Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“INDRA PENCIUMAN"

Ditujukan kepada

Guru Pembimbing KDM

SMK KESEHATAN BHAKTI INDONESIA MEDIKA BLITAR

Disusun oleh:

Eni Sulastri (09)

Kartika aprilian (10)

Kharisma cici (11)

Kirana Aulia Daryl Azzahra (12)

XII Keperawatan 1

SMK KESEHATAN BHAKTI INDONESIA MEDIKA BLITAR

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Tuhan YME, karena atas pertolongan Nya, penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Tak lupa salam
Penulis haturkan kepada keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun Penulis pada ruang dan
waktu yang lain.

Penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila terdapat kekurangan dalam
pembuatan laporan ini penulis mohon maaf, karena penulis menyadari Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan

Blitar, 4 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.........................................................................

B. TUJUAN..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. ANATOMI HIDUNG.........................................................................

B. PERSYARAFAN HIDUNG...............................................................

C. FISIOLOGI HIDUNG........................................................................

D. MEKANISME KERJA PENCIUMAN / PEMBAU..........................

E. GANGGUAN PADA PENCIUMAN................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN...................................................................................

B. SARAN................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh kita tersusun atas berbagai macam reseptor untuk mengetahui bermacam-macam rangsangan
dari luar tubuh kita. Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Semua organisme memiliki resptor sebagai alat penerima informasi. Informasi tersebut dapat
bersal dari dirinya sendiri atau dari luar. Reseptor diberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang
diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima rangsang zat kimia), fotoreseptor (penerima rangsang
cahaya), audio reseptor (penerima rangsang suara), dan mekanoreseptor (penerima rangsangan fisik
seperti tekanan, sentuhan dan getaran). Selain itu dikenali pula beberapa reseptor yang berfungsi
mengenali perubahan lingkungan luar tang dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok
reseptor yang berfungsi mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor yang terdapat
diseluruh bagian tubuh manusia.

Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam yaitu, indera penglihat (mata), pendengar (telinga),
peraba (kulit), pembau (hidung) dan pengecap (lidah). Dalam makalah ini kita akan membahas
Eksoreseptor Indera Pembau (hidung), kita akan mengetahui tentang anatomi hidung, mekanisme kerja
hidung serta gangguan-gangguan yang terdapat pada hidung.

B. Tujuan

1. Mengetahui Anatomi hidung

2. Mengetahui persyarafan pada hidung

3. Mengetahui fisiologi hidung

4. Mengetahui mekanisme penciuman / pembau

5. Mengetahui gangguan pada hidung

BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Hidung

Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya dan hidung
merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung
terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan
bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak
dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling
bawah adalah lobolus hidung yang mudah digerakkan

Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari apeks disebut batang
hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung dan menyatu dengan dahi. Yang disebut
kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu diposterior bagian tengah pinggir dan terletak sebelah
distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung.
Disini bagian bibir atas membentuk cekungan dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut
filtrum. Sebelah menyebelah kolumela adalah nares anterior atau nostril (Lubang hidung)kanan dan kiri,
sebelah latero-superior dibatasi oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan
beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Bahagian
hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum disebelah anterior hingga koana
di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Rongga hidung atau kavum nasi
berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya
menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares
anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan
nasofaring

Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut dengan
vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang
yang disebut dengan vibrise

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding
medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral
terdapat konkha superior, konkha media dan konkha inferior. Yang terbesar dan letaknya paling bawah
ialah konkha inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil lagi konka
superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan konka suprema biasanya rudimenter. Konka
inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka
media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan
dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan inferior disebut
meatus media dan sebelah atas konkha media disebut meatus superior.
Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan celah yang lebih luas
dibandingkan dengan meatus superior. Disini terdapat muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan
bahagian anterior sinus etmoid. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada
dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu
muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit menghubungkan meatus medius dengan infundibulum
yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang
berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus

Di bahagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus maksilla, etmoid,
frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla merupakan sinus paranasal terbesar diantara lainnya, yang
berbentuk pyramid iregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya kearah apek
prosesus zigomatikus os maksilla.

B. Persyarafan pada Hidung

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari nervus etmoidalis anterior,
yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang berasal dari nervus oftalmikus. Saraf sensoris
untuk hidung terutama berasal dari cabang oftalmikus dan cabang maksilaris nervus trigeminus. Cabang
pertama nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus memberikan cabang nervus nasosiliaris yang
kemudian bercabang lagi menjadi nervus etmoidalis anterior dan etmoidalis posterior dan nervus
infratroklearis. Nervus etmoidalis anterior berjalan melewati lamina kribrosa bagian anterior dan
memasuki hidung bersama arteri etmoidalis anterior melalui foramen etmoidalis anterior, dan disini
terbagi lagi menjadi cabang nasalis internus medial dan lateral. Rongga hidung lainnya, sebagian besar
mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion sfenopalatinum. Ganglion
sfenopalatina, selain memberi persarafan sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau
otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut serabut sensorid dari nervus
maksila.Serabut parasimpatis dari nervus petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak
dibelakang dan sedikit diatas ujung posterior konkha media

Nervus Olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan
kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas
hidung.

C. Fisiologi Hidung

Hidung berfungsi sebagai indra penghidu , menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru serta
fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna
kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-sel syaraf yaitu sel penunjang, sel basal dan sel olfaktorius.
Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara inspirasi akan melindungi saluran napas
dibawahnya dari kerusakan. Partikel yang besarnya 5-6 mikrometer atau lebih, 85 % -90% disaring
didalam hidung dengan bantuan TMS

Hidung dapat mencium berbagai macam bau karena di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf
pembau yang terdiri dari jutaan sel-sel pembau. Setiap sel-sel pembau tersebut mempunyai rambut-
rambut di ujungnya serta diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi untuk melembabkan rongga hidung.

Saat kita bernapas, yaitu menghirup udara dari luar, molekul-molekul bau yang melayang di udara akan
ikut masuk ke dalam rongga hidung dan bertemu dengan sel-sel pembau. Sel-sel pembau tersebut akan
terangsang dan merubah rangsangan tersebut menjadi Sinyal yang kemudian mengirimkannya ke Otak
melalui Saraf Pembau. Dengan demikian kita dapat mencium berbagai macam bau dari udara luar.

Fungsi hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu :

1. Sebagai jalan nafas,

Udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke
bawah ke arah nasofaring, dan seterusnya. Pada ekspirasi terjadi hal sebaliknya.

2. Alat pengatur kondisi udara,

Mukus pada hidung berfungsi untuk mengatur kondisi udara

3. Penyaring udara,

Mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan pelindung udara inspirasi dari debu dan bakteri
bersama rambut hidung, dan silia.

4. Sebagai indra penghidu,

Fungsi utama hidung adalah sebagai organ penghidu, dilakukan oleh saraf olfaktorius.

5. Untuk resonansi suara,

Fungsi sinus paranasal antara lain sebagai pengatur kondisi udara, sebgai penahan suhu, membantu
keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, sebagai peredam perubahan tekanan udara,
membantu produksi mukus dan sebagainya.

6. Turut membantu proses bicara,

7. Reflek nasal.

Apabila ada gangguan pada indera pembau, maka kita tidak dapat mengecap dengan baik. Ketika
seseorang menderita sakit pilek, maka makanan terasa hambar rasanya dan kita tidak dapat mencermati
bau dengan baik. Inilah bukti bahwa antara organ pembau dengan pencium saling bekerja dengan baik.
Aroma makanan yang berada di rongga dalam hidung tidak dapat tercium karena serabut saraf di situ
tertutup oleh lendir pilek. Kita merasakan bau buah apel berbeda dengan jeruk dan pepaya karena
adanya organ pembau.

D. Mekanisme Kerja Penciuman / Pembau

Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul – molekul larutan dalam cairan
hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor) karena lintasan pembauan tidak
memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di daerah proyeksi pada neocortex penciuman

Membrana offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical ia melipat keatas
concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media. Pada setiap rongga hidung membrana
olfactoria mempunyai luas permukaan 2,4 cm. Organon olfacus terdapat di dataran medical concha
nasalis superior dan pada dataran septumasi yang berhadapan dengan concha masalis superior. Saat
seseorang menarik nafas maka sesibilirasa pembanya akan lebih kuat karena letak organon olfacus
disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung pada konsentrasi penguapan, misalnya skatol (bau
busuk pada facces) karena konsentrasinya pekat maka baunya busuk

Impuls – impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang – cabang
dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus olfactorius
untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di uneus. Neurit
– beurit sel mitral mempunyai cabang – cabang yang menuju ke sel glanuta akan mengadakan sinopso di
sinopsi axomatis. Sebagian dari neurit – neurit sel mitral berjalan dalam strialate ralis dan berakhir
dalam incus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis dan berakg\hir di dalam area
septialis

Jalannya impuls pembauan adalah sebagai berikut : Impuls – impuls bau dihantarkan oleh filum
olfactorium yang bersinopsi dengan cabang – cabang dari dendrit sel mitral dan disebut siniopsis
glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan
berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di incus. Neurit – neurit sel mitral berjalan dalam strialate
ralis dan berakhir dalam incus

E. Gangguan Pada Penciuman / Pembau

1. Salesma (Cold) dan Influenza (Flu)

Influenza adalah kondisi alat pernafasan yang terinfeksi virus. Umumnya menyebabkan batuk, pilekm
sakit leher, dan terkadang panas atau sakit persendian yang disertai dengan pusing. Pada anak kecil,
biasanya disertai dengan gejala mencret ringan. Sebaiknya hindarilah penggunaan penicillin, tetracyline,
atau antibiotik lainnya, karena obat jenis ini tidak dapat menyembuhkan penyakit influenza, san justru
akan menimbulkan bahaya. Penyakit Influenza ini hampir selalu sembuh dengan sendirinya tanpa obat,
anda hanya perlu melakukan beberapa hal sederhana berikut ini ketika sedang mengalami penyakit
influenza:

· Hindari minuman dingin dan selalu konsumsi air hangat

· Istirahatlah yang cukup

· Jika mengalami panas dan skit kepala, cukup konsumsi aspirin atau acetaminophen

· Untuk penyaki influenza ini tdiak ada pantangan khusus, dan bagi penderitanya sangat dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C.

· Jika mengalami sakit tenggorokan atau sakit leher, berkumurlah dengan air hangat.

Jika penyakit influenza ini berlangsung lebih dari 1 minggu atau menimbulkan panas, batuk, lendir,
sampai sakit dada, maka kemungkinan penderita tersebut mengalami radang cabang tenggorokan
(bronchitis) atau radang paru-paru (penumonia).

2. Hidung tersumbat dan pilek

Alergi atau salesma bisa menjadi penyebab hidung tersumbat atau pilek. Pada anak-anak, banyaknya
lendir dalam hidung bisa menyebabkan infeksi telinga. Sedangkan pada orang dewasa, lendir berlebihan
dapat mengakibatkan gangguan sinus atau peradangan dan berlangsung lama di dalam rongga tulang
yang berhubungan dengan hidung.

Cara mengatasi:

· Menaruh uap air panas di dekat badan dan menghirupnya, dengan cara demikian maka akan dapat
melegakan hidung yang tersumbat

· Jangan menghembuskan ingus kuat-kuat karena bisa menimbulkan sakit telinga bahkan sampai
infeksi sinus.

· Jika sering mengalami sakit telinga atau gangguan sinus kita dpat mencegahnya dengan memakai
tetes hidung decongestan seperti phenylprine.

3. Gangguan Sinus ( Penyakit sinusitis)

Sinusitis atau peradangan sinus terjadi pada rongga-rongga dalam tulang yang berhubungan dengan
rongga hidung. Adapun tanda-tanda atau gejala penyakit sinusitis adalah sebagai berikut:

· Terasa sakit di wajah, khususnya sekitar mata, terlebih lagi ketika anda mengetuk tulang atau
menundukkan kepala.

· Hidung sering tersumbat karena adanya nanah atau ingus yang kental.

· Terkadang gejala yang timbul tersebut disertai dengan panas.


Penyakit sinusitis dapat kita obati dengan menggunakan metode penyembuhan secara alami dengan
mengunakan bahan dan alat sederhana. Adapun cara mengatasi penyakti sinusitis secara alami adalah
sebagai berikut:

· Menghirup sedikit air garam ke dalam hidung

· Guankan tetes hidung decongestan seperti phenyleprine

· Letakkan kompres hangat di wajah

· Tetracyline, ampicillin atau penicillin merupakan jenis antibiotik yang bisa digunakan untuk
meresakan sinusitis

4. Deviated Septum

Lubang hidung dipisahkan oleh sebuah sekat yang disebut septum. Normalnya, sekat ini akanmembagi
secara rata besar lubang hidung seseorang. Tapi pada kasus abnormal, sekat ini membagi secara tidak
rata dan menyebabkan salah satu lubang hidung lebih besar. Pada kasus yang ringan gejala tidak akan
muncul, tapi pada tingkat yang lebih serius, ini dapat mengganggu pernafasan dan diperlukannya
tindakan operasi.

5. Rhinitis

Pembengkakan dan peradangan pada jaringan lendir inilah yang disebut rhinitis. Rhinitis yang akut biasa
disebabkan oleh virus sedangkan pada yang ringan, ini bisa terjadi karena alergi. Gejalanya bisa berupa
hidung tersumbat, bersin, demam ringan, mata berair dan batuk. Penggunaan humidifier bisa
meringankan gejala rhinitis ini. Sedangkan pengobatan lainnya adalah untuk mengatasi peradangan dan
pemyumbatan.

6. Polip

Anda pasti sudah familiar dengan ini. Polip adalah jaringan berlebih yang tumbuh di dalam hidung.
Biasanya ada di hidung bagian atas dan dapat tumbuh membesar. Semakin membesarnya polip dapat
menyebabkan gangguan pernafasan dan ditandai dengan semakin sering bernafas dengan mulut,
berkurangnya kemampuan membau, dan ingusan. Operasi diperlukan apabila polip sampai menghalangi
jalan udara saat Anda bernafas.

7. Anosmia

Penyakit ini menyebabkan penderitanya kehilangan rasa bau. Penyakit ini disebabkan karena
penyumbatan rongga hidung, misalnya tumor, polyp, reseptor-reseptor pembauan rusak karena infeksi
virus atau atrophi, gangguan pada syaraf ke I, bulbus, tractus olfactoris ataupun cortex otak karena
benturan kepala ataupun tumor.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai indra pembau. Indra pembau
berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.
Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas pengecap.Epitelium pembau mengandung 20 juta
sel-sel olfaktori yang khusus dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut saraf pembau. Di
akhir setiap sel pembau pada permukaan epitelium mengandung beberapa rambut-rambut pembau
yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan di udara,

Hidung manusia di bagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang di sebut dengan nostril.
Dinding pemisah di sebut dengan septum, septum terbuat dari tulang yang sangat tipis. Rongga hidung
di lapisi dengan rambut dan membran yang mensekresi lendir lengket.

Cara kerja indera penciuman yaitu indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul
di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-
molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors). Receptor ini jumlahnya
sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke
the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di
proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita, apakah itu harumnya bau sate padang
atau menyengatnya bau selokan.

Fungsi hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu (1)Sebagai jalan nafas, (2) Alat pengatur kondisi
udara, (3) Penyaring udara, (4) Sebagai indra penghidu, (5) Untuk resonansi suara, (6) Turut membantu
proses bicara,(7) Reflek nasa.

B. Saran

1. Jagalah kebersihan pada hidung

2. Hindarilah hal-hal yang dapat membuat hidung mengalami gangguan

3. Jika sudah mengalami gangguan/kerusakan pada hidung segeralah diobati

4. Gunakanlah masker jika berada pada tempat yang banyak debu dan polusi agar terhindar dari
gangguan pada indera penciuman / pembau

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F, 1983, Fisiologi Kedokteran, Jakarta : CV. EGC.


Guyton, A. C., 1983, Fisiologi Kedokteran 2, Jakarta : CV. EGC.

Radiopoetro, R., 1986, Psikologi Faal 1, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Seksi Laboratorium Psikologi Faal, 2001, Petunjuk Praktikum Psikologi Faal, Yogyakarta : Laboratorium
Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM.

Ethel,Slonane. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC

http://www.slideshare.net/mobile/meutiasavitri2/indera-penciuman-25315525

Anda mungkin juga menyukai