Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HALUSINASI
Disusun Oleh:
Nama :Erna Lidia Sari, S.Kep.
NIM : 1914901210106
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata
(Keliat, 2014).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan (Ermawati dkk, 2014).
1.2 Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Trimeilia (2011) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :
1.2.1 Halusinasi Pendengaran (Auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang
hal yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga
pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.
1.2.2 Halusinasi Penglihatan (Visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan
atau menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat
tertentu, menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
1.2.3 Halusinasi Penciuman (Olfactory)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah,
urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul
adalah ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung,
mengarahkan hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.
1.2.4 Halusinasi Pengecapan (Gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa
darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap,
mulut seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
1.2.5 Halusinasi Perabaan (Taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan
ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk
halus. Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau
meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan seperti
merasakan sesuatu rabaan.
1.2.6 Halusinasi Sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di
atas permukaan bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap
tubuhnya sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang
tubuhnya.
1.3 Faktor Penyebab
1.3.1 Faktor Predisposisi
Menurut Yosef dalam Yusuf dkk (2015) faktor predisposisi klien dengan
halusinasi :
1.3.1.1 Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
rentah terhadap stress.
1.3.1.2 Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
1.3.1.3 Faktor Biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stres yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stres berkepanjangan jangan menyebabkan teraktivitasnya
neurotransmitter otak.
1.3.1.4 Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
1.3.1.5 Faktor genetik dan pola asuh
1.3.1.6 Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
1.3.2 Faktor Presipitasi
1.3.2.1 Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan keadaan yang nyata dan tidak nyata.
Faktor predisposisi
Faktor presipitasi
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga merawa/
penggunaan obat dan bercakap-cakap. melatih pasien mengahardik, memberikan
Beri pujian obat dan bercakap-cakap. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM, tanda
dengan menggunakan kegiatan harian kambuh, rujukan
(mulai 2 kegiatan) 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal.
3. Masukan kedalam jadwal kegiatan Beri pujian
untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian
SP 5-12 SP 5-12
1. Evaluasi kegiatan latiahn menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
minum obat, bercakap-cakap dan atau melatih pasien menghardik, minum
melakukan kegiatan harian. Beri pujian obat, bercakap-bercakap, kegiatan harian
2. Latih kegiatan harian dan foloow up. Beri pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM
V. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
5.1 Sesi I: Mengenal Halusinasi
Tujuan
5.1.1 Klien mengenal isi halusinasi.
5.1.2 Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi.
5.1.3 Klien mengenal frekuensi halusinasi.
5.1.4 Klien mengenal perasaan bila mengalami halusinasi
5.2 SESI II: MENGONTROL HALUSINASI: MENGHARDIK
Tujuan
5.2.1 Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusnasi.
5.2.2 Klien dapat memahami dinamika halusinasi
5.2.3 Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
5.2.4 Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
5.3 SESI III: MENYUSUN JADWAL KEGIATAN
Tujuan
5.3.1 Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktifitas untuk mencegah
munculnya halusinasi
5.3.2 Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam.
5.4 SESI IV: CARA MINUM OBAT YANG BENAR
Tujuan
5.4.1 Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang harus diminumnya.
5.4.2 Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur.
5.4.3 Klien mengetahui 5 benar dalam minum obat.
5.4.4 Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat 5. Klien mengetahui
jika putus minum obat
5.5 SESI V: MENGONTROL HALUSNASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP
Tujuan
5.5.1 klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain.
5.5.2 Klien memahami tentang pentingnya brcakap-cakap dengan orang lain.
5.5.3 Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai mengalami
halusinasi
VI. DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan
Kedua. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media
Keliat, Budi Ana. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta Timur: CV. Trans
Info Media
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.