7. Sejarah Proporsi
Jika kita mempertimbangakn banyak ekspresi dari seni Medival, dan
membadingkannya dengan model dari seni Greek, pada pandangan pasti sangat
sulit bagi kita untuk berfikir bahwa patung/struktur erkietonik in bisa
mewujudkan kriteria dari proporsi
Teori proporsi selalu dikaitkan dengan sebuah filosofi Pranko Platonic
dimana model realitasnya sebagai ide, dan hal nyata hanya imitasi pucat dan tidak
sempurna. Peradaban Dreek mampu mewujudkan ide dalam patung dan lukisan
yang sangat sempurna, meski plato memikirkan badan dari Politicus atau seni
figurative terdahulu. Plato berfikir bahwa seni merupakan imitasi alam yang tidak
sempurna, dan juga imitasi dunia yang ideal. Dalam peristiwa apapun, upaya
untuk membuat representasi artistik ini sesuai dengan gagasan Platonis
Kecantikan sangat umum di seniman Renaissance. Tapi terdapat beberapa masa
antara ideal dan dunia nyata lebih bertanda.
Boethius tidak tertarik pada fenomena musical kongkrit, yang harus
mewujudkan proporsi, tapi dalam aturan pola dasar sepenuhnya terpisah dari
kenyataan konkret. Bagi Boethius, composer merupakan orang yang tahu
peraturan dan memimpin dunia suara, sementara pengeksekutor sering di
pertimbangkan sebagai seorang budak belaka yang tidak memiliki pengetahuan
teoretis, sebuah karakter naluriah yang tidak peka terhadap keindahan yang tak
terlukiskan, bahwa hanya teori yang dapat terungkap.
Boethius terlihat hampir memberi selamat keoada Pythagoras karena
meneliti music, meninggalkan keputusan dari sidang. Kurangnya minat dalam
dunia fisik dari suara dan “penilaian dari telinga” terlihat dari pengertian music.
Berpegang teguh pada gagasan harmoni yang murni ideal adalah ciri khas
zaman ditandai dengan krisis hebat, dering '.
Pada masa Middle Ages, terdapat perbedaan nyata antara proporsi yang
ideal, dengan yang diwakili sebagai proporsional.
Risalah Renaissance pada proporsi sebagai aturan matematika, hubungan
atara teori dan realita hanya memuaskan pada bidang arsitektur dan perspektif.
Sedangkan melalui lukisan, kita mencoba memahami Human Beauty yang ideal
dari Renaissance, terdapat jarak antara kesempurnaan teori dengan selera yang
variatif.
Seniman yang menggambarkan pria terkenal, lebih tertarik pada fisik yang
kuat atau kekuatan spiritual, serta kekuatan dari ekspresi muka daripada bentuk
proporsinya. Tapi tetap saja para pria tersebut merepresentasikan ketampanan.
7. Sejarah Proporsi
Jika kita mempertimbangakn banyak ekspresi dari seni Medival, dan
membadingkannya dengan model dari seni Greek, pada pandangan pasti sangat
sulit bagi kita untuk berfikir bahwa patung/struktur erkietonik ini bisa
mewujudkan kriteria dari proporsi
Teori proporsi selalu dikaitkan dengan sebuah filosofi Pranko Platonic
dimana model realitasnya sebagai ide, dan hal nyata hanya imitasi pucat dan tidak
sempurna. Peradaban Dreek mampu mewujudkan ide dalam patung dan lukisan
yang sangat sempurna, meski plato memikirkan badan dari Politicus atau seni
figurative terdahulu. Plato berfikir bahwa seni merupakan imitasi alam yang tidak
sempurna, dan juga imitasi dunia yang ideal. Dalam peristiwa apapun, upaya
untuk membuat representasi artistik ini sesuai dengan gagasan Platonis
Kecantikan sangat umum di seniman Renaissance. Tapi terdapat beberapa masa
antara ideal dan dunia nyata lebih bertanda.
Contohnya Boethius, terlihat tidak tertarik pada fenomena musical kongkrit,
yang harus mewujudkan proporsi, tapi dalam aturan pola dasar sepenuhnya
terpisah dari kenyataan konkret. Bagi Boethius,, composer merupakan orang yang
tahu perarutran yang mengatur dunia suara, sementara pengeksekutor sering di
pertimbangkan sebagai seorang budak belaka yang tidak memiliki pengetahuan
teoretis, sebuah karakter naluriah yang tidak peka terhadap keindahan yang tak
terlukiskan, bahwa hanya teori yang dapat terungkap. Boethius terlihat hampir
memberi selamat keoada Pythagoras karena meneliti music, meinggalkan
keputusan dari sidang. Kurangnya minat dalam dunia fisik dari suara dan
“penilaian dari telinga” terlihat dari pengertian music.
Berpegang teguh pada gagasan harmoni yang murni ideal adalah ciri khas
zaman ditandai dengan krisis hebat, dering '.