Anda di halaman 1dari 8

Surat Al-Baqarah Ayat 159

َ‫ب ۙ أُو ٰلَئِكَ يَ ْل َعنُهُ ُم هَّللا ُ َويَ ْل َعنُهُ ُم الاَّل ِعنُون‬


ِ ‫اس فِي ْال ِكتَا‬
ِ َّ‫ت َو ْالهُد َٰى ِم ْن بَ ْع ِد َما بَيَّنَّاهُ لِلن‬
ِ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْكتُ ُمونَ َما أَ ْن َز ْلنَا ِمنَ ْالبَيِّنَا‬
Arab-Latin: Innallażīna yaktumụna mā anzalnā minal-bayyināti wal-hudā mim ba'di mā
bayyannāhu lin-nāsi fil-kitābi ulā`ika yal'anuhumullāhu wa yal'anuhumul-lā'inụn Terjemah Arti:
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia
dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat
melaknati, Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Sesungguhnya orang-orang
yang menyembunyikan apa yang kami turunkan berupa ayat-ayat yang nyata lagi menunjukkan
tentang kenabian Muhammad Shalallahu Wassalam dan apa yang dibawanya,  yaitu para ulama
Yahudi dan ulama Nasrani dan orang-orang selain mereka yang menutup-nutupi apa yang Allah
turunkan sesudah Allah memperlihatkan kepada sekalian manusia di dalam Kitab Taurat dan
Injil, mereka itulah orang-orang yang diusir oleh Allah dari rahmat Nya, dan seluruh makhluk
berdoa supaya laknat ditimpakan kepada mereka itu. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama
Saudi Arabia 159. Sesungguhnya orang-orang Yahudi, Nasrani dan lainnya yang
menyembunyikan keterangan (wahyu) yang Kami turunkan, yang menunjukkan kebenaran Nabi
dan agama yang dibawanya, setelah Kami tunjukkan dengan jelas kepada manusia di dalam
kitab-kitab suci mereka, mereka itu akan diusir oleh Allah dari rahmat-Nya. Mereka juga akan
dikutuk oleh para Malaikat, para Nabi dan seluruh umat manusia agar mereka diusir dari rahmat
Allah. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 159. َ‫( إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْكتُ ُمون‬Sesungguhnya orang-orang
yang menyembunyikan) Mereka adalah pemuka-pemuka agama dari Yahudi dan Nasrani dan
semua yang menyembunyikan kebenaran urusan Nabi Muhammad dan tidak menjelaskan yang
Allah telah wajibkan atas mereka. ‫( الكتاب‬Al Kitab) Yakni kata yang meliputi semua kitab yang
telah diturunkan. ُ‫( يَ ْل َعنُهُ ُم اللَّـه‬mereka itu dilaknati Allah) Dan laknat Allah adalah penjauhan dan
pengusiran Allah kepada seseorang dari rahmat-Nya. َ‫اللّ ِعنُــون‬ ٰ ‫( وي ْلعنُهُم‬dan dilaknati (pula) oleh
ُ َ ََ
semua (mahluk) yang dapat melaknati) Yakni para malaikat dan orang-orang mukmin. Dan
pendapat lain mengatakan: mereka adalah semua yang dapat melakukan laknat, sehingga masuk
didalamnya jin. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 159. Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan ayat-ayat Allah tentang dalil kebenaran risalah nabi Muhammad SAW dari
manusia setelah adanya penjelasan tentang beliau dalam Taurat, yaitu para ulama’ yahudi dan
para pendeta Nasrani. Maka mereka itu akan ditolak dari rahmat Allah. Para malaikat dan orang-
orang mukmin akan melaknat mereka. Ayat ini turun untuk para ulama’ ahli kitab dan karena
kebisuan mereka terkait ayat tentang hukuman rajam dan penggambaran nabi Muhammad SAW.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili 159. Ayat ini walaupun turun kepada ahli
kitab dan apa yang mereka sembunyikan tentang Rasulullah dan sifat-sifat beliau, namun hukum
ayat ini tetap bersifat umum kepada setiap orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan
oleh Allah, “berupa keterangan keterangan yang jelas,” yang menunjukkan dan berdampak
kebenaran, “dan petunjuk,” yaitu ilmu yang membawa kepada hidayah menuju ke jalan yang
lurus, dan menunjukkan jalan penghuni surga dari jalan penghuni neraka. Sesungguhnya Allah
telah mengikat janji kepada para ulama agar mereka menjelaskan kepada manusia apa yang telah
Allah karuniakan kepada mereka dari ilmu tentang Alkitab dan agar mereka tidak
menyembunyikannya. Maka barangsiapa yang menyia-nyiakan hal itu dan melakukan 2
kerusakan sekaligus, yaitu menyembunyikan apa yang telah diturunkan oleh Allah dan berlaku
curang terhadap hamba-hamba Allah, maka mereka itu “dilaknati oleh Allah,” maksudnya, Dia
menjauhkan dan mengusir mereka dari kedekatan kepadaNya dan dari rahmatNya, “dan dilaknati
pula oleh seluruh makhluk yang dapat melaknati,” mereka adalah seluruh makhluk. Laknat akan
menimpa mereka dari seluruh makhluk, karena usaha mereka untuk berlaku curang terhadap para
makhluk, merusak agama mereka, dan menjauhkan mereka dari rahmat Allah. Akhirnya mereka
pun dibalas sesuai dengan jenis perbuatan mereka, sebagaimana para pengajar manusia kepada
kebaikan, maka Allah dan para malaikat-Nya akan bershalawat atasnya, bahkan ikan paus di
lautan yang dalam, karena usahanya dalam memberikan manfaat kepada makhluk, memperbaiki
agama mereka, dan mendekatkan mereka kepada rahmat Allah, sehingga diapun dibalas sesuai
dengan jenis perbuatannya. Orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan oleh Allah adalah
bertentangan dengan perintah Allah dan menentang Allah. Allah menjelaskan ayat-ayatNya
kepada manusia dan menerangkannya, sedangkan orang ini berusaha menghapus dan
menyembunyikannya, maka orang ini terkena oleh ancaman yang keras tersebut. Tafsir as-Sa'di /
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di Ayat ini meskipun menerangkan tentang keadaan ahli
kitab berupa sikap mereka menyembunyikan isi Taurat atau Injil yang menerangkan tentang
keadaan rasul terakhir (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) dan sifatnya, namun ayat
ini umum mengena kepada siapa saja yang menyembunyikan apa yang Allah turunkan berupa
keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk. Karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah
mengambil perjanjian kepada ahli ilmu agar mereka menerangkan kepada manusia nikmat yang
Allah berikan berupa pengetahuan agama. Barangsiapa yang malah menyembunyikannya, maka
ia telah mengerjakan dua mafsadat, yaitu menyembunyikan apa yang Allah turunkan dan menipu
hamba-hamba Allah. Mereka akan dilaknat Allah, yakni dijauhkan dari rahmat dan dekat
dengan-Nya serta akan dilaknat oleh mereka yang melaknat, yaitu semua makhluk karena telah
melakukan penipuan dan merusak agama mereka. Mafhum ayat ini, bahwa orang yang
mengajarkan kebaikan dan menerangkan kepada manusia apa yang Allah turunkan, maka Allah
akan memberikan shalawat (rahmat dan ampunan) dan malaikat akan mendo'akannya, bahkan
tidak hanya malaikat, ikan-ikan yang ada di laut pun mendo'akannya karena tindakannya untuk
mengadakan perbaikan kepada makhluk dan memperbaiki agama mereka serta mendekatkan
mereka dengan rahmat Allah Azza wa Jalla. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan
Hadidi bin Musa, M.Pd.I — ‫ هدايــة اإلنســان بتفســير القــران‬Allah mengimbau umat islam untuk
menyampaikan kebenaran. Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami
turunkan, yakni kitab-kitab samawi sebelum Al-Qur'an, dengan tidak memaparkannya kepada
masyarakat atau menggantinya dengan yang lain, berupa keterangan-keterangan tentang satu
kebenaran dan petunjuk, seperti sifat-sifat nabi Muhammad atau hukum syariat tertentu setelah
kami jelaskan kepada manusia dalam kitab Al-Qur'an, mereka itulah orang yang dilaknat Allah,
dijauhkan dari rahmat-Nya, dan dilaknat pula oleh mereka yang melaknat: para malaikat dan
kaum mukmin. Ayat ini berlaku bagi setiap orang yang sengaja menyembunyikan kebenaran dari
Allah. Laknat itu akan selalu meliputi mereka, kecuali mereka yang telah bertobat dan menyesali
dosa mereka, dan mengadakan perbaikan dengan berbuat saleh, dan menjelaskan-Nya; mereka
itulah yang aku terima tobatnya, dan akulah yang maha penerima tobat, maha penyayang Tafsir
Ringkas Kemenag RI — Kementerian Agama RI

Referensi: https://tafsirweb.com/632-surat-al-baqarah-ayat-159.html
Nabi s.a.w. juga pernah bersabda:

ِ ِ ِ ِِ
‫ضا‬ً ‫اب أ َْر‬َ ‫َص‬ َ ‫َمثَ ُل َما َب َعثَيِن َ اهللُ َعَّز َو َج َّل بِه م َن اهْلَُدى َو الْع ْل ِم َك َمثَ ِل الْغَْيث الْ َكثرْيِ أ‬
ً‫ت ِمْن َها بُ ْق َعة‬ ِ
ْ َ‫ َو َكان‬،‫ب الْ َكثْيَر‬ َ ‫ش‬ْ ‫ع‬
ُ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫و‬َ َ ‫أَل‬‫ك‬َ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫ت‬ َ ََ
ِ َ‫فَ َكانَت ِمْنها ب ْقعةً قَبِل‬
ِ َ‫ت الْماء فَأَْنبت‬
َُ َ ْ
ِ ‫ت الْماء َفَن َفع اهلل عَّز و ج َّل هِب‬ ِ
ْ َ‫ َو َكان‬،‫َّاس فَ َش ِربُ ْوا مْن َها َو َس ُق ْوا َو َز َرعُ ْوا‬
‫ت‬ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ‫أ َْم َس َك‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬
ِ
ُ ِ‫ك َماءً َو الَ ُتْنب‬
َ ‫ت َكأَل‬ ُ ‫ِمْن َها طَائَِفةً قْي َعا ٌن الَ مُتْ ِس‬
“Perumpamaan Allah ‘azza wa jalla mengutus aku dengan petunjuk (hidayah) dan ilmu laksana hujan
lebat yang menyirami bumi. Ada tanah yang bisa menerima (menyerap) air hujan, lalu menumbuhkan
rumput maupun tumbuhan lainnya. Ada pula tanah yang dapat menampung air hujan itu, sehingga
tersimpan berbentuk seperti sungai atau laut. Lalu Allah ‘azza wa jalla memberi manusia karunia untuk
memanfaatkannya. Maka manusia bisa minum, mencuci dan bercocok tanam dari air-air tersebut. Dan
ada pula tanah yang gersang, tidak mampu menahan air, dan tidak pula bisa menumbuhkan rumput
maupun tumbuhan lainnya.” (8013).

Dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ َ‫ فَأ َ ْنبَت‬، ‫ت ْال َما َء‬


‫ت‬ ِ َ‫ فَ َكانَ ِم ْنهَا نَقِيَّةٌ قَبِل‬، ‫اب أَرْ ضًا‬ َ ‫ص‬ َ َ‫ير أ‬
ِ ِ‫ث ْال َكث‬ ِ ‫َمثَ ُل َما بَ َعثَنِى هَّللا ُ بِ ِه ِمنَ ْالهُدَى َو ْال ِع ْل ِم َك َمثَ ِل ْال َغ ْي‬
، ‫ فَ َش ِربُوا َو َسقَوْ اـ َوزَ َرعُوا‬، ‫اس‬ َ َّ‫ فَنَفَ َع هَّللا ُ بِهَا الن‬، ‫ت ْال َما َء‬ِ ‫َت ِم ْنهَا أَ َجا ِدبُ أَ ْم َس َك‬ ْ ‫ َو َكان‬، ‫ير‬َ ِ‫ب ْال َكث‬ َ ‫ْال َكألَ َو ْال ُع ْش‬
ِ ‫ين هَّللا‬ ِ ‫ك َمثَ ُل َم ْن فَقِهَ فِى ِد‬ ً
َ ِ‫ فَ َذل‬، ‫ت َكأل‬ ُ ِ‫ َوالَ تُ ْنب‬، ‫ك َما ًء‬ ُ ‫ان الَ تُ ْم ِس‬ ُ
ٌ ‫ إِنَّ َما ِه َى قِي َع‬، ‫ت ِم ْنهَا طَائِفَةً أ ْخ َرى‬ ْ َ‫صاب‬ َ َ‫َوأ‬
ُ ْ
ُ ‫ َولَ ْم يَ ْقبَلْ هُدَى هَّللا ِ الَّ ِذى أرْ ِس ْل‬، ‫ َو َمثَ ُل َم ْن لَ ْم يَرْ فَ ْـع بِ َذلِكَ َرأسًا‬، ‫ فَ َعلِ َم َوعَلَّ َم‬، ‫َونَفَ َعهُ َما بَ َعثَنِى هَّللا ُ بِ ِه‬
‫ت بِ ِه‬

“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan
yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air
sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga
ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke
dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang,
sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi
minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah
ketiga adalah  tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air).
Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah
mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada
orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia
tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Bukhari membawakan hadits ini dalam kitab shahihnya pada Bab “Orang yang berilmu dan
mengajarkan ilmu.” An Nawawi membawakan hadits ini dalam Shahih Muslim pada Bab
“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengannya.”

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:


https://rumaysho.com/823-permisalan-ilmu-dengan-hujan.html

Keterangan Hadits:
ِ ِ ِ ِِ
:‫ قال‬.‫م‬.‫ عن النيب ص‬,‫عن أيب موسى‬، ‫ضا‬ ً ‫اب أ َْر‬
َ ‫َص‬ َ ‫َمثَ ُل َما َب َعثَىِن اللَّهُ بِه م َن اهْلَُدى َوالْع ْل ِم َك َمثَ ِل الْغَْيث الْ َكث ِري أ‬
‫ َفَن َف َع اللَّهُ هِبَا‬، َ‫ت الْ َماء‬ِ ‫ت ِمْنها أَج ِادب أَمس َك‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ُ َ َ ْ َ‫ َو َكان‬، ‫ب الْ َكث َري‬ َ ‫ فَأَْنبَتَت الْ َكألَ َوالْعُ ْش‬، َ‫فَ َكا َن مْن َها نَقيَّةٌ قَبلَت الْ َماء‬
ِ ِ
، ً‫ت َكأل‬ ُ ِ‫ َوالَ ُتْنب‬، ً‫ك َماء‬ ُ ‫ إِمَّنَا ه َى ق َيعا ٌن الَ مُتْ ِس‬، ‫ُخَرى‬ ِ ِ ‫ وأَصاب‬، ‫ فَ َش ِربوا وس َقوا وزرعوا‬، ‫النَّاس‬
ْ ‫ت مْن َها طَائ َفةً أ‬ ْ َ َ َ ُ َََ ْ َ َ ُ َ
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ َومَلْ َي ْقبَ ْل‬، ‫ك َرأْ ًسا‬ َ ‫ َو َمثَ ُل َم ْن مَلْ َيْرفَ ْع بِ َذل‬، ‫ َف َعل َم َو َعلَّ َم‬، ‫ك َمثَ ُل َم ْن فَقهَ ىِف دي ِن اللَّ ِه َونَ َف َعهُ َما َب َعثَىِن اللَّهُ بِِه‬
َ ‫فَ َذل‬
)‫ (أخرجه الشيخان و أمحد وهده‬.‫ت بِِه‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ُه َدى اللَّه الَّذى أ ُْرس ْل‬

Perumpamaan yang dimaksudkan adalah, gambaran yang menakjubkan dan bukan kata-
kata biasa pada umumnya.
‫ ْالهُدَى‬adalah petunjuk yang mengantarkan kepada yang diinginkan, sedangkan ilmu yang
dimaksud adalah pengetahuan tentang dalil-dalil syariah.
ٌ‫( نَقِيَّة‬Subur). Dalam riwayat Al Khaththabi dan Humaidi dalam kitab Hasyiah, Abu Dzarr
menggunakan kata-kata ‫ ثعبة‬yang berarti tempat tergenangnya air di pegunungan dan padang
pasir. Menurut Al Khathabi, Al-Qadhi Iyadh mengatakan “Ini adalah sebuah kesalahan dan
dapat menyalahi makna, karena kata ٌ‫( نَقِيَّة‬Subur), merupakan sifat bagian tanah yang pertama
yanh bisa menumbuhkan sesuatu. Sedangkan apa yang disebutkan ‫ ثعبة‬cocok untuk sifat bagian
tanah yang kedua yang tergenang airnya.” Dia mengatakan, “Dapat kita pastikan dalam semua
jalur riwayat Bukhari menggunakan kata-kata ٌ‫( نَقِيَّة‬Subur), yaitu seperti dalam riwayat Muslim
‫( طائفة صيبة‬bagian yang baik).”
‫( قَبِلَت‬menyerap) tapi dalam riwayat Ushaili menggunakan lafadz ‫ قَبِلَت‬dan ini merupakan
kesalahan dalam penulisan seperti yang akan disebutkan nanti.
Dalam menyebutkan lafadz ‫ب‬ ْ ‫( ْالع‬rumput ) setelah lafadz َ‫ ْال َكأل‬termasuk metode
َ ‫ُشـــ‬
penyebutan yang lebih spesifik, karena َ‫ ْال َكأل‬mencakup tumbuhan yang kering dan tumbuhan yang
َ ‫ ْال ُع ْش‬hanya untuk tumbuhan yang kering saja.
basah, sedangkan ‫ب‬
Dalam riwayat Abu Dzarr menggunakan lafadz ‫ اخــاذات‬yang artinya tanah yang tidak
menyerap air sebagai ganti lafadz ُ‫أَ َجا ِدب‬. Sedangkan dalam riwayat selain Abu Dzarr atau dalam
Shahih Muslim menggunakan lafadz ُ‫ أَ َجا ِدب‬yang berarti tanah yang keras yang tidak menyerap
air. Adapun Ismail meriwayatkannya dari Abu Ya'la dari Abu Karib dengan menggunakan ُ‫أَ َجا ِدب‬
dan sebagian juga mengatakan ‫أجارد‬yang artinya tanah lapang yang tidak ditumbuhi tumbuhan.
‫( وزرعو‬dan bercocok tanam), sedangkan Muslim dan Nasa'i dan Abu Karib menggunakan
lafadz ‫( ورعو‬dan menggembala). Menurut Imam Nawawi, kedua lafadz tersebut dapat
dibenarkan. Al Qadhi lebih mengutamakan riwayat Muslim tanpa alasan, karena riwayat dengan
lafadz ‫ وزرعوا‬menunjukkan cocok tanam yang dilakukan secara langsung sehingga sesuai dengan
anjuran untuk menuntut ilmu dengan segera. Walaupun riwayat ‫ وزرعوا‬sangat tepat dengan kata
‫( فأنبتت‬menumbuhkan), namun yang dimaksudkan adalah sesuatu yang layak tumbuh. Kemudian
Al-Qadhi mengatakan, bahwa perkataan ‫ وزرعوا‬kembali kepada tanah yang subur karena tanah
yang keras tidak bisa menghasilkan tumbuh-tumbuhan.
ٌ ‫ قِي َع‬yaitu tanah datar yang licin dan tidak bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
‫ان‬
‫ فقه‬dengan mendhammahkan huruf qaf yang berarti menjadikan dia sebagai orang yang
mengerti dan memahami.
Al-Qurtubi dan yang lain-lain mengatakan, bahwa Rasulullah ketika datang membawa
ajaran agama, beliau mengumpamakannya dengan hujan yang diperlukan ketika mereka
membutuhkannya. Demikianlah kondisi manusia sebelum Rasulullah diutus. Seperti hujan
menghidupkan tanah yang mati, demikian pula ilmu agama dapat menghidupkan hati yang mati.
Kemudian beliau mengumpamakan orang yang mendengarkan ilmu agama dengan
berbagai macam tanah yang terkena air hujan, diantara mereka adalah orang alim yang
mengamalkan ilmunya dan mengajar. Orang ini seperti tanah subur yang menyerap air sehingga
dapat memberi manfaat bagi dirinya, kemudian tanah tersebut dapat menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain.
Diantara mereka ada juga orang yang menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu
namun dia tidak mengerjakan, akan tetapi dia mengajarkannya untuk orang lain, maka dia
bagaikan tanah yang tergenangi air sehingga manusia dapat memanfaatkannya. Orang inilah
yang diindikasikan dalam sabda beliau, "Allah mempermudah seseorang yang mendengar
perkataan-perkataanku dan dia mengerjakannya seperti yang dia dengar" Diantara mereka ada
juga yang mendengar ilmu namun tidak menghafal atau menjaganya serta mengamalkannya dan
tidak pula mengajarkannya kepada orang lain, maka dia seperti tanah yang tidak dapat menerima
air sehingga merusak tanah yang ada di sekelilingnya.
Dikumpulkannya perumpamaan bagian pertama dan kedua, adalah karena keduanya
sama-sama bermanfaat. Sedangkan dipisahkannya bagian ketiga karena tercela dan tidak
bermanfaat.
Kemudian dalam setiap perumpamaan terdiri dari dua kelompok. Perumpamaan pertama
telah kita jelaskan tadi, sedang perumpamaan kedua, bagian pertamanya adalah orang yang
masuk agama (Islam) namun tidak mendengarkan ilmu atau mendengarkan tapi tidak
mengamalkan dan tidak mengajarkannya. Kelompok ini diumpamakan dengan tanah tandus
sebagaimana yang diisyaratkan oleh Nabi Shallalahu Alaihi Wasallam dalam sabdanya: “(Orang
yang tidak mau memikirkan) atau dia berpaling dari ilmu sehingga dia tidak bisa
memanfaatkannya dan tidak pula dapat memberi manfaat kepada orang lain.”
Adapun bagian kedua adalah orang yang sama sekali tidak memeluk agama, bahkan telah
disampaikan kepadanya pengetahuan tentang agama Islam, tapi ia mengingkari dan kufur
kepadanya. Kelompok ini diumpamakan dengan tanah datar yang keras, dimana air mengalir di
atasnya tapi tidak dapat memanfaatkannya. Hal ini diisyaratkan dengan perkataan beliau, ‫ولم يقبل‬
‫( هدى هللا الذي أرسلت به‬Dan tidak peduli dengan petunjuk Allah). At-Thibi mengatakan, "Manusia
terbagi menjadi dua. Pertama, manusia yang memanfaatkan ilmu untuk dirinya namun tidak
mengajarkannya kepada orang lain. Kedua, manusia yang tidak memanfaatkan untuk dirinya,
tapi ia mengajarkan kepada orang lain. Menurut saya kategori pertama masuk dalam kelompok
pertama, karena secara umum manfaatnya ada walaupun tingkatnya berbeda. Begitu juga dengan
tanaman yang tumbuh, diantaranya ada yang subur dan memberi manfaat kepada manusia dan
ada juga yang kering. Adapun kategori kedua walaupun dia mengerjakan hal-hal yang wajib dan
meninggalkan yang sunnah, sebenarnya dia termasuk dalam kelompok kedua seperti yang telah
kita jelaskan; dan seandainya dia meninggalkan hal-hal wajib, maka dia adalah orang fasik dan
kita tidak boleh mengambil ilmu darinya. Orang semacam ini termasuk dalam, ‫من لم يرفع بذينك رأسا‬.
Wallahu A’lam.
(Ishaq berkata. "Dan ada diantara bagian bumi yang digenangi air). Ishaq adalah Ibnu
Rahawaih. Dia meriwayatkan hadits ini dari Abu Usamah dengan menyangkal keberadaan
kalimat ini. Al-Ushaili mengatakan hal tersebut merupakan kekeliruan dari lshaq. Yang lain
mengatakan, “Kalimat itu benar, dan artinya adalah menyerap. Sedangkan Al-Qailu artinya
minum di tengah hari.” Al Qurthubi membantah, karena maksudnya tidak terbatas minum di
tengah hari. Menurut saya. “Itu adalah makna asal dari kata tersebut, dan tidak ada larangan
untuk menggunakannya selain makna aslinya.”
(Tanah yang digenangi air). Lafadz ini terdapat dalam riwayat Al-Mustamli. Lafadz ‫قيعان‬
dalam hadits diatas adalah bentuk plural dari ‫قيناع‬yaitu lembah yang tidak menampung air.
Catatan: Dalam riwayat Karimah terdapat kalimat tersebut "Ibnu lshaq berkata...'' Sesungguhnya
Syaikh Al-lraqi menguatkan lafadz ini (Ibnu Ishaq), walaupun saya belum pernah mendengar
hal itu dari beliau. Sedangkan dalam riwayat Ash-Shaghani juga ada, "Ishaq berkata dari Abu
Usamah." Riwayat ini telah menguatkan riwayat yang pertama.

Anda mungkin juga menyukai