Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim dan alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Kultur jaringan tanaman
merupakan suatu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Prinsip utama dari
teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat yang steril.
Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita melakukan percobaan
atau penelitian karena dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui fungsi masing-
masing bagian dari alat tersebut serta cara pengoprasian atau penggunaan alat-alat yang
akan digunakan dalam percobaan atau penelitian yang dilakukan. Dengan kita
mengetahui akan fungsi dan cara penggunaan alat-alat yang akan digunakan dapat
memperlancar jalannya suatu percobaan atau penelitian sehingga dengan berbekal
pengetahuan pemahaman akan fungsi dan cara kerja dari alat yang digunakan kita dapat
memperoleh hasil suatu percobaan atau penelitian yang maksimal.
Dalam menggunakan alat-alat laboratorium, sebaiknya pengguna melakukan
sterilisasi alat-alat laboratorium yang akan digunakan. Sterilisasi merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk menghilangkan mikroba yang tidak diinginkan.
Kultur jaringan adalah menumbuhkan sel atau jaringan pada medium tertentu
pada kondisi aseptik, melalui kultur sel perbanyakan tumbuhan atau hewan dapat
dilakukan secara cepat, jumlahnya terbatas, hemat tempat dan waktu, serta memiliki
sifat identik. Perbanyakan itu melalui teknik cloning (reproduksi sexual). Kultur sel
tumbuhan dapat ditumbuhkan menjadi individu baru.
Alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan harus steril. Maka dari itu dalam
laboratorium bioteknologi terdapat ruangan-ruangan khusus yaitu ruang sterilisasi,
ruang media, laboratorium, ruang dokumentasi, dan laboratorium produksi kultur.
Dalam ruang sterilisasi terdapat botol kultur, cawan petridish, oven, tabung reaksi,
autoclave, kompor listrik, dan incubator.
Dalam ruang media terdapat botol-botol kultur yang berisi media yang
ditempatkan pada rak penyimpanan khusus. Dalam laboratorium terdapat timbangan
analitik dan pipet micron. Dalam ruang dokumentasi terdapat pH meter dan dalam
laboratorium produksi kultur terdapat laminar air flow.
Berdasarkan uraian di atas, maka haruslah dilakukan praktikum pengenalan alat
ini sehingga praktikan dapat mengetahui alat-alat yang akan digunakan dalam
laboratorium kultur jaringan dan cara-cara penggunaan alat tersebut serta perlu
dilakukan sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan dalam pembuatan media kultur jaringan.
Hal ini diharapkan dapat membantu jalannya praktikum selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis peralatan dan prinsip kerja serta fungsi dari peralatan rutin
yang digunakan untuk laboratorium mikrobiologi dan bioteknologi ?
2. Apa yang diperlukan pada praktikum sterilisasi pada bioteknologi ?
3. Apa yang harus dipelajari pada praktikum sterilisasi pada bioteknologi ?

1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui jenis peralatan dan prinsip kerja serta fungsi
dari peralatan rutin yang digunakan untuk laboratorium mikrobiologi dan
bioteknologi
2. Mahasiswa dapat membuat media yang diperlukan untuk praktikum
bioteknologi
3. Mahasiswa dapat menyiapkan dan melakukan sterilisasi alat, bahan dan
media
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup


(bakeri, fungi dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim dan alkohol)
dalam proses produksi untuk menghsilkan barang dan jasa.
Di dalam pekerjaan bioteknologi seringkali kita tidak terlepas dari alat-alat yang
berada dalam laboratorium. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang fungsi dan sifat-
sifat dari alat yang digunakan. Peralatan yang digunakan pada laboratorium
bioteknologi hampir sama dengan peralatan-peralatan yang umumnya digunakan di
laboratorium kimia yaitu berupa alat-alat gelas antara lain: tabung reaksi, cawan petri,
pipet ukur dan pipet volumetrik, labu ukur, labu erlenmeyer, gelas piala, pH meter,
gelas arloji, termometer, botol tetes, pembakar spiritus, kaki tiga dengan kawat asbes
dan rak tabung.
Di dalam pekerjaan bioteknologi dibutuhkan alat yang khusus untuk melihat
mikroorganisme. Salah satu alat yang sering digunakan adalah mikroskop. Mikroskop
merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran
kecil.
Di samping peralatan gelas, pada laboratorium bioteknologi masih ada sejumlah
alat yang khusus antara lain: otoklaf, oven, mikroskop, jarum ose (inokulasi), jarum
preparat, gelas objek, kaca penutup, keranjang kawat untuk sterilisasi, inkubator untuk
membiakkan mikroorganisme dengan suhu yang konstan, spektrofotometer untuk
mengukur kepekatan suspensi atau larutan. Penangas air untuk mencairkan medium,
maknetik stirrer untuk mengaduk dan tabung durham untuk penelitian fermentasi. Alat-
alat yang digunakan dalam praktikum bioteknologi juga harus dalam keadaan steril atau
bebas dari kuman serta bakteri, virus dan jamur. Dan untuk mensterilkannya diperlukan
pula pengetahuan tentang cara- cara/teknik sterilisasi. Hal ini dilakukan karena alat-alat
yang digunakan pada laboratorium bioteknologi memiliki teknik sterilisasi yang
berbeda.
Sediaan farmasetika terdiri dari sediaan steril dan sediaan non steril. Sediaan non
steril berbeda dengan sediaan steril, dimana sediaan non steril adalah sediaan yang
dalam pengerjaannya tidak memerlukan proses sterilisasi, sedangkan sediaan steril
adalah sediaan yang dalam pengerjaannya memerlukan suatu proses dan tindakan
sterilisasi. Produk sterilisasi adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya ini termasuk sediaam parenteral,
mata, dan irigasi (Lachman dkk., 2008).
Istilah sterilisasi yang digunakan pada sediaan-sediaan farmasi berarti
penghancuran secara lengkap semua mikroba dan spora-sporannya atau penghilangan
secara lengkap mikroba dari sediaan. Metode yang digunakan untuk mendapatkan
sterilisasi pada sediaan farmasi sangat ditentukan oleh sifat sediaan dan zat aktif yang
dikandungnya. Walau demikian, apapun cara yang digunakan, produk yang dihasilkan
memenuhi tes sterilitas sebagai bukti dari keefektifan cara, peralatan, dan petugas
(Ansel, 1989).
Steril menunjukkan kondisi yang memungkinkan terciptanya kebebasan penuh
dari mikroorganisme dengan keterbatasan tertentu, sedangkan aseptis menunjukkan
proses atau kondisi terkendali di mana tingkat kontaminasi mikroba dikurangi sampai
suatu tingkat tertentu di mana mikroorganisme dapat ditiadakan pada suatu produk.
(Lachman dkk., 2008).
Uji sterilitas dilakukan untuk menetapkan apakah bahan atau produk farmasi
yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera
pada masing-masing monografi bahan atau produk. Uji sterilitas ini dilakukan terhadap
produk dan bahan yang sebelumnya telah mengalami proses pensterilan yang telah
diberlakukan. Hasilnya membuktikan bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara
efektif (Lachman dkk., 2008).
Pemilihan metode sterilisasi yang digunakan didasarkan pada pertimbangan sifat
bahan yang akan disterilkan. Teknik sterilisasi dibagi menjadi 3 metode, yaitu :
1. Metode fisika
1.1 Sterilisasi Panas Kering
1.1.1 Udara panas oven
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan menggunakan oven
pensteril. Karena panas kering kurang efektif untuk membunuh mikroba
dibandingkan dengan uap air panas maka metode ini memerlukan temperature
yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang (A.R. Gennaro, 1990). Prinsipnya
adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering.
Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba
pencemar mati. Sterilisasi panas kering biasanya ditetapkan pada temperatur 160-
170°C dengan waktu 1-2 jam (Jenkins et al., 1957). Sterilisasi panas kering
umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan
dengan uap air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan
dengan uap air. Senyawa-senyawa tersebut meliputi minyak lemak, gliserin
(berbagai jenis minyak), dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini
juga efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah (Jenkins et al., 1957).
Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk depirogenisasi alat-alat gelas dan
bahan-bahan lain yang memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang
digunakan. Karena suhunya sterilisasi yang tinggi sterilisasi panas kering tidak
dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan (contoh:
alat ukur) dan penutup karet atau plastik. Kondisi yang dibutuhkan untuk
sterilisasi panas kering dengan menggunakan oven steril adalah :
1. Suhu 170°C, waktu 1 jam
2. Suhu 160°C, waktu 2 jam
3. Suhu 150°C, waktu 2,5 jam
4. Suhu 140°C, waktu 3 jam

1.1.2 Pemijaran langsung


Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang
gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan
labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur
dengan pemijaran langsung. Dalam semua kasus bagian yang paling kuat 20
detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan
bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan
langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera
diisi dan disegel (Jenkins et al., 1957).

1.2 Sterilisasi Panas Lembab (uap)


1.2.1 Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam
sterilisasi jarum spuit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan
ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih paling
kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan
pinset yang telah disterilisasi menggunakan pemijaran (Jenkins et al., 1957)

1.2.2 Uap bertekanan


Sterilisasi uap dilakukan dengan autoklaf menggunakan uap air dalam
tekanan sebagai pensterilnya. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air
panas adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial
dari organism tersebut (A.R. Gennaro, 1990).

1.2.3 Pemanasan dengan bakterisida


Pemanasan dengan bakterisida merupakan suatu aplikasi khusus
meggunakan uap panas pada suhu 100°C. Adanya bakterisida sangat
meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini digunakan untuk larutan berair
atau suspensi obat yang tidak stabil pada temperatur yang biasa diterapkan pada
autoklaf. Larutan yang ditumbuhkan bakterisida ini dpanaskan dalam wadah
bersegel pada suhu 100°C selama 20 menit dalam pensterilisasi uap atau penangas
air. Bakterisida yang dapat digunakan termasuk 0,5% fenol, 0,5% klorbutanol,
0,2% kresol atau 0,002% fenil merkuri nitrat saat larutan dosis tunggal lebih dari
15 ml larutan obat untuk injeksi intratekal atau gastrointestinal sehingga tidak
dibuat dengan metode ini (Jenkins et al.,1957).

1.2.4 Uap panas pada 100oC


Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir
atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir
dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur.
Metode ini jarang memuaskan untuk sterilasi larutan yang karena spora sering
gagal tumbuh dibawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri yang
tidak membentuk spora. Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada
bentuk non spora yang bertahan (Jenkins et al., 1957). Proses sterilisasi basah ini
merupakan metode yang paling efektif karena :
1. Uap merupakan suatu pembawa energi yang paling efektif karena semua lapisan
pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memungkinkan
terjadinya koagulasi.
2. Metode ini bersifat nontoksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol

Faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap adalah :


1. Waktu
Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh
pada suhu yang konstan, maka semua mikroorganisme tidak akan terbunuh pada
saat bersamaan. Jumlah mikroorganisme yang bertahan hidup dapat diplot terhadap
waktu pemaparan dan akan menghasilkan kurva survivor (survivor curve).
Terminologi D-value digunakan untuk mendeskripsikan waktu yang diperlukan
untuk membunuh 90% mikroorganisme yang ada. Setiap mikroorganisme akan
memiliki D-value yang berbeda dan tentunya D-value akan bergantung pada suhu.

2. Suhu
Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses sterilisasin secara
dramatis. Adanya perbedaan suhu yang digunakan untuk membunuh masing-masing
mikroorganisme dengan spesies yang berbeda. Namun hal ini tentu terjadi pada
keadaan dimana kondisi uap jenuh harus tetap dijaga.

3. Kelembapan
Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan kelembapan
akan menurunkan suhu yang diperlukan agar terjadi denaturasi dan koagulasi
protein. Adanya cairan dalam uap mengindikasikan kualitas uap. Untuk proses
sterilisasi uap, kualitas uap yang diharapkan minimum 97%. Apabila kualitas uap
berada di bawah 97%, maka dianggap uap tidak jenuh, sehingga daya bunuh
mikroorganisme akan berkurang.

1.3 Sterilisasi radiasi


1.3.1 Radiasi pengion
Radiasi ionisasi digunakan untuk sterilisasi industri untuk alat-alat rumah
sakit, vitamin, antibiotik, steroid hormon dan transplantasi tulang dan jaringan dan
alat pengobatan seperti alat untuk suntik plastik, jarum, alat beda, tube palstik,
kateter, benang bedah dan cawan petri. Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk
alat-alat medis yang sensitif terhadap panas dan jika residu etilen oksida tidak
diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis radiasi, yang tidak berhubungan dengan
suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam sterilisasi radiasi selama dengan
waktu iradiasi.Monitoring dan kontrol proses sangat sederhana, tetapi kehati- hatian
akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi (Agalloco, 2008).

1.3.2 Sinar ultraviolet


Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi
kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang
bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut
merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm. Sinar UV menembus
udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu penambahan garam atau bahan
tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan penurunan derajat penetrasi dengan
cepat. Untuk kebanyakan makaian lama penetrasi dihindarkan dan setiap tindakan
membunuh mikroorganisme dibatasi pada permukaan yang dipaparkan (Lachman
dkk., 2008)

2. Metode Kimia
2.1 Sterilisasi gas
Sterilisasi gas pada umumnya memerlukan waktu yang cukup lama,
tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi
etilen oksida. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan
biologi, makanan, plastik, antibiotik. Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal
terhadap mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama
mempengaruhi proses reproduksi. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida
mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan
alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba mati (Lachman dkk.,
2008).

3. Metode Mekanik
3.1 Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan metode mekanik dapat dilakukan dengan sterilisasi
penyaringan (filtrasi). Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk
mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atau mudah menguap
(volatile penyaringan ini menggunakan filter bakteri). Cairan yang disterilisasi
dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa
vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring
bakteri.Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan
oleh pori pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik
aseptik yang baik dalam melakukan metode ini.Filter biasanya terbuat dari asbes,
porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus. Virus tidak akan
tersaring dengan metode ini. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode
lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui
penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Teknologi
tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khususnya
jika digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptik (Agalloco,2008).
BAB III
METODE

PERCOBAAN 3

Alat dan Bahan :

 ALAT GELAS :
1. Erlenmeyer
2. Labu ukur
3. Cawan petri
4. Tabung reaksi
5. Beaker glass
6. Spreader
 ALAT NON GELAS :
1. Pinset
2. Jarum ose
 ALAT UKUR :
1. Gelas ukur
2. Mikropipet
3. Pipet ukur + rubber bulb filler
 ALAT STERILISASI :
1. Oven
2. Autoklaf
3. Inkubator
 ALAT PEMANAS :
1. Hot plate
2. Lampu spiritus
3. Water batch
4. Microwave
 ALAT SENTRIFUS :
1. Sentrifuga klinik
2. Mikro berpendingin
 ALAT UKUR KEASAMAN :
1. pH meter
2. Indikator universal
3. Kertas lakmus
 TIMBANGAN :
1. Timbangan
2. Timbangan analitis
 INSTRUMEN :
1. Mesin PCR
2. Vortex
3. Sentrifus
4. UV transiluminator
5. Shaker inkubator
6. Inkubator
7. Elektroforesis agarosa dan protein
 Laminar air flow cabiner (LAF)
 Alat pendingin

CARA KERJA :

Setiap Praktikan mencatat dan memperhatikan


peralatan serta cara kerja dan fungsinya masing-
masing yang terdapat di laboratorium Bioteknologi

PERCOBAAN 4

Alat dan Bahan

 ALAT :
1. Tip biru
2. Tip putih
3. Tabung reaksi
4. Beaker glass
5. Erlenmeyer
6. Mikropipet
7. Kapas berlemak
8. Kasa
9. Autoklaf
10. Alumunium foil
 BAHAN :
1. Komponen media LB cair (NaCl, Trymare, yeast extract) aquadest
2. Komponen media LB padat (Trypton gram ; NaCl gram ; ekstrak Yeast
gram ; Bacto agar gram)
 CARA KERJA :
1. Pembuatan Media LB cair

2. Pembuatan Media LB Padat


BAB IV
HASIL dan PENGAMATAN

1) Hasil Pengamatan Pengenalan Alat

No Nama Alat Gambar Fungsi


.
1 Erlenmeyer Biasanya digunakan untuk
membuat larutan

2 Labu takar Digunakan untuk membuat


dan atau mengencerkan
larutan dengan ketelitian
tinggi

3 Cawan Petri Digunakan untuk


perkembang biakan kultur
sel, bakteri

4 Tabung Reaksi Digunakan untuk mereaksi


dua atau lebih larutan suatu
zat

5 Beaker glass Digunakan untuk


menyimpan dan membuat
suatu larutan
6 Spreader Digunakan untuk
menyebarkancairan
dipermukaan agar supaya
bakteri yang tersuspensi
dalam cairan tersebut
merata
7 Pinset Untuk mengambil benda
dengan menjepit

8 Jarum Ose Digunakan untuk


memindahkan biakan untuk
ditanam atau di tumbuhkan
di media baru

9 Gelas Ukur Digunakan untuk


mengukur volume suatu
larutan

10 Pipet Ukur Digunakan untuk


mengukur suatu larutan
dengan kuantitas tertentu

11 Ball Filler Untuk menghisap larutan


melalui pipet ukur

12 Mikropipet Digunakan untuk volume


dibawah 1 mili liter.
13 Oven Digunakan untuk
mengeringkan atau
mensterilkan alat – alat
yang terbuat dari gelas

14 Autoclave Untuk mensterilkan alat –


alat yang non gelas

15 Inkubator Untuk menginkubasi


mikroba pada suhu tertentu

16 Hot Plate Digunakan untuk


memanaskan suatu larutan

17 Lampu Spirtus Untuk membakar zat, juga


bisa untuk mensterilkan
jarum ose sebelum
digunakan

18 Waterbath Digunakan untuk


menciptakan suhu
konsistensi dan untuk
inkubasi pada analisis
mikrobiologi
19 Microwave Untuk memanaskan bahan

20 Sentrifugasi Digunakan untuk


Klinik & memisahkan bahan yang
Sentrifugasi terkandung dalam larutan
Mikro dengan kecepatan tertentu,
untuk Sentrifuga Klinik
kecepatan maksimalnya
6000 putaran/menit,
sedangkan Sentrifuga
Mikro kecepatan
maksimalnya 12000
putaran/menit
22 pH Meter Digunakan untuk
mengukur kadar pH asam /
basa pada suatu larutan

23 Indikator Untuk mengukur pH


Universal dengan menunjukkan
warna tertentu jika
dicelupkan kedalam larutan
tertentu
24 Kertas Lakmus Untuk menunjukkan asam
basa suatu larutan, lakmus
merah akan berubah
menjadi biru jika larutan
tersebut basa, sedangkan
lakmus biru berubah merah
jika larutan tersebut asam
25 Timbangan Digunakan untuk
Analitik menimbang suatu bahan
dengan ketelitian yang
lebih besar sehingga
menghasilkan hasil yang
sesuai,yang dapat dilihat
langsung pada layar berupa
monitor kecil
26 Mesin PCR Digunakan untuk
memperbanyak DNA serta
untuk mengatur suhu,
waktu, dan banyaknya
siklus yang
dibutuhkanuntuk proses
amplifikasiDNA secara
otomatis
27 UV- Untuk melihat DNA hasil
Transilluminato elektroforesis yang telah
r berinterkalasi dengan
etidium bromida

28 Vortex Untuk mengaduk senyawa


kimia yang ada didalam
suatu tabung reaksi
29 Shaker Untuk menumbuhkan
Inkubator mikroorganisme yang
ditumbuhkan pada media
cair

30 Elektroforesis Untuk memisahkan


Agarosa & campuran molekul
Elektroforesis bermuatan berdasarkan
Poliakrilamid perbedaan migrasinya di
bawah pengaruh medan
listrik. Untuk elektroforesis
Agarosa dapat memisahkan
molekul DNA, sedangkan
elektroforesis Poliakrilamid
mampu memisahkan
molekul Protein.
32 Laminar Air Untuk melindungi produk
Flow alat & bahan dari
kontaminan
mikroorganisme

2) Hasil Pengamatan Sterilisasi

No
Media Hasil Pengamatan
.
1 LB cair Steril
2 LB padat Steril
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas mengenai pengenalan alat-alat yang ada di


laboratorium, khususnya alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum bioteknologi
pembuatan media agar. Alat-alat tersebut diawali dengan timbangan analitik yang
berfungsi untuk menimbang suatu bahan dengan ketelitian tinggi. Yang kedua adalah
beaker glass yang berfungsi sebagai wadah untuk mencampur bahan dengan larutan.
Setelah itu tabung reaksi yang digunakan sebagai wadah untuk mereaksikan dua atau
lebih suatu zat. Selanjutnya cawan petri yang digunakan untuk menumbuhkan atau
membiakkan suatu kultur bakteri. Selanjutnya inkubator yang digunakan untuk
menginkubasi suatu mikroba pada suhu tertentu.
Untuk instrumennya ada mesin PCR atau Thermal Cycler digunakan untuk
memperbanyak DNA serta untuk mengatur suhu, waktu, dan banyaknya siklus yang
dibutuhkan untuk proses amplifikasi DNA secara otomatis. Selanjutnya ada
elektroforesis biasanya digunakan untuk memisahkan campuran molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan migrasinya di bawah pengaruh medan listrik. Untuk
elektroforesis Agarosa dapat memisahkan molekul DNA, sedangkan elektroforesis
Poliakrilamid mampu memisahkan molekul Protein.
Selanjutnya UV-transmilluminator digunakan untuk melihat DNA hasil
elektroforesis yang telah berinterkalasi dengan etidium bromida. Ada vortex yang
digunakan untuk mengaduk senyawa kimia yang ada didalam suatu tabung reaksi. Lalu
Shaker Inkubator yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang
ditumbuhkan pada media cair. Laminar Air Flow digunakan untuk melindungi produk
alat & bahan dari kontaminan mikroorganisme.
Untuk sterilisasi biasa digunakan oven dan autoclave. Oven sendiri memiliki
kegunaan yaitu untuk mengeringkan atau mensterilkan alat-alat yang terbuat dari gelas
sedangkan autoclave digunakan untuk mensterilkan alat-alat non gelas.
Sterilisasi adalah segala kegiatan dalam kultur jaringan yang sangat penting dan
harus dilakukan ditempat yang steril, yaitu di laminar flow. Seperti yang diungkapkan
Wetherell, bahwa lingkungan aseptic sebagai salah satu syarat utama suksesnya
kegiatan kultur jaringan perlu diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu
adanya usaha sterilisasi peralatan dan media yang akan digunakan dalam proses kultur
agar bebas dari mikroba.
Jenis sterilisasi yang baik digunakan adalah sterilisasi menggunakan autoklaf.
Autoklaf yaitu alat yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan.
Autoklaf dipakai untuk sterilisasi medium atau larutan atau alat-alat yang tidak tahan
suhu tinggi. Prinsip kerjanya yaitu mensterilkan dengan bantuan uap. Menurut
Wetherell, dalam waktu 10-15 menit hampir semua sel-sel mikroba dapat terbunuh oleh
uap air yang sangat panas. Untuk mensterilisasi alat-alat dibutuhkan suhu uap air 250 oF
(121°C) dalam waktu 15 menit. Suhu yang digunakan pada autoklaf 121oC hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan “Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang
digunakan bersama-sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam
autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh
bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit (Hadioetomo, 1985).Untuk menaikkan
suhu yang lebih tinggi dari titik didih tersebut yaitu dengan menaikkan tekanan uap air.
Jika panas digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah
mengggunakan autoklaf, sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering
menggunakan oven.
Pada praktikum pengenalan dan sterilisasi alat/media ini, digunakan sterilisasi
basah menggunakan autoklaf. Sebelumnya alat-alat yang akan disterilisasi disiapkan
dan medianya dibuat. Media yang dibuat yaitu media LB (Luria-Bertani) cair dan LB
(Luria-Bertani) padat dengan bahan baku Trypton, NaCl, dan Ekstrak Yeast untuk LB
cair sedangkan untuk LB padat menggunakan bahan baku Trypton, NaCl, Ekstrak
Yeast, dan Bacto Agar. Setelah semua alat dan bahan siap, dimasukkan ke dalam
autoklaf selama 15-20 menit pada suhu 121oC. Setelah proses selesai, alat dan bahan
dikeluarkan, lalu didinginkan. Agar dapat mengetahui ada atau tidaknya kontaminan
pada media, dapat dibiarkan pada suhu ruang selama kurang lebih 24 jam, jika sterilisasi
berhasil maka media steril dan bisa disimpan di lemari es untuk kemudian digunakan
untuk menanam bakteri. Hasilnya menunjukkan bahwa media LB cair maupun LB padat
steril atau bebas dari kontaminan sehingga dapat digunakan untuk menanambakteri pada
praktikum selanjutnya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sterilisasi bertujuan untuk membebaskan suatu bahan dan alat dari segala
macam bentuk kehidupan terutama mikroorganisme yang tidak diiginkan.
2. Alat-alat praktikum mikrobiologi-virologi terdiri dari alat non gelas berupa ;
mikropipet dan tip. Alat gelas berupa; Cawan petri, tabung reaksi, spatel
drugalsky, pipet volume, tabung durham, dan erlenmeyer. Alat instrumen
berupa; oven, inkubator, Laminar Air Flow, Autoklaf dan Spektrofotometer.
Alat lain berupa; jarum ose dan jarum tanam tajam.
3. Alat-alat mikrobiologi memiliki nama, fungsi dan cara penggunaan yang
berbeda-beda.
4. Alat-alat mikrobiologi pada umumnya terbuat dari kaca, karena kaca tidak dapat
bereaksi dengan zat kimia dan tahan terhadapa panas
5. Sterilisasi alat gelas dengan menggunakan oven,sedangkan alat non gelas
dengan menggunakan autoklaf dan alat lain

SARAN

Saran dari praktikum acara pengenalan alat dan sterilisasi ini sudah cukup baik, tetapi
ada beberapa alat yang hanya ditunjukkan saja tapi tidak ditunjukkan pemakaiannya,
sehingga masih sedikit bingung.

1.
DAFTAR PUSTAKA

Agalloco, James. 2008. Validation of Pharmaceutical Processes (electronic version),


USA : Informa Healthcare Inc.

Gennaro, A.R. 1990. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18 th Edition.


Pennsylvania : Mack Publishing Company.

Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT.Gramedia: Jakarta.


Jenkins, Glenn L., et.all., 1957. Scoville’s : The Art of Compounding. New York : MC-
Graw Hill Book Companies.

Lachman, L., H. A. Lieberman, dan J. L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.

Wetherell, dkk. 1976. Biologi. Jakarta: Erlangga.


Yulita. 2012. Pengenalan alat laboratorium bioteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN

Lampiran

Alatgelas dan non gelas

No Nama Alat Gambar

1 Erlenmeyer

2 Labu takar

3 Gelas ukur

4 Beaker glass

5 Tabung reaksi
6 Petri disk atau cawan petri

7 Spreader

8 Jarum ose

9 Mikropipet dan tip

10 Pinset
Instrumen

No Nama Alat Gambar


1 Autoklaf

2 Laminar Air Flow

3 Inkubator

4 Shaker Inkubator
5 Elektrofororesis

6 UV transluminator

7 Sentrifuga
8 PCR/ thermal cycle

9 PH meter

Bahan dan Media

No Media Gambar
1 Media LB cair

2 Media LB padat

Anda mungkin juga menyukai