Definisi
Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran pernapasan ditandai dengan nafas mengi, batuk,
rasa berat di dada, sesak nafas dan batuk yang munculnya bermaam-macam dari waktu ke waktu,
frekuensi serta intensitasnya (GINA, 2020). Gejala tersebut umumnya terjadi pada malam atau dini
hari yang bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang
timbul) yang artinya dapat tenang tanpa gejala tidak menggangu aktivitas tetapi dapat eksaserbasi
dengan gejala ringan hingga berat bahkan dapat menimbulkan kematian.
Etiologi
Menurut studi epidemiologi, asma dibagi menjadi 2 penyebabnya yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Faktor genetik
Faktor genetik menyebabkan kerentanan 60% sampai 80%. Asma merupakan kelainan genetik
yang kompleks dimana fenotipe asma kemungkinan besar merupakan hasil dari pewarisan
poligenik atau kombinasi yang berbeda dari gen. Predisposisi atopi merupakan faktor risiko yang
signifikan untuk mengembangkan asma, tidak semua individu atopik mengembangkan asma dan
tidak semua pasien dengan atopi asma. Fenotipe asma yang berbeda (progresif atau direnovasi
vs non-progresif) kemungkinan besar secara disebabkan genetik (DiPiro, 2016).
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dalam perkembangan asma meliputi status sosial ekonomi, paparan
tembakau bekas merokok pada masa kecil dan dalam kandungan, paparan alergen, polusi udara
sekitar, urbanisasi, infeksi saluran pernapasan akibat virus termasuk pernapasan virus syncytial
(RSV) dan rhinovirus, dan penurunan paparan agen infeksius umum pada masa kecil (DiPiro,
2016).
Faktor resiko
Faktor risiko mengi berulang (kurang dari 3 tahun) yang terkait dengan infeksi virus termasuk berat
badan saat lahir rendah, jenis kelamin laki-laki, dan orang tua merokok. Namun, pola awal ini
disebabkan oleh saluran udara yang lebih kecil, dan faktor risiko ini belum tentu merupakan faktor
risiko asma di kemudian hari. Atopi adalah faktor risiko utama bagi anak-anak sehingga dapat
berlanjut menjadi asma. Heterogenitas fenotipe asma tampak paling jelas dalam memicu
bronkospasme. Berbagai pemicu memiliki derajat kepentingan relatif dari pasien ke pasien. Eksposur
lingkungan adalah yang paling penting penyebab eksaserbasi asma berat. Infeksi saluran pernapasan
karena virus menjadi pemicu asma berat yang paling signifikan terhadap anak-anak dan orang
dewasa juga. Faktor-faktor lain yang mungkin termasuk polusi udara, sinusitis, dan obat-obatan
seperti Asetaminofen, Aspirin, NSAID (penghambat siklooksigenase), sulfit, benzalkonium klorida,
dan β Blocker nonselektif (DiPiro, 2016).
Klasifikasi
Menurut KMK RI Nomor 1023 tahun 2008 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, berat
ringan asma ditentukan berbagai faktor antara lain gambaran klinik sebelum pengobatan (gejala,
eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obat inhalasi β-a agons dan uji faal paru) serta obat-
obatan yang digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat, dan frekuensi
pemberian obat). Tidak ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat-ringannya
suatu penyakit. Dengan adanya pemeriksaan klinik termasuk uji faal paru dapat menentukan
klasifikasi menurut berat-ringannya asma yang sangat penting dalam penatalaksanaannya.
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan (akut):
Sedangkan pada anak-anak, dalam Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) mengklasifikasikan derajat
asma menjadi tiga, yaitu:
a) Asma episodik jarang
b) Asma episodik sering
c) Asma persisten
2. Asma saat serangan
Klasifikasi deraja asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan sehari-hari,
asma dapat dinilai berdasarkan berat ringannya serangan. GINA membuat pembagian
derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemerksaa
laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang digunakan. Klasifikasi tersebut
meliputi asma serangan ringan, asma serangan sedang, dan asma serangan berat.
Dalam melakukan penilaian berat-ringannya serangan asma, tidak harus lengkap setiap
pasien. Penggolongannya harus diartikan sebagai prediksi dalam menangani pasien asma
yang datang ke fasilitas kesehatan dengan keterbatasan yang ada. Penilaian tingkat serangan
yang lebih tinggi harus diberikan jika pasien memberikan respon yang kurang terhadap
terapi awal atau serangan memburuk dengan cepat, atau pasien berisiko tinggi.