksik, yang berimplikasi pada etiologi tendinopati. Patologi
primer tersering kelainan ini adalah tendinosis pada tendon extensor carpi
radialis brevis (ECRB) 1-2 cm dari arah distal perlekatannya pada epikondilus
lateral (Eygendaal et al., 2007). Maka dari itu penulis akan membahas terkait
tennis elbow pada presentasi kasus ini.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tennis elbow atau epikondilitis lateral merupakan kasus nyeri siku
bagian lateral. Kelainan ini dikenal sejak tahun 1883 digambarkan sebagai
cedera karena tenis, terjadi pada lebih dari 50% pemain tenis. Namun juga
dapat disebabkan oleh aktivitas lain yang memberikan beban berulang pada
otot lengan bagian lateral [ CITATION Kla10 \l 1057 ] . Gejala khas epikondilitis
adalah nyeri dan mungkin bengkak di daerah insersio kaput ekstensor
komunis pada epikondilus lateral humerus, sering disebabkan kelainan
jaringan konektif kolagen pada perlekatan aponeurosis.

Gambar 1. Gerakan Backhand pada Tenis yang Menimbulkan Tarikan pada


Epikondilus Lateral

Kelainan ini umumnya terjadi akibat posisi kerja yang tidak tepat atau
aktivitas olahraga. Pada pasien usia pertengahan, dapat disebabkan
perubahan degeneratif jaringan konektif [ CITATION Des14 \l 1057 ].
B. Epidemiologi
Insiden kelainan ini pada populasi umum antara 1-3%. Epikondilitis
lateral lebih sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahun, paling banyak
ditemukan pada usia 40-50 tahun. Meskipun disebut tennis elbow, 95%
kasus dilaporkan terjadi pada bukan pemain tenis. Kelainan ini lebih sering
pada pekerjaan yang membutuhkan aktivitas repetitif ekstremitas atas
seperti penggunaan komputer; mengangkat barang berat; pronasi dan

4
supinasi lengan yang kurang tepat; dan vibrasi berulang. Pada atlet, kelainan
ini kebanyakan dihubungkan dengan olahraga yang menggunakan raket,
namun dapat terjadi pada pemain golf, baseball, dan perenang. Pada tenis,
insiden sebesar 30-40%, lebih sering pada pemain tenis laki-laki, walaupun
pada populasi umum dilaporkan tidak ada perbedaan insiden laki-laki dan
perempuan [ CITATION Fin11 \l 1057 ].
C. Etiologi
Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus,
ulna dan radius yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang
bersama-sama. Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan
yakni fleksi/ekstensi dan rotasi berupa pronasi dan supinasi. Gerakan fleksi
dan ekstensi terjadi antara tulang humerus dan lengan bawah (radius dan
ulna), pronasi dan supinasi terjadi karena radius berputar pada tulang ulna,
sementara itu radius juga berputar pada boros bujurnya sendiri. Sendi
radioulnar proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialis ulna
dan merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat
pergelangan tangan (Walz et al., 2010).
Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh simpai sendi yaitu
ligamen collateral medial dan lateral. Ligamentum annulare radii
menstabilkan terutama kepala radius. Otot-otot yang berfungsi pada
gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii, otot triceps brachii,
pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, dari siku juga berasal
sejumlah otot yang berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot
ekstensor carpi radialis longus yang berfungsi sebagai penggerak utama
ekstensi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf
servikal 6-7, otot ekstensor carpi radialis brevis,berfungsi sebagai penggerak
utama ekstensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf
radialis akar saraf servikal 6 – servikal 7 [CITATION Suh00 \l 1057 ].

5
Gambar 2. Gambar otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan
origo tendon epikondilus lateral. CET= common extensor tendon, ECRB= extensor
carpi radialis brevis, ECRL= extensor carpi radialis longus, ECU= extensor carpi
ulnaris, EDC= extensor digitorum communis.

Extensor carpi radialis brevis (ECRB), extensor digitorum communis,


dan extensor carpi ulnaris bergabung membentuk suatu tendon yang kuat,
diskret, serta melekat pada aspek anterior epikondilus lateral dan pada
punggung suprakondilar lateral, dekat dengan origo brachioradialis dan
extensor carpi radialis longus. Epikondilus lateral juga merupakan tempat
perlekatan extensor digiti minimi dan supinator, yang bergabung bersama
dengan ECRB, extensor digitorum communis, dan extensor carpi ulnaris,
untuk membentuk tendon extensor communis (Gambar 2). ECRB terletak
pada aspek anterior dan profunda tendon communis dan memiliki insersi
pada basis tulang metacarpal ketiga. Bagian bawah ECRB bersentuhan
langsung dengan capitellum dan bagian lateralnya senantiasa bergesekan
dengan capitellum selama proses ekstensi dan fleksi elbow. Robekan dan
abrasi repetitif akibat pergesekan tersebut kemungkinan besar memainkan
peranan penting dalam patofisiologi epikondilitis. Lesi primer yang paling
sering kali menimbulkan epikondilitis adalah lesi yang terletak pada ECRB,
lalu extensor digitorum communis, dan sisanya adalah otot-otot lain dan
tendon pada kompartemen lateral [ CITATION Suh00 \l 1057 ].
Kondisi ini disebabkan karena olahraga yang membutuhkan gerakan
repetitif, pemakaian berlebihan atau mekanisme yang tidak tepat pada
tendon ekstensor atau supinator, dan teknik menggunakan raket yang salah:

6
backhand yang salah, ukuran genggaman yang tidak tepat [ CITATION
Des14 \l 1057 ].
D. Patofisiologi
Brown dkk. melaporkan kelainan ini karena robekan mikro pada
ekstensor karpi radialis brevis. Nirschi melaporkan pemakaian repetitif akan
menekan vaskuler yang menyebabkan anoksia dan hiperplasia
angiofibroblastik. Sedangkan menurut Finnoff, epikondilitis lateral
disebabkan karena perubahan patologis (misalnya hiperplasia
angiofibrolastik) bukan proses inflamasi tetapi lebih disebabkan karena
proses degeneratif. Istilah yang tepat untuk kondisi ini adalah epikondilosis
lateral dibandingkan epikondilitis lateral (Brown, et al., 2009; Klaiman &
Fink, 2010; Finnoff, 2011).
Kelainan ini berhubungan dengan penggunaan repetitif otot-otot
ekstensor lengan bawah. Pada sebagian besar kasus, letak kelainan biasanya
pada insersio tendon ekstensor karpi radialis brevis; lebih jarang ditemukan
pada ekstensor karpi radialis longus, ekstensor digitorum komunis, dan
ekstensor karpi ulnaris. Penemuan patologis meliputi degenerasi musin dan
jaringan granulasi di daerah subtendon (Brown, et al., 2009; Klaiman &
Fink, 2010; Finnoff, 2011).
E. Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Dari anamnesis, dapat diketahui bahwa pasien tennis elbow datang
ke dokter karena keluhan utama nyeri di daerah lateral elbow, yang
menjalar ke regio ekstensor. Pada umumnya mereka berusia antara 20-50
tahun, dan mayoritas berusia di atas 30 tahun. Pasien sering kali
melaporkan bahwa onset timbulnya nyeri sulit diketahui, namun hal itu
berhubungan erat dengan riwayat penggunaan tangan secara berlebihan
(pada tangan dominan) tanpa adanya trauma spesifik. Onset gejala
biasanya timbul dalam 24-72 jam setelah melakukan aktivitas ekstensi
pergelangan tangan secara berulang-ulang. Manifestasi gejala terlambat
timbul karena adanya robekan mikroskopik pada tendon [ CITATION PER12
\l 1057 ].

7
Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow yang akan semakin
memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik setelah pasien
beristirahat. Pasien juga merasakan kondisi yang mengganggu saat
melakukan aktivitas tertentu seperti ketika pasien melakukan pukulan
backhand tenis atau menggunakan obeng secara berlebihan [ CITATION
Des14 \l 1057 ].
Nyeri biasanya bersifat tajam, intermiten, dan menjalar ke bawah
melalui aspek posterior lengan bawah. Terkadang, pasien dapat
menentukan lokasi nyerinya di sekitar 1,5 cm dari distal origo ECRB.
Nyeri yang dialami oleh pasien bervariasi, mulai dari yang paling ringan
(seperti rasa mengganggu ketika melakukan aktivitas berat seperti
bermain tennis atau menggunakan alat tangan secara berulang-ulang),
atau nyeri berat yang terpicu oleh aktivitas sederhana seperti hendak
mengambil dan memegang gelas kopi. Secara umum, pasien tennis elbow
akan mengeluhkan penurunan kekuatan ketika melakukan gerakan
menggenggam, supinasi, dan ekstensi pergelangan tangan [ CITATION
Des14 \l 1057 ].
Sekitar sepertiga kasus tennis elbow berhubungan dengan aktivitas
hidup sehari-hari. Sehingga menanyakan riwayat pekerjaan dan aktivitas
sehari-hari merupakan salah satu hal yang penting dalam menegakkan
diagnosis. Selain tennis, aktivitas lain juga dapat menimbulkan tennis
elbow. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 [ CITATION
Fin11 \l 1057 ]
Tabel 2: Aktivitas yang berhubungan dengan epikondilitis lateral
Kegiatan atau Olahraga Gerakkan
Bermusik Bermain biola
Bisnis Mengangkat tas yang berat
Pertukangan Memalu atau memutar sekrup
Perlistrikan Memotong kabel
Mekanik Gerakan repetitif
Bisbol Pitching
Olahraga raket Pukulan backhand
Angkat Berat Mengunci siku ketika dalam posisi ekstensi

8
Berlayar Mendayung
Politik Menjabat tangan
Sekretariat Mengetik
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan didapatkan lokasi nyeri di depan dan di bawah
epikondilus. Nyeri dapat menjalar ke proksimal atau distal. Kadang
didapatkan pembengkakan di depan epikondilus. Pemeriksaan khusus
pada tennis elbow diantaranya adalah [ CITATION PER12 \l 1057 ].
Tes Cozen
- Pemeriksa memegang siku dengan ibu jari di epikondilus lateral.
Nyeri epikondilus lateral timbul jika pasien menggenggam, posisi
lengan pronasi, ekstensi pergelangan tangan dan deviasi radial,
melawan pemeriksa (tes ini lebih sensitif jika dilakukan pada siku
dengan posisi ekstensi penuh) (gambar 1.A).
- Ekstensi pasif pada siku dengan penekanan fleksi pergelangan tangan
(gambar 1.B). Tes Cozen positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus
lateral atau kompartemen ekstensor lateral.

Tes Chair
Pasien diminta untuk mengangkat sebuah kursi dengan bahu di-adduksi,
kemudian elbow diekstensi, dan pergelangan tangan dipronasi. Tindakan
seperti itu akan mempresipitasi nyeri Jika pasien merasakan nyeri pada
epikondilus lateral, berarti chair test positif dan itu salah satu indikasi
yang menunjukkan bahwa pasien mengalami tennis elbow.
Tes Maudsley

9
Pasien diminta untuk melakukan ekstensi jari ketiga (jari tengah) tangan
lalu pemeriksa menahan ekstensi tersebut sambil mempalpasi
epikondilus lateral. Hal itu akan menimbulkan ketegangan pada otot
extensor digitorum dan tendon. Hasil positif terjadi apabila pasien
merasakan nyeri pada epikondilus lateral. Bila positif, berarti pasien
menderita tennis elbow

Tes Bowden
Pasien diminta mempertahankan alat pengukur tekanan darah sekitar 30
mmHg yang dipegang tangan pasien. Tes Bowden positif bila
didapatkan nyeri pada epikondilus lateral dan tendon ekstensor lengan.
Tes Mill
Pemeriksa meminta pasien agar memfleksikan elbow dan pergelangan
tangan, sambil memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada epikondilus
lateral. Hasil positif bila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral

10
Tes Motion Stress
Pasien duduk. Pemeriksa palpasi epikondilus lateral dengan pasien
posisi fleksi siku, pronasi lengan bawah, dan siku posisi ekstensi dengan
gerakan kontinu. Tes positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus
lateral dan/atau otot ekstensor lateral dengan gerakan tersebut.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis biasanya dijadikan alat diagnostik
cadangan untuk kasus-kasus yang telah refrakter terhadap terapi non-
bedah, untuk mengeksklusi abnormalitas lain, dan untuk memeriksa
luasnya kerusakan tendon. Secara umum, pemeriksaan radiologis yang
dapat dilakukan adalah X-ray, CT-scan, MRI, dan USG [ CITATION
PER12 \l 1057 ].
1. X-Ray
Pemeriksaan X-ray biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
mengeksklusi abnormalitas lain. Gambaran yang dapat ditemukan dari
pemeriksaan X-ray pada tennis elbow adalah deposisi kalsium
(kalsifikasi) pada daerah yang berdekatan dengan epikondilus lateral.
2. USG
Sensitivitas USG untuk mendiagnosis tennis elbow adalah 72-88%,
sedangkan spesifisitasnya adalah 36-62,5%, namun ada juga penelitian
yang melaporkan bahwa spesifisitasnya mencapai 67-100%, terutama
untuk pasien-pasien yang simptomatik. Dari pemeriksaan USG,
diagnosis tennis elbow dapat ditegakkan apabila pada tendon extensor
communis ditemukan salah satu gambaran berikut ini:
a. Robekan linear intrasubtansi
b. Penebalan tendon
c. Kalsifikasi intratendinosus
d. Iregularitas tulang pada yang berdekatan
e. Fokal hipoekoik regional
f. Enthesophytes pada insersi tendon
g. Cairan peritendinosus

11
Gambar 6. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow,
tanda panah menunjukkan fokus hipoekoik linear yang sesuai dengan robekan
intrasubstansi.

Gambar 7. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow,
tanda bintang menunjukkan tendon yang terlepas dari tulang yang disertai dengan
cairan peritendinosus, sedangkan tanda panah menunjukkan enterofit pada tulang.

F. Diagnosis Banding
1. Sindrom Radial Tunnel
Penyakit ini ditandai oleh adanya nyeri dan kelemahan pada sisi
lateral siku setelah pasien melakukan aktivitas berupa ekstensi siku
atau rotasi lengan bawah secara berlebihan. Gejalanya sangat mirip
dengan epikondilitis lateral, hanya saja area nyeri pada sindrom radial
tunnel adalah sekitar empat jari ke arah distal epikondilus lateral.
Untuk benar-benar menyingkirkan diagnosis, kita dapat melakukan
pemeriksaan elektromiografi
2. Bursitis Olekranon

12
Pada bursitis olekranon, biasanya gejala diawali oleh adanya riwayat
trauma, perdarahan, sepsis atau riwayat rematik. Pada pemeriksaan
fisis, kita dapat menemukan adanya efusi sendi siku dan eritema pada
kulit siku, pada epikondilitis lateral kita tidak akan menemukan
adanya tanda-tanda eritema. Pada bursitis olekranon, nyeri dapat
timbul ketika dilakukan penekanan pada olekranon sedangkan pada
epikondilitis lateral, nyeri timbul saat dilakukan penekanan pada
epikondilus lateral
3. Epikondilitis Medial (Golfer Elbow)
Pasien epikondilitis medial biasanya memiliki riwayat aktivitas sering
melakukan gerakan fleksi seperti bermain golf. Nyeri siku yang timbul
pada epikondilitis medial dipresipitasi oleh gerakan fleksi dan
supinasi, berbeda dengan tennis elbow yang justru dipicu oleh gerakan
ekstensi dan pronasi.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kedokteran fisik dan rehabilitasi pada epikondilitis
lateral sama prinsipnya dengan penatalaksanaan jaringan lunak yaitu
mengatasi inflamasi; mempercepat penyembuhan; mengurangi overuse;
memperbaiki fleksibilitas, kekuatan, dan ketahanan jaringan lunak; dengan
cara tidak melakukan aktivitas yang memprovokasi, obat analgesik,
modalitas fisik, dan pembidaian [ CITATION Des14 \l 1057 ].
Pada trauma akut, istirahatkan ekstremitas yang terkena dan hindari
aktivitas yang menimbulkan keluhan, Untuk tennis elbow fase akut, maka
kita harus memberlakukan regimen R.I.C.E seperti halnya cedera jaringan
lunak lainnya. Hal tersebut melibatkan prosedur:
Rest (istirahat)
Ice (es)
Compression (kompres)
Elevation (elevasi)
Selain itu dapat digunakan obat analgesik antiinflamasi dan cryotherapy
(Desy, 2014; PERDOSRI, 2012).

13
Modalitas fisik digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi serta
dapat mempercepat penyembuhan jaringan lunak; meliputi cryotherapy,
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), ultrasound, dan
phonophoresis. Klaiman dkk. membandingkan phonophoresis
menggunakan gel kortikosteroid dengan ultrasound pada beberapa kelainan
jaringan lunak seperti epikondilitis lateral. Kedua modalitas positif
mengurangi nyeri, tetapi tidak berbeda signifikan. Extracorporeal Shock-
Wave Therapy (ESWT) dilaporkan 48-73% berhasil. Terapi Light
Amplification by Stimulated Emission of Radiation (LASER) berkekuatan
rendah dibagi dalam 3 fase yaitu: 1) semua titik nyeri pada bahu dan otot
lengan atas, ditambah dengan lengan bawah dan tenar, dengan dosis 1-2
J/titik kemudian lapisan otot lebih dalam (supinator) bagian lateral sampai
fosa kubiti dan 2-3 cm di bawahnya sepanjang radius diterapi dengan dosis
4-6 J/titik dan 3)Terakhir pada daerah epikondilus diterapi dengan dosis 8-
20 J, sehingga total dosis 30-50 J (Klaiman & Fink, 2010; Desy, 2014).
Injeksi kortikosteroid digunakan bila terapi konservatif gagal. Injeksi
intratendon sebaiknya dihindari, aktivitas dibatasi 7 sampai 10 hari setelah
prosedur, dan pasien diberitahu risiko efek sampingnya seperti depigmentasi
kulit dan atrofi, kelemahan struktur, dan ruptur tendon pada kasus yang
lebih jarang. Injeksi dapat diulang tidak lebih dari 3 kali setahun. Efikasi
jangka panjang masih dipertanyakan [ CITATION Kla10 \l 1057 ].
Terapi latihan dibutuhkan dalam penanganan kasus ini. Daerah yang
terkena trauma dipersiapkan untuk adaptasi aktivitas sehari-hari, meskipun
dapat terjadi trauma berulang. Manipulasi jaringan lunak merupakan teknik
memperbaiki ekstensibilitas jaringan dan mempercepat penyembuhan luka.
Pembebanan progresif pada ekstensor pergelangan tangan dimulai dengan
peregangan pasif (gambar 2,3), selanjutnya latihan tahanan progresif pada
daerah muskulotendineus yang dapat diterima tanpa meningkatkan nyeri.
Penguatan dimulai isometrik, selanjutnya latihan konsentrik dan kemudian
latihan eksentrik. Penekanannya pada otot ekstensor pergelangan tangan,
fleksor pergelangan tangan, pronator, dan supinator lengan bawah (Klaiman
& Fink, 2010; PERDOSRI, 2012).

14
Gambar 8. Fisioterapi pada Tennis Elbow

Pembedahan dilakukan pada kondisi kronis yang tidak merespon


terapi konservatif dan berhubungan dengan keterbatasan fungsional.
Pendekatan umumnya meliputi debridemen jaringan granulasi degeneratif
yang berdekatan dengan insersio ekstensor karpi radialis brevis dan
pelepasan parsial aponeurosis ekstensor komunis. Dibutuhkan rehabilitasi
post operasi 4 sampai 6 bulan sebelum kembali ke aktivitas biasa [ CITATION
Kla10 \l 1057 ].
H. Prognosis
Angka kesembuhan pasien dari penyakit ini cukup tinggi, sekitar 95%,
meskipun tanpa terapi pembedahan. Meskipun begitu, epikondilitis lateral
memiliki potensi menjadi masalah kronik terutama jika tidak tertangani
dengan baik. Untuk menurunkan resiko kronik, maka pasien dianjurkan

15
menjalani modifikasi aktivitas dan koreksi biomekanik [ CITATION Kla10 \l
1057 ].

16
III. KESIMPULAN

Gejala klinis dan pemeriksaan pada Tennis Elbow perlu diketahui agar
dapat didiagnosis dan diberik penatalaksanaan yang tepat, sehingga memberikan
hasil optimal dan pasien dapat kembali beraktivitas dalam pekerjaan maupun
olahraga

17
DAFTAR PUSTAKA

Brown, D., Freeman, E., & S, C. (2009). Musculoskeletal Medicine. Dalam S.


Cuccurullo, Physical Medicine and Rehabilitation Review (hal. 31-293).
New York: Demos Medical Publ.

Desy, K. (2014). Penatalaksanaan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Tennis


Elbow. Cermin Dunia Kedokteran, 41(5):385-9.

Eygendaal, D., Rahussen, F., & Diercks, R. (2007). Biomechanics of the Elbow
Joint In Tennis Players and Relation to Pathology. British Journal Sports
Medicine, 41(11): 1-7.

Finnof, J. (2011). Musculoskeletal Disorders of The Upper Limb. Dalam R.


Braddom, Physical Medicine and Rehabilitation (hal. 817-41).
Philadelphia: Elsevier Inc.

Klaiman, M., & Fink, K. (2010). DeLisa's Physical Medicine and Rehabilitatiom:
Principles and Practice. Philadelphia: Lippincott Wiliam and Wilkins.

PERDOSRI. (2012). Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan


Rehabilitasi. Jakarta: PT. Adhitama Multi Kreasindo.

Suharto. (2008). Fisioterapi pada Tennis Elbow tipe II. Cermin Dunia
Kedokteran, 20(1):129.

Walz, D., Newman, J., Konin, G., & Ross, G. (2010). Epicondylitis: Pathogenesis,
Imaging, and Treatment. RSNA, 30(1): 167-84.

18

Anda mungkin juga menyukai