Anda di halaman 1dari 4

5.

The other Arts (Seni Lain)


Estetika dari proporsi mengambil berapa varietas dari ke-stabilan bentuk
yang lebih kompleks yang dapat ditemukan dalam lukisan. Seluruh krakteristik
dalam seni figurative, dari karya Byzantine yang tertulis oleh biksu dari gunung
Athos, hingga karya Cennini Tractatus, memunculkan ambisi dari seni plastis
untuk memiliki lebel matematika yang sama dengan music. Dalam hal ini, seluruh
figure dideterminasi oleh geometri koordinasi.

Penelitian matematika mencapai tahap presisi dalam teori Renaissance dan


penerapan prespektif. Representasi prespektif sangat diminati seniman
Renaissance karena mereka meilhat representasi prespektif bukan hanya sebatas
“benar” dan “realistis”, tapi juga dari sisi keindahan dan menyenangkan
pandangan juga. Dengan adanya teori Renaissance dan penggunaan prespektif,
membuktikan bahwa representasi dari kultur lain yang sudah ada bertahun-
tahun, atau dari abad lain dianggap primitive, inkopeten, bahkan dianggap jelek.

6. Conformity with the Purpose (Kesesuaian dengan Tujuan)


Pada masa pemikiran Medival yang sangat berkembang, Thomas Aquinas
mengatakan syarat adanya keindahan tidak hanya harus menampilkan proporsi
saja, tapi integritas, dan juga kejernihan warna harus ada. Tetapi Aquina
berpendapat bahwa proporsi bukanlah satu-satunya sifat yang benar dari suatu
materi, tapi adaptasi yang sempurna dari materi yang di bentuk juga penting.
Aquina meilhat proporsi sebagai nilai etikal dalam esensi aksi itu membawa kata-
kata dengan proporsi yang benar dan perbuatan yang sesuai dengan hokum
rasional, maka dari itu kita harus membahas Moral Beauty atau moral keindahan.
Prinsipnya, beberapa hal harus sesuai dengan tujuan yang mereka maksud,
yang mebuat Aquina tidak akan ragu untuk menilai Palu Kristal jelek, karena
material yang digunakan dianggap indah, dan tidak sesuai dengan fungsi dari
benda tersebut. Keindahan merupakan kolaborasi mutual antar beberapa hal,
maka dari itu kita bisa mendefinisikan keindahan suatu hal dengan menyuport
satu hal dengan hal lainnya.

Dengan kata lain, proporsi menjadi prinsip metafisik yang menjelaskan


kesatuan dari kosmos itu sendiri

7. Sejarah Proporsi
Jika kita mempertimbangakn banyak ekspresi dari seni Medival, dan
membadingkannya dengan model dari seni Greek, pada pandangan pasti sangat
sulit bagi kita untuk berfikir bahwa patung/struktur erkietonik in bisa
mewujudkan kriteria dari proporsi
Teori proporsi selalu dikaitkan dengan sebuah filosofi Pranko Platonic
dimana model realitasnya sebagai ide, dan hal nyata hanya imitasi pucat dan tidak
sempurna. Peradaban Dreek mampu mewujudkan ide dalam patung dan lukisan
yang sangat sempurna, meski plato memikirkan badan dari Politicus atau seni
figurative terdahulu. Plato berfikir bahwa seni merupakan imitasi alam yang tidak
sempurna, dan juga imitasi dunia yang ideal. Dalam peristiwa apapun, upaya
untuk membuat representasi artistik ini sesuai dengan gagasan Platonis
Kecantikan sangat umum di seniman Renaissance. Tapi terdapat beberapa masa
antara ideal dan dunia nyata lebih bertanda.
Boethius tidak tertarik pada fenomena musical kongkrit, yang harus
mewujudkan proporsi, tapi dalam aturan pola dasar sepenuhnya terpisah dari
kenyataan konkret. Bagi Boethius, composer merupakan orang yang tahu
peraturan dan memimpin dunia suara, sementara pengeksekutor sering di
pertimbangkan sebagai seorang budak belaka yang tidak memiliki pengetahuan
teoretis, sebuah karakter naluriah yang tidak peka terhadap keindahan yang tak
terlukiskan, bahwa hanya teori yang dapat terungkap.
Boethius terlihat hampir memberi selamat keoada Pythagoras karena
meneliti music, meninggalkan keputusan dari sidang. Kurangnya minat dalam
dunia fisik dari suara dan “penilaian dari telinga” terlihat dari pengertian music.

Berpegang teguh pada gagasan harmoni yang murni ideal adalah ciri khas
zaman ditandai dengan krisis hebat, dering '.
Pada masa Middle Ages, terdapat perbedaan nyata antara proporsi yang
ideal, dengan yang diwakili sebagai proporsional.
Risalah Renaissance pada proporsi sebagai aturan matematika, hubungan
atara teori dan realita hanya memuaskan pada bidang arsitektur dan perspektif.
Sedangkan melalui lukisan, kita mencoba memahami Human Beauty yang ideal
dari Renaissance, terdapat jarak antara kesempurnaan teori dengan selera yang
variatif.
Seniman yang menggambarkan pria terkenal, lebih tertarik pada fisik yang
kuat atau kekuatan spiritual, serta kekuatan dari ekspresi muka daripada bentuk
proporsinya. Tapi tetap saja para pria tersebut merepresentasikan ketampanan.
7. Sejarah Proporsi
Jika kita mempertimbangakn banyak ekspresi dari seni Medival, dan
membadingkannya dengan model dari seni Greek, pada pandangan pasti sangat
sulit bagi kita untuk berfikir bahwa patung/struktur erkietonik ini bisa
mewujudkan kriteria dari proporsi
Teori proporsi selalu dikaitkan dengan sebuah filosofi Pranko Platonic
dimana model realitasnya sebagai ide, dan hal nyata hanya imitasi pucat dan tidak
sempurna. Peradaban Dreek mampu mewujudkan ide dalam patung dan lukisan
yang sangat sempurna, meski plato memikirkan badan dari Politicus atau seni
figurative terdahulu. Plato berfikir bahwa seni merupakan imitasi alam yang tidak
sempurna, dan juga imitasi dunia yang ideal. Dalam peristiwa apapun, upaya
untuk membuat representasi artistik ini sesuai dengan gagasan Platonis
Kecantikan sangat umum di seniman Renaissance. Tapi terdapat beberapa masa
antara ideal dan dunia nyata lebih bertanda.
Contohnya Boethius, terlihat tidak tertarik pada fenomena musical kongkrit,
yang harus mewujudkan proporsi, tapi dalam aturan pola dasar sepenuhnya
terpisah dari kenyataan konkret. Bagi Boethius,, composer merupakan orang yang
tahu perarutran yang mengatur dunia suara, sementara pengeksekutor sering di
pertimbangkan sebagai seorang budak belaka yang tidak memiliki pengetahuan
teoretis, sebuah karakter naluriah yang tidak peka terhadap keindahan yang tak
terlukiskan, bahwa hanya teori yang dapat terungkap. Boethius terlihat hampir
memberi selamat keoada Pythagoras karena meneliti music, meinggalkan
keputusan dari sidang. Kurangnya minat dalam dunia fisik dari suara dan
“penilaian dari telinga” terlihat dari pengertian music.

Berpegang teguh pada gagasan harmoni yang murni ideal adalah ciri khas
zaman ditandai dengan krisis hebat, dering '.

Anda mungkin juga menyukai