Anda di halaman 1dari 3

BAB I

Pengertian dan Pentingnya


Keterampilan Komunikasi Kerja

Dalam suatu organisasi diperlukan suatu sistem yang dapat menunjang kinerja organisasi
tersebut. Pencapaian tujuan organisasi memerlukan kerjasama yang baik antar komponen di
dalamnya. Kerjasama terbentuk karena adanya kesatuan persepsi tentang apa yang akan dicapai.
Untuk itu diperlukan adanya keterampilan komunikasi kerja yang baik antar anggota
didalamnya. Peran keterampilan komunikasi kerja dalam suatu organisasi dapat menciptakan
hubungan kerja yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Melalui keterampilan komunikasi kerja, maka dapat memberikan keterangan tentang
pekerjaan apa yang akan dilakukan, sehingga nantinya diharapkan dapat membuat
pegawai/karyawan dapat bertindak dengan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan pada waktu
bersamaan dapat mengembangkan semangat kerja organisasi (Wursanto, 2005). Adanya
kerjasama yang harmonis ini diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja para
pegawai/karyawan karena keterampilan komunikasi kerja berhubungan dengan keseluruhan
proses pembinaan perilaku manusia dalam organisasi.
Semangat kerja dalam organisasi dapat mempengaruhi pencapaian tujuan keterampilan
komunikasi kerja dan hasil kerja. Serta hubungan kerja yang terjadi dalam suatu
instansi/perusahaan berkaitan dengan semangat melaksanakan pekerjaan. Keterampilan
komunikasi kerja yang efektif dapat mencapai saling pengertian antara pegawai/karyawan dan
pimpinan sehingga terbentuk kondisi sosial yang dapat memotivasi pegawai/karyawan untuk
meningkatkan produktivitas kerjanya. Semangat kerja disini adalah pegawai/karyawan secara
lebih giat melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga pekerjaan akan dapat diselesaikan lebih cepat
dan baik (Nitisemito, 1992, p. 24). Supihara (1999, p. 15; dalam Magiaifani, 2012) menyatakan,
“komunikasi adalah proses penyampaian pesan-pesan baik secara lisan maupun mempergunakan
informasi”. Serta Bulatau (2007, p. 70) menyatakan bahwa komunikasi dapat pula dipahami
”sebagai pengungkapan pribadi kepada orang lain”.

1
BAB II
Keterampilan Mendengarkan

A. Pentingnya Keterampilan Mendengarkan dalam Komunikasi Kerja


Keterampilan komunikasi kerja merupakan kunci terpenting dalam membangun hubungan
baik antar setiap individu. Keterampilan komunikasi kerja yang efektif sangat bergantung pada
keterampilan seseorang dalam mengirim maupun menerima pesan. Kita menyaksikan begitu
banyak proyek atau program perusahaan/instansi yang macet ditengah jalan hanya gara-gara
diskomunikasi para anggotanya. Sebaliknya, kita juga bisa menyaksikan di lingkungan instansi
yang bisa berjalan dengan efektif, lantaran didalamnya terbangun proses keterampilan
komunikasi kerja yang elegan, efektif dan produktif.
Masalah yang paling sederhana dan sering muncul karena kurangnya keterampilan
mendengar dalam berkomunikasi. Keterampilan mendengarkan seharusnya mengiringi
keterampilan bertanya dalam keterampilan komunikasi kerja yang efektif. Karena sebaik apapun
keterampilan komunikasi kerja seseorang tanpa diiringi dengan kemampuan mendengar maka
keterampilan
komunikasi kerja akan tidak efektif. Kemampuan mendengarkan secara aktif diartikan
sebagai proses pemahaman secara aktif untuk mendapatkan informasi dan sikap dari pembicara
yang tujuannya untuk memahami pembicaraan tersebut secara objektif.
Menurut Mayasari (2018), mendengar merupakan aspek penting dalam berkomunikasi,
yang melibatkan indra pendengaran telinga. Mendengar secara aktif dan efektif adalah dengan
memadukan indra pendengaran dengan pikiran, sehingga dapat menangkap dan
menginterpretasikan pesan yang disampaikan. Ada beberapa jenis mendengar secara aktif dan
efektif, yaitu:
1. Mendengar evaluatif, adalah kegiatan mendengar sambil melakukan evaluasi terhadap kata-
kata yang diucapkan pembicara. Lalu hasil evaluasi tersebut disampaikan kembali kepada
pembicara dalam berbagai bentuk seperti penolakan, persetujuan, dan lain-lain.
2. Mendengar proyektif, adalah memproyeksikan diri pendengar ke alam pikiran pembicara.
Pendengar berusaha memahami pandangan pembicara dan memahami setiap arti kata sampai
pembicaraan selesai.
Lebih lanjut Mayasari (2018) menyatakan bahwa, cara yang dapat dilakukan untuk
menjadi pendengar yang aktif dan efektif antara lain sebagai berikut:
1. Mendengar penuh konsentrasi,
2. Menangkap pesan-pesan yang penting atau inti pembicaraannya, dan
3. Mencatat hal-hal yang dirasakan penting.
Dengan melakukan ketiga cara diatas, keterampilan mendengar akan menjadi efektif. Sehingga
point penting pada saat seseorang mendengar tidak akan terlewatkan, karena beberapa jenis
pembicaraan ada yang tidak bisa terulang kembali.
Keterampilan mendengar dan komunikasi kerja yang efektif memang merupakan kunci
terpenting dalam membangun suatu hubungan baik antar setiap individu. Melalui keterampilan
komunikasi kerja secara lisan ataupun tertulis diharapkan orang dapat memahami apa yang
disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan secara lisan maupun
tertulis memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca atau mendengar apa yang
dikatakan dengan baik dan benar. Ketika seseorang mengikuti rapat, diskusi, ataupun seminar,
informasi yang dapat diserap dalam benak pikiran peserta mungkin hanya setengah dari yang
diucapkan pembicara. Beberapa hari kemudian, pesan yang masih diingat mungkin tinggal
seperempatnya. Begitu pula halnya dengan mahasiswa dalam mengikuti kuliah, pada hari
pertama mungkin banyak hal yang didapatkan, dipahami dan dimengerti. Namun, pada hari-hari
berikutnya materi yang masih dapat diingat, dipahami dan dimengerti sudah semakin banyak
berkurang atau terlupakan.

2
3

Keterampilan komunikasi kerja efektif adalah suatu kegiatan pengiriman makna (pesan)
dari seorang individu ke individu yang lain di mana kegiatan tersebut dapat menghasilkan
manfaat bagi kedua belah pihak sehingga pekerjaan dapat di kerjakan secara efektif dan efisien.
Keterampilan komunikasi kerja dapat merupakan jembatan antara individu satu dengan
yang lain di dalam lingkungan kerja. Semakin baik dan lancar keterampilan komunikasi kerja
dan mendengar, maka akan semakin baik hubungan antar individu dan dapat semakin
meminimalisir kesalah pahaman yang terjadi dengan orang lain di dalam lingkungan kerja.

Referensi
Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2012). Business communication today (11th ed.). New York:
Pearson.
Mehrabian, A. (1971). Verbal and nonverbal interaction of strangers in a waiting situation.
Journal of Experimental Research in Personality, 5, 127-138.
Sari, A. W. (2016, Maret). Pentingnya ketrampilan mendengar dalam menciptakan komuninasi
yang efektif. Jurnal EduTech, 2(1), 1-10.
Tracy, B., & Arden, R. (2011). The magic of charm: Bagaimana memenangkan hati setiap orang
di setiap situasi. Jakarta: Ufuk Press.

[Catatan, untuk pembuatan referensi/daftar pustaka, bila mengutip dari:


1) Buku teks (contoh referensi ke-1 dan ke-4):
Nama Akhir, Nama Pertama (disingkat, karakter pertama). Tahun. Judul (italic/miring). Kota
penerbit: nama penerbit.
 bila 2 atau >2 author: dipisahkan karakter &
2) Jurnal (contoh referensi ke-2 dan ke-3):
Nama Akhir, Nama Pertama (disingkat, karakter pertama). Tahun. Judul (normal). Nama
jurnal, volume(nomor/issue), nomor halaman.
 di sini: Nama jurnal dan volume  italic/miring
 nomor/issue dan nomor halaman  normal
 Penulisan: Nama jurnal<koma> volume(nomor/issue) <koma> nomor halaman<titik>]

Anda mungkin juga menyukai