Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Cleat pada Batubara

Menurut Laubach (1996), cleat adalah kekar terbuka yang terbentuk secara alami pada
lapisan batubara. Faktor utama pembentuknya adalah tekanan yang melebihi ketahanan
batubara. terdiri atas face cleat dan butt cleat. Face cleat merupakan sistem cleat primer,
dengan bidang individu yang lurus dan menerus sepanjang beberapa meter. Sedangkan butt
cleat sistem cleat sekunder, dengan bidang yang lebih kecil, tidak selalu lurus dan cenderung
berhubungan dengan face cleat.

Gambar (a) Kenampakan cleat tampak atas, (b) kenampakan cleat pada cross-section.

Beberapa data yang dapat diambil pada cleat yaitu orientasi, jarak antar cleat, bukaan, tinggi
dan panjang cleat, keterhubungan antar bidang cleat, serta hubungan cleat dan diagenesis.
Dari data diatas sangat penting dalam menentukan sifat permeabilitas dan porositas batubara.
Dari data diatas juga dapat menjadi pengendali kestabilan lereng penambangan, tempat
mengalirnya gas dan cairan.

Karakteristik Cleat

1. Orientasi Cleat

Merupakan arah umum cleat. Cleat yang terbentuk secara endogenik biasanya
mempunyai orientasi yang hampir tegak lurus terhadap lapisan batubara, sedangkan
yang terbentuk secara eksogenik biasanya searah tegasan utama (Jeremic, 1986 dalam
Kuncoro, 2012).
2. Jarak dan Bukaan Cleat

Jarak dan bukaan sangat penting untuk diidentifikasi dalam kondisi pertambangan
karena berhubungan dengan kualitas batubara dan stabilitas lereng. Jarak dan bukaan
dalam rekahan batubara dapat dipengaruhi oleh peringkat batubara, tebal lapisan, dan
maseral. Jarak dan bukaan ini akan berkurang pada peringkat sub-bituminous hingga
medium-low volatile bituminous, lalu bertambah lagi pada peringkat antrasit. Hal ini
dikarenakan derajat pembatubaraan yang naik, sehingga akibat tekanan dan temperatur,
rekahan yang ada cenderung mengecil. Tebal lapisan batubara juga mempengaruhi
perkembangan rekahan. Lapisan batubara yang tipis membuat rekahan berkembang,
sedangkan lapisan batubara yang tebal rekahan akan kurang berkembang.

Variasi jarak pada cleat juga memperlihatkan adanya pengaruh pada proses
pembentukan rekahan. Beberapa penulis juga berpendapat bahwa jarak cleat bervariasi
sesuai pada tipe batuabara dan kandungan abu (Spears and Caswell, 1986; Tremain et al.,
1991; Law, 1993 dalam Laubach, 1998). Batubara dengan kilap terang (vitrain) umumnya
memiliki jarak cleat lebih kecil daripada batubar kilap kusam (durain) (Kendall and
Briggs, 1993; Stach et al., 1982). Batubara dengan nilai kandungan debu kecil memiliki
jarak cleat yang lebih kecil dengan batubara kandungan debu tinggi.

Bukaan cleat biasanya mengandung mineral atau material organik. Mineral lain yang
biasanya mengisi cleat batubara adalah golongan sulfida (pirit, spalerit, dan galena). Pada
industri gas metana, perubahan material organik berpengaruh pada kandungan gas yang
terdapat pada lapisan batubara.

3. Konektifitas antar cleat

Konektifitas cleat berhubungan dengan besarnya permeabilitas reservoir gas metana


batubara. Apabila rekahan dalam batubara tertutup, maka aliran gas atau fluida akan
tertutup oleh permeabilitas matriks yang buk. Konektifitas cleat dalam sistem reservoir
gas metana batubara sangat penting untuk peningkatan nilai permeabilitas lapisan
batubara.
Genesa Cleat

Menurut beberapa peneliti (Ward, 1984; Laubach et al., 1998; Frodsham 1999; Charles,
2002; Cristina et al., 2003; Paul, 2003 dalam Kuncoro, 2012) cleat dapat terbentuk pada
periode yang berbeda didalam sejarah pembentukan batubara akibat berbagai mekanisme
seperti pengaruh proses dehidrasi atau desiccation, devolatilisasi, mekanisme pengendapan,
tebal lapisan batubara, kandungan maseral, lithotype batubara, derajat batubara, lingkungan
pengendapan batubara, kontraksi termal, tektonik regional, struktur geologi, dan aktifitas
pekerjaan tambang.

Ammosov (1963 dalam Ryan, 2003) menggunakan klasifikasi genetik, membagi cleat
menjadi endogenetik dan eksogenetik. Lalu Jeremic (1986) membedakan cleat berdasarkan
genesanya menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Endogenic cleat terbentuk awal coalification dibawah kondisi tarikan oleh gaya
internal akibat pengeringan atau pengurangan air (dewatering) dan penyusutan
matriks batubara (material organik). Berhubungan dengan tingkat kematangan
batubara, orientasinya mencerminkan paleo-cleat dan hampir selalu tegak lurus
perlapisan (Ryan, 2003). Umumnya tegak lurus bidang perlapisan, sehingga bidang
cleat cenderung membagi lapisan batubara menjadi fragmen tipis yang tabular
b. Exogenix cleat terbentuk setelah coalification, dihubungkan oleh gaya eksternal yang
berhubungan odengan tegasan regional. Cleat ini terorientasi pada arah tegasan utama
dan dapat terdiri atas dua pasang kekar yang saling membentuk sudut
c. Induced cleat bersifat lokal akibat penambangan, yaitu adanya perpindahan beban ke
dalam struktur tambang atau karena pengaruh peledakan.

Anda mungkin juga menyukai