Anda di halaman 1dari 96

Tikus dan Manusia

karya

John Steinbeck

Diterjemahkan oleh:

No. Nama NIM Info


1 Anselmus Bagas Putra Kumara 17211141017 Bagian I
&
Bagian VI hal 98-100

2 Nabila Arivia Iriani 17211141034 Bagian II


3 Lestari Indriyani 17211144016 Bagian III
4 Rafly Aprianata 17211144028 Bagian IV
&
Bagian VI hal 104-107
5 Nathalia Razak Rumawi 16211149001 Bagian V
&
Bagian VI hal 101-103

ENGLISH LITERATURE

FACULTY OF LANGUAGE AND ARTS

YOGYAKARTA STATE UNIVESITY

2020
Bagian I

Beberapa mil ke arah selatan Soledad, sungai Salinas River berada cukup dekat dengan
wilayah pegunungan dan mengalir dalam nan hijau. Airnya juga terasa hangat, karena air tersebut
menalir berkilauan melalui pasir-pasir kuning yg terkena sinar matahari sebelum mencapai kolam
lebih kecil. Di salah satu sisi sungai terpapar kaki bukit emas yang miring membelok ke arah
pegunungan Gabilan yang keras dan penuh bebatuan, namun sisi lembahnya dipenuhi dengan
pepohonan dedalu terlihat penuh dengan kesegaran dan sangat hijau di kala setiap musim semi,
mengalir pada dedaunannya sisa-sisa dari genangan air di kala musim dingin, serta pepohonan ara
dengan dahan pohon yang burik, berwarna putih, dan telentang yang mengintari kolam yang ada.
Di dataran berpasir yang berada dibawah pepohonan, daun-daun itu berada dibawahnya dan begitu
kering sampai-sampai saat seekor kadal berlari melangkahinya, terdengar suara injakan yang
cukup keras. Para kelinci merangsek keluar dari semak-semak dan duduk di pasir pada malam
harinya, serta kandang yg basah yang dipenuhi dengan langkah kaki para rakun yang merangsek
masuk pada malam hari, juga tapak kaki yang meluas oleh para anjing peternakan yang berenang
ke dalam kolam yang dalam, dan tapak kaki berbentuk pasak terpisah oleh para rusa yang datang
untuk minum dalam gelapnya malam. Disitu terdapat sebuah jalan melalui dedaluan dan
pepohonan sycamore, sebuah jalan lur yang dibuat oleh para anak laki-laki yang datang dari
peternakan untuk berenang di kolam yang cukup dalam itu, serta jalan yang dibuat oleh para
gelandangan yang datang dengan lelahnya dari jalan raya di malam hari untuk beristirahat di dekat
kolam itu. Di depan dahan bawah mendatar pada sebuah pohon sycamore yang besar terdapat
sebuah tumpukan abu bekas dari kayu yang dibakar, dahan itu sudah rapuh oleh orang-orang yang
mendudukinya.

Pada suatu malam yang panas diawali dengan angin sejuk bergerak melalui dedaunan.
Bayang-bayang merangsek naik ke atas perbukitan. Di atas dataran berpasir para kelinci duduk
dengan tenangnya seperti patung-patung kecil berwarna abu-abu. Setelah itu dari arah kota
terdengarlah suara dedaunan ara yang terinjak-injak. Para kelinci langsung bersembunyi dengan
cepat. Seekor bangau kecil mencoba untuk terbang namun terjatuh ke dalam sungai. Untuk
sementara waktu tempat itu sunyi senyap, dan setelah itu dua laki-laki muncul dari arah jalan dan
datang ke terbuka memuju kolam hijau.
Mereka berjalan beriringan dalam satu arah yang sama, bahkan saat berada di ruang
terbuka laki-laki yang satu berdiri dibelakang laki-laki satunya. Keduanya memakai celana
panjang denim dan jaket denim dengan kancing kuningan. Keduanya memakai topi tak berbentuk
berwarna dan keduanya membawa gulungan mantel ketat yang ditaruh di pundak mereka.
Laki-laki yang satu berbadan kecil dan cepat, bermuka gelap, dengan mata lelah serta raut muka
yang tegas dan tajam. Setiap bagian tubuhnya sangat jelas kelihatan : kecil, tangan yang kuat,
tangan yang ramping, serta hidung yang tipis dan kecil. Dibelakang nya muncullah kebalikannya,
seorang manusia yang sangat besar, tak wajah tak berbentuk, dengan mata pucat yang besar, juga
pundak yang lebar dan dia berjalan dengan sangat berat, menyeret kakinya sedikit, seperti seekor
beruang yang menyeret kakinya. Tangannya tidaklah terayun menyamping, tapi justru tergantung
dengan lemasnya.

Laki-laki pertama berhenti saat berada di depan, dan dia hampir ditabrak oleh laki-laki
yang mengikutinya itu. Dia melepas topinya dan mengusap keringat nya dengan tangannya serta
membersihkan keringatnya. Temannya yang besar itu menaruh mantelnya dan turun ke bawah
untuk minum dari permukaan air kolam hijau itu; minum dengan tegukan panjang, menyedot air
seperti seekor kuda. Laki-laki kecil itu mendekat ke samping dirinya dengan rasa malu.

“Lennie!” kata dia. “Lennie, demi nama Tuhan jangan minum terlalu banyak.”Lennie tetap
melanjutkan minumnya di kolam itu. Laki-laki kecil itu mendekatimya dan memegang
pundaknya. “Lennie, Kamu pasti akan sakit seperti kemarin. “

Lennie menenggelamkan kepanya kedalam air, bahkan topi dan semuanya bagian
tubuhnya ikut tenggelam, dan setelah itu dia duduk di sisi kolam dan topinya ditaruh di jaket
birunya dan berlari ke arah sang laki-laki kecil itu. “Nah begitu,” katanya. “Kau coba minum,
George. Minum yang banyak. “Dia tersenyum gembira.

George melepas bawaannya dan menaruhnya dengan pelan si sisi kolam. “Aku tidak yakin
itu air bersih,”katanya. “Terlihat agak kotor. “Lennie menaruh tangannya di air dan
menggerakkan jari-jarinya jadi airnya naik dalam guyuran-guyuran kecil; air mengalir ke sisi yang
lain dan kembali ke tempatnya semula seperti cinicin. Lennie melihat air itu mengalir. George
sujud disamping kolam dan minum dari tangannya yang mengambil air dengan cepat. “Rasanya
tidak apa-apa.” Dia mengaku. “Walaupun tidak terlihat seperti air mengalir. Biasanya kamu tidak
pernah mau minum air jika bukan air mengalir, Lennie. “ katanya dengan lemas. “Kamu meminum
air selokan saat kamu haus.” Dia membasuh wajahnya dengan air dan mengusapinya dengan
tangannya, ke bawah dagunya sampai sekitar belakang lehernya. Setelah itu dia menaruh topinya,
membawa dirinya menjauh dari sungai itu, melebarkan kakinga sdan memeganginya. Lennie,
yang telah memperhatikan dari tadi, meniru George sepersis mungkin. Dia mendorongnya dirinya
sendiri, melebarkan dengkulnya, dan memeganginya. Dia menarik topinya turun sedikit lebih
diatas matanya, seperti posisi topi George.

George menatap air dengan murung. Warna matanya memerah terkena sinar matahari. Dia
berkata dengan marah, “Kita bisa saja langsung sampai di peternakan jika sopir bis biadab itu tau
apa yang harus dia lakukan. ‘Jes’ belok sedikit ke arah jalan besar,’ kata dia. ‘Jes’ sedikit saja
berbelok.’ Ya Tuhan hampir empat mil, aslinya sejauh itu! Tidak mau berhenti di gerbang
peternakan. Terlalu malas untuk itu. Sepertinya dia tidak mampu untuk berhenti di Soledad juga.
Menendang kita kelhar dan berkata, ‘Jes’ sedikit belokan ke srah jalan, ‘menurutku itu jaraknya
lebih dark 4 mil. Sungguh hari yang panas. “

Lennie menatapnya dengan rasa takut, “George?”

“Ya, apa yang kamu inginkan? “

“Kita mau pergi kemana, George? “

Laki-laki kecil itu melempar topinya dan memarahi Lennie. “Jadi kau sudah lupa, iya kan?
Haruskah aku memberi tahu sekali lagi? Yesus Kristus, kau sungguh gila! “

“Aku sungguh lupa, “kata Lennie pelan, “Aku mencoba untuk tidak lupa. Demi Tuhan aku
memang lupa, George. “

“O.K.-O.K. Akan kuberitahu sekali lagi. Mumpung aku tidak melakukan apa-apa.
Mungkin menghabiskan waktuku hanya untuk memberi tahu mu beberapa hal dan akhirnya aku
memberi tahumu lagi karena kau lupa. “

“Aku tetap mencoba” kata Lennie, “tapi hasilnya buruk. Aku hanya tentang para kelinci,
George.”

“Ada apa dengan para kelinci. Hanya para kelinci itu yang bisa kau ingat. O.K.! Sekarang
dengarkan dan kali ini kamu harus mengingatnya jadi kita tidak terkena masalah. Kau ingat saat
minum di selokan pada Howard Street dan melihat papan tulis hitam itu? Wajah lennie berubah
menjadi senyum yang cerah. “Ya, George, Aku ingat hal itu... tapi... apa yang kita lakukan sehabis
itu? Aku teringat beberapa gadis lewat dan kau berkata... kau berkata.”

“Lupakan saja apa yang telah ku katakan. Kau ingat kan saat kita pergi ke tempat Murray dan
Ready, mereka memberi kita kartu kerja dan tiket bus?

“Oh, tentu, George. Aku ingat hal itu sekarang. “ Tangannya langsung merogoh saku
samping jaketnya. Dia berkata pelan, “George.. Aku tidak menemukannya. Aku pasti
menghilangkannya, “ Dia melihat kebawah dengan rasa susah hati

“Kau tidak pernah membawanya sekalipun, dasar orang gila. Aku membawanya di sini.
Kau kira aku akan membiarkanmu membawa kartu kerjamu sendiri?”

Lennie tersenyum dengan lega.”A... Aku kira aku menaruhnya kedalam saku sampingku.“
Tangannya masuk ke sakunya lagi

George menatapinya dengan tajam. “Apa yang kamu mau ambil dari saku itu? “

“Aku tidak mengambil apa-apa dari sakuku,” Jawab Lennie dengan cerdas.

“Aku tahu tidak ada apa-apa disitu. Kau membawanya di tanganmu. Apa yang kamu
sembunyikan di tanganmu itu?"

"Aku tidak membawa apa-apa, George, jujur."

"Cepat, berikan kepadaku."

Lennie menjauhkan tangannya yang tertutup dari arah George. " Itu hanyalah seekor tikus,
George."

"Tikus? Seekor tikus hidup?"

"Uh-uh. Hanya seekor tikus mati, George. Aku tidak membunuhnya. Jujur! Aku
menemukannya. Tikus itu sudah mati saat aku menemukannya."

"Berikan kepadaku!" Kata George.

"Aw, biarkan aku memilikinya, George."

"Berikan kepadaku!"
Tangan Lennie yang terkepal perlahan membuka. George mengambil tikus itu dan
melemparnya di sisi lain kolam, di sekitar semak-semak. "Memang, apa yang kamu inginkan dari
tikus mati?"

"Aku bisa membelainya sembari kita berjalan nanti," Ucap Lennie.

"Ya, kau tidak akan membelai tikus sembari berjalan denganku. Kau ingat kemana kita
pergi sekarang?"

Lennie terkejut dan dengan rasa malu Ia menutupi wajahnya. "Aku lupa lagi."

"Yesus Kristus," George berkata dengan tenang. "Coba lihat, Kita akan bekerja di sebuah
peternakan seperti saat kita pergi dari arah utara."

"Dari arah utara?"

"Di Weed."

"Oh, jelas. Aku ingat. Di Weed."

"Peternakan yang akan kita datangi berada di bawah situ sekitar seperempat mil. Kita akan
masuk kesana dan bertemu dengan si bos. Sekarang, lihat- Aku akan memberikan dia tiket kerja
kerja, tapi kau tidak boleh berkata sekalipun. Kamu diamlah di sana dan tidak usah berkata
apa-apa. Jika dia tahu betapa gilanya dirimu, kita tidak akan mendapat pekerjaan, tapi jika dia
melihatmu bekerja sebelum dia mendengarmu berbicara, kita diterima. Apakah kau paham?"

"Tentu, George. Tentu aku tahu itu."

"O.K. Sekarang saat kita masuk menemui si boss, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku... Aku..." Lennie berpikir. Wajahnya mengkerut penuh dengan pikiran.

"Aku... tidak akan berkata apa-apa. Hanya akan berdiri disana."

"Anak pintar. Itu pasti bekerja. Kau katakan lagi dua, tiga kali jadi kau tidak akan
melupakannya."

Lenie berkata kepada dirinya sendiri dengan lembut, " Aku tidak akan berkata apa-apa...
Aku tidak akan berkata apa-apa... Aku tidak akan berkata apa-apa."
"O.K.," ucap George. "Dan jangan melakukan hal buruk seperti yang kau lakukan di
Weed."

Lennie terlihat bingung. "Seperti yang aku lakukan di Weed?"

"Oh, jadi kau juga lupa akan hal itu? Ya, aku tidak akan mengingatkanmu, takutnya kau
akan melakukannya lagi."

Seberkas cahaya ingatan muncul di wajah Lennie. "Mereka mengejar kita sampai keluar
Weed," Dia berteriak penuh bangga.

"Mengejar kita, dasar," ucap George penuh malu. " Kita melarikan diri. Mereka
mencari-cari kita, tapi mereka tidak dapat menangkap kita."

Lennie menyeringai bahagia. "Aku tidak lupa kan hal itu, kau tahu."

George duduk di pasar dan memegangi kepalanya untuk melihat apakah dia melakukan hal
yang benar. "Ya Tuhan, kau penuh dengan masalah," kata George. "Aku bisa melalui ini dengan
mudah dan enak jika kau tidak pernah membuntutiku. Aku bisa hidup enak dan mungkin bisa
memiliki seorang wanita."

Untuk sebentar Lennie duduk tenang, dan dia berata dengan penuh harapan, "Kita akan
bekerja di sebuah peternakan, George."

"Baiklah. Kau bisa mendapatkannya. Tapi kita akan tidur disini karena kita punya alasan
untuk itu."

Hari itu terasa begitu cepat. Hanya bagian puncak Pegunungan Gabilan terbakar oleh
cahaya matahari yang sudah melewati lembah tersebut. Seekor ular air masuk ke kolam, kepalanya
menengadah ke atas seperti periskop kecil. Alang-alang bergerak sedikit di dalam arus. Jauh
menuju jalan raya seorang laki-laki meneriakkan sesuatu, dan laki-laki yang lain berteriak
kembali. Dahan pohon ara menunduk dibawah angin kecil yang hilang seketika.

"George- Mengapa kita tidak pergi menuju peternakan dan mendapat makanan. Mereka
punya makanan di peternakan."

George mendekatinya. "Tidak ada alasan untukmu. Aku suka disini. Besok kita akan
bekerja. Aku melihat mesin pemungut sampah di daerah bawah itu. Itu berarti kita akan memungut
kantung gandum, bekerja keras. Malam ini aku akan tidur di sini dan melihat-lihat. Aku suka itu."

Lennie menaikkan lututnya dan melihat George. "Bukankah kita tidak akan mendapat
makanan?"

"Pastinya kita akan makan, jika kau mengumpulkan ranting dedaluan yang sudah mati.
Aku punya tiga kaleng kacang di bundelku. Kau siapkan apinya. Aku akan memberimu korek saat
kau sudah mengumpulkan ranting-rantingnya. Setelah itu kita akan menghangatkan kacangnya
dan kita akan makan."

Lennie berkata, "Aku suka kacang dengan saos."

"Ya, kita tidak punya saos. Kau cepat ambil kayu. Dan jangan bertindak bodoh. Sebentar
lagi hari akan gelap."

Lennie berdiri dan pergi ke semak-semak. George bersandar di tempatnya tadi dan bersiul
dengan pelan. Terdengar suara yang datang melewati sungai dari arah Lennie mencari kayu.
George berhenti bersiul dan mendengarkan. "Dasar payah," ucapnya dengan pelan, setelah itu
melanjutkan lagi siulnya.

Sesaat Lennie datang tergesa-gesa melalui semak-semak. Dia membawa satu ranting
dedaluan kecil ditangannya. George kembali duduk.

"Baiklah," ucap dia dengan keras. " Berikan tikus itu kepadaku!"

Tapi Lennie berlagak seperti pantonim penuh dengan keluguan. "Tikus apa George? Aku
tidak membawa satupun tikus."

George memegang tangannya, "Cepatlah. Berikan kepadaku. Kau jangan membawanya


lagi."

Lennie ragu, mundur, berlari menuju arah semak-semak seakan dia mencoba untuk berlari
demi kebebasannya. George berkata dengan dingin, "Kau akan memberikanku tikus itu atau harus
aku yang memaksamu untuk itu?"

"Memberimu apa, George?"

"Kau tahu sangat apa yang aku inginkan. Aku ingin tikus itu."
Lennie dengan penuh keengganan menjangkau sakunya. Suaranya keluar dengan pelan.
"Aku tidak tahu mengapa aku tidak boleh menyimpannya. Ini kan bukan tikus milik siapa-siapa."
Aku tidak mencurinya. Aku menemukannya tergeletak tepat disamping jalan."

Tangan George tetap membuka tangan dengan kerasnya. Dengan lambat, seperti seekor
anjing terrier yang tidak mau membawa bola kepada tuanya, Lennie mendekat, mundur, mendekat
lagi. George menylentikkan jarinya dengan kencang, dan saats suara itu mucul Lennie menaruh
tikus itu ke tangannya.

"Aku tidak melakukan apa-apa terhadap tikus itu, George. Hanya mencengkramnya."

George berdiri dan melempar tikus itu sejauh mungkin sampai semak-semak yang sudah
gelap itu, dan dia berjalan menuju kolam dan mencuci tangannya. "Kau orang bodoh yang gila.
Tidakkah kau pikir aku bisa melihat kakimu basah saat kau berjalan melewati sungai saat kau
mengambilnya?" Dia mendengar tangisan merengek Lennie dan mengeluh. "Merengek seperti
bayi! Yesus Kristus! Orang besar sepertimu." Bibir Lennie mengkerut dan tangis mengalir dari
matanya. "Aw, Lennie!" George menaruh tangannya ke pundak Lennie "Aku tidak membuangnya
karena jahat. Tikus itu sudah tidak segar, Lennie; dan lagipula, kau merusaknya saat membelainya.
Kau akan mendapatkan tikus lain yang lebih segar dan kuperbolehkan kau memilikinya untuk
sementara waktu."

Lennie duduk dan menyandarkan kepalanya dengan lemas. "Aku tidak tau dimanakah
tikus-tikus lainnya berada. Aku ingat seorang nona pernah memberinya padaku- semua yang
dimilikinya. Tapi nona itu sudah tidak berada disini."

George berkata. " Nona? Tidak ingatkkah siapakah nona tersebut. Dia adalah bibimu
sendiri, Bibi Clara. Dan dia berhenti memberimu tikus-tikus itu. Kau selalu membunuhnya."

Lennie mentapnya dengan sedih. "Mereka terlalu kecil," katanya dengan rasa meminta
maaf. " Aku membelai mereka, dan tidak lama mereka mengigit jariku dan aku meninju kepala
mereka sedikit dan mereka mati- karena mereka teramat kecil.

"Aku harap kita mendapat kelinci-kelinci itu secepatnya, George. Mereka tidak terlalu
kecil."

"Persetan dengan kelinci-kelinci itu. Dan kau tidak bisa diandalkan dengan tikus mati.
Bibimu Clara memberimu tikus mainan dan kau tidak tau bagaimana cara memainkannya."

"Tikus mainan itu tidak menarik untuk dibelai," ucap Lennie.

Sinar matahari terbenam yang naik dari puncak pegunungan dan petang memasukki
lembah, dan setengah kegelapan masuk ke dedaluan dan pohon ara. Seekor ikan gurame muncul
ke permukaan kolam, menelain air dan masuk lagi secara misterius kedalam air yang gelap,
meninggalkan lingkaran yang melebar di air. Di atas kepala daun-daun bersuara lagi dan serpihan
kecil katun dedalu terbang ke bawah dan mendarat di permukaan kolam.

"Kau akan mengambil kayu itu kan?" Pinta George. "Ada banyak kayu tepat dibelakang
pohon ara. Kayu basah. Ambillah sekarang juga."

Lennie berjalan ke belakang pohon itu dan membawa dedaunan kering dan ranting-ranting.
Dia melemparnya di tumpukan sisa abu tula dan kembali mengambil lebih banyak lagi. Hari itu
hampir malam sekarang. Sayap seekor merpati melebar di atas air. George berjalan menuju
tumpukan kayu api itu dan membakar daun kering itu. Apinya menjalar ke ranting-ranting dan
kedalam untuk hidup. George melepas bundelnya dan mengeluarkan tiga kaleng kacang itu. Dia
menaruhnya di samping api itu, dekat dengan baranya, tapi tidak sampai menyentuh apinya.

"Terdapat kacang yang cocok untuk empat orang," kata George.

Lennie melihatnya dari balik api itu. Dia berkata dengan pelan, "Aku suka kacang dengan
saos."

"Ya,kita tidak punya satupun," tegas George. "Apa saja yang tidak kita punya, pasti yang
kau inginkan. Oh Tuhan, jika aku sendirian aku mungkin bisa hidup dengan sangat mudah. Aku
bisa mendapat pekerjaan dan bekerja tanpa ada masalah. Tidak ada kekacauan, dan disaat akhir
bulan datang aku bisa mengambil lima puluh dollarku dan pergi ke kota serta mendapatkan apa
yang aku inginkan. Mengapa, aku bisa tinggal di rumah kucing semalaman. Aku bisa makan di
tempat mana saja yang aku inginkan, hotel atau tempat manapun, serta memesan semua hal yang
bisa aku pikirkan. Dan aku bisa melakukannya setiap bulan. Mendapatkan segalon whisky, atau
masuk ke ruangan billiard dan bermain kartu ataupun billiard." Lennie sujud dan melihat George
yang marah di balik api itu. Dan wajah Lennie diselimuti ketakutan. "Dan apa yang aku dapat,"
George mulai marah. " Aku mendapatkanmu! Kau tidak bisa mempertahankan sebuah pekerjaan
dan kau selalu membuatku kehilangan pekerjaan yang aku dapatkan. Hanya membuatku tetap
berkelana ke seluruh penjuru negeri setiap waktu. Dan itu bukan itu yang terburuk. Kau dapat
masalah. Kau selalu melakukan hal buruk dan aku harus membuatmu keluar dari masalah."
Suaranya hampir seperti teriakan. "Dasar orang bidab gila. Kau selalu membuatku berada di air
panas setiap waktu." Dia meniru gaya anak perempuan saat meniru satu sama lain. "Hanya ingin
merasakan pakaian wanita itu- hanya ingin membelainya layaknya dia adalah seekor tikus- Ya,
bagaimana dia tahu kau hanya ingin merasakan pakaiannya? Dia melawan balik dan kau
memeganginya seperti seekor tkus. Dia berteriak dan kita terpaksa harus bersembunyi di saluran
irigasi seharian dengan orang-orang yang mencari kita, dan kita harus mmenyelinap di kegelapan
dan keluar dari negeri ini. Selalu saja seperti itu- setiap waktu. Aku harap aku bisa menaruhmu ke
dalam kurungan penuh dengan sejuta tikus dan membiarkanmu bersenang-senang."
Kemarahannya seketika pergi Dia melihat melewati api pada wajah Lennie yang penuh derita, dan
dia melihat api dengan penuh rasa malu.

Malam sudah cukup gelap sekarang, namun api unggun itu menerangi pohon dan
dahan-dahannya yang melengkung. Lennie merangkak dengan pelan dan berhati-hati di sekitar api
unggun itu sampai dia berada didekat George. Dia duduk di dekat kakinya lagi. George memutar
bagian kalengnya sehingga bagian lainnya dapat menghadap api unggun itu. Dia berpura-pura
tidak tahu kalau Lennie berada dekat dengannya.

"George," sangat pelan. Tanpa jawaban. "George!"

"Apa yang kamu inginkan."

"Aku hanya bergurau, George. Aku tidak ingin saus. Aku tidak akan memakan saus jika
saus itu berada disampingku."

"Jika saus itu disini, kau bisa mendapatkan beberapa."

"Tapi aku tidak akan memakannya, George. Aku akan memberikannya semua untukmu.
Kau boleh tuangi kacangmu dengan saus itu dan aku tidak akan memegang satupun."

George masih menatap api unggun itu dengan serius. "Saat aku berpikir tentang putaran
waktu yang aku miliki tanpamu, aku menggila. Aku tidak pernah menemukan kedamaian."

Lennie masih tersujud. Dia melihat ke arah kegelapan disepanjang sungai. "George, kau
ingin aku segera pergi dan meninggalkanmu sendirian?"

"Memangnya dimanakah kau bisa pergi?"

"Ya, mungkin aku akan. Mungkin aku akan pergi ke perbukitan sana. Di suatu tempat
mungkin aku akan menemukan sebuah goa."

"Ya? Bagaimana kau akan makan? Kau tidak pintar dalam mencari sesuatu untuk
dimakan."

"Aku akan menemukan sesuatu George. Aku tidak butuh makanan yang enak dengan saus.
Aku akan berjemur di bawah sinar matahari dan tidak ada yang akan menyakitiku. Dan jika aku
menemuka seekor tikus. Aku bisa menyimpannya. Tidak ada yang akan mengambilnya dariku."

George dengan cepat melihat langsung melihat dia. "Aku telah menjadi kasar, bukankah
begitu?"

"Jika kau tidak menginginkanku aku bisa pergi ke perbukitan dan menemukan sebuah goa.
AKu bisa pergi kapan saja."

"Tidak- lihat! Aku hanya bergurau, Lennie. Karena aku ingin kau tetap berada
disampingku. Masalah tentang tikus itu adalah karena kau selalu membunuhnya." Dia berhenti
sejenak. "Katakan apa yang harus aku lakukan, Lennie. Usaha pertama aku dapatkan kau akan
kuberi seekor anak anjing. Mungkin kau tidak akan membunuhnya. Itu akan lebih baik daripada
tikus. Dan kau bisa membelainya lebih keras."

"Lennie menghindari pancingan itu. Dia sudah mencium kecerdikannya. "Jika kau tidak
menginginkanku, kau hanya harus berkata demikian, dan aku akan pergi ke perbukitan itu- tepat
sekitar perbukitan itu dan aku akan hidup sendirian. Dan aku tidak akan kehilangan tikus lagi"

George berkata, "Aku ingin kau tinggal bersamaku, Lennie. Yesus Kristus, seseorang akan
menembakmu sebagai seekor anjing hutan jika kau sendirian. Tidak, kau tetaplah bersamaku.
Bibimu Clara tidak akan suka kau berlari sendirian, bahkan jika dia sudah mati."

Lennie berkata penuh pertanyaan, "Beritahu aku- seperti yang sudah kau lakukan
sebelumnya."

"Memberitahumu tentang apa?"


"Tentang para kelinci."

Tegas George, "Kau pasti tidak akan mendengarkanku."

Lennie memohon, "Ayolah, George. Beritahu aku. Aku mohon, George. Seperti yang
sudah kau lakukan sebelumnya."

"Kau cukup menyukai hal itu, kan? Baiklah, aku akan memberitahumu, setelah itu kita
memakan makanan kita...."

Suara George menjadi semakin berat. Dia mengulangi kata-katanya secara berirama
seperti dia telah mengatakannya berulang-ulang kali sebelumnya. "Orang-orang seperti kita, yang
bekerja di peternakan, adalah orang-orang paling kesepian di dunia. Mereka tidak mempunyai
keluarga. Mereka tidak diterima di tempat manapun. Mereka datang ke peternakan dan bekerja
mendapat upah serta setelah itu pergi ke kota dan menghabiskan upahnya, dan hal pertama yang
kau tahu adalah mereka bekerja keras di peternakan orang lain. Mereka tidak mempunyai
pandangan kedepan."

Lennie merasa senang. "Cukup- cukup. Sekarang katakan bagaimana dengan kita."

George melanjutkan perkataannya. "Kita tidak akan seperti itu. Kita punya masa depan.
Kita punya seseorang yang bisa diajak bicara tentang kita. Kita tidak harus menunggu di bar
meminum minuman jack kita karena kita tidak punya tempat untuk pergi. Jika orang lain masuk
penjara mereka akan membusuk tanpa seseorang yang peduli. Tapi bukan kita."

Lennie ikut berkata, "Tapi bukan kita! Dan mengapa? Karena... karena aku mempunyai
dirimu untuk menemaniku, dan kau mempunyai diriku untuk menemanimu, itulah mengapa." Dia
tertawa dengan senangnya. "Lanjutkan, George!"

"Kau benar-benar mengingatnya. Kau bisa beritahu dirimu sendiri."

"Tidak, kau. Aku lupa akan beberapa hal. Beritahu aku tentang apa yang akan terjadi."

"O.K. Suatu hari nanti- kita akan mendapatkan minuman jack bersama dan kita akan
memiliki rumah kecil dan sekumpulan hektar pekarangan dan seekor sapi dan beberapa ekor babi
dan-"

"Dan hidup di tanah subur itu," Lennie berteriak, "Dan memiliki kelinci. Ayo, George!
Katakan tentang apa yang akan kita punya di taman kita dan tentang para kelinci di kandang serta
tentang hujan di musim dingin dan panggangan itu, dan seberapa tebal krim yang ada di susu
seperti kau akan susah untuk menghilangkannya. Beritahu tentang hal itu, George."

"Mengapa tidak kau sendiri saja yang beritahu dirimu sendiri, kau tau semua hal itu."

"Tidak... Kau yang memberi tahu . Tidak akan sama jika aku yang beritahu. Ayo... George.
Bagaimana aku dapat merawat kelinci-kelinci itu."

"Ya," kata George, "kita akan mempunyai perkebunan sayur yang besar dan sebuah
kandang kelinci dan juga ayam. Dan saat datang hujan di musim dingin, kita tidak usah khawatir
tentang bekerja, dan kita akan membuat api di tungku api dan menaruhnya di sekitar dan
mendengarkan air hujan menghujani atap kita- Gila!" Dia keluarkan pisau sakunya. "Aku tidak
punya waktu lagi." Dia mengarahkan pisaunya ke atas salah satu kaleng kacang, memotong bagian
atasnya dan memberikan kaleng itu kepada Lennie. Lalu ia membuka kaleng kedua. Dari saku
sampingnya dia mengeluarkan dua sendok dan memberikan satu sendoknya kepada Lennie.

Mereka duduk di perapian dan mengisi mulut mereka dengan kacang-kacangan dan
mengunyah dengan keras. Sedikit dari kacangnya jatuh ke samping mulut Lennie. George
bergestur dengan sendolnya. "Apa yang kau katakan besok saat si bos menanyakan pertanyaan
kepadamu?"

Lennie berhenti mengunyah dan menelan. Wajahnya terlihat seperti berkonsentrasi.

"Aku... Aku tidak akan... mengatakan apa-apa."

"Anak pintar! Itu bagus, Lennie! Mungkin kau menjadi lebih baik. Saat kita mendapatkan
beberapa hektar pekarangan akan kuperbolehkan kau merawat kelinci-kelinci itu. Apalagi jika kau
bisa mengingat sebaik itu."

Lennie penuh dengan rasa bangga. "Aku bisa mengingat," ucap dia.

George bergerak dengan sendoknya lagi. "Lihat, Lennie. Aku ingin kau melihat sekitar
sini. Kau bisa mengingat tempat ini, bukan? Peternakan itu berada seperempat mil ke arah sana.
Tinggal menngikuti arah sungai?"

"Pasti," ucap Lennie. "Aku bisa mengingatnya. Bukankah aku mengingat tentang tidak
berkata apa-apa?"

"Tentunya. Ya, coba lihat. Lennie- jika kau mendapati masalah seperti apa yang selalu kau
lakukan sebelumnya, aku ingin kau datang kesini dan bersembunyi di semak-semak."

"Bersembunyi di semak-semak," ucap Lennie dengan pelan.

"Bersembunyi di semak-semak sampai aku datang kepadamu. Apakah kau


mengingatnya?"

"Tentu aku bisa, George. Bersembunyi di dalam semak-semak sampai kau datang."

"Tapi kau jangan sampai masuk ke dalam masalah, karena jika kau terkena masalah, aku
tidak akan membiarkanmu merawat kelinci-kelinci itu." Dia melempar kaleng kacang kosong itu
ke dalam semak-semak.

"Aku tidak akan mendapat masalah, George. Aku tidak akan berkata apa-apa."

"O.K. Berikan bundelmu kesini dari api itu. Akan terasa enak tidur disini. Melihat keatas
dan juga dedaunan. Jangan membangun api lagi. Kita biarkan apinya padam."

Mereka tidur di pasir, dan saat bara api turun dari apinya cahayanya meredup; dahan-dahan
melengkung itu menghilang dan yang terlihat hanya kilauan yang pudar dari batang pohon disitu.
Dalam kegelapan Lennie berkata, "George- apakah kau sudah tertidur?"

"Tidak. Apa yang kau inginkan?"

"Ayo kita miliki kelinci yang berbeda-beda warna, George."

"Tentu kita akan memilikinya," Ucap George dengan mengantuk. "Kelinci merah dan biru
dan hijau, Lennie. Jutaan dari kelinci itu."

"Yang berbulu lebat, George, seperti yang kita lihat di sebuah pameran di Sacramento."

"Tentu, yang berburu lebat."

"Karena aku juga bisa pergi begitu saja, George, dan hidup di goa."

"Kau juga bisa saja pergi ke neraka," kata George. "Sekarang diamlah."

Bara meredup di dalam kumpulan api unggun. Terdengar di bukit dari arah sungai seekor
anjing hutan menggonggong, dan seekor anjing menjawab gonggongannya dari bagian lain
dataran sungai. Dedaunan pohon ara berbisik di angin sepoi-sepoi kecil di malam hari
Bagian II

Rumah barak tempat tinggal para pekerja berbentuk persegi panjang. Dinding-dinding di
dalamnya memucat dan lantainya dibiarkan polos. Pada tiga sisi dinding terdapat jendela-jendela
kecil berbentuk kotak dan pada sisi dinding ke empat merupakan sebuah pintu kokoh dari kayu
larch. Terdapat delapan ranjang yang bersandar pada dinding-dinding tersebut, lima ranjang
lengkap dengan selimut sedangkan tiga lainnya hanya dialasi kasur dari kain goni. Pada setiap
ranjang, terpaku sebuah rak tingkat dua yang terbuat dari bekas kotak apel untuk menaruh
barang-barang pribadi penghuni ranjang. Rak tersebut berisi sebuah sabun, bedak, alat cukur dan
majalah-majalah Western yang disukai para pekerja ternak yang disepelekan namun diam-diam
mereka percayai. Pada rak-rak tersebut terletak obat-obatan, botol-botol kecil, sisir; dan pada
samping rak terdapat paku untuk menggantung dasi. Di dekat salah satu sisi dinding terdapat
kompor pemanas ruangan yang pipa asapnya menjulang sampai plafon. Di tengah-tengah ruangan
berdiri sebuah meja kotak besar yang diselimuti kartu, dan di sekeliling meja tersebut terdapat
kotak sebagai tempat duduk para pemain.

Sekitar jam 10 pagi, sinar matahari menyinari bar yang dipenuhi debu melalui salah satu
jendela di sampingnya, dan lalat-lalat terbang keluar-masuk, melesat bagai bintang jatuh.

Gerendel kayu terangkat. Pintu terbuka dan seorang lelaki tua berbadan tinggi dan
berundak masuk. Dia mengenakan jeans biru dan dia membawa sapu dorong besar di tangan
kirinya. Di belakangnya datang George, dan di belakang George, Lennie.

"Bos menunggu kalian semalam," kata lelaki tua itu. "Dia kesal pagi ini kamu tidak ada di
sini untuk mulai bekerja." Dia menunjuk dengan lengan kanan. Keluar dari lengan baju sebuah
bentuk lonjong mirip pergelangan tangan, tetapi tempat yang seharusnya ada tangan itu tumpul.
"Kalian boleh pakai dua tempat tidur di situ," katanya, menunjuk dua ranjang di dekat kompor.

George melangkah dan melemparkan selimutnya ke atas karung goni dari jerami yang
merupakan kasurnya. Dia melihat ke rak kotaknya dan kemudian mengambil kaleng kuning kecil
dari sana. "Hei, Apa-apaan ini?"

"Tidak tahu," kata pria tua itu.


"Katanya ‘positif membunuh kutu, kecoak dan hama lainnya’. Tempat tidur macam apa
ini yang kau berikan? Kami tidak ingin kemaluan kami digigiti kutu segala!!

Si pria tua mengempit sapunya di antara siku dan sisi badannya, kemudian menjulurkan
tangan dan menarik kaleng pestisida anti serangga itu dari tangan George. Dia mempelajari label
kaleng dengan saksama. “Begini-“ akhirnya pria tua itu berkata, “Pria terakhir yang tidur di kasur
ini adalah seorang pandai besi – pria baik dan sangat pembersih. Bahkan setelah makan pun ia
mencuci tangannya.”

“Lalu bagaimana bisa dia terkena kutu rambut?” George mulai meredam amarahnya.
Lennie menaruh barang bawaannya pada ranjang sebelah George kemudian duduk. Dia
memperhatikan George dengan mulut terbuka.

“Jadi begini…” ucap si pria tua. “Si pandai besi yang bernama Whitey itu, merupakan
sosok pria yang akan menggunakan semprotan insektisida itu dimana-mana bahkan jika tidak ada
serangga sama sekali- hanya untuk memastikan, paham? Kuceritakan apa yang biasanya ia
lakukan. Saat makan ia akan mengupas kulit kentang rebusnya, dan mengeluarkan setiap
noda/bercak kecil, apapun itu, sebelum ia memakannya. Dan apabila terdapat noda merah pada
telur, ia akan menggosok untuk menghilangkannya. Akhirnya memilih berhenti karena makanan.
Orang seperti itulah dia- bersih. Terbiasa berpakaian rapi setiap hari Minggu walaupun ia tidak
pergi kemana-mana, bahkan memakai dasi, kemudian berdiam di baraknya.”

“Aku tidak begitu yakin,” kata George skeptis. “Mengapa ia berhenti tadi katamu?”

Si pria tua menaruh kaleng kuning semprotan insektisida di kantongnya, dan ia menggosok
janggut putih kasarnya dengan tangan. “Kenapa…. dia…. Berhenti saja, yang pasti dilakukan pria.
Katanya karena makanannya, padahal hanya ingin pindah. Ia tidak memberikan alasan lain selain
makanan tersebut. Hanya mengatakan ‘beri aku waktuku’ semalam, cara yang dilakukan setiap
pria”
George mengangkat seprei dan melihat ke bawahnya. Dia membungkuk dan memeriksa kasur
karung itu dengan cermat. Segera Lennie bangkit dan melakukan hal yang sama dengan tempat
tidurnya. Akhirnya George tampak puas. Dia membuka gulungan barang bawaannya dan
meletakkan barang-barang di rak, pisau cukur dan sabun, sisir dan botol pil, obat gosok dan gelang
kulit. Kemudian dia merapikan tempat tidurnya dengan selimut.

Lelaki tua itu berkata, "Kurasa bos akan kesini sebentar lagi. Dia sangat marah ketika kamu tidak
ada di sini pagi ini. Ia datang tepat waktu ketika kita sedang makan pagi dan menggerutu, 'Di mana
orang-orang baru itu?’ Dan dia juga menyusahkan si Negro si pengurus bagal."

George merapikan kekusutan tempat tidurnya dan duduk. “Menyusahkan si Negro si pengurus
bagal?” tanyanya.

“Iya, pengurus bagalnya seorang Negro.”

“Negro hah?”

“Ya... Orang yang baik juga. Pinggangnya bengkok gara-gara dulu pernah ditendang seekor bagal.
Si bos selalu menyiksanya setiap marah. Tapi si pengurus bagal tidak peduli. Dia banyak
membaca. Banyak buku-buku di kamarnya.”

“Orang seperti apa bos itu?” tanya George.

“Ya... dia orang yang cukup baik. Kadang marah-marah, tapi baik kok orangnya. Kau tahu apa
yang ia perbuat saat Natal? Membawa segalon wiski ke sini dan berkata, ‘Minumlah
sebanyak-banyaknya, anak-anak. Natal hanya datang sekali setiap tahun.’”

“Wow! Segalon?”

“Ya benar, Ya Tuhan, kita bersenang-senang waktu itu. Mereka memperbolehkan si Negro masuk
pada malam itu. Smithy si penunggang bagal memburunya. Dengan lumayan baik juga.
Orang-orang itu tidak membiarkan Smithy menggunakan kakinya untuk mengerjai si Negro. Jika
Smithy dapat menggunakan kakinya, menurutnya ia bisa saja membunuh si Negro. Orang-orang di
situ pun berkata dikarenakan kecacatan si Negro, maka Smithy pun tidak boleh menggunakan
kakinya agar adil.” Si pria tua berhenti sejenak dari mengingat-ingat memori lama itu. Dia kembali
berkata “Setelahnya, mereka pergi ke Soledad dan berbuat onar di sana. Aku tidak ikut, aku sudah
tidak bertenaga.”
Lennie baru saja selesai membereskan tempat tidurnya. Gerendel kayu kembali terangkat dan
pintu kembali terbuka. Seorang pria pendek berbadan kekar berdiri di pintu yang terbuka. Dia
menggunakan celana jeans biru, kemeja flanel, rompi hitam tanpa kancing dan jas berwarna hitam.
Jempolnya dikaitkan pada sabuk pinggangnya, pada tiap sisi gesper besinya. Ia memakai topi
Stetson cokelat yang kotor, dan sepatu bot bertumit tinggi yang bertaji untuk membuktikan bahwa
dia bukan buruh.

Si pria tua dengan cepat melihatnya, kemudian berjalan pergi menuju pintu sambil mengelus
kumisnya. “Mereka baru saja datang” katanya, dan berjalan melalui si bos dan keluar dari pintu.

Bos itu melangkah masuk ke dalam ruangan dengan langkah pendek dan cepat khas pria berkaki
gemuk. “Aku mengirim surat ke Murray dan Ready, aku ingin dua pekerja pagi ini. Kalian
membawa surat kerja?” George mengambil surat itu dari sakunya dan menyerahkannya pada si
bos. “Ini bukan kesalahan Murray dan Ready. Dikatakan pada lembaran ini bahwa kalian
seharusnya sudah berada di sini pagi ini untuk bekerja.”

George menunduk takut. “Sopir bus membawa kami ke tujuan yang salah” kata George. “Kami
harus berjalan sejauh 16 kilometer. Katanya kami sudah sampai padahal belum. Kami tidak
mendapatkan tumpangan pada pagi hari.”

Bos itu menyipitkan matanya. “Ya... aku tetap harus menyuruh para petani yang kekurangan dua
orang ke ladang untuk memanen. Tidak ada gunanya pergi sekarang sampai nanti waktu makan
malam.” Ia mengeluarkan buku waktu kerja dari kantongnya dan membuka halaman yang mana
diganjal oleh sebuah pensil. George menatap Lennie dengan dahi berkernyit, Lennie pun
mengangguk menandakan ia mengerti. Bos menjilati pensilnya. “Siapa namamu?”

“George Milton.”

“Dan siapa kamu?”

George menjawab, “Namanya Lennie Small”

Bos menuliskan nama mereka di buku tersebut. “hari ini tanggal 20, siang hari tanggal 20.” Ia
menutup bukunya. “Dimana kalian pernah bekerja?” tanyanya pada mereka berdua.

“Di sekitar Weed,” kata George.


“Kau, juga?” kepada Lennie.

“Iya, dia juga” jawab George.

Bos memainkan telunjuknya ke arah Lennie sambil bercanda. “Dia tidak banyak ngomong, ya?”

“Tidak, tapi dia seorang pekerja yang baik. Sekuat banteng.” Kata George.

Lennie tersenyum kepada dirinya sendiri. “Sekuat banteng,” ia ulangi. George menatapnya dengan
amarah, dan Lennie menunduk malu karena ia lupa.

Tiba-tiba saja bos berkata, “Dengar, Small!” Lennie mendongak. “apa yang dapat kau lakukan?”

Panik, Lennie menatap George meminta bantuan. “dia dapat melakukan apapun yang kau suruh,”
jawab George. “dia penunggang bagal yang baik. Dia dapat mengangkut karung-karung gandum,
dan membajak. Dia dapat melakukan apapun. Biarkan ia mencoba dahulu.”

Bos berpaling ke arah George. “Lalu, mengapa tidak kau biarkan dia yang menjawab? Apa yang
kau coba sembunyikan?”

George menjawab dengan lantang, “Oh! Aku tidak bilang dia pintar. Ia memang tidak pintar,
namun ia merupakan pekerja yang baik. Ia mampu mengangkat 100 kilo lebih koli jerami.”

Bos memasukkan buku kecil itu kembali ke sakunya, mengaitkan jempolnya di sabuk
pinggangnya, dan menyipitkan satu matanya hingga nyaris tertutup. “katakan…apa yang kau
tutupi?”

“Hah?”

“Aku maksud, apa yang kau coba ambil dari orang ini? Gajinya?”

“Tidak, tentu tidak. Apa yang membuatmu berpikir aku mencuranginya?”

“Yah… aku hanya belum pernah melihat seorang pria begitu berkorban bagi teman prianya. Aku
hanya ingin tahu apa niatmu.”

Kata George, “Dia adalah…sepupuku. Aku berkata kepada ibunya aku akan merawatnya.
Kepalanya tertendang oleh bagal saat ia masih kecil. Dia baik-baik saja, hanya saja tidak pintar.
Namun, Ia dapat melakukan apa saja yang kau suruh.”
Si bos setengah berbalik, “Ya, Tuhan tahu otak tidak diperlukan untuk mengangkut karung-karung
jelai. Tapi kau jangan coba-coba licik, Milton. Aku mengawasimu. Kenapa kalian keluar dari
Weed?”

“Kerjaannya sudah selesai,” jawab George langsung.

“Pekerjaan seperti apa?”

“Kami… kami menggali parit”

“Baiklah. Tapi jangan coba-coba bermain licik, kau takkan bisa lolos. Aku sudah pernah bertemu
dengan orang-orang sok pintar. Pergilah bersama kelompok gandum setelah makan malam.
Mereka akan mengambil jelai dari mesin pengirik. Kalian akan pergi dengan kelompok Slim”

“Slim?”

“Ya penunggang bagal berbadan besar dan tinggi. Kau akan bertemu dengannya pada waktu
makan malam.” Dia tiba-tiba berbalik dan pergi ke arah pintu, namun sebelum ia pergi ia berbalik
dan menengok George dan Lennie cukup lama.

Saat langkah kakinya sudah tidak terdengar, George berpaling ke Lennie. “Seharusnya kau tidak
bilang apa-apa. Kau harus menutup mulut besarmu dan biarkan aku yang bicara. Sial hampir saja
kehilangan pekerjaan.”

Lennie menatap lesu tangannya. “Aku lupa, George.”

“Iya, kau lupa. Kau selalu lupa, dan aku yang harus berbicara untuk menyelamatkanmu dari
masalah.” George duduk di ranjang. “sekarang, ia mengawasi kita. Kita harus berhati-hati dan
jangan sampai membuat kesalahan. Kau tutup mulut besarmu itu setelah ini.” Lennie terdiam
murung.

“George”

“Apa yang kau inginkan sekarang?”

“Aku tidak ditendang bagal di kepala kan, George?”

“Lebih baik itu terjadi,” kata George pedas. “jadi mengurangi masalah orang lain karenamu”

“Kau bilang aku adalah sepupumu, George”


“Yah, itu bohong. Dan aku lega itu hanya bohongan. Jika aku kerabatmu, aku lebih memilih
menembaki diriku sendiri.” George tiba-tiba berdiri, melangkah ke arah pintu yang terbuka, dan
mengintip keluar. “Hei, katakan apa yang kau lakukan menguping?”

Si lelaki tua masuk perlahan-lahan ke ruangan. Ia memegang sapunya. Dan di dekat kakinya ada
anjing penggembala yang melangkah pelan, moncong berwarna kelabu, dan mata buta yang pucat.
Anjing itu bersusah payah melangkah ke sisi ruangan dan berbaring, menggeram pelan dan
menjilati bulu kusutnya yang digigiti ngengat. Si lelaki tua mengawasi anjing itu hingga ia
berbaring dengan nyaman. “aku tidak menguping, aku hanya berdiri di tempat teduh semenit untuk
mengelus anjingku. Aku baru saja selesai bersih-bersih tempat mencuci”

“Kau menguping urusan kami” kata George. “aku tidak suka orang yang usil ingin tahu urusan
orang lain.”

Si lelaki tua memandang George dengan tatapan tidak nyaman, lalu ke Lennie, dan balik
memandang George. “aku baru saja sampai,” jelasnya. “aku tidak mendengar omongan kalian.
Aku juga tidak tertarik dengan obrolan kalian. Pekerja di peternakan tidak pernah mendengarkan
maupun bertanya-tanya”

“Memang seharusnya begitu” kata George, dengan amarah yang mulai mereda. “jika ia ingin terus
bekerja.” George teryakinkan oleh perkataan pembelaan si pembantu lelaki tua itu. “Masuklah dan
duduk dahulu sebentar” katanya. “anjing itu benar-benar tua.”

“Ya, aku memeliharanya sejak ia masih kecil. Dia anjing gembala hebat semasa muda.” Si lelaki
tua menyandarkan sapunya ke tembok dan mengusap jenggot putihnya dengan buku-buku jari.

“Bagaimana menurutmu si bos?” tanya si lelaki pembantu tua itu.

“Lumayan, kelihatannya baik.”

“Dia orang yang baik,” ucap si pembantu tua menyetujui. “Kau harus mematuhi kemauannya.”

Pada saat itu seorang pria muda masuk ke rumah barak; seorang pria muda kurus dengan wajah
dan mata berwarna coklat dan kepala yang dipenuhi rambut keriting tebal. Ia memakai sarung
tangan kerja di tangan kirinya, dan seperti si bos, ia menggunakan sepatu bot bertumit tinggi,
“Lihat ayahku?” tanyanya.
Si pembantu lelaki tua menjawab, “Tadi dia di sini beberapa menit yang lalu, Curley. Saya rasa,
mungkin pergi ke dapur”

“Aku akan menyusulnya,” kata Curley. Matanya memandang sekilas para pekerja baru dan ia
berhenti. Ia menatap George dengan dingin, kemudian pada Lennie. Kedua lengannya perlahan
ditekuk ke siku dan mengepalkan kedua tangannya. Ia menjadi kaku dan sedikit membungkuk.
Tatapan garangnya penuh perhitungan. Lennie gelisah dan menggeser-geserkan kakinya dengan
gugup. Curley mendekati Lennie dengan hati-hati. “kalian para pekerja baru yang ditunggu
ayahku?”

“Kami baru saja datang” jawab George.

“Biarkan lelaki besar ini yang menjawab”

Lennie menunduk malu.

George berkata, “Jika ia tidak ingin berbicara?”

Curley menyentak badannya. “Astaga, dia harus menjawab jika ditanya. Dan kenapa pula kau ikut
campur?”

“Kami bepergian bersama” jawab George dingin.

“Oh, seperti itu kah?”

George tegang dan bergeming. “ya, begitulah.”

Lennie menatap George tak berdaya, menunggu instruksi darinya.

“Dan kau tidak akan membiarkan orang besar ini berbicara?”

“Dia akan berbicara jika ia memang bermaksud memberitahumu sesuatu.”

George menganggukkan sekilas pada Lennie.

“Kami baru saja datang,” kata Lennie pelan.

Curley menatap Lennie tajam. “nah, lain kali kau jawab jika ditanya.” Ia berbalik ke arah pintu dan
berjalan keluar, dengan siku yang masih sedikit ditekuk.
George memperhatikannya keluar, dan berbalik menatap si lelaki tua. “ada apa dengannya? Lennie
tidak membuat masalah apapun dengannya.”

Pembantu lelaki tua itu mengawasi pintu dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang
mendengarkan. “dia anak si bos,” katanya pelan. “Curley cukup lihai. Dia sering bertarung di ring,
dia kelas ringan dan lihai.

“Biarkan saja ia lihai” kata George. “dia tidak perlu menarget Lennie. Lennie tidak
mengganggunya. Apa masalahnya?”

Si lelaki tua berpikir…”Jadi begini.. Curley itu sama seperti orang berbadan kecil lainnya. Ia tidak
menyukai orang jangkung berbadan besar. Ia selalu berkelahi dengan orang-orang berbadan besar.
Seperti, ia marah karena ia sendiri tidak memiliki badan yang besar. Kau pernah bertemu orang
kecil sepertinya kan? selalu ingin berkelahi?”

“Tentu” jawab George. “aku sudah banyak melihat orang berbadan kecil yang tangguh. Tapi
Curley, sebaiknya jangan salah kira terhadap Lennie. Lennie memang tidak lihai, namun Curley
akan babak belur jika ia macam-macam dengan Lennie.

“Yah, Curley cukup lihai” kata si pembantu skeptis. “tidak pernah terasa benar bagiku. Jika
Curley menghajar pria berbadan besar dan mengalahkannya, semua orang berkata ia jagoan. Dan
saat, dia melakukan hal yang sama dan dikalahkan. Maka semua orang akan berkata bahwa pria
berbadan besar itu seharusnya memilih lawan yang seukuran dengannya, dan mungkin bagi
mereka untuk memukulinya. Tidak pernah terasa adil bagiku. Sepertinya Curley tidak
memberikan kesempatan kepada orang lain.”

George mengawasi pintu. Dengan nada murung berkata, “Yah, dia sebaiknya berhati-hati dengan
Lennie. Lennie bukan seorang petarung, tapi Lennie kuat dan cepat, dan tidak tahu aturan.”
George berjalan ke meja persegi dan duduk pada salah satu kotak. Dia mengumpulkan beberapa
kartu dan mengocoknya.

Si lelaki tua duduk di kotak yang lain. “Jangan beritahu Curley, aku beritahu semua ini. Dia akan
menghajarku. Dia tidak peduli, dan tidak akan pernah dipecat karena ayahnya adalah bos.”
George membagi tumpukan kartu dan mulai membaliknya satu per satu, menatap setiap kartu dan
melemparkannya menjadi satu tumpukan. Dia berkata, “Curley kelihatannya seorang bajingan.
Aku tidak menyukai pria kecil yang kejam.”

“Kelihatannya akhir-akhir ini dia makin parah ,” kata si lelaki tua. “dia baru saja menikah
beberapa minggu yang lalu. Istrinya tinggal di rumah si bos. Curley terlihat makin sombong
setelah ia menikah.”

George menggerutu, “mungkin ia mau pamer pada istrinya.”

Si lelaki tua terpancing untuk bergosip. “kau lihat sarung tangan pada tangan kirinya?”

“Ya, aku melihatnya”

“Yah, sarung tangan itu dipenuhi pelembab”

“Pelembab? Untuk apa?”

“Kuberitahu- Curley mengatakan ia menjaga tangannya agar tetap lembut untuk istrinya.”

George tidak melepaskan pandangannya dari kartu. “Itu cerita yang hina untuk disebar-sebarkan.”
Katanya.

Si lelaki tua teryakini. Ia berhasil membuat George mengatakan komentar menghina. Dia merasa
aman sekarang, dan berbicara lebih percaya diri. “tunggulah sampai kau melihat istri Curley”

George kembali membagi kartu menjadi beberapa tumpukan dan menyusunnya seperti permainan
soliter, perlahan dan sangat hati-hati.

“Cantik?” tanyanya santai.

“Iya cantik…..namun-”

George mengamati kartunya. “Namun apa?”

“Yah- dia genit.”

“Iya kah? Menikah dua minggu dan dia genit? Mungkin itu alasannya mengapa Curley gelisah.”
“Aku melihat dia melirik Slim. Slim seorang penunggang bagal. Seorang yang baik. Slim tidak
butuh memakai sepatu bot tinggi di kelompok gandum. Aku melihat gadis itu memperhatikan
Slim. Curley tidak pernah mengetahui itu. Dan lagi aku melihatnya melirik Carlson.”

George pura-pura tidak tertarik. “Sepertinya kita akan bersenang-senang.”

Si lelaki tua berdiri dari kursi kotaknya. “Tahu apa yang kupikirkan?” George tidak menjawab.
“Yah, aku pikir Curley menikahi… perempuan murahan”

“Dia bukan yang pertama,” kata George. “ada banyak yang seperti itu.”

Si lelaki tua berjalan ke arah pintu dan anjing tuanya mengangkat kepalanya dan melihat ke arah si
lelaki tua. Kemudian dengan susah payah berdiri dan mengikuti tuannya. “aku harus menyiapkan
bak cuci untuk orang-orang. Kelompok pekerja akan segera kembali. Kalian akan mengangkut
jelai?”

“Iya.”

“Kau tidak akan memberitahukan kepada Curley apa yang aku katakan?

“Tentu tidak.”

“Yah, kau akan melihatnya nanti, tuan. Kau akan melihat dia murahan atau tidak.” Si lelaki tua
melangkah keluar pintu, ke arah terang cahaya matahari.

George meletakkan kartu-kartunya dengan penuh pertimbangan, membalikkan tumpukan kartu


berangka tiga. Dia menyusun empat kartu keriting di tumpukan kartu as-nya. Cahaya matahari
yang masuk lewat celah kotak sudah menerangi lantai., dan lalat-lalat terbang melesat bagai
kilatan cahaya. Bunyi tali kekang berdenting dan as berbeban berat berderit dari luar. Dari
kejauhan terdengar suara lantang. “Tukang bagal- ooh, tukang bagal!” dan kemudian, “di mana si
Negro sialan itu?”

George menatap tumpukan kartu soliternya, kemudian mengumpulkan semua kartu ke satu
tumpukan dan berbalik ke arah Lennie. Lennie sedang berbaring di ranjangnya, memperhatikan
George.
“Dengar, Lennie! Ini bukan main-main. Aku takut, kau akan punya masalah dengan si Curley itu.
Aku pernah bertemu orang semacam dia. Dia barusan menilaimu. Dia pikir dia bisa membuatmu
takut dan dia akan menghajarmu begitu ada kesempatan pertama.”

Mata Lennie memancarkan ketakutan. “aku tidak ingin ada masalah.” Katanya sedih. “jangan
biarkan dia menghajarku, George.”

George berdiri dan berjalan ke ranjang Lennie dan duduk. “Aku benci bajingan sepertinya,”
katanya. “Aku banyak bertemu bajingan sepertinya. Seperti kata si lelaki tua, Curley tidak mau
ambil risiko. Dia selalu menang.” George berpikir sejenak. “Jika ia berkelahi denganmu, Lennie,
kita akan dipecat. Itu pasti terjadi. Dia anak si bos. Dengar, Lennie. Tetaplah menjauhinya, oke?
Jangan pernah berbicara dengannya. Jika ia datang ke sini, kau pergilah ke ruangan lain. Dapatkan
kau melakukan itu Lennie?”

“Aku tidak ingin ada masalah,” Lennie murung. “Aku tidak pernah berbuat apa-apa padanya”

“Yah, tidak ada baiknya buatmu kalau Curley mau berkelahi. Pokoknya jangan berurusan dengan
dia. Kau ingat itu?”

“Tentu, George. Aku tidak akan bicara sama sekali.”

Suara kelompok pengumpul gandum terdengar makin lantang, bunyi tapal bagal besar di tanah
yang keras, rem kereta bagal yang terseret, dan denting rantai kekang. Para pekerja laki-laki saling
berseru di antara kelompok mereka. George duduk di ranjang sebelah Lennie, mengerutkan dahi
sembari berpikir. Lennie bertanya dengan takut, “kau tidak marah, George?”

“Aku tidak marah padamu. Aku marah pada si Curley bangsat itu. Aku berharap kita bisa dapat
sedikit uang bersama- mungkin seratus dolar.” Nada suaranya menjadi tegas, “Kau jauhi Curley,
Lennie.”

“Tentu, George. Aku tidak akan bicara sama sekali dengannya”

“Jangan biarkan dia memancingmu- tapi kalau bajingan itu memberimu pukulan, biarkan saja.”

“Biarkan apa, George?”

“Sudah, sudah. Aku akan jelaskan nanti ketika tiba saatnya. Aku benci orang macam dia. Dengar,
Lennie, kalau kau dapat masalah, kau ingat apa yang kubilang harus kau lakukan?”
Lennie bangkit dengan ditopang sikunya. Wajahnya berkerut ketika ia berpikir keras. Kemudian
tatapan sedihnya beralih ke wajah George. “Kalau aku dapat masalah, kau tidak akan
membiarkanku mengurus para kelinci.”

“Bukan itu maksudku. Kau ingat di mana kita tidur semalam? Di sungai?”

“Ya, aku ingat. Tentu saja aku ingat! Aku pergi ke sana dan bersembunyi di semak-semak.”

“Bersembunyi sampai aku datang menjumpaimu. Jangan sampai terlihat orang lain.
Bersembunyilah di semak-semak dekat sungai. Ulangi perkataanku.”

“Bersembunyi di semak dekat sungai, di semak dekat sungai.”

“Jika kau dalam masalah.”

“Jika aku dalam masalah.”

Rem berdecit di luar. Terdengar panggilan, “tukang bagal. Oh! Tukang bagal.”

George berkata, “Terus katakan itu Lennie, agar kau tidak lupa.”

Kedua lelaki itu mendongak, karena sinar panjang matahari di ambang pintu terhalangi. Seorang
gadis berdiri di sana sambil melihat ke dalam ruangan. Bibirnya merah penuh dan memiliki mata
yang terpisah jauh dan penuh riasan. Kuku-nya merah. Rambutnya ditata menjadi ikalan yang
menggantung, seperti sosis. Ia menggunakan daster dan selop merah yang berhiaskan bulu burung
unta berwarna merah pada bagian belakangnya. “aku mencari Curley,” katanya. Suaranya sengau
dan terdengar sangat lembut.

George berpaling darinya dan kemudian kembali melihat gadis itu lagi. “dia tadi berada di sini
beberapa menit yang lalu, namun ia pergi lagi.”

“Oh!” ia menaruh tangannya ke belakang badannya dan bersandar pada ambang pintu sehingga
tubuhnya tampak condong ke depan. “kalian orang-orang pekerja yang baru datang, kan?”

“iya.”

Tatapan Lennie turun memandang tubuh gadis itu., dan walaupun terlihat seperti tidak
memperhatikan Lennie, gadis itu terlihat terusik. “terkadang Curley ada di sini,” ia menjelaskan.

George menjawab dengan kasar, “Yah, ia tidak di sini sekarang.”


“Jika ia tidak disini, aku rasa sebaiknya aku mencarinya di tempat lain,” katanya bercanda.

Lennie memperhatikan gadis itu, dan terpesona. George berkata, “jika aku melihatnya, akan ku
sampaikan kepadanya kau mencarinya.”

Gadis itu tersenyum lebar dan berbalik. “tidak ada salahnya kan melirik,” katanya. Suara langkah
kaki terdengar di belakangnya. Ia berpaling. “hai Slim,” kata gadis itu.

Suara Slim terdengar dari pintu. “Hai, Cantik.”

“Aku mencoba mencari Curley, Slim”

“Yah, kau tidak berusaha cukup keras. Aku melihatnya masuk ke rumahmu.”

Gadis itu tiba-tiba gelisah. “dadah, semuanya.” Ia berseru ke arah rumah barak dan bergegas pergi.

George melihat ke arah Lennie. “Astaga, murahan sekali” katanya. “jadi, itu yang dipilih Curley
jadi istri.”

“Ia cantik” kata Lennie membela.

“Yah, dan dia jelas tidak menyembunyikannya. Curley harus kerja keras. Aku bertaruh,
perempuan itu akan mau hanya untuk dua puluh dolar.”

Lennie masih menatap ke arah pintu dimana gadis itu ada tadi. “ya Tuhan, dia cantik.” Lennie
tersenyum kagum. George dengan cepat berpaling ke arah Lennie kemudian menjewer telinga
Lennie dan mengguncangnya.

“Dengarkan aku, kau biadab gila,” kata George tegas. “ jangan pernah kau menatap sundal itu.
Aku tidak peduli apa yang ia katakan dan lakukan. Aku pernah melihat racun seperti dia, namun
tidak ada yang lebih buruk dari pada dia. Kau sebaiknya menjauhinya.”

Lennie mencoba untuk melepaskan telinganya. “aku tidak melakukan apa-apa, George.”

“Tidak, kau tidak pernah. Namun saat dia berdiri di ambang pintu memperlihatkan kakinya , kau
tidak melihat ke arah yang lain, sama sekali tidak.”

“Aku tidak bermaksud buruk, George. Aku jujur.”


“Yah, kau tetap jauhi dia, karena ia serupa jebakan tikus. Biarkan Curley yang mendapat masalah.
Dia sendiri yang cari masalah. Sarung tangan penuh pelembab,” kata George dengan nada jijik.
“dan aku berani bertaruh, dia makan telur mentah dan menggunakan obat kuat.”

Lennie tiba-tiba berkata “aku tidak suka tempat ini, George. Disini bukan tempat yang baik. Aku
ingin pergi dari sini.”

“Kita harus tetap di sini sampai kita dapat uang,. Kita tidak dapat berbuat apa-apa, Lennie. Kita
akan pergi sesegera mungkin. Aku pun tidak suka berada disini .” George kembali ke meja dan
kembali mengatur kartu soliter. “tidak, aku tidak suka,” ujarnya. “Setelah ada sedikit uang aku
akan keluar dari sini. Jika kita bisa mendapat beberapa dolar, kita akan kabur ke American River
dan mendulang emas. Kita mungkin bisa menghasilkan beberapa dolar di sana, dan menjadi kaya.”

Lennie buru-buru mencondongkan badannya ke arah George. “ayo pergi, George. Ayo pergi dari
sini. Di sini kejam.”

“Kita harus tinggal,” George menjawab singkat. “diamlah sekarang. Orang-orang itu akan segera
masuk.”

Dari ruang cuci terdekat terdengar suara air mengalir dan bunyi derak baskom. George mengamati
kartu-kartu. “mungkin sebaiknya kita mandi,” katanya. “tapi kita tidak melakukan apapun yang
membuat kotor.”

Seorang pria tinggi berdiri di ambang pintu. Sambil mengempit topi Stetson gepeng di lengannya
sementara menyisir rambut hitam, panjang-lurus, lembapnya ke belakang. Seperti yang lain, ia
mengenakan celana jeans biru dan jaket denim pendek. Sesaat setelah ia selesai menyisir
rambutnya, dia masuk ke dalam ruangan, dan dia berjalan dengan gaya seperti bangsawan dan ahli
pengrajin. Ia seorang mandor penunggang bagal, pangeran di peternakan, mampu mengendalikan
sepuluh, enam belas, bahkan dua puluh bagal dengan hanya satu tali pada bagal pemimpin. Ia
mampu membunuh lalat di belakang pantat bagal menggunakan cambuk kuda tanpa menyentuh
kulit bagal tersebut. Ada daya tarik pada sikapnya dan ketenangan yang begitu dalam sehingga
semua obrolan terhenti saat ia berbicara. Kemartabatannya begitu terlihat sehingga kata-katanya
didengar, mau itu politik atau soal asmara. Ini dia si Slim, si mandor pengemudi bagal. Wajah
tirusnya awet. Dia mungkin sudah berumur tiga puluh lima tahun atau lima puluh tahun.
Telinganya mendengar lebih dari sekedar yang dikatakan kepadanya, dan nada bicaranya yang
lambat tidak menyiratkan pemikiran, melainkan pemahaman yang melampaui pemikiran.
Tangannya, besar dan ramping, bergerak gemulai seperti para penari kuil.

Ia memuluskan topinya yang gepeng, melipatnya pada bagian tengah dan memakainya. Ia
menatap ramah kepada George dan Lennie di dalam rumah barak itu. “terang sekali di luar sana,”
katanya dengan nada lembut. “ hampir tidak bisa melihat apa-apa di dalam sini. Kalian
orang-orang baru?”

“baru tiba,” jawab George.

“mau angkut jelai?”

“itu yang dikatakan bos.”

Slim duduk di kotak depan George. Iya mengamati susunan kartu soliter yang tersusun terbalik
darinya. “ku harap kau masuk kelompokku,” ucapnya. Suaranya begitu lembut. “ada dua bocah di
kelompokku yang tidak tahu bedanya karung jelai dan yang bukan karung jelai. Kalian sudah
pernah panen jelai?”

“tentu saja,” jawab George. “aku memang tidak layak dipuji, namun bangsat besar disana dapat
mengangkut jelai lebih banyak seorang diri dari pada kebanyakan buruh.”

Lennie yang sedari tadi mendengarkan dan memperhatikan obrolan tersebut, tersenyum puas atas
pujian tersebut. Slim menatap setuju kepada George dengan pujiannya terhadap Lennie. Slim
bersandar ke meja dan menjentikkan ujung kartu yang kalah. “kalian bepergian bersama?” Nada
ramahnya mengudang kepercayaan tanpa menuntut.

“Benar,” jawab George. “bisa dibilang kami saling menjaga satu sama lain.” Ia menunjuk Lennie
dengan ibu jari. “dia tidak pintar, tapi seorang pekerja yang sangat baik, kuat. Orang yang baik,
namun tidak pintar. Aku mengenalnya sudah sangat lama.”

Slim menatap George jauh ke dalam benaknya. “tidak banyak orang yang bepergian bersama,”
renungnya. “Aku tidak tahu kenapa, mungkin semua orang di dunia terkutuk ini takut pada
sesamanya.”

“Sungguh lebih baik bepergian bersama seseorang yang kau kenal,” kata George.
Seorang pria tangguh, berperut buncit masuk ke rumah barak. Kepalanya masih meneteskan air
sehabis membasuh diri. “Hai, Slim,” katanya, kemudian berhenti dan menatap George dan Lennie.

“Orang-orang ini baru saja datang,” kata Slim memperkenalkan mereka.

“Senang bertemu kalian,” kata si pria besar. “Namaku Carlson.”

“Aku George Milton. Dan ini Lennie Small.”

“Senang bertemu denganmu,” Carlson mengatakan kembali. “Dia tidak benar-benar kecil
(Small).” Katanya sambil terkekeh dengan candaannya. “Tidak kecil sama sekali,” ulangnya.
“Aku berniat menanyaimu, Slim— bagaimana anjingmu?” Aku tidak melihatnya ada di bawah
keretamu pagi ini.”

“Dia beranak semalam,” jawab Slim. “Sembilan ekor anak. Aku langsung menenggelamkan empat
ekor. Ia tidak dapat menyusui sebanyak itu.”

“Tersisa lima?”

“Iya, lima. Aku akan memelihara yang paling besar.”

“Akan menjadi anjing seperti apa mereka nanti?”

“Aku tidak tahu,” jawab Slim. “Sejenis anjing penggembala, kurasa. Jenis itu yang paling sering
aku lihat di sekitar sini ketika ia sedang berahi.”

Carlson melanjutkan, “Dapat lima, ya. Akan kau pelihara semua?”

“Aku tidak tahu, harus ku pelihara sementara agar mereka dapat minum susu Lulu.”

Carlson berkata serius, “Nah, begini, Slim. Aku sempat berpikir. Anjing Candy sudah begitu tua
dan nyaris tidak bisa jalan. Baunya pun bukan main. Setiap kali ia datang ke rumah barak, aku
dapat menciumnya dua hingga tiga hari. Mengapa kau bujuk Candy untuk menembak anjing
tuanya dan berikan salah satu anak anjing milikmu untuk Ia pelihara? Aku dapat mencium bau
anjing itu dari jarak satu kilometer. Tidak punya gigi, nyaris buta, tidak bisa makan. Candy
memberinya susu. Ia tidak dapat lagi mengunyah.”
George memperhatikan Slim dengan seksama. Tiba-tiba terdengar bunyi bel triangle dari luar,
pelan di awal kemudian bertambah kencang hingga temponya hanya terdengar satu dentingan.
Lalu bunyi itu tiba-tiba berhenti seperti awal berbunyi.

“Itu dia,” kata Carlson.

Di luar, terdengar suara-suara sekelompok orang yang lewat.

Slim berdiri perlahan dan dengan bermartabat. “Kalian sebaiknya ikut selagi masih ada makanan.
Tidak bakal ada yang tersisa hanya dalam beberapa menit.”

Carlson melangkah mundur untuk mempersilahkan Slim lebih dahulu, kemudian keduanya keluar.

Lennie memperhatikan George dengan penuh semangat. George mengumpulkan kartunya menjadi
satu tumpukan yang berantakan. “Yah!” ucap George, “Aku mendengarnya, Lennie. Aku akan
menanyainya.”

“Yang berwarna coklat dan putih,” seru Lennie bersemangat.

“Ayolah. Ayo makan. Aku tidak tahu apa dia punya yang berwarna coklat dan putih.”

Lennie tidak beranjak dari ranjangnya. “kau tanya dia langsung, George. Jadi dia tidak akan
membunuh anak anjing lagi.”

“Tentu. Ayo sekarang berdiri.”

Lennie berguling dari ranjangnya dan berdiri, dan mereka berdua berjalan ke pintu. Baru saja
sampai di pintu, Curley menerjang masuk.

“Kau lihat gadis di sekitar sini?” tanyanya dengan amarah.

George menjawab dingin. “sekitar setengah jam yang lalu mungkin.”

“Mau apa dia kesini?”

George berdiri bergeming, memperhatikan lelaki kecil yang marah. Ia berkata dengan nada
menghina, “Dia bilang—dia mencarimu.”
Curley sepertinya baru benar-benar melihat George untuk pertama kali. Tatapannya tajam kepada
George, mengamati tinggi badannya, mengukur jangkauannya, memperhatikan perutnya yang
ramping. “Yah, kemana ia pergi?” akhirnya ia bertanya.

“Aku tidak tahu,” jawab George. “Aku tidak melihat kemana ia pergi.”

Curley mengerutkan dahi kepada George dan berbalik, bergegas keluar dari pintu.

George berkata, “Kau tahu, Lennie, Aku takut, aku sendiri yang akan bermasalah dengan keparat
itu. Aku membenci sikapnya. Ya Tuhan! Ayo, tidak akan yang tersisa untuk kita makan.”

Mereka pergi keluar dari pintu. Sinar matahari terlihat segaris tipis di bawah jendela. Dari
kejauhan dapat terdengar denting piring-piring.

Sesaat kemudian, anjing tua Candy berjalan terpincang-pincang ke arah pintu yang terbuka. Ia
memandang dengan mata setengah buta. Ia mengendus, dan kemudian merebahkan diri dan
menaruh kepalanya di antara kedua kakinya. Curley kembali muncul di ambang pintu dan berdiri
memperhatikan ke dalam ruangan. Anjing itu menengadahkan kepalanya, namun saat Curley
keluar, kepala kelabu anjing itu kembali disungkurkan di lantai.
Bagian III

Walaupun terangnya cahaya senja menyelusup masuk melalui jendela barak, di dalam ruangan
terasa kelam. Dibalik sebuah pintu terdengar suara benda jatuh dan sesekali suara gemerincing
permainan lempar tapal kuda, dan kian lama suara itu seperti bersepakat atau berdebat.

Slim dan George memasuki barak yang kian gelap bersama-sama. Slim menuju ke meja kartu dan
menyalakan lampu elektrik bertudung timah. Seketika meja itu menjadi terang dan ujung tudung
lampu menyorotkan sinar lampu lurus kebawah, meninggalkan sudut-sudut barak tetap gelap.
Slim duduk di kotak dan George duduk bersebrangan dengannya.

“Tidak apa-apa,” kata Slim. “Aku sudah menyembunyikan sebagian besar anak anjing itu. Tidak
perlu berterimakasih kepadaku.”

George menjawab, “Mungkin bagimu tidak berarti, tapi baginya itu merupakan penderitaan. Ya
Tuhan, aku tidak tahu harus bagaimana agar ia tidur disini. Dia bersikeras ingin tidur dengan
merekadi lumbung. Kita akan mendapat masalah jika membiarkannya tidur di kotak bersama
anak-anak anjing.”

“Tidak apa-apa,” ulang Slim. “Dengar, kamu memang benar soal dia. Mungkin dia tidak cerdas,
tapi aku belum pernah melihat pekerja seperti dia. Dia hampir saja membunuh pasangannya
pengangkut karung gandum. Tidak ada yang bisa menandinginya. Astaga…aku belum pernah
melihat orang sekuat itu.”

George menjawab dengan lantang. “Beritahu Lennie apa yang harus ia lakukan maka dia akan
melakukannya tanpa pikir panjang. Dia tidak bisa berpikir tentang apa yang harus ia lakukan tapi
dia bisa menuruti perintah.”

Terdengar gemerincing tapal kuda di tiang besi dan samar-samar suara sorak sorai di luar.

Slim sedikit mundur sehingga cahaya tidak mengenai wajahnya. “Lucu ya melihat kalian jalan
bersama.” Itu merupakan cara Slim untuk memancingnya.

“Apanya yang lucu?” George bertanya sembari sedikit kesal.


“Oh, entahlah. Jarang sekali ada pria yang bepergian bersama, aku hampir tidak pernah melihat
dua lelaki bepergian bersama. Kamu pun tahu kebiasaan para buruh, mereka hanya masuk barak
untuk tidur, lalu bekerja selama sebulan, kembali, dan pergi lagi seperti tidak peduli satu sama lain.
Lucu saja, orang gila seperti dia dan orang pintar seperti kamu bepergian bersama.”

“Dia tidak gila,” kata George. “Dia hanya sangat bodoh, tapi tidak gila. Akupun tidak begitu
pintar. Dan aku tidak akan bekerja sebagai pengangkat karung gandum untuk lima puluh dolar.
Jika aku memang pintar atau pintar sedikit saja, aku pasti sudah memiliki rumah, aku pasti
mendapatkan hasil panenku sendiri bukannya malah menjadi pengangkut karung gandum.”
George terdiam. Ia ingin bicara. Slim tidak mendorong atau menahannya berbicara. Ia hanya diam
menunggu George berbicara. “Tidak ada yang lucu jika aku dan dia pergi bersama,” Lanjut
George. “Lennie dan aku sama-sama lahir di Auburn. Aku mengenal bibinya, Clara. Bibinya
mengurus Lennie sejak Lennie masih kecil dan membesarkannya. Saat bibinya meninggal, Lennie
ikut bekerja denganku dan lama-lama kami mulai terbiasa bersama.”

“Hmmm,” Slim bergumam.

George melirik Slim dan melihat matanya yang tenang seperti mata dewa sudah melekat padanya.
“Lucu” lanjut George, “Dulu aku sering bercanda dengannya karena dia terlalu bodoh untuk
menjaga dirinya sendiri. Dia mau saja melakukan apapun yang kukatakan. Jika aku menyuruhnya
berjalan ke jurang mungkin dia akan lakukan juga. Terkadang bercanda kepadanya menjadi tidak
menyenangkan karena dia tidak marah. Aku pernah menghajarnya, dan dia bisa saja membalas
dengan mematahkan tulang-tulangku hanya dengan tangannya, tapi dia tidak pernah memukulku.”
Nada bicara George berubah seperti sedang mengakui sesuatu. “Aku akan memberi tahu mengapa
aku berhenti mengerjainya. Suatu hari ada sekelompok orang sedang berdiri di dekat Sacramento
River. Aku mendapat ide dan berbalik kearah Lennie dan berkata ‘lompat ke air’ dan dia melompat
padahal dia tidak bisa berenang. Dia nyaris tenggelam saat kita berhasil mengeluarkannya dari
sungai. Tapi dia malah berterimakasih kepadaku karena telah menariknya keluar. Aku
memintanya untuk melupakan apa yang aku perintahkan sebelumnya dan aku tidak akan
melakukan hal semacam itu lagi.”

“Dia teman yang baik, orang tidak harus cerdas untuk menjadi orang baik. Menurutku malah
sebaliknya. Berteman lah dengannya, jarang-jarang menemukan teman sepertinya.” Jawab Slim.
“Aku tidak mempunyai siapa-siapa, aku pernah melihat orang-orang berkeliling sendirian di
peternakan. Itu tidak bagus. Mereka tidak bersenang-senang hingga akhirnya mereka menjadi
kasar dan bertengkar setiap saat.” Kata George.

“Iya, kebanyakan begitu. Lalu mereka tidak saling berbicara.” Slim menyetujui.

“Terlebih lagi Lennie sangat menyusahkanku setiap saat, tapi aku tidak bisa menyingkirkannya
dariku.” Jawab George.

“Dia bukan orang yang kejam, aku bisa melihatnya, dia sama sekali tidak kejam.” Slim menjawab.

“Tentu saja dia tidak kejam. Dia selalu terlibat masalah karena dia terlalu bodoh. Seperti yang
terjadi saat di Weed-” George tiba tiba berhenti saat sedang mengacak-acak kartu. Dia menatap
Slim dan melihat sekitar. “kamu akan merahasiakan ini, kan?”

“Apa yang terjadi di Weed?” Slim bertanya dengan suara pelan.

“Tidak akan bilang siapapun? Ah tidak, kamu pasti akan membeberkannya.”

“Apa yang dia lakukan di Weed?” Slim bertanya untuk kedua kalinya.

“Jadi, Lennie melihat seorang gadis mengenakan gaun berwarna merah. Dia menyentuh apapun
yang ia suka hanya untuk merasakannya. Lalu dia meraih gaunnya dan gadis itu menjerit, namun
Lennie tetap memegang gaun merah karena yang ada di pikirannya hanya itu. Gadis ini terus
menjerit, hingga aku mendengar suaranya dan aku berlari kesana. Saat itu Lennie sangat ketakutan
yang ada dipikirannya hanya tetap memegang gaun itu. Aku memukul kepalanya dengan pagar
kayu agar ia mau melepaskan genggamannya. Karena ketakutan ia tidak melepaskan gaunnya. Dia
sangat kuat, kamupun tahu itu.”

Mata Slim melebar dan tak berkedip sambil mengangguk-angguk dengan pelan. “Lalu apa yang
terjadi?”

George perlahan menyusun kartu soliternya. “Perempuan itu berteriak dan melapor bahwa ia
diperkosa. Para laki-laki mencari Lennie untuk menghajarnya. Kita hanya bersembunyi di di parit
irigasi di bawah air sepanjang hari itu. Hanya kepala menongol sedikit dari pinggir parit. Dan
malam itu kami kabur kemari.”

Slim diam sejenak. “Dia tidak melukainya sedikitpun?”


“Astaga, tidak. Dia hanya membuatnya takut. Aku juga pasti takut jika dia mencengkramku. Dia
cuma ingin memegang gaunnya seperti ia ingin mengelus anak anjing.”

“Dia tidak bermaksud melakukan itu. Kalau memang sengaja aku bisa melihatnya.” Kata George.

“Memang, dia tidak bermaksud melakukan itu, aku—“Lennie masuk dari sebuah pintu. Ia
mengenakan mantel biru denimnya di bahu, seperti jubah, dan dia berjalan membungkuk.

“Hai, Lennie, kamu suka anak anjingnya?” Tanya George.

Lennie menjawab sambil terengah-engah, “Anak anjingnya berwarna putih dan coklat seperti yang
kumau.” Lennie langsung berjalan menuju ranjangnya untuk berbaring lalu memalingkan
wajahnya ke arah dinding dan menekuk kedua kakinya.

George dengan tegas menyimpan kartunya “Lennie.” ujarnya tajam. Lennie hanya menengok
kearah George. “Huh? Apa yang kau mau, George?”

“Aku sudah bilang untuk tidak membawa anak anjing kesini.”

“Anak anjing? Aku tidak membawanya.”

George dengan cepat berjalan kearahnya lalu memegang bahunya agar ia menghadap kearahnya.
George meraih dan mengambil anak anjing dari dalam baju Lennie.”

Lennie duduk, “Berikan padaku George.”

George berkata,”Kamu bangun dan bawa anjing ini kembali ke tempatnya. Dia harus tidur
bersama ibunya. Kamu ingin membunuhnya? Baru lahir semalam dan kau membawa ia masuk
kesini. Bawa dia kembali atau aku beritahu Slim agar tidak mengizinkanmu untuk memelihara
anjing.”

Lennie memohon kepada George. “Berikan dia padaku, George, aku akan membawanya kembali.
Aku tidak bermaksud menyakitinya. Sungguh tidak bermaksud. Aku hanya ingin mengelusnya.”

George memberikan anak anjing itu padanya. “Baiklah. Bawa dia secepatnya dan jangan pernah
membawanya keluar lagi karena itu bisa membunuhnya.” Lennie berlari keluar ruangan.

Slim masih terdiam. Mata tenangnya mengikuti langkah Lennie keluar ruangan. “Astaga…Dia
seperti anak kecil sekali.”
“Memang dia sangat seperti anak kecil. Tidak ada bedanya dia dengan anak kecil hanya saja dia
sangat kuat. Aku berani bertaruh dia tidak akan tidur disini malam ini. Dia akan tidur di dalam
kotak. Yasudah biarkan sajalah asal dia tidak menyakiti anjing-anjing itu.

Di luar hampir gelap. Candy tua, seorang buruh, memasuki barak dan berjalan menuju tempat
tidurnya. Di belakang terdapat anjing tua yang bersusah payah mengikutinya. “Halo, Slim. Halo,
George. Kalian berdua tidak bermain lempar tapal?”

“Aku tidak suka bermain tapal kuda jika hari sudah gelap.” Slim menjawab.

Candy berpindah posisi, “Apakah kalian memiliki segelas whiskey? Perutku sakit.”

“Aku tidak punya, kalaupun punya aku akan meminumnya, dan aku tidak sedang sakit perut.”
Jawab Slim

“Perutku sakit sekali,” Kata Candy. “Mereka memberiku lobak basi, aku sudah tahu akan sakit
perut bahkan sebelum aku memakannya.”

Carlson yang bertubuh kekar datang dari halaman yang sudah terlihat gelap. Dia berjalan keujung
barak dan menyalakan lampu. “Di sini gelap seperti di neraka,” Kata Carlson. “Waw, bagaimana
mungkin orang negro itu bisa bermain tapal kuda?”

“Dia berbakat.” Slim menjawab.

“Iya, kau benar. Dia tidak membiarkan lawannya menang--” Carlson berhenti dan mengendus
sekitar lalu melihat anjing tua. “Yaampun, anjing ini bau sekali. Bawa dia keluar, Candy! Aku
tidak pernah mencium bau seburuk anjing tua ini. Kau harus membawanya keluar.” Carlson
berkata.

Candy berguling ke ujung tempat tidur dan meraih anjing tua itu lalu mengelusnya dan dia
meminta maaf. “Aku sudah lama bersamanya. Aku tidak pernah memperhatikan baunya seperti
apa.”

“Ya, tapi aku tidak tahan dia ada di sini,” Balas Carlson. “Baunya tetap ada meskipun ia sudah
keluar.” Carlson berjalan dengan langkahnya yang berat dan menatap anjing tua itu. “Tidak punya
gigi,” Lanjutnya. “Semua tubuhnya kaku karena rematik. Dia tidak berguna untukmu. Dia
sendiripun sengsara. Mengapa tidak kamu tembak saja dia, Candy?”
Pria tua bergerak tidak nyaman. “Tidak akan. Aku sudah lama bersama dengannya sejak ia masih
kecil. Aku menggembala domba dengannya.” Candy berbicara dengan lantang. “Kamu tidak tahu
dia seperti apa, tapi bagiku dia anjing terbaik yang pernah ku miliki.”

George berkata, “Aku pernah melihat seorang pria di Weed dengan anjing airedale miliknya
sedang menggembala domba.”

Carlson tetap ngotot. “Lihat,Candy. Anjing ini sudah susah berjuang untuk hidup sepanjang waktu.
Jika kamu mengeluarkan dan menembaknya di kepala belakang--” Carlson menunduk dan
menunjuk, “--tepat disini, dia tidak akan merasakan apapun.”

Candy menatap anjing itu sambil bersedih. “Tidak,” ia berkata dengan pelan. “Aku tidak bisa
melakukan itu. Aku sudah sangat lama bersamanya.”

“Dia tidak bahagia,” Carlson tegas menjawab. “Dan dia sangat bau, kuberi tahu, aku akan
menembaknya untukmu. Jadi orang yang menembaknya bukam kamu.”

Candy merubah posisinya. Dia menggaruk kumis putihnya dengan hati-hati. “Aku terbiasa
bersamanya,” ia menjawab dengan lembut. “Aku bersamanya sejak ia masih kecil.”

“Kau jahat jika tetap membiarkannya hidup sengsara seperti ini,” timbal Clarson. “Lihatlah, Slim
memiliki banyak anak anjing. Aku yakin Slim akan membiarkanmu memiliki salah satu anak
anjingnya untuk kau rawat. Bukankah begitu, Slim?”

Slim mengamati anjing tua itu dengan mata tenangnya. “Ya, kamu bisa memilikinya jika kamu
mau.” kata Slim. “Apa yang diucapkan Carl itu benar, Candy. Anjing itu sengsara. Aku berharap
seseorang menembakku jika aku sudah tua dan rapuh.”

Candy menatap anjing tua itu dengan pasrah. “Akan menyakitkan jika menemmbak. Aku akan
merawatnya.”

Carlson menjawab, “Caraku menembak tidak akan menyakitinya. Aku akan menembaknya di sini.”
Ia menunjuk belakang kepala anjing tua itu. “Persis di belakang kepalanya. Bahkan dia tidak akan
gemetar.”

Candy menatap orang-orang sekitarnya untuk meminta pertolongan. Di luar sudah hampir gelap
sepenuhnya. Seorang buruh muda datang. Bahunya yang miring condong ke depan dan dia
berjalan dengan langkah yang berat seperti sedang mengais karung gandum. Dia pergi ke tempat
tidurnya dan meletakkan topinya. Lalu ia mengambil sebuah majalah yang ada di raknya dan
membawanya ke atas meja agar terkena cahaya. “Apa aku pernah menunjukkan ini kepadamu,
Slim?” Ia bertanya.

“Menunjukkan apa?”

Pria muda itu membalik majalahnya, dan menyimpannya di atas meja sambil menunjukkan
sesuatu. “Baca itu.” Slim membungkuk. “Ayo.” desak pria muda itu. “Baca dengan lantang.”

“’Teruntuk redaksi,’” Slim perlahan membacanya. “’Aku telah membaca majalahmu selama enam
tahun, karena bagiku majalah ini adalah yang terbaik di pasaran. Aku suka cerita Peter Rand.
Menurutku dia sangat keren. Beri kami lebih banyak cerita seperti Dark Rider. Aku tidak banyak
menulis surat. Hanya terpikirkan untuk memberitahumu bahwa majalahmu adalah uang terbaik
yang rela aku habiskan.’”

Slim menengok sambil bertanya-tanya. “Apa maksudmu menyuruhku membaca itu?”

Whit berkata. “Lanjut. Baca nama yang ada di bawah.”

Slim lanjut membaca, “’turut berbahgia atas kesuksesanmu, Willian Tenner.’” Slim menengok
kembali ke arah Whit. “Untuk apa kamu menyuruhku membaca itu?”

Whit menutup majalah itu dengan bangga. “ Tidakkah kamu ingat Bill Tenner yang bekerja di sini
tiga bulan lalu?”

Slim berpikir. . . “Pria kecil?” ia bertanya. “pendorong mesin ladang?”

“Iya, benar, pria yang itu.”

“Menurutmu dia orang yang menulis surat ini?”

“Iya, aku tahu itu. Bill dan aku pernah ke sini sebelumnya. Bill mempunyai majalah yang baru
keluar. Dia menunjukkannya padaku dan berkata, ‘aku menulis surat yang disimpan di dalam buku
ini.’ Tapi setelah ku buka tidak ada surat apapun. Bill melanjutkan ucapannya, ‘Mungkin suratnya
disimpan untuk suatu saat nanti.’ Dan disinilah suratnya.”

“Tebakanmu benar.” kata Slim


George mengulurkan tangan untuk melihat majalahnya. “Coba ku lihat.”

Whit menemukan surat lagi, dan dia masih terus mencarinya. Dia menunjuk surat itu dengan jari
telunjuknya lalu dia pergi ke rak miliknya dan menyimpan majalah itu dengan hati-hati. “Aku
penasaran, apakah Bill benar-benar mengirim surat ini,” ucap Whit. “Bill dan aku bekerja
tambahan di ladang kacang polong. Kita berdua membudidayakan kacang polong. Bill adalah
teman yang sangat baik.”

Selama perbincangan itu Carlson tidak ikut campur. Dia tetap memandangi anjing tua itu. Candy
gelisah melihatnya. “Jika kamu mau, aku akan menghapus kesengsaran hidupnya sekarang juga,
dan semuanya berakhir. Tidak ada lagi yang tersisa darinya. Dia tidak bisa makan, tidak bisa
melihat bahkan untuk berjalan tanpa kesakitan pun tidak bisa.”

Candy dengan harap berkata, “Kamu tidak punya senjata.”

“Yang benar saja. Aku punya pistol Luger. Itu tidak akan membuatnya sakit sedikitpun.”

Candy berkata, “Mungkin besok saja. Tunggulah sampai besok.”

“Aku tidak punya alasan apa-apa untuk menunggu hingga esok,” Carlson menjawab. Dia berjalan
menuju tempat tidurnya lalu mengambil sebuah tas dari bawah tempat tidur dan mengeluarkan
pistol Luger miliknya. “Mari selesaikan sekarang. Kita tidak bisa tidur bersama baunya yang
mengelilingi tempat ini.” Dia menaruh pistol di dalam saku pistol yang ada di panggulnya.

Candy menatap Slim untuk waktu yang lama berharap mendapatkan dukungannya dan Slim hanya
diam. Lalu dengan pelan dan tanpa harapan Candy berkata, “Baiklah--bawa dia.” Candy tidak
menatap anjing itu. Ia berbaring dan menyilangkan tangannya di bawah kepala lalu memandang
langit-langit.

Dari sakunya, Carlson mengambil tali kulit dan ia berhenti untuk melingkarkannya ke leher anjing
tua. Semua orang melihat Carlson kecuali Candy. “Kemarilah anjing tua, kemarilah,” ia berkata
dengan lembut. Carlson berkata maaf beribu kali kepada Candy, “Dia tidak akan merasakan
apapun.” Candy tetap berdiam diri tidak menggubris ucapan Carlson. “Kemari anjing tua. Anjing
tua itu berjalan mengikuti tali yang menariknya dengan pelan dan kaku.

Slim berkata, “Carslon.”


“Ya?”

“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.”

“Apa maksudmu Slim?”

“Bawa sekop.” Slim singkat menjawab.

“Oh,ya, tentu. Aku paham!” Dia menarik anjing tua keluar dari barak.

George mengikutinya hingga ke pintu untuk menutup sekaligus menguncinya. Candy tetap
berbaring memandangi langit langit.

Slim berbicara dengan lantang, “Salah satu bagalku kakinya sakit, aku harus memberinya ter.”
Volume suaranya sedikit menurun. Diluar sangat tenang, suara langkah kaki Carlson tidak lagi
terdengar. Keheningan kembali menyelimuti ruangan untuk waktu yang lama.

George tertawa kecil, “Aku yakin Lennie sedang di lumbung bersama anak anjing. Dia tidak akan
masuk kesini lagi karena sekarang dia memiliki anjing.”

Slim menjawab, “Candy, kamu bisa memiliki salah satu anak anjingku jika kamu mau.”

Candy tak menghiraukannya. Keheningan di dalam ruangan itupun kembali terasa, sepanjang
malam. George berkata, “Ada yang ingin main kartu?”

“Aku akan bermain sebentar denganmu.” Jawab Whit.

Mereka duduk berhadapan di meja, tapi George tak kunjung mengacak kartu. Dia mengetuk
unjung meja dengan gugup, dan suara ketukan itu membuat semua orang yang ada di dalam
ruangan memperhatikannya, jadi dia berhenti melakukan itu. Keheningan datang lagi mengelilingi
ruangan. Waktu demi waktu berlalu. Candy tetap memandangi langit-langit. Slim menatapnya
sesaat dan melihat tangannya. Terdengar suara gerogotan dari bawah lantai dan semua orang
melhat ke bawah. Hanya candy yang tetap pada posisinya.

“Sepertinya di bawah sini ada tikus,” kata George. “Kita harus membuat jebakan tikus di sana.”

Whit bergerak, “Apa yang membuatmu sangat lama? Kenapa kamu tidak membagikan kartu? Kita
tidak bermain kartu seperti ini.”
George menggenggam kartu dengan erat dan mengamati bagian belakangnya. Lagi-lagi
keheningan datang.

Suara tembakan terdengar dari luar. Orang-orangpun langsung melihat kearah pria tua. Setiap
kepala menengok kearahnya.

Dalam beberapa saat Candy memalingkan pandangannya ke langit-langit lagi. Lalu dia
memiringkan badannya dan menatap tembok dan terdiam.

George megacak-acak kartu dengan berisik dan mengatur batas sebelum memulai. Whit membuat
papan skor dan berkata, “Kurasa kalian datang ke sini benar-benar untuk bekerja.”

“Maksudmu?” Tanya George.

Whit tertawa. “Ya itu, kalian tetap datang pada hari Jumat dan masih ada dua hari lagi untuk
bekerja hingga Minggu.”

“Aku tidak mengerti,” kata George.

Whit tertawa lagi. “Kamu akan paham jika sudah lama bekerja di peternakan besar. Pria yang
bekerja di sini datang pada Sabtu sore. Pada Sabtu malam ia akan mendapatkan 1x makan dan 3x
pada Minggu lalu dia bisa kembali pada Senin pagi setelah sarapan, tapi kalian datang ke sini pada
Jumat siang. Kalian harus kerja sehari setengah bagaimanapun.”

George dengan datar memandangnya, “Kita akan tinggal di sini sementara. Aku dan Lennie akan
mengumpulkan uang.” Kata George.

Pintu perlahan terbuka dan ada orang negro di baliknya.

Slim mengalihkan pandangannya dari Candy. “Eh? Oh! Hallo Crooks. Apa yang membawamu
kemari?”

“Kau menyuruhku memanaskan ter untuk kaki bagal dan sudah ku lakukan.”

“ Oh yaa…Crooks. Aku akan keluar dan mengurusnya.”

“Aku bisa melakukannya untukmu, Tuan Slim.”

“Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri.” Slim lalu berdiri.


Crooks memanggilnya, “Tuan Slim.”

“Iya.”

“Pria baru yang besar itu bermain dengan anak-anak anjingmu di dalam lumbung.”

“Tidak apa-apa, dia tidak akan menyakiti mereka. Aku memberinya salah satu anak anjingku.”

“Aku hanya ingin memberitahumu,” kata Crooks. “Dia membawa anak anjing keluar dari
kandangnya dan menggenggamnya. Itu tidak baik untuk mereka.”

“Dia tidak akan melukai mereka. Mari kita lihat bersama-sama.”

George waspada. “Jika laki-laki gila itu terlalu bertindak gegabah, tendang saja dia keluar Slim.”

Slim mengikuti Crooks ke arah lumbung.

George membagi kartu dan Whit mengambilnya lalu memeriksa kartu yang ada di tangannya.
“Sudah melihat anak baru?” Whit bertanya.

“Anak baru?” Jawab George.

“Why, istri baru curley.”

“Oh, aku sudah melihatnya.”

“Tidakkah menurutmu dia seksi?”

“Aku tidak begitu memperhatikannya.” Kata George.

Whit menaruh kartunya. “Diamlah dan buka matamu, kamu akan melihat kalau dia sangat terbuka.
Dia tidak menutupi apapun. Belum pernah kulihat wanita seperti itu. Dia main mata dengan semua
orang. Aku yakin dia juga main mata kepada negro itu. Aku tidak paham apa yang dia inginkan.”

George bertanya dengan santai, “Apa ada masakah sejak dia datang ke sini?”

Terlihat jelas Whit tidak memperhatikan kartu miliknya. Dia menyimpan kartunya di meja dan
George menyiduk kartu milik Whit. George membeberkan kartu Whit, tujuh kartu, dan enam kartu
di atasnya, dan lima kartu lainnya di atas barisan enam kartu.

Whit berkata, “Aku mengerti maksudmu. Tidak ada masalah. Curley hanya was-was, sementara
hanya itu saja. Setiap saat para laki-laki sedang berkumpul dia pasti muncul. Dia mencari Curley
atau mungkin dia menyimpan sesuatu dan dia mencari itu. Intinya, dia seperti tidak ingin jauh-jauh
dari para lelaki dan juga dari Curley.

George menjawab, “Dia akan membuat kekacauan. Para lelaki akan dijadikan bahan untuk
membuat kekacauan. Dia bagaikan umpan yang siap dipelatuk. Curley cocok dengan pekerjaanya,
namun peternakan dengan sekelompok pria bukan tempat untuk seorang perempuan, terutama
seperti dia.”

Whit berkata, “Jika kau dapat ide, kau harus ikut ke kota dengan kita besok malam.”

“Kenapa? Apa yang akan kita lakukan?”

“Seperti biasa, kita akan datang tempat Susy tua. Tempat itu sangat bagus. Susy tua selalu
melontarkan candaan dan tertawa. Seperti yang ia katakan saat kita datang ke depan serambi hari
Sabtu malam. Susy membuka pintu dan dia berteriak, ‘Pakai mantel kalian para gadis, telah datang
para polisi.’ Dia tidak pernah mengatakan hal kotor. Adal lima gadis di sana.”

“Berapa?” George bertanya.

“Dua setengah. Kamu bisa mendapat satu sloki. Hanya 12 sen. Susy juga memiliki kursi yang
nyaman. Jika laki-laki tidak ingin bermain, dia bisa hanya duduk di kursi dan meminum dua atau
tiga sloki dan menghabiskan waktu dan Susy tidak akan peduli. Dia tidak akan mengusir mereka
dan menendangnya keluar.”

“Mungkin aku akan pergi dengan kalian.” Kata George.

“Ya, ikutlah. Banyak kesenangan yang akan kau dapatakan karena suasana selalu pecah dengan
candaan Susy. Seperti yang pernah ia katakan saat itu, dia berkata, ‘Ada orang yang hanya
menaruh karpet kain perca di lantai dan lampu boneka Kewpie di fonograf, lalu dipikirnya itu
berarti dia sudah punya rumah bordil.’ Yang di bicarakannya adalah rumahnya Clara. Dan Susy
berkata, ‘aku mengerti apa yang para lelaki inginkan. Para gadisku bersih. Jika kalian ingin
bersenang-senang, ya, kalian tahu kemana kalian harus pergi.’ Dan dia juga berkata, ‘Di sebelah
sana ada sekelompok pria yang kakinya bengkok karena doyan masuk rumah bordil.’”

George bertanya, “Apa? Clara mengurus rumah lain?”


“Iya, tapi kita tidak akan pernah pergi kesana. Clara memasang harga 3$ dalam sekali main dan 35
sen setiap satu kali sloki. Dia tidak suka bercanda. Bagaimanapun, tempat Susy indah dan dia
memiliki kursi yang bagus, dia juga tidak mengizinkan bocah memasuki tempatnya.” Kata Whit.

“Aku dan Lennie akan mengumpulkan uang. Mungkin aku akan pergi dan mendapat beberapa
sloki tapi aku tidak sudi membayar dua setengah dolar.” Kata George.

“Tidak masalah, kadang laki-laki juga perlu bersenang-senang.” Jawab Whit.

Pintu terbuka lalu Lennie dan Carlson memasuki ruangan bersama-sama. Lennie berjalan pelan
menuju tempat tidurnya dan duduk, mencoba untuk tidak menarik perhatian. Carlson meraih
tasnya di bawah tempat tidur. Dia tidak melihat ke arah Old Candy yang masih saja menatap
dinding. Carlson tidak sengaja menemukakan balok kecil dan pelumnas dalam tasnya. Dia
menaruh kedua barang itu di atas tempat tidur dan mengeluarkan pistolnya, juga mengeluarkan
majalah. Dia mengambil beberapa perlengkapan dari barak lalu ia membersihkan tong
menggunakan balok kecil. Saat ejektor berbunyi, Candy berbalik sesaat dan melihat pistol
sebelum akhirnya ia kembali memandangi tembok.

Carlson dengan santai bertanya, “ Curley sudah datang kemari?”

“Belum, apa yang terjadi padanya?” Jawab Whit.

Carlson membenahi senjatanya.

“Berkeliling ke sana kemari mencari istrinya di luar.”

Whit yang sarkas berkata, “Dia menghabiskan waktu untuk mencari istrinya dan istrinya
menghabiskan waktu juga untuk mencarinya.”

Curley tiba-tiba datang, dengan bersemangat ia bertanya. “Adakah dari kalian yang melihat
istriku?”

“Dia belum datang ke sini.” Jawab Whit.

Dengan tajam Curley melihat seisi ruangan.

“Dimana Slim?”

“Pergi ke peternakannya untuk mengaspal kaki kuda.”


“Sudah berapa lama ia pergi?”

“5 hingga 10 menit lalu.”

Curley keluar ruangan dan membanting pintu.

Whit berdiri. “Aku ingin melihat ini. Sepertinya Curley akan melabrak Slim.” Dia
menimbang-nimbang. “Tapi sebaiknya jangan ganggu Slim, kita tidak pernah tahu apa yang akan
ia lakukan.”

“Dia mengira Slim sedang bersama istrinya?” Tanya George.

“Sepertinya begitu. Tentu saja Slim tidak seperti itu, setidaknya itu yang ku yakini. Aku ingin tetap
melihat mereka bertengkar. Ayo. Ikut aku.” Kata Whit.

“Aku tetap di sini. Aku tidak ingin ikut campur. Lennie dan aku harus mengumpulkan uang.”
Jawab George.

Carlson telah selesai membersihkan senjatanya lalu menyimpannya kembali ke dalam tas di
bawah tempat tidur. “Sepertinya aku akan keluar dan melihatnya.” Old Candy tetap berbaring, dan
Lennie dari tempat tidurnya memandangi George dengan seksama.

Saat Whit dan Carlson keluar dan pintu sudah tertutup lagi, George bertanya pada Lennie. “Apa
yang sudah kamu lakukan?”

“Aku tidak melakukan apapun, George. Slim berkata untuk tidak memegang anak anjing terlalu
sering karena itu tidak baik untuk mereka jadi aku masuk ke sini.”

“Aku sudah memberi tahumu.” Kata George.

“Aku tak menyakitinya sedikitpun. Aku hanya memangkunya.”

George bertanya, “Apa kamu melihat Slim di sana?”

“Tentu saja, dia memperingatkanku untuk tidak mengelus-elus anak anjing.”

“Apa kamu melihat perempuan itu juga?”

“Maksudmu istrinya Curley?”

“Iya, apa dia juga di sana?”


“Tidak. Bahkan aku tidak pernah melihatnya.’

“Kamu belum pernah melihatnya berbicara dengan Slim?”

“Uh-uh. Dia tidak pernah datang ke gudang.”

“Syukurlah, sepertinya mereka tidak akan bertengkar. Jika ada pertengkaran, kamu harus
melerainya, Lennie.”

“Aku tidak ingin bertengkar.” Lennie terbangun dari tempat tidurnya dan duduk di atas meja,
bersebrangan dengan George. George mengacak kartunya dan membagikannya. Dia orang yang
hati-hati dan penuh pertimbangan. Lennie melihat kartunya yang paling atas dan ia amati, lalu ia
menaruhnya di paling bawah dan mengamati kartu lainnya. “Keduanya sama.” Kata Lennie.
“George, mengapa keduanya sama?”

“Aku tidak tahu.” Jawab George. “Begitulah mereka membuatnya. Ngomong-ngomong, apa yang
sedang di lakukan Slim saat kamu melihatnya?”

“Slim?”

“Iya, Slim. Kamu melihatnya di gudang dan dia memberitahumu untuk tidak memegang anak
anjing terlalu sering.”

“Oh,ya. Dia membawa kaleng ter dan kuas. Aku tidak tahu untuk apa.”

“Kamu yakin perempuan itu tidak di sana?”

“Tidak. Dia tidak pernah datang.”

George mendesau. “Lebih baik pergi ke rumah bordil. Laki-laki bisa datang dan mabuk dan
mendapat apapun yang diinginkan tanpa membuat keributan. Tapi perempuan di sini siap menjerat
orang.”

Lennie menyimak perkataan George dengan terpukau. George melanjutkannya, “Kamu ingat
Andy Cushman, Lennie? Saat di kelas Grammar?

“Yang istrinya selalu membuat kue hangat untuk anak-anak kelas?” Lennie bertanya.
“Iya, yang itu. Kamu bisa ingat apapun yang bersangkutan dengan makanan.” George serius
melihat kartu-kartunya. Dia menyimpan kartu As di paling atas. “Andy sedang berada di San
Quentin.” Kata George.

Lennie mengetuk meja dengan jarinya. “George?”

“Huh?”

“George, harus berapa lama kita di sini hingga kita mendapat tempat kecil di sebuah pulau dengan
para kelinci?”

“Aku belum tahu, kita harus mengumpulkan uang yang banyak dulu. Aku tahu dimana kita bisa
membeli tempat kecil dan murah, tapi mereka tidak mau memberinya.” Kata George.

Candy perlahan membalik badannya. Matanya terbuka lebar dan menatap George.

Lennie berkata, “Beritahu aku tentang tempat itu George.”

“Sudah kuberitahu, tadi malam.”

“Ayo,George. Ceritakan lagi.”

“Jadi, luasnya empat hektar. Ada kincir angin kecil, ada gubuk kecil, dan kandang ayam. Ada
dapur, kebun buah-buahan seperti ceri, apel, persik, kacang-kacangan, beberapa berry, juga ada
pelbet. Ada tempat untuk bab--”

“Kelinci.”

“Untuk sekarang bukan tempat untuk kelinci, tapi nanti akan kubuatkan dan kamu bisa memberi
makan kelinci.”

“Wah iya, aku bisa memberinya makan. Kamu benar.” Kata Lennie.

Tangan George berhenti main kartu. Suaranya berubah menjadi lembut. “Dan kita bisa
mempunyai beberapa babi. Akan kubuatkan tungku untuk membakar daging seperti yang kakek
dulu miliki. Dan saat kita menangkap babi, kita bisa memasaknya untuk dijadikan sosis misalnya.
Saat salmon terlihat di permukaan sungai kita bisa menangkapnya beribu-ribu lalu memberinya
garam dan kita bakar. Kita bisa jadikan itu untuk sarapan. Tidak ada yang lebih enak daripada
salmon bakar. Saat buah-buahan sudah matang, kita bisa memanennya, terutama tomat, yang
paling mudah untuk dipanen. Setiap hari Minggu kita bisa memotong ayam atau kelinci. Mungkin
kita juga akan punya sapi atau kambing.”

Lennie memandang George dengan mata lebar, Old Candy juga memandangnya. Lennie dengan
lembut berkata, “Kita bisa hidup dari tanah yang subur.”

“Tentu.” Kata George. “Semua jenis sayuran di kebun, dan jika kita ingin whisky kita bisa menjual
beberapa telur ayam atau menjual susu sapi atau kambing. Kita akan tinggal di sana. Di sana lah
tempat seharusnya kita berada. Tidak akan ada lagi berkeliling ke sana kemari di negeri ini dan
dapat makan dari tukang masak orang Jepang. Tidak lagi. Kita akan memiliki tempat yang cocok
untuk kita dan tidak lagi tidur di barak.”

“Ceritakan tentang rumahnya, George.” Lennie memohon.

“Baiklah. Kita akan memiliki rumah mungil dan kamar sendiri. Kita juga akan punya kompor kecil
dari besi, dan selama musim dingin kita bisa menggunakannya untuk menghangatkan tubuh.
Lahannya tidak besar, kita harus tetap bekerja. Mungkin sekitar enam hingga tujuh jam perhari.
Kita tidak akan lagi mengangkat karung gandum selama sebelas jam perhari. Dan saat kita
mengambilnya untuk dipanen, kita akan memanennya sendiri.”

“Dan kelinci…aku yang akan merawatnya. Beritahu aku bagaimana aku harus merawat kelinci,
George.” Kata Lennie

“Tentu. Nanti kamu akan pergi membeli alfalfa se karung. Dan menaruhnya di kandang kelinci.”

“Mereka akan memakannya sedikit demi sedikit. Aku pernah melihat cara mereka makan.” Kata
Lennie.

“Iya, setiap enam minggu mereka akan beranak.” George melanjutkan.

“Kita akan mempunyai banyak kelinci jadi sebagian bisa kita makan atau jual. Kita juga akan
memelihara beberapa burung dara nantinya mereka akan terbang mengitari kincir angin seperti
yang sering kulihat saat aku masih kecil. Semua itu akan menjadi milik kita, jika ada tamu pria dan
kita tak menyukainya kita bisa berkata, ‘keluar dari rumahku’ dan dia akan melakukannya. Jika
ada teman bertamu kita bisa menyiapkan tempat tidur tambahan dan berkata, ‘kenapa tidak tidur di
sini saja?’ dan diapun akan melakukannya. Kita akan memiliki anjing penjaga dan sepasang
kucing, tapi kamu harus mengawasi kucing itu jangan sampai mereka memangsa para kelinci
kecil.”

Lennie menghela nafas. “Coba biarkan saja mereka memangsa kelinci, nanti akan kupatahkan
lehernya. Aku akan memukulnya dengan tongkat.” Lennie mengomel sendiri, membayangkan
akan menakut-nakuti kucing yang nanti mereka miliki jika mereka mencoba memangsa kelinci.

George duduk tenang, ketika Candy tiba-tiba mengangkat suaranya, George dan Lennie sontak
terbangun seperti mereka kepergok telah melakukan sesuatu yang salah. “Kamu tahu dimana
tempat itu berada?”

George dengan kaku menanggapi pertanyaan Candy. “Anggap saja aku tahu. Kenapa?.”

“Kamu tidak perlu memberitahuku dimana tempat itu berada. ”

“Kamu tidak bisa menemukannya selama seratus tahun.”

Candy bertanya dengan penuh semangat. “Berapa banyak yang mereka minta untuk tempat itu?”

George memandangnya terheran-heran. “Mmm…mungkin sekitar 600 dollar. Kenapa kamu


bertanya? Kamu tidak punya urusan apapun dengan kita.”

Candy berkata, “Aku tidak bisa melakukan banyak hal hanya dengan satu tangan. Aku kehilangan
tanganku di ladang ini. Itulah mengapa mereka memberikanku pekerjaan seperti ini. Dan mereka
memberiku 250 dollar karena aku kehilangan satu tangan. Aku juga mendapat lima puluh dollar di
bank. Totalnya tiga ratus dollar, dan di akhir bulan ini aku mendapat 50 dollar juga. Sepertinya aku
ingin pergi bersama kalian. Total uang yang ku miliki ada 350 dollar. Aku tidak bisa membantu
banyak tapi setidaknya aku bisa memasak, memelihara ayam dan mencangkul taman. Bagimana?”

George memicingkan matanya, “Aku harus memikirkannya terlebih dahulu. Kita biasanya
melakukan semuanya berdua.” Candy memotong pembicaraannya, “Aku akan membuat surat
wasiat bahwa aku akan memberi semua uangkui untuk kalian seandainya aku mati karena akupun
tidak memiliki kerabat atau siapapun. Kalian sudah mendapat uang? Mungkin kita bisa
membelinya sekarang.”

“Kita mempunyai sepuluh dolar.” Ia berbicara dengan penuh pertimbangan, “Begini, jika aku dan
Lennie bekerja dalam satu bulan dan tidak memakai hasil kerja untuk apapun, kita bisa
mengumpulkan seratus dolar. Itu berarti 450 dolarAku yakin kita bisa melakukannya. Nanti, kamu
dan Lennie bisa memulai dan aku akan kerja dan menyelesaikan sisanya. Kamu bisa menjual telur
dan sebagainya.”

Mereka terdiam. Mereka saling memandangi satu sama lain sembari takjub. Mereka tidak pernah
menyangka bahwa ini akan menjadi kenyataan. “Aku yakin kita bisa.” Matanya penuh harapan.
“Aku yakin kita bisa.” Ulangnya dengan suara lembut.

Candy duduk di ujung tempat tidurnya. Dia menggaruk kumisnya dengan gugup. “Aku terluka
empat tahun yang lalu. Jika aku tidak tinggal di barak mereka akan menempatkan ku di tempat lain.
Jika aku memberikan uangku pada kalian, kalian akan membolehkanku untuk merawat kebun
bahkan jika aku tidak bisa maksimal melakukannya. Dan aku bisa mencuci piring dan ayam. Yang
terpenting kita bisa mempunyai rumah sendiri, dan bekerja di tempat sendiri.” Dia berbicara
dengan terpuruk. “Kalian lihat apa yang mereka lakukan pada anjingku semalam,kan? Mereka
bilang dia tidak ada gunanya. Aku tidak punya tujuan untuk pergi dan akupun tidak bisa mendapat
pekerjaan lain. Aku akan dapat uang tambahan 30 dolar. Sekarang waktunya kalian untuk
bersiap.”

George berdiri. “Akan kita lakukan, kita akan mempunyai rumah kecil dan kita akan tinggal di
sana.” Semuanya terpaku dengan ide yang mereka buat. Semua pikiran akan tertuju pada masa
depan jika sedang membicarakannya.

George berkata sambil berkhayal, “Misalnya ada karnaval atau sirkus saat mengunjungi kota, atau
pertandingan bola, dan semacamnya.” Candy tua menoleh dengan gembira merespon ide milik
George. “Kita bisa melakukannya.” Kata George. “Kita tidak perlu pertolongan orang lain jika kita
bisa. Nanti kita tinggal hanya meminum susu sapi dan menuangkan kacang-kacangan untuk
ayam.”

“Dan memberi rumput ke kelinci,” Lennie menyaut. “Aku tidak akan pernah lupa memberinya
makan. Kapan kita bisa lakukan itu semua, George?”

“Satu bulan lagi. Kalian tahu apa yang akan aku lakukan? Aku akan menulis surat untuk pemilik
tempat itu bahwa kita akan membelinya. Dan Candy akan mengirim uangnya.”

“Tentu, akan kulakukan,” Kata Candy. “Apa mereka punya kompor yang bagus di sana?”
“Iya mereka punya, juga bisa untuk membakar batu bara, kayu.” “Aku akan membawa anak
anjngku,” Saut Lennie. “Aku yakin dia akan suka tempat itu.”

Terdengar suara dari luar. George lekas berkata, “Jangan beritahu siapapun tentang rencana kita.
Hanya kita bertiga saja. Bersikap biasa saja seperti kita akan menjadi pengangkat karung gandum
selamanya hingga suatu hari kita dapat melunasi tempat itu.”

Lennie dan Candy mengangguk sambil menyeringai. “Jangan beritahu siapapun.” Kata Lennie
kepada dirinya sendiri.

Candy berkata, “George?”

“Huh?”

“Seharusnya aku saja yang menembak anjing itu, George. Seharusnya aku tidak membiarkan
orang asing menembakanya.”

Pintu terbuka. Slim memasuki ruangan dibelakagnya ada Curley, Carlson, dan Whit. Tangan Slim
hitam, penuh dengan aspal dan ia tampak sedang marah.

Curley berkata, “Aku tidak bermaksud apa-apa, Slim. Aku hanya menanyaimu.”

Slim menjawab, “Kamu terlalu banyak bertanya kepadaku. Aku muak. Jika kamu tidak bisa
merawat istrimu sendiri, aku harus bersikap bagaimana?”

“Aku hanya mencoba memberitahumu, tidak aada maksud apa-apa. Aku hanya berpikiran
barangkali kamu melihatnya.” Kata Curley.

“Kenapa tidak beritahu saja istrimu untuk tetap berada di tempat seharusnya ia berada?” Kata
Carlson. “Kamu membiarkannya berkeliaran di sekitar barak”

Curley menjawab, “Diam saja kamu atau tidak keluar dari sini.”

Carlson tertawa. “Kamu berengsek. Kamu melampiaskan ketakutanmu pada Slim, tapi kamu tidak
berhasil. Kini Slim membuatmu takut, kamu seorang pecundang seperti lemak katak. Aku tidak
peduli jika kamu petarung terbaik di negeri ini. Kemari datang padaku dan akan ku tendang
kepalamu.”
Candy ikut menyerang dengan girang. “Sarung tangan penuh pelumnas,” katanya dengan nada
jijik. Curley memelototi lelaki itu. Matanya beralih pada Lennie dan Lennie masih kegirangan
membayangkan peternakan idaman.

Curley melangkah ke arah Lennie. “Apa yang sedang kau tertawakan?”

Lennie dengan bingung menatapnya. “Hah?”

Kemudian amarah Curley meluap. “Kemari kau bocah keparat. Tidak ada yang bocah keparat
yang menertawakanku. Akan ku tunjukkan siapa yang pengecut.”

Lennie menatap George dengan pasrah kemudian ia berdiri dan berusaha mundur. Curley sudah
memasang kuda-kuda dan bersiap. Ia meninju Lennie dengan tangan kiri, kemudian menghajar
hidung Lennie dengan tangan kanan. Lennie sangat ketakutan. Darah mengalir dari hidungnya.
“George,” serunya. “Suruh dia menjauh, George.” Lennie mundur hingga punggungnya
menempel ke dinding dan Curley mengikuti, menghajarnya. Lennie terlalu takut untuk membela
dirinya sendiri.

George berseru, “Pukul dia, Lennie. Jangan biarkan dia menghajarmu.”

Lennie menutup wajah dengan tangan besarnya, memekik takut. “Suruh ia berhenti, George.” Lalu
Curley memukul perut Lennie.

Slim melompat, “Keparat sialan. Aku sendiri yang akan menghajarnya.”

George mengulurkan tangan dan menahan Slim. “Tunggu dulu.” Ujarnya. Ia menaruh kedua
tangannya di depan mulut dan berteriak. “Hajar, Lennie.”

Lennie melepaskan tangan dari wajahnya dan ia melihat ke arah George lalu Curley meninju
matanya. Wajah besar Lennie penuh darah. “Ku bilang, hajar dia.”

Tinju Curley melayang di udara saat Lennie mencoba menggapainya. Menit selanjutnya Curley
menggelayut seperti ikan di tali pancing, dan tinjunya terbenam di tangan besar Lennie. George
berlari ke dalam ruangan itu. “Lepaskan dia, Lennie. Lepaskan.”

Tetapi Lennie dengan rasa takutnya memperhatikan pria kecil yang sedang menggantung di
lengannya. Darah mengucur dari wajah Lennie; salah satu matanya bengkak hingga menutup.
George menampar Lennie berkali-kali tapi Lennie tetap saja memegang tinju Curley. Curley
sekarang pucat dan nyalinya menciut, perlawanannya pun melemah. Ia berdiri sembari menangis
karena tinjunya hilang di tangan Lennie.

George terus-menerus berteriak, “Lepaskan tangannya, Lennie. Lepas. Slim tolong bantu aku
selagi orang ini masih punya tangan.”

Tiba-tiba saja Lennie melepas genggamannya lalu membungkuk menghadap tembok. “Kau yang
menyuruhku, George.” Ujarnya sambil bersedih.

Curley terjatuh ke lantai, menatap tak percaya tangannya yang remuk. Slim dan Carlson
membungkuk menghadap ke dia. Lalu Slim berdiri dan menatap Lennie dengan tatapan yang
seram. “Kita harus membawanya ke dokter,” Kata Slim. “Sepertinya semua tulang tangannya
remuk.”

“Aku tidak ingin,” Lennie menangis. “Aku tidak ingiin melukainya.”

Lalu Slim berkata, “Carlson, kau siapkan kereta kuda. Kita akan membawanya ke Soledad dan
mengobatinya.” Carlson bergegas. Slim berbalik badan menatap Lennie yang sedang menangis.
“Ini bukan salahmu,” ujar Slim “Bocah ini memang pantas dapat pelajaran. Tapi..Astaga..Dia
hampir tidak punya tangan lagi.” Slim bergegas keluar dan tak lama kembali lagi sambil membawa
air di cangkir timah. Ia mengulurkannya ke bibir Curley.

George berkata, “Slim, apakah kami akan dipecat sekarang? Kami butuh uang. Apa ayah Curley
akan memecat kami sekarang?”

Slim tersenyum kecut. Ia berlutut di sebelah Curley. “Apa kau masih punya akal sehat dan mau
mendengar?” Ia bertanya. Curley mengangguk. “Baik. Dengarkan,ya,” Slim mulai berbicara.
“Kurasa tanganmu tersangkut di mesin. Jika kamu tidak memberitahu siapapun apa yang telah
terjadi, kitapun akan tutup mulut. Tetapi, jika kamu mencoba memecat mereka, kita akan beritahu
semua orang, dan kamu akan ditertawakan.”

“Aku tidak akan menceritakan apapun.” Jawab Curley. Ia menghindari melihat kearah Lennie.

Bunyi roda kereta kuda terdengar dari luar. Slim membantu Curley berdiri. “Ayo. Carlson akan
membawamu ke dokter.” Ia membantu Curley jalan ke pintu. Bunyi roda terdengar menjauh.
Setelah beberapa saat, Slim kembali masuk ke barak. Ia melihat Lennie yang masih meringkuk
ketakutan sambil menghadap tembok. “Sini lihat tanganmu.”
Lennie mengulurkan tangannya.

“Ya Tuhan, jangan sampai kau marah padaku,” kata Slim.

George menyela. “Lennie hanya ketakutan,” Ia mencoba menjelaskan. “Dia tidak tahu harus
bagaimana. Aku pernah bilang kepadamu untuk tidak berkelahi dengannya. Tidak, kurasa aku
memberitahu Candy.”

Candy menganggguk. “Kau pernah bilang,” katanya. “Seperti pagi ini, saat Curley menganggu
temanmu, kau bilang, ‘Sebaiknya dia tidak ribut dengan Lennie jika tidak ingin kenapa-napa.’ Itu
yang kau bilang padaku.”

George berbalik ke arah Lennie. “Ini bukan salahmu,” katanya. “Kamu tidak perlu takut lagi. Kau
lakukan apa yang kubilang. Sebaiknya kamu ke kamar mandi dan mencuci mukamu. Kau sangat
berantakan.”

Lennie tersenyum dengan mulutnya yang memar. “Aku tidak mau membuat masalah,” ujarnya.
Dia berjalan ke pintu, tapi persis sebelum sampai, ia berbalik. “George?”

“Kau mau apa?”

“Aku masih boleh mengurus kelinci, George?”

“Tentu saja. Kau tidak berbuat salah.”

“Aku tidak bermaksud kasar, George.”

“Ya. Keluarlah dan cuci mukamu.”


Bagian IV

CROOKS, Sinegro yang tempat tidurnya terletak di ruang penyimpan peralatan kuda, sebuah
gubuk kecil yang menyatu dengan dinding lumbung. Di salah satu sisi ruang kecil itu terdapat
sebuah jendela berbingkai dan di sisi lainnya terdapat pintu sempit yang mengarah ke lumbung.
Tempat tidur Crooks berbentuk kotak panjang yang isinya penuh dengan jerami, tempat di mana ia
melempar selimutnya. Di dinding dekat jendela ada sebuah patok untuk menggantung tali kekang
kuda yang sedang dalam proses perbaikan karena rusak, beberapa potong bahan kulit baru; dan di
bawah jendela tersebut ada bangku kecil sebagai tempat alat-alat untuk mengolah kulit, karambit,
jarum, gulungan benang linen, dan tang rivet. Pada patok juga terdapat potongan tali kekang kuda,
kerah kuda bantalan dengan bulu kuda mencuat keluar, pengikat tali yang rusak, dan juga rantai
dengan lembaran kulit yang menutupi celahnya. Crooks juga punya sebuah kotak apel di atas
tempat tidurnya, dan di dalamnya ada berbagai macam botol obat, baik untuk dirinya maupun
untuk kuda-kudanya. Ada sekaleng sabun sadel dan sebuah kaleng tar yang menetes dengan kuas
catnya menempel di ujung Barang pribadinya berserakan di lantai. Karena Crooks tinggal
sendirian ia tidak khawatir meninggalkan barang-barangnya, menjadi seorang negro yang lumpuh
ia lebih tangguh daripada yang lainnya dan ia mempunyai lebih banyak harta sampaiia tidak bisa
membawanya di punggung.

Crooks memiliki beberapa pasang sepatu, sepasang sepatu bot karet, sebuah jam alarm besar dan
senapan laras tunggal. Ia juga memiliki beberapa buku; kamus yang robek dan buku salinan
catatan sipil California kode 1905. Ada majalah-majalah usang dan beberapa buku yang berdebu
di lemari khusus yang berada di atas tempat tidurnya. Ada pula kacamata dengan bingkai emas
besar yang tergantung di dinding di atas tempat tidurnya.

Kamarnya terlihat bersih dan rapi karena ia sering membersihkannya, Crooks bangga dengan
dirinya walaupun ia pria penyendiri. Ia menjaga jarak dari orang lain dan menuntut orang lain
untuk menjaga apa yang mereka punya. Tubuhnya membungkuk ke kiri akibat tulang belakangnya
yang bengkok, matanya terbenam dalam di kepalanya, dan karena itu matanya tampak berkilau.
Wajahnya yang tirus dipenuhi dengan keriput hitam yang dalam, bibirnya tipis, kaku oleh
kegetiran dan tampak lebih cerah dibandingkan wajahnya.

Kala itu sabtu malam. Melalui pintu yang terbuka mengarah ke lumbung terdengar suara kuda
yang bergerak, kaki berhentak, gigi mengunyah jerami, derak rantai kekang kuda. Di ruangan
milik negro terdapat sebuah bola listrik kecil yang memancarkan cahaya kuning sayu.

Crooks duduk di ranjangnya. Kemeja belakangnya keluar dari celana jinsnya. Satu tangannya
memegang sebotol obat linimen dan tangan lainnnya ia mengusap punggungnya. Sesekali ia
menuangkan beberapa tetes obat itu dan mengusap – usap ke telapak tangan merah mudanya dan
mengusapkannya lagi di bawah bajunya. Ia melemaskan otot – otot punggungnya dan tubuhya
bergetar.

Tanpa suara Lennie muncul di depan pintu yang terbuka dan berdiri di sana melihat ke dalam, bahu
besarnya hampir memenuhi celah. Sesaat Crooks tidak menyadarinya, tapi saat mengangkat
matanya, ia menegang dan mengerutkan wajahnya. Ia mengeluarkan tangannya dari bawah
kemejanya.

Lennie tersenyum dan mencoba untuk menjadi kawannya.

“Kamu tidak punya hak untuk masuk ke kamarku, ini kamarku. tak ada seorangpun boleh masuk
selain aku”, kata Crooks lantang.

Lennie meneguk ludahnya dan senyumnya melebar.” Aku tidak melakukan apa -apa,” katamya.
Aku hanya mencari anak anjingku lalu aku melihat cahaya lampu dari kamarmu”, Jelasnya.

“Ya, aku berhak menyalakan lampu, kau keluar dari kamarku. Aku tidak boleh masuk ke barak itu
dan kau juga tidak boleh masuk kesini.”

“Memangnya kenapa kau tidak boleh ke barak ?”, tanya Lennie.

“Karena aku orang negro. Mereka bermain kartu disana tapi aku tidak bisa karena aku negro.
Mereka bilang aku bau, kukatakan padamu bagiku kalian semua juga bau.”

Lennie mengibaskan tangan besarnya dengan pasrah. “Semua orang pergi ke kota, katanya, Slim,
George semuanya. George bilang aku tinggal di sini dan jangan berbuat onar. Dan aku melihat
lampumu menyala”.
“Apa maumu ?”

“Tidak ada aku hanya melihat lampumu menyala dan aku masuk ke sini”.

Crooks menatap lennie, dia mengambil kacamata yang ada dibelakangnya dan ia menyesuaikan
dengan telinganya dan kembali menatap lennie.”Bagaimanapun aku tak tahu apa yang kau lakukan
di lumbung”, keluhnya.“Kau bukanlah kusir. Tak ada gunannya tukang angkut jelai masuk ke
lumbung. Kau bukanlah kusir dan kau tidak berhubungan dengan kuda,”

“Anak anjing”, ulang Lennie. “Aku ingin melihat anak anjingku.”

“Pergi lihat anak anjingmu. Jangan masuk ke tempat dimana kamu tidak diinginkan.”

Senyuman lennie menghilang. Ia maju selangkah ke dalam ruangan, lalu teringat dan bersandar ke
pintu. “Aku hanya melihatnya sebentar. Kata Slim aku tidak boleh terlalu sering mengelusnya.”

Crooks berkata,"kau selalu membawanya keluar kandang. Aku heran mengapa wanita tua itu tidak
memindahkan mereka ke tempat lain.”

"Oh, ia tak peduli. ia membiarkan ku.”Lennie bergerak ke arah ruangan lagi.

Crooks cemberut, tetapi senyuman tulus lennie mengalahkannya,"Masuk dan duduklah ", kata
Crooks.”Selama kamu tidak keluar dan meninggalkanku sendirinan.” Nada bicaranya lebih
ramah,"Semua orang pergi ke kota ya ?"

“Semua kecuali si Candy tua. Ia berada di bunker, meraut pensilnya dan berpikir sesuatu.”

Crooks membenarkan kacamatannya. “Berpikir ? apa yang dipikirkan Candy ?”

Lennie hampir berteriak," Kentang kelinci."

“Kau gila, “kata Crooks, “Kau benar benar gila. Kelinci apa yang kau katakan?

“Kita akan mendapatkan kelinci itu, merawat, memberinya air dan sebagainya.”

“Gila”. kata Crooks. “Tak salah jika pria yang berkelana denganmu selalu memantau mu.”

Lennie berkata lirih,” Ini bukan bohongan. Kita akan melakukanya, kita akan memiliki rumah
sendiri dan hidup bahagia disana.”
Crooks menepatkan dirinya di kasur agar lebih nyaman. “Duduklah,” ajaknya. “Duduklah di tong
itu.”

Lennie lalu duduk di tong kecil. “Kau pikir ini bohong”. Lennie bilang, "Tapi ini kenyataan. Aku
tidak berbohong dan kalau tidak percaya tanya George."

Crooks meletakkan dagu hitamnya ke telapak tangan merah mudanya.” Bukankah kau sering
berpergian dengan George ?”

“Iya. Aku dan dia berpergian bersama.”

“terkadang ketika ia berbicara, kau tidak mengerti apa yang ia katakan, iya kan?” lanjut Crooks. Ia
maju, menatap Lennie dengan matanya yang tajam. “ Iya kan?”

“Ya...... terkadang.”

“Bicaralah dan kamu pasti tidak mengerti kan ?”

“Ya .......terkadang tapi..... tidak selalu.”

Crooks maju kedepan melewati tepian kasur.” Aku bukanlah orang negro dari selatan”’, katanya.
“Sebenarnya aku berasal dari California. Ayahku memiliki peternakan ayam kira-kira 10 hektar.
Orang-orang kulit putih datang ke peternakan dan kadang aku bermain bersama mereka, beberapa
ada yang baik. Ayahku tidak begitu menyukai mereka aku tidak pernah tahu, namun sekarang aku
tahu.” Ia ragu untuk mengatakannya tapi ia tetap melanjutkanya dengan suara yang lembut.
“Hanya kamilah orang negro di daerah itu.” Tawanya ,” Kalau aku mengatakan sesuatu, itu hanya
bualan dari seorang negro"

Lennie bertanya,"Menurutmu berapa lama lagi anak anjingnya tumbuh dewasa untuk dirawat ?"

Crooks tertawa lagi. “Saat orang sedang berbicara padamu, kau hanya boleh mendengarkan.
Paham? Hanya butuh beberapa minggu dan kau bisa memelihara anak. George paham apa yang ia
bicarakan. Ia menyandarkan maju tubuhnya dengan semangat Kau tidak paham apapun aku
seorang Negro, negro yang berpunggung bengkok. Apapun yang kuucapkan tidak akan ada
bedanya. dan kau takkan mengingatnya. Aku melihat banyak pria berbicara ke pada pria lain dan
itu tidak ada bedanya jika kau tidak mendengar atau mengerti. Masalahnya saat mereka bicara atau
tidak, maka ada bedanya sama sekali.” Ia mulai kegirangan sampai ia menepuk lututnya dengan
tangan."Geroge bisa saja bicara omong kosong padamu, itu tidak masalah itu hanya bualan. Itu
hanya pembicaraan antar pria." Ia diam sejenak suaranya melembut dan meyakinkan

Katanya meyakinkan “Sepertinya George tidak akan datang lagi. mungkin dia mengalami
kecelakaan dan mungkin tidak akan datang lagi. Apa yang kamu lakukan setelah itu ?”

Perhatian Lennie tertuju kepada perkataan Crooks “Apa ?” tuntutnya

“Aku bilang George pergi ke kota malam ini dan kau tidak akan pernah melihatnya lagi.”

Crooks mendesak maju seperti kemenangan pribadi .”Misalnya,” ulang Crooks.

“Dia tidak akan melakukan itu”. Tangis Lennie. “George tidak mungkin melakukan hal seperti itu.
aku kenal gerorge sejak lama. Ia akan kembali malam ini. tapi keraguannya tak terbendung. Kau
pikir dia akan seperti itu ? “

Wajah Crooks dipenuhi dengan kesenangan didalam penderitaannya. “Tidak tahu apa yang akan
dilakukan seseorang.” Ia mengamati dengan tenang,” katakan saja dia ingin kembali namun tidak
bisa misalkan dia terbunuh atau terluka jadi dia tidak bisa kembali."

Lennie kesulitan untuk memahami perkataanya. “ Geroge tidak akan celaka” ulangnya. “ George
selalu berhati- hati, ia tidak pernah terluka, karena dia selalu hati hati.”

“Ya, misal, misalnya jika ia tidak kembali apa yang akan kamu lakukan ?”

Wajah Lennie dibaluti oleh kekhawatiran.” Aku tak tahu. Katakan, apa yang akan kamu lakukan
jika itu terjadi ?”

Ia menangis. “ Ini tak mungkin. George tidak akan celaka.”

Crooks mulai bosan.” Ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya ? Mereka akan mengajakmu ke
rumah sakit jiwa dan mereka akan mengikatmu dengan tali seperti anjing. “

Tiba-tiba mata Lennie fokus dan dia terdiam marah. Ia berdiri dan berjalan penuh amarah menuju
Crooks. “Siapa yang akan menyakiti George ?” tuntutnya.

Crooks terasa terancam. Ia menepi di tempat tidurnya untuk menghindar.” Aku cuma
mengira-ngira,” katanya. “ George tidak akan celaka. Ia akan baik-baik saja. Ia akan kembali
dengan selamat.”
Lennie berdiri dihadapannya. “ Apa yang kamu kira? Tidak ada seorangpun berharap George
celaka.”

Crooks melepas kacamatanya dan mengusap mata dengan tangannya.”Tenanglah,” katanya.


“George tidak akan celaka.”

Lennie bergumam dan kembali duduk di tong.. “Tidak ada seorangpun berharap George
celaka,”gumamnya

Crooks berbicara dengan lembut,”Mungkin kau tersadar sekarang, Kau punya George. Kau tahu ia
akan kembali. Jika kamu tidak punya teman. Kau tidak akan datang ke barak dan bermain kartu
karena kamu seorang negro. Bagaimana rasanya itu ? Misalnya saja kau hanya bisa duduk di sini
dan terus membaca buku. Tentu kau bisa bermain dengan tapal kuda sampai petang, tapi kau juga
harus baca buku. Tapi buku tidak cukup, seseorang harus memiliki teman yang selalu ada
disisinya. “ Dia tersedu,” Kau tahu orang jadi gila jika tidak punya teman. Tidak peduli siapapun
itu selama dia terus bersamamu, percayalah”. Ia menangis, “ Kukatakan padamu seseorang yang
terlalu kesepian bisa jatuh sakit.”

“ George akan kembali,” dengan suara ketakutan Lennie meyakinkan dirinya.” Mungkin George
sudah kembali, lebih baik aku menemuinnya.”

Crooks bilang,"Aku tidak berniat untuk menakutimu. Ia akan kembali, aku hanya bicara tentang
diriku sendiri. Seorang pria yang setiap malam sendiri disini, mungkin membaca buku atau
berpikir hal-hal semacam itu. Terkadang dia berpikir bahwa dia tak tahu apa yang harus dia
lakukan. Mungkin jika dia menyadari sesuatu dia tak yakin apakah itu hal yang benar atau tidak. Ia
tidak bisa berpaling ke orang lain dan dia bertanya apakah dia menyadarinya. Ia tak tahu karena
tidak ada tolak ukurnya. Aku bisa melihat banyak hal. Aku tak mabuk. Aku tak sadar jika aku
tertidur. Jika seseorang bersamaku, dia bisa memberitahuku jika aku tertidur dan itu tak masalah,
tapi aku tak yakin akan hal itu." Sekarang Crooks melihat keseberang ruangan, melihat menatap
jendela.

Lennie berbicara dengan kasihan,"George tidak akan pergi dan meninggalkanku. Aku yakin dia
tidak akan melakukan hal itu."
Crooks melamun,"Aku teringat tentang masa kecilku saat aku di pertenakan milik ayahku, aku
punya dua saudara laki-laki. Mereka selalu disisiku, selalu bersama. Kita sering tidur di ruangan
yang sama, kita tidur seranjang bertiga. Kita memiliki kebun stroberi dan kebun tanaman alfafa.
Kita sering menggiring ayam ke kebun alfafa pada minggu pagi. Kakakku memasang pagar untuk
mengawasi ayam-ayam putih itu."

Lennie mulai tertarik dengan perkataan Crooks."Geroge bilang kita akan memberi makan kelinci
dengan alfafa"

"Kelinci apa ?"

"Kita akan punya kelinci dan kebun beri."

"Kau gila"

"Kalau tak percaya tanya saja ke George."

"Kau gila." sinis Crooks, "Aku telah melihat banyak orang yang datang dari jalan dan pertenakan
dengan buntalan selimut di punggung mereka dan juga tanah di kepala mereka. Ratusan dari
mereka. Mereka datang dan pergi begitu saja, setiap satu dari mereka berkhayal memiliki tanah.
Mereka tidak akan pernah mendapatkannya. Seperti halnya dengan surga. Setiap orang ingin
memiliki sebidang tanah. Aku telah membaca banyak buku yang ada di luar sana. Tidak seorang
pun dapat pergi ke surga dan tak seorang pun mendapatkan tanah. Itu semua hanya khayalan
mereka." Ia berhenti dan melihat ke arah pintu yang terbuka. Kuda-kuda sepertinya bergerak tanpa
henti dan rantainya berdenting. Kudanya meringkik, "Sepertinya ada orang di luar," kata
Crooks."Mungkin itu Slim, Slim sering datang ke sini setiap malam dua atau tiga kali. Slim
seorang kusir. Ia sedang mencari rekannya." Crooks melangkah dengan kesakitan menuju pintu,
"Slim apakah itu kamu ?" Tanyanya.

"Slim pergi ke kota, Apakah kau melihat Lennie ?" Jawab Candy.

"Yang kau maksud si pria besar?"

"Iya. Apakah kau melihatnya di sekitar sini ?"

"Dia disini." jawab Crooks singkat. Dia kembali ke kasurnya dan tidur.
Candy berdiri di depan pintu menggaruk pergelangan tangannya yang buntung, memandang ke
ruangan terang itu dan mencari ruangan itu seperti orang buta, ia tidak berniat untuk masuk"
Katakan pada Lennie aku telah menemukan solusi untuk kelincinya."

"Jika kau ingin masuk, masuk saja," kata Crooks jengkel

Candy terlihat malu,"Baiklah jika kau mengizinkannya."

“Masuklah. Jika semua orang boleh masuk, kau pun juga.” Sulit bagi Crooks untuk menahan
kesenangannya dengan amarah.

Candy lalu masuk tapi dia masih terlihat malu."Kau punya tempat yang nyaman disini," kata
Crooks."Pasti enak punya ruangan untuk dirimu sendiri."

"Tentu," kata Crooks."Dan tumpukan pupuk di bawah jendela itu terus membesar."

Lennie lalu masuk,"Kau bilang kelinci."

Candy lalu bersandar di dinding sebelah kerah kuda sementara ia menggaruk tunggul pergelangan
tangannya."Aku cukup lama disini," katanya,"Crooks juga cukup lama disini. Ini kali pertama aku
masuk ke kamarnya."

Ancam Crooks ."Orang-orang jarang mau datang ke orang kulit bewarna. Tidak ada seorang pun
kecuali Slim, Slim dan Si Bos."

Candy dengan cepat mengalihkan pembicaraan,"Slim adalah seorang kusir termahir yang pernah
aku temui."

Lennie maju ke pria tua."Bagaimana dengan kelincinya," dia bersikukuh.

Candy tersenyum,"Aku tahu solusinya. Kita bisa menghasilkan uang dengan kelinci itu jika kita
melakukannya dengan tepat."

"Tapi aku yang akan merawatnya," sela Lennie. "Kata George aku boleh memeliharanya. Ia sudah
berjanji padaku."

Crooks menyela dengan kasar. "Kalian bercanda. Kalian semua sering membahas masalah ini, tapi
kalian tak akan pernah mendapatkannya. Kalian akan menjadi pembantu disini sampai mereka
mengusirmu. Aku telah melihat banyak orang diperlakukan seperti itu. Lennie kau akan pergi dari
sini dan akan berada dijalanan dalam kurun dua atau tiga minggu lagi. Sepertinya semua orang
mempunyai tanah di kepala mereka."

Candy mengusap pipinya dengan keras."Kau benar, kita akan melakukannya. Kata George kita
punya uang sekarang."

“Iya?” kata Crookss.” Dan diamana George sekarang ? Di rumah pelacur di kota. Itulah tempat
dimana uang kalian akan habis. Tuhan, Aku sering melihatnya. Banyak orang memiliki tanah di
kepala mereka tapi mereka tidak bisa mendapatkannya.”

Candy menangis,” Tentu mereka semua menginginkannya. Semua orang ingin mempunyai tanah
walaupun sedikit. Sesuatu yang jadi miliknya. Sesuatu yang dapat membuatnya terus hidup dan
tempat dimana tidak seorang pun yang dapat mengusirnya. Aku tak pernah memilikinya. Aku
menanam tanaman untuk setiap orang di negara ini, tapi itu bukan milikku dan ketika aku
memanennya, aku bahkan tidak mendapatkan bagianku. Tapi kita akan melakukannya sekarang,
dan kamu jangan membuat satupun kesalahan. Di kota George tidak memiliki sepeserpun uang.
Semua uangku, Lennie, dan George berada di bank. Kita akan memiliki kamar sendiri. Kita juga
akan memiliki anjing, kelinci dan ayam. Kita akan mempunyai jagung muda dan bahkan mungkin
sapi atau kambing.” Dia terdiam, kewalahan dengan imajinasinya.

Crooks bertanya,”Kau bilang kau punya uang?”

“Tepat sekali. Kita punya sebagian besar. Hanya sedikit lagi untuk mendapatkannya. Mungkin
hanya dalam satu bulan lagi. George juga memiliki lahan.”

Crooks lalu menggapai punggungnya dan mengusap dengan tangannya.”Aku tidak pernah melihat
seseorang benar-benar melakukannya,” katanya.” Aku pernah melihat seseorang hampir gila
dengan kesepian untuk mendapatkan lahan, tapi setiap saat dia ke rumah pelacuran atau bermain
blackjack semua dirampas darinya. Dia ragu. Jika kalian..... ingin mencari bantuan untuk bekerja
tanpa imbalan, janjinya. Itu mengapa aku harus datang untuk membantu. Aku tidak begitu cacat
aku tida bisa bekerja seperti bajingan jika aku ingin.”

“ Apakah kalian melihat Curley?”

Mereka menggelengkan kepala mereka mengarah ke pintu. Orang itu adalah istri Curley. Ia
memakai make up tebal dan bibirnya sedikit ternganga. Dia terengah engah, seperti habis berlari.
“Curley tidak ada disini,” Jawab Candy masam

Ia terdiam di depan pintu, tersenyum sedikit kearah mereka, mengelus kukunya dengan ibu jari
dan jari tengahnya. Matanya tak bisa diam dari wajah ke wajah. “Mereka meninggalkan yang
lemah disini,” akhirnya dia berkata.” Kalian pikir aku tidak tahu kemana mereka pergi ? Termasuk
Curley. Aku tahu kemana mereka pergi.”

Lennie terkagum memandangnya, tapi Candy dan Crooks menghindari kontak mata dengannya.
Candy berkata."Jika kau tahu dimana Curley kenapa tanya kami ?"

Dia memandang dengan geli,"Konyolnya," katanya,"Jika aku bertemu dengan pria dan ia sedang
sendirian aku langsung akrab dengannya. Biarkan saja, ketika sedang berduaan dan kalian tak akan
bisa bicara, hanya ada kegilaan," Ia menurunkan jarinya dan meletakkan tangannya ke
pinggul."Kalian saling takut satu sama lain, itulah mengapa kalian semua ketakutan ketika ada
sesuatu yang akan terjadi pada kalian."

Setelah berhenti sejenak Crooks berkata,"Mungkin lebih baik kau kembali ke rumahmu sekarang.
Kita tidak mau terlibat masalah."

"Aku tidak memberi masalah pada kalian. Kau pikir aku tidak boleh mengobrol dengan seseorang
sekali saja? Kalian pikir aku harus diam di rumah itu setiap saat ?"

Candy meletakkan tunggul di pergelangan tangan ke lututnya dan mengelusnya lembut dengan
tangannya.

"Kau punya suami, kau tak boleh menggoda lelaki lain itu akan menimbulkan masalah." tuduhnya

Perempuan itu mulai kesal,"Tentu, aku punya suami, kalian tahu itu. Bukankah ia pria yang baik ?
Menghabiskan seluruh waktunya untuk mengatakan apa yang akan dia lakukan kepada orang yang
ia tidak sukai dan dia tak suka semua orang. Kalian pikir aku akan tinggal di rumah itu dan
mendengar bagaimana Curley akan menang dengan tinju kirinya, dan kemudian menggunakan
pukulan kanannya ? “Satu dua”, kata dia. “Satu-dua dan dia kalah." 'Dia berhenti dan kekesalan
hilang diwajahnya dan mulai tertarik. "Katakan apa yang terjadi dengan tangan Curley ?”

Terdiam malu lalu Candy mencuri pandang ke Lennie lalu


batuk,”Kenapa......Curley.......tangannya terkena mesin nyonya. Tangannya terluka.”
Dia memperhatikan sejenak, dan kemudian dia tertawa. "Omong kosong! Apa kalian pikir kalian
bisa menipuku? Curley yang memulai namun tidak mengakhirinya. Terkena mesin katamu,
omong kosong! Itulah mengapa dia tidak memberi seorangpun tinju yang keras semenjak
tangannya terluka siapa yang melukainnya? "

“Terkena mesin,” ulang Candy cemberut.

"Baiklah," Hinanya. "Baiklah, jika kalian ingin melindunginya. Aku peduli ? Kamu pikir
gelandangan sepertimu itu baik. Kalian pikir aku hanya anak kecil ? Aku katakan ya aku bisa saja
berperan di film , tidak hanya sekali. “Seorang pria bilang padaku ia bisa memasukkan saya ke
film....” Dia terengah-engah karena marah. "Sabtu malam. Semua orang keluar untuk melakukan
sesuatu. Semua orang! Dan apa yang aku lakukan? Berdiri di sini bicara ke sekelompok
gelandangan negro dan negro bodoh seperti domba tua. Mengapa itu karena mereka bukanlah
siapa-siapa.”

Lennie memperhatikannya, mulutnya setengah terbuka. Crooks telah lelah menjadi Negro
mengerikan yang melindungi martabatnya. Tapi ada perubahan pada Si Candy tua. Ia berdiri
tiba-tiba dan memukul tongnya hingga terjungkal. "Cukup," katanya dengan marah. "Kau tidak
diinginkan di sini. Kami sudah bilang tidak. Dan saya katakan, kau punya pikiran buruk tentang
berapa jumlah kita. Kau tidak punya akal di kepala ayammu bahkan untuk melihat bahwa kita
bukanlah gelandangan. Kau pikir kita gelandangan. Mungkin menurutmu seperti itu. Kau pikir
kami akan pergi ke jalan raya dan mencari pekerjaan rendahan seperti ini. Kau tak tahu bahwa
kami punya peternakan dan rumah sendiri. Kita tidak harus tinggal di sini. Kita punya rumah,
ayam, pohon buah-buahan dan tempat dimana seratus kali lebih indah dari ini. Dan kita punya
teman, itu yang kita miliki. Mungkin ada kalanya kami takut menjadi gelandangan, tetapi itu tidak
lagi. Kami punya tanah sendiri ', dan itu tanah kami, dan kami bisa pergi ke situ "

Istri Curley menertawakannya. "Omong kosong," katanya. "Aku mengenalmu cukup lama. Jika
kamu memiliki dua bit di dunia , mengapa kalian masih meneguk minuman jagung dan menjilati
bagian bawah gelas. Aku tahu banyak tentangmu. "

Wajah Candy semakin memerah, tapi sebelum perempuan itu selesai berbicara, ia bisa
mengendalikan dirinya. Ia ahli membaca suasana. “Saya mungkin tahu," Katanya dengan
lembut. "Mungkin lebih baik jika kau bermain simpai. Kita tak ada kata lagi untukmu. Kami tahu
apa yang kami inginkan, dan kami tidak peduli apakah kau mengetahuinya atau tidak. Jadi
mungkin lebih baik kau pergi saja, karena Curley mungkin tidak akan menyukai istrinya di
lumbung bersama kami para gelandangan. "

Ia melihat satu persatu wajah mereka, dan mereka menutupinya. Ia menatap Lennie paling lama,
sampai matanya melihat ke bawah karena malu. Tiba-tiba dia berkata, "Berasal darimana memar
mu itu? "

Lennie mendongak dengan perasaan bersalah. "Siapa-aku?"

"Ya kamu."

Lennie meminta bantuan Candy, dan kemudian dia memandang pahanya lagi. "Ia terkena mesin,"
katanya. Istri Curley tertawa. "Baiklah, Mesin ya . Aku akan bicara denganmu nanti. Aku suka
mesin. "

Candy menyela. "Biarkan dia. Kamu jangan main-main dengannya. Aku akan memberi tahu
George apa yang kau katakan. George tidak membiarkanmu main-main dengan Lennie. "

"Siapa George?" dia bertanya. "Si pria kecil yang kamu datangi ?"

Lennie tersenyum senang. "Itu dia," katanya. "Itu orangnya, dan ia akan membiarkan aku merawat
kelinci. "

"Yah, kalau itu yang kamu inginkan, aku mungkin akan mempunyai beberapa kelinci sendiri."

Crooks berdiri dari ranjangnya dan menghadapnya. "Sudah cukup," Katanya dingin. "Kamu tidak
punya hak datang ke kamar orang kulit berwarna. Kamu tidak punya hak untuk main-main di sini
sama sekali. Sekarang kamu keluar, dan keluar cepat. Jika tidak, saya akan meminta bos untuk
tidak pernah biarkan kamu datang di lumbung tidak lagi. "

Perempuan itu berbalik kearahnya dengan sinis.” Dengar, negro,” katanya. “ Kau tahu apa yang
bisa ku lakukan padamu jika kau tak bisa menutup mulutmu?”

Crooks menatapnya gelisah, lalu duduk di kasurnya dan pasrah.

Perempuan itu mendekatinya. “ Kau tahu apa yang bisa kulakukan?’ Nyali Crooks menciut, dan ia
menyandarkan tubuhnya ke dinding.”Iya nyonya.”
“Sadar tempatmu, negro. Aku bisa menggantungmu di pohon dengan mudah dan itu bukan
lelucon.”

Crooks menahan dirinya. Tidak ada kepribadian dan ego untuk menngatakan dia suka atau tidak.
Dia berkata,” Iya nona,” suaranya datar.

Perempuan itu berdiri di depannya untuk sesaat selagi menunggunya untuk pindah supaya dia bisa
mencabuknya lagi, tapi Crooks tetap duduk diam, Crooks memalingkan pandangan, dia teringat
hal yang menyakitkan. Dia berbalik ke arah dua orang lainnya

Si Candy tua tertegun memandang perempuan itu.” Jika kau melakukan hal seperti itu, kita akan
mengatakannya,” katanya lirih.”Kita akan bilang jika kau yang telah menjebak Crooks.” “
Terkutuklah kalian, bilang saja,” tangisnya.” Tak seorangpun percaya padamu dan kau tahu itu.
Tak seorangpun yang percaya padamu.”

Reda Candy. ”Tidak...” dia setuju.” Tak seorangpun yang akan percaya pada kita.”

Lennie merengek,” Aku harap George disini. Aku harap Geroge disini.”

Candy melangkah ke arahnya.” Kau tak perlu khawatir,” katanya.” Aku baru saja mendengar
seseorang datang. George akan ke barak sekarang, aku yakin.” Ia berbalik ke istri Curley.” Kau
sebaiknya pergi ke rumahmu sekarang,”

Dia berkata lirih. “ Jika kamu pergi sekarang, kita tak akan bilang ke Curley jika kau ke sini.”

Perempuan menjawab dengan dingin. “ Aku tak yakin jika kau mendengarnya.”

“Lebih baik jangan mengambil resiko,” katanya. “ Jika kau tak yakin, lebih baik ambil cara yang
aman.”

Dia berbalik ke arah Lennie. “ Aku senang kau telah menghajar Curley sedikit, dia pantas
mendapatkannya. Terkadang aku ingin menghajarnya.” Ia keluar menuju pintu dan menghilang di
kegelapan lumbung. Ketika dia berjalan melalui lumbung, rantai halter berdenting dan beberapa
kuda mendegus dan menghentakkan kakinya.

Crooks terlihat keluar perlahan dari perlindungannya. “ Apa kau mengatakan yang sebenarnya
bahwa mereka telah kembali?” Tanyanya

“ Tentu. Aku mendengarnya.”


“Aku tidak mendengarnya.”

“ Gerbangnya menggedor,” kata Candy,” Ya Tuhan, Istri Curley bisa diam juga. Aku pikir ia
banyak berlatih.”

Sekarang Crooks menghindari seluruh pembicaraan itu. “ Mungkin kalian lebih baik pergi,”
katanya. “ Aku tak yakin aku bisa menerimamu di sini lagi. Orang kulit warna tak punya hak
bahkan jika dia tidak menyukainya.”

Candy berkata, “ Jalang itu tak berhak berkata seperti itu padamu.”

“Tidak masalah,” kata Crooks pasrah. “ Kedatangan kalian ke sini membuatku lupa apa yang
dikatakannya itu benar.”

Kuda-kuda mendegus di luar lumbung ,rantainya berdenting dan terdengar suara memanggil,”
Lennie. Oh, Lennie. Apakah kau ada di sini ?”

“ Itu George,” Tangis Lennie dan dia menjawab,” Disini George. Aku ada disini.”

Sekejap George berdiri di depan pintu, dia tak percaya dengan apa yang dia lihat. “ Apa yang kau
lakukan di kamar Crooks ? Kau tak bisa berbohong disini.”

Crooks mengangguk,” Aku sudah melarang mereka, tapi mereka tetap datang.”

“Kenapa kau tidak mengusir mereka ?”

“ Aku tak peduli,” kata Crooks.” Lennie orang yang baik.” Sekarang Candy bersemangat. “ Oh,
George! Aku telah berpikir dan berpikir. Aku telah memecahkan bagaimana kita bisa
menghasilkan uang dari kelici itu.”

“ Aku kira kau tak bilang siapa- siapa tentang hal itu,”bentak George

Candy kecewa. “ Aku hanya bilang ke Crooks.”

George berkata,” Kalian semua keluar dari sini, Tuhan, sepertinya aku tidak bisa pergi sebentar
saja.”

Candy dan Lennie berdiri dan pergi menuju pintu. Crooks memanggil,” Candy!”

“Apa?”
“ Ingat apa yang aku katakan tentang pelacuran dan pekerjaan sambilan?”

“Iya,” Kata Candy.” Aku ingat.”

“Lupakan saja,” kata Crooks.” Aku tak bersungguh - sungguh. Cuma becanda. Aku tak mau pergi
ke tempat seperti itu.”

“Ya baiklah, jika itu mau mu. Selamat malam”

Ketiga pria itu keluar melalui pintu. Ketika mereka pergi melewati lumbung, terdengar kuda-kuda
mendengus dan rantai- rabtai kuda berdenting.

Crooks duduk di kasurnya dan sesaat melihat ke arah pintu, lalu mengambil botol linimen. Dia
menarik baju belakangnya, menuangkan sedikit liniment ke telapak tangan merah mudanya,
meraih punggungnya dan perlahan mengusap punggunya dengan perlahan.
Bagian V

Salah satu ujung lumbung besar dipenuhi oleh tumpukan tinggi jerami segar, dan di atas
tumpukan itu ada garpu jerami merk Jackson bergigi empat tergantung pada dari katrolnya.
Tumpukan jerami ini melandai seperti lereng gunung diujung lain lubang dan masih ada
permukaan datar yang belum terisi dengan lebih banyak jerami baru. Di sisi lubang tampak rak-rak
pakan ternak, dan diantara celah-celah kayu terlihat kepala-kepala kuda.

Hari itu Minggu sore. Kuda-kuda yang beristirahat memakan jerami yang masih tersisa.
Mereka menghentakkan kaki-kaki mereka juga menggigit kayu pada palungan dan
mengguncangkan rantai pelana. Matahari senja memancar melalui celah di dinding lumbung dan
menyinari tumpukan jerami. Terdengar dengungan lalat di udara, dengungan kemalasan senja.

Dari luar terdengar suara dentangan sepatu kuda di tempat permainan pasak dan suara
teriakan para pria, bermain, memberi semangat, dan saling mengejek. Sebaliknya, di dalam
lumbung terasa sunyi, penuh dengungan, malas, dan hangat. Hanya Lennie yang berada di dalam
lumbung. Ia duduk di tumpukan jerami di sebelah peti pengemasan di bawah palungan di ujung
lumbung yang belum terisi jerami. Lennie terduduk di tumpukan jerami sembari menatap anak
anjing mati yang terletak di hadapannya. Ia menatapnya dalam waktu yang lama, kemudian ia
mengelus-elus anjing itu dengan tangan besarnya. Ia mengelus tubuh anjing itu dari ujung ke
ujung.

Lalu Lennie berkata kepada anak anjing itu dengan lembut, “Mengapa kau harus mati
terbunuh? Kau tidak begitu kecil seperti tikus. Aku tidak memukulmu terlalu keras.”

Ia mengangkat kepala anak anjing itu dan menatap wajahnya, kemudian berkata,
“Sekarang mungkin George tidak akan mengizinkanku mengurus kelinci jika ia mengetahui kau
telah terbunuh.”

Ia menggali lubang dan meletakkan anak anjing itu di dalamnya kemudian menutupinya
dengan jerami tidak terlihat. Akan tetapi ia terus menatap pada gundukan yang telah ia buat. Ia
berkata, “Hal ini tidaklah seburuk itu hingga aku harus bersembunyi di sema-semak. Oh! Tidak.
Ini bukan seperti itu. Aku akan memberi tahu George kalau aku menemukannya telah mati.” Ia
menggali kembali anak anjing itu dan memeriksanya, lalu mengelusnya dari telinga hinga
ekornya. Dengan sedih ia lalu berkata, “Tapi dia akan tahu. George akan selalu tahu. Kemudia ia
akan berkata, ‘Sekarang kau tidak boleh merawat kelinci lagi!’”

Tiba-tiba kemarahannya muncul. “Sial kau,” tangisnya. “Kenapa kau harus terbunuh? Kau
tidak begitu kecil seperti tikus” Ia mengambil anak anjing itu lalu melemparkannya. Ia kemudian
membalikkan badannya. Ia duduk berlutut dan berbisik, “Sekarang aku tidak akan bisa mengurus
kelinci. Sekarang ia tidak akan mengizinkanku.” Ia mengayunkan badannya dalam kesedihan.

Dari luar terdengar dentangan sepatu kuda pada pasak besi, kemudian suara teriakan.
Lennie bangun dan membawa anak anjing itu lalu menaruhnya di atas jerami lalu terduduk. Ia
mengelus kembali anak anjing itu. “Kau belum cukup besar,” katanya.

“Mereka selalu berkata kepadaku bahwa kau belum cukup besar. Aku tidak tahu kau akan
terbunuh dengan begitu mudah.” Ia meletakkan jarinya di telinga anak anjing itu.

“Mungkin George tidak akan peduli,” katanya. “Anjing sialan ini bukan apa-apa bagi
George.”

Istri Curley muncul dari ujung kandang terakhir. Ia berjalan masuk tanpa suara sehingga
Lennie tidak menyadari kehadirannya. Perempuan itu menggunakan gaun katun warna terang dan
sepatu tinggi dengan hiasan bulu burung unta merah. Wajahnya memakai riasan dan ikal-ikal kecil
rambutnya tertata rapi. Ia berdiri cukup dekat dengan Lennie sebelum Lennie menengadah dan
melihatnya.

Dengan panik Lennie mendorong jerami ke atas jasad si anak anjing dengan jari- jarinya.
Lennie menatap perempuan itu dengan murung. Lennie menatapnya dengan membelalak. “Kata
George aku tidak punya urusan apa- apa sehingga harus berbicara denganmu.”

Ia tertawa “Apa George memberimu perintah untuk segala hal?”

Lennie menatap tumpukan jerami di bawahnya. “Aku tidak bisa merawat kelinci jika aku
berkata kepadamu.”

Ia berkata dengan pelan, “Ia takut jika Curley akan marah. Curley kehilangan tangannya
karena terjepit dalam mesin dan jika ia marah padamu kau bisa mematahkan tangan satunya. Kau
tidak akan memberiku masalah apa pun terkait dengan tangannya yang terjepit dalam mesin.”

Akan tetapi Lennie tetap bersikeras. “Tidak, aku tidak akan berbicara tentang apapun
padamu.” Ia berlutut di atas tumpukan jerami di sebelahnya.

“Dengar,” katanya “Para pria sedang melakukan pertandingan melempar sepatu kuda.
Hingga pukul empat, tidak ada satupun yang akan meninggalkan pertandingan itu. Mengapa aku
tidak boleh berbincang denganmu? Aku tidak akan berkata kepada siapapun. Aku merasa sangat
kesepian.”

Lennie berkata, “Aku tidak seharusnya berbicara kepadamu.”

“Tetapi aku kesepian,” katanya. “Kau boleh berbicara dengan orang-orang, tetapi aku tidak
boleh berbicara dengan siapapun kecuali Curley. Jika aku bicara dengan orang lain ia akan marah.
Bagaimana kau bisa tidak berbicara dengan siapapun?”

Lennie berkata, “Aku tidak boleh bicara dengan orang lain. George takut aku akan kena
masalah.”

Istri Curley mengganti subjek pembicaraan. “Apa yang kau tutupi itu?”

Kemudian seluruh duka yang dirasakan Lennie kembali padanya. “Joe anak anjingku,”
katanya dengan sedih. “Hanya anak anjingku.” Lau ia menyingkirkan jerami yang menutupi anak
anjing itu.

“Bagaimana dia bisa mati,” tangisnya.

“Ia terlalu kecil,” kata Lennie. “Aku hanya bermain dengannya... lalu ia bertingkah seperti
akan menggigitku... lalu aku akan memukulnya... dan... lalu aku melakukannya. Lalu ia mati.”

Ia menenangkannya. “Jangan khawatir. Dia hanya anjing kampung. Kau bisa mendapatkan
anjing kampung lain dengan mudah. Seluruh desa ini penuh dengan anjing.”

“Bukan seperti itu,” Lennie menjelaskan dengan sedih. “Sekarang George tidak akan
membolehkanku merawat kelinci.”

“Mengapa begitu?”

“George berkata bahwa jika aku melakukan hal buruk lagi dia tidak akan membolehkanku
merawat kelinci lagi.” Ia mendekati Lennnie dan berbicara dengan tenang. “jangan khawatir
berbicara denganku. Dengarkan para pria berteriak di luar sana. Mereka bertaruh empat dolar di
pertandingan itu. Mereka tidak akan meninggalkan pertandingan hingga usai.”

“Jika George melihatku berbicara denganmu ia akan marah besar,” Kata Lennie dengan
hati-hati.

“Ia berkata begitu.” Wajah nya berubah marah. “Apa urusannya denganku?” teriaknya.
“Jadi aku tidak berhak berbicara kepada siapapun? Mereka pikir aku apa? Kau pria yang baik. Aku
tidak mengerti mengapa aku tidak boleh berbicara denganmu. Aku tidak akan melukaimu.”

“George berkata bahwa kau akan menimbulkan masalah.”

“Ah, gila!” katanya. “Hal buruk apa yang dapat kulakukan padamu? Sepertinya tidak ada
dari mereka yang peduli tentang kehidupanku. Kuberitahu ya, aku tidak bisa hidup seperti ini. Aku
dapat melakukan segalanya yang aku mau.” Katanya dengan muram, “Mungkin suatu saat.” Lalu
ia mulai berbicara dengan penuh semangat, seolah-olah ia terburu-buru sebelum para
pendengarnya pergi. “Dulu aku tinggal di Salinas,” katanya. “Aku tinggal di sana saat aku masih
kecil. Lalu suatu pertunjukan digelar, dan aku bertemu dengan salah satu aktor. Ia berkata aku
dapat pergi bersama pertunjukan itu. Tapi ibuku tidak mengizinkanku. Katanya karena aku baru
berumur 15 tahun. Tapi orang-orang dari pertunjukan itu berkata bahwa aku boleh ikut. Jika aku
pergi hari itu, aku tidak akan hidup seperti ini.”

Lennie mengelus-elus anak anjing itu dari depan wajahnya ke belakang ekornya. “Kita
akan mempunyai rumah kecil dan kelinci-kelinci,” jelasnya.

Ia melanjutkan ceritanya sebelum ia dapat diinterupsi. “Di lain waktu aku bertemu dengan
seorang pria yang bekerja di industri perfileman. Aku pergi ke Riverside Dance Palace
bersamanya. Dia bilang dia akan mengajakku bermain film. Katanya aku natural. Secepatnya
setelah ia kembali ke Hollywood ia akan mengirimiku surat.”

Ia menatap Lennie dekat-dekat untuk melihat apakah ia membuatnya terkesan. “Aku tidak
pernah menerima surat itu.” katanya. “Aku selalu berpikir bahwa ibuku mencurinya. Aku tidak
akan mau untuk tinggal di tempat di mana aku tidak bisa pergi kemana-mana atau melakukan
sesuatu untuk diriku sendiri, atau bahkan mencuri suratmu. Aku tanyakan itu kepada ibuku apakah
dia mencuri suratku dan dia berkata tidak. Jadi aku menikah dengan Curley, yang aku temui di
Riverside Dance Palace di malam itu juga.”

Ia bertanya “Apa kau mendengarkan?”

“Aku? Tentu.”

“Aku tidak pernah menceritakan ini kepada siapapun sebelumnya. Mungkin seharusnya
tidak ku ceritakan. Aku tidak menyukai Curley. Dia bukan pria yang baik.” Karena ia telah
mempercayai Lennie, ia mendekat dan duduk di sebelahnya.

“Aku bisa saja bermain film dan punya pakaian bagus seperti yang para pemain film pakai.
Dan aku bisa saja duduk di hotel besar di mana mereka mengambil gambarku. Ketika mereka telah
melihat filmku aku akan menemui mereka, dan berbicara di radio, dan aku tidak akan
mengeluarkan uang sepeserpun karena aku bermain di film. Dan pakaian bagus yang mereka
pakai. Karena pria itu berkata bahwa aku natural.” Ia menatap Lennie. Ia membuat gerakan tubuh
dengan tangannya untuk menunjukan bahwa ia bisa bermain peran. Jemarinya mengikuti gerakan
pergelangan tangannya, dan jari kecilnya menunjuk dengan anggun dari jari lainnya.

Lennie mendesah dalam-dalam. Dari luar terdengar dentangan sepatu kuda yang mengenai
pasak besi. Lalu terdengar sorakan. “Seseorang mencetak angka,” kata istri Curley.

Sekarang cahaya naik menembus lumbung ketika matahari mulai terbenam. Sinarnya
mengenai tembok dan menembus masuk hingga rak makanan ternak dan di atas kepala kuda-kuda.

Lennie berkata, “Mungkin jika aku membawa anak anjing ini keluar dan membuangnya,
George tidak akan tahu. Dan aku dapat merawat para kelinci tanpa ada masalah.”

Istri Curley berkata dengan marah. “Apa kau tidak bisa berpikir hal lain selain kelinci?”

“Kami akan memiliki sebidang tanah.” Lennie menjelaskan dengan sabar. “Kami akan
mempunyai rumah dan kebun, dan juga tempat untuk menanam alfalfa, dan alfalfa itu untuk
makan para kelinci. Dan aku akan mengambil sekarung alfalfa dan memberikannya kepada para
kelinci.”

Istri Curley bertanya, “Apa yang membuatmu tergila-gila dengan kelinci?” Lennie harus
memikirkan jawaban untuk pertanyaan itu baik-baik. Ia mendekat ke padanya hingga mereka
saling berdekatan, “Aku suka membelai. Suatu saat di suatu pekan raya aku melihat beberapa
kelinci berbulu panjang. Dan kelinci-kelinci itu sangat indah. Aku juga pernah mengelus-elus
tikus, tapi tidak sebelum aku bisa mendapatkan hal lain yang lebih baik.”

Istri Curley sedikit menjauh darinya. “Kupikir kau gila,” katanya.

“Tidak,” Lennie menjelaskan dengan jujur. “Kata George aku tidak gila. Aku hanya suka
membelai sesuatu dengan jari-jariku, sesuatu yang lembut.”

Ia sedikit merasa teryakinkan. “Siapa tidak?” katanya. “Semua orang menyukainya. Aku
suka meraba kain sutera dan beludru. Apa aku suka meraba beludru?”

Lennie tertawa kecil dengan bahagia. “Tentu saja,” teriaknya bahagia. “Aku juga punya
kain seperti itu. Seorang wanita yang memberikannya, dan wanita itu adalah bibiku sendiri, Bibi
Clara. Dia sendiri yang memberikannya padaku, kira kira sebesar ini. Seandainya aku masih
mempunyai kain beludru itu sekarang.”

Lennie mulai cemberut. “Aku kehilangan kain itu,” katanya. “Aku sudah lama tidak
melihat kain itu.”

Istri Curley menertawakannya. “Kau gila,” katanya. “Tapi kau sepertinya pria yang baik.
Seperti bayi besar. Tapi seseorang dapat mengerti apa yang kau maksudkan. Ketika aku menata
rambutku aku hanya menata dan membelainya karena terasa sangat lembut.” Untuk menunjukkan
bagaimana ia melakukannya, ia menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.

“Beberapa orang memiliki rambut yang kasar.” katanya dengan puas. “Seperti rambut
Curley. Rambutnya kasar seperti kawat. Tapi rambutku lembut dan halus. Tentu aku selalu
menyisirnya sehingga rambutku terasa halus. Ini rasakan.” Ia mengambil tangan Lennie dan
menaruhnya di kepalanya.

“Sentuh bagian itu dan rasakan betapa lembutnya.” Jari-jari besar Lennie membelai
rambutnya.

“Jangan terlalu ditekan,” katanya.

Lennie berkata, “Oh! Bagus,” dan dia membelai rambutnya lebih keras “Oh! Bagus.”

“Hati-hati jangan terlalu menekannya.” Lalu ia berteriak dengan marah, “Hentikan


sekarang, kau akan membuatnya berantakan.” Ia menyentakkan kepalanya ke samping, tapi
jari-jari Lennie masih memegang rambutnya. “Lepaskan,” teriaknya. “Lepaskan!”

Lennie merasa panik. Wajahnya berkerut. Istri Curley mulai berteriak dan Lennie menutup
mulut dan hidungnya dengan tangannya. “Tolong, jangan,” Lennie memohon. “Oh! Tolong jangan
lakukan itu, George akan marah.”

Istri Curley meronta-ronta dalam dekapan Lennie. Kakinya menendang-nendang jerami di


bawahnya selagi ia meronta-ronta agar terlepas dari Lennie; dan dari bawah tangan Lennie
terdengar suara jeritan yang tertahan. Lennie mulai berteriak ketakutan. “Tolong jangan lakukan
itu,” Lennie memohon. “George akan berkata aku telah melakukan hal buruk. Dan dia tidak akan
mengizinkanku merawat kelinci.” Ia sedikit menggerakkan tangannya dan jeritan paraunya
terdengar.

Lennie semakin marah. “Jangan,” katanya. “Aku tidak mau kau berteriak. Kau akan
membuatku dalam masalah seperti yang dikatakan George. Sekarang jangan berteriak.” Ia terus
meronta- ronta. Matanya dipenuhi rasa ketakutan. Lalu Lennie mengguncangnya, dia merasa

marah terhadapnya. “Jangan berteriak,” katanya. Ia terus mengguncangnya lalu tubuhnya


terlempar bagaikan seekor ikan. Ia tidak bergerak karena Lennie telah mematahkan lehernya.

Lennie menatapnya dan secara hati-hati melepaskan tangannya dari mulutnya, ia tergeletak
tidak bergerak. “Aku tidak mau menyakitimu,” katanya, “tapi George akan marah jika kau
berteriak.” Ketika ia tidak menjawab atau bergerak, Lennie membungkuk di dekatnya. Ia
mengangkat tangannya dan membiarkannya jatuh.

Untuk sesaat ia merasa kebingungan, lalu ia berbisik dalam ketakutan, “Aku telah
melakukan hal buruk. Aku telah melakukan hal buruk lain.”

Ia mengambil segenggam jerami hingga tubuh istri Curley tertutup sebagian. Dari luar
lumbung terdengar suara teriakan para pria dan suara dentangan sepatu kuda dan pasak besi. Untuk
pertama kali Lennie mulai sadar tentang apa yang terjadi di luar. Ia meringkuk di antara jerami
sambil mendengarkan. “Aku telah melakukan hal buruk,” katanya. “Aku seharusnya tidak
melakukannya. George akan marah. Dan dia bilang...dia bilang...sembunyi di semak semak hingga
dia datang. Dia akan marah besar. Di semak-semak hingga ia datang. Itu yang dia katakan.”
Lennie kembali melihat mayat gadis itu. Anak anjingnya tergeletak di dekatnya. Lennie
lalu mengambilnya. “Aku akan membuangnya,” katanya. “Sudah cukup buruk jika seperti ini.” Ia
menaruh anak anjing itu di bawah mantelnya, lalu merangkak ke di dinding lumbung dan
mengintip melalui celahnya untuk melihat ke arah lapangan pertandingan sepatu kuda. Ia
mengendap-endap mengelilingi palungan terakhir lalu menghilang.

Cahaya memancar tinggi di dalam lumbung dengan cahaya yang semakin meredup. Istri
Curley terbaring terlentang dengan jerami yang menutupi sebagian tubuhnya. Suasana di dalam
lumbung sangat sunyi, dan kesunyian senja telah mencapai peternakan. Bahkan suara dentangan
sepatu kuda yang dilempar, bahkan suara para pria yang sedang bermain menjadi semakin sunyi.
Udara kehitaman memenuhi lumbung sebelum suasana hari di luar. Seekor merpati terbang
melalui pintu lumbung yang terbuka dan berputar-putar hingga akhirnya terbang keluar lagi. Dari
kandang terakhir datang seekor anjing gembala betina, kurus dan panjang, dengan puting yang
berat menggantung. Di tengah jalan menuju kotak pengemasan di mana anak- anak nya tinggal, ia
mencium bau mayat istri Curley. Rambut di punggungnya mengembang. Ia merintih dan
membungkukkan badannya di kotak pengemasan, lalu melompat masuk bersama anak-anaknya.

Istri Curley terbaring dengan jerami kuning yang menutupi sebagian tubuhnya. Segala
keburukan, perencanaan, ketidakpuasan, dan keinginannya akan perhatian telah sirna dari
wajahnya. Dia sangat cantik dan sederhana, dan wajahnya sangat manis dan muda. Sekarang
pipinya dan bibirnya yang memerah membuatnya seakan-akan masih hidup dan sedang tertidur
pulas. Rambutnya yang keriting terbentang di atas jerami di belakangnya, dan kedua bibirnya yang
terbuka. Beberapa waktu kemudian, sesaat telah berlalu hingga berubah menjadi lebih dari sesaat.
Suara dan gerakan terhenti dalam waktu yang lebih dari sesaat. Lalu perlahan-lahan waktu
terbangun kembali dan bergerak perlahan-lahan. Kuda- kuda menghentakkan kaki-kaki mereka di
sisi lain rak pemberian pakan dan rantai penahan berdentingan. Diluar, suara-suara para pria
terdengar semakin keras dan jelas.

Di sekitar kandang paling ujung suara Candy tua terdengar. Lennie,” panggilnya. “Oh,
Lennie! Apa kau di sini? Aku telah memikirkan bebrapa hal. Aku akan memberitahu apa yang bisa
kita lakukan, Lennie.” Candy tua muncul di dekat kandang paling ujung. “Oh, Lennie!”
panggilnya lagi. Kemudian ia berhenti, tubuhnya kaku. Ia menggosokkan buku-buku jarinya yang
halus di kumisnya yang telah dicukur.
“Aku tidak tahu kau ada di sini,” katanya pada istri Curley. Ketika Ia tidak menjawab, ia
melangkah mendekat. “Kau tidak boleh tidur di luar sini,” larangnya. Ketika ia berada di
sampingnya dan “Ya Tuhan!” Ia melihat ke sekelilingnya dengan tak berdaya lalu mengusap
jenggotnya. Kemudian ia berdiri dan berlari dengan cepat keluar lumbung. Sekarang lumbung
menjadi hidup. Kuda-kuda menghentakkan kakinya dan mendengus. Mereka mengunyah jerami
yang menjadi alas kandang mereka dan juga mengguncangkan rantai di leher mereka. Sesaat
kemudian Candy kembali bersama George.

“Apa yang ingin kau tunjukkan padaku?” tanya George.

Candy menunjuk pada istri Curley. George menatapnya. “Ada masalah apa dengannya?”
tanya George. Ia melangkah mendekat, dan mengulangi kata-kata Candy sebelumnya. “Ya
Tuhan!” Ia berlutut di dekatnya. Ia meletakkan tangannya di jantungnya. Saat ia berdiri dengan
perlahan dan kaku wajahnya mengeras sekeras kayu, begitu pula dengan matanya.

Candy berkata, “Siapa pelakunya?”

George menatapnya dengan dingin. “Apa kau tahu siapa?” tanyanya. Candy pun terdiam.
“Aku harusnya tahu,” kata George tidak berdaya. “mungkin jauh dibelakang kepalaku aku tahu.”

Candy bertanya, “Apa yang kita lakukan sekarang, George? Apa yang kita lakukan
sekarang?”

Butuh waktu lama bagi George untuk menjawabnya. “Kurasa...kita harus


memberitahu...yang lain. Mungkin kita harus menangkapnya dan mengurungnya. Kita tidak bisa
membiarkannya kabur. Mengapa, bajingan yang malang itu kelaparan.” Ia berusaha meyakinkan
dirinya sendiri. “Mungkin mereka akan mengurungnya dan berlaku baik padanya.”

Namun Candy berkata, “Kita harus membiarkannya kabur. Kau tidak tahu bagaimana
sikap Curley. Curley akan menginginkannya digantung. Curley akan membunuhnya.”

George mengamati bibir Candy. “Ya,” akhirnya ia berkata, “itu benar, Curley akan
membunuhnya. Begitu pula dengan para pria yang lain.” Lalu ia melihat ke arah istri Curley lagi.

Candy mengatakan ketakutan terbesarnya. “Kau dan aku akan mempunyai sebidang tanah
kecil kan, George? Kau dan aku bisa ke sana dan hidup bahagian kan, George?
Ya kan?

Sebelum George dapat menjawabnya, ia menundukkan kepalanya menatap jerami di


bawahnya. Dia tahu. George berkata dengan pelan, “-Aku rasa aku telah mengenalnya sejak
pertama kali, Aku pikir aku tahu kita tidak akan pernah mencapainya. Dia dulu senang sekali
mendengarnya hingga aku berpikir kita mampu.”

“Lalu semuanya sia-sia?” kata Candy bersungut-sungut.

George tidak menjawab pertanyaannya. George berkata, “Aku akan bekerja selama
sebulan dan aku akan mengambil 50 dolarku, lalu aku akan tidur di semacam gubuk jelek. Atau
aku akan menetap di tempat bermain billiard hingga semua orang telah kembali pulang. Lalu aku
akan kembali untuk bekerja untuk sebulan selanjutnya dan aku akan mendapat 50 dolar lagi.”

Candy berkata, “Dia adalah orang yang baik. Aku tidak pernah berpikir dia akan
melakukan hal seperti ini.” George masih menatap istri Curley. “Lennie tidak pernah
melakukannya dengan niat buruk,” katanya. “Dia selalu melakukan hal buruk tetapi tidak pernah
melakukannya dengan niat yang buruk.” Ia berdiri lalu menatap Candy. “Sekarang dengar. Kita
harus memberitahu yang lain. Mungkin mereka akan membawanya kesini. Tidak ada jalan lain,
Mungkin mereka tidak akan menyakitinya.”

Katanya dengan tajam, “Aku tidak akan membiarkan mereka menyakiti Lennie. Sekarang
kau dengarkan. Yang lain mungkin akan berpikir bahwa aku terlibat. Aku akan pergi ke rumah
istirahat. Beberapa saat kemudian kau keluar dan beritahu yang lain tentang ini, lalu aku akan
datang bersama mereka seolah-olah aku belum pernah melihatnya. Maukah kau melakukan itu?
Agar yang lain tidak curiga bahwa aku terlibat?”

“Tentu, George. Akan aku lakukan.” kata Candy.

“Oke, beri aku beberapa menit, lalu kau akan berlari keluar dan beritahu yang lain bahwa
kau baru saja menemukannya. Aku pergi sekarang.” George berputar dan segera pergi
meninggalkan lumbung.

Candy tua mengawasi George beranjak pergi. Ia melihat istri Curley kembali tanpa daya,
lalu perlahan-lahan luka dan amarahnya berkembang menjadi kata-kata “Kau sundal terkutuk,”
Katanya keji. “Kau berhasil melakukannya bukan? Ku rasa kau senang. Semua tahu kau akan
merusak segalannya. Kau bukan orang yang baik. Sekarangpun kau bukan orang yang baik, sundal
sialan.” Candy terisak dan suaranya gemetar.”Padahal aku bisa bajak kebun dan cuci piring buat
kedua orang itu”.

Ia berhenti sejenak, kemudian kembali berbicara dengan suara menggalung. Dan ia


menggulang kata-kata dari masalalu, “Kalau ada sirkus atau pertandingan bisbol…kami bisa pergi
kesana…tinggal bilang saja’persetang dengan kerja,’dan langsung pergi. Tak perlu tanya
oranglain, tak perlu minta ijin. Dan akan ada babi dan ayam…Dan dimusim dingin…Kompor
kecil gemuk…Dan hujan berderai…Dan, kami disana “matanya dipenuhi tangis, ia berbalik dan
berjalan gontai keluar dari lubung dan menggosok kumis pendeknya dengan pergelangan tangan
buntungnya.

Diluar bunyi-bunyi permainan tapal kuda sudah berhenti. Terdengar suara yang
bertanya-tanya diikuti dengan suara derapan kaki dan para pria yang masuk ke lumbung. Slim,
Carlson, Whit muda, dan Curley. Crooks berdiri di belakang untuk mengawasi. Candy datang
setelahnya dan yang terakhir datanglah George. George mengenakan mantel jeansnya dengan
kancing baju terpasang, topi hitamnya ditarik turun menutupi matanya. Para pria berjalan cepat
menuju kandang terakhir. Mata mereka menemukan istri Curley dalam kegelapan, mereka terhenti
dan diam berdiri dan melihat.

Kemudian Slim diam-diam berjalan mendekatinya dan untuk memeriksa denyut nadi di
pergelangannya, Satu jari menyentuh pipinya, dan tangannya memeriksa lehernya yang terlihat
sedikit bengkok. Ketika ia berdiri para pria mengerubungi dan mantranya pun patah. Curley
tiba-tiba kembali hidup. “Aku tahu siapa pelakunya,” tangisnya. “Bajingan bertubuh besar itu
pelakunya. Aku tahu dia yang melakukannya. Ketika semua orang berada di luar bermain sepatu
kuda.” Kemarahannya mulai muncul. “Aku akan menangkapnya. Aku akan mengambil
senapanku. Akan kubunuh sendiri bajingan besar itu. Akan ku tembak dia di perutnya. Ayolah
kalian semua.” Ia berlari dengan marah keluar lumbung. “Aku akan mengambil pistolku” kata
Carlson.

Slim berbalik kepada George. “Kupikir Lennie yang melakukannya.” katanya. “Lehernya
patah. Lennie mampu melakukannya.” George tidak menjawab, hanya mengangguk perlahan.
Topinya sangat miring ke bawah sampai-sampai dahi dan matanya tidak terlihat. Slim
melanjutkan, “Mungkin seperti saat di Weed seperti yang pernah kau ceritakan.” George
mengangguk lagi. Slim mendesah. “Kalau begitu kita harus menangkapnya. Kemana kau pikir dia
akan pergi?” Sepertinya butuh waktu beberapa saat sebelum George mampu mengeluarkan kata-
kata. “Dia akan pergi ke selatan,” katanya. “Kami datang dari utara jadi dia akan pergi ke selatan.”

“Kalau begitu kita harus menangkapnya.” ulang Slim.

George melangkah mendekat. “Bisakah kita menangkapnya dan mereka akan


memenjarakannya?” Dia tidak waras. Dia tidak pernah melakukan hal ini dengan niat buruk.”

Slim mengangguk. “Mungkin.” katanya, “Kalau kita bisa menahan Curley di sini bisa saja.
Tapi Curley ingin menembaknya. Curley masih marah tentang tangannya. Dan mungkin mereka
akan mengurungnya dan mengikatnya dan menaruhnya dalam kurungan. Itu tidak bagus, George.”

“Aku tahu,” kata George. “Aku tahu.” Carlson datang berlari, “Bajingan itu mencuri
pistolku,” teriaknya. “Pistol itu tidak ada di tasku.” Curley mengikutinya sambil membawa
senapan dengan tangannya yang utuh. Ia terlihat sangat dingin.

“Baiklah, kalian semua,” katanya. “Si orang kulit hitam membawa senapan. Carlson, kau
ambil ini. Jika kau melihatnya jangan beri dia kesempatan. Tembak perutnya. Itu akan sangat
menyakitkan baginya.”

Dengan semangat Whit berkata, “Aku tidak punya senjata.” Curley berkata, “kau pergi ke
Soledad dan panggil polisi. Temui AL Wilts, dia adalah sheriff deputi. Kita pergi sekarang.” Ia
melihat ke arah George dengan penuh curiga. “Kau ikut bersama kami.”

“Ya,” kata George. “Aku akan ikut. Tapi dengarkan dulu Curley. Bajingan malang itu tidak
waras. Jangan tembak dia. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan.”

“Jangan menembaknya?” teriak Curley. “Dia mengambil pistol Carlson. Tentu kami akan
menembaknya.”

George berkata dengan lemah, “Mungkin Carlson kehilangan pistolnya.,,”

“Aku melihatnya pagi ini,” kata carlson. “Pistolku telah dicuri.”

Slim berdiri menatap istri Curley. “Mungkin kau lebih baik tinggal di sini bersama istrimu,
Curley.” katanya.

Wajah Curley memerah. “Aku akan pergi,” katanya. “Akan ku tembak perut bajingan
besar itu sendiri, meskipun aku hanya memiliki satu tangan. Akan ku tembak dia.”

Slim menoleh ke arah Candy. “Kalau begitu kau tinggal di sini bersamanya, Candy. Yang
lain sebaiknya segera berangkat.” Mereka menjauh. George berhenti sesaat di dekat Candy.
Mereka berdua melihat mayat gadis itu hingga Curley memanggil George. “Kau, George! Kau
tetap bersama kami agar kami tidak curiga kau terlibat dalam hal ini.”

George berjalan perlahan mengikuti mereka dengan menyeret kakinya yang terasa berat.
Dan ketika mereka semua telah pergi, Candy berjongkok di atas jerami sambil memperhatikan
wajah istri Curley. “Bajingan yang malang,” katanya dengan pelan.

Suara para lelaki memudar. Lumbung perlahan menggelap dan di kandang mereka,
kuda-kuda menggerakan kaki dan mendencingkan rantai pelana. Candy tua berbaring di jerami
dan menutup kedua mata dengan lengannya.
Bagian VI

(Pg 98-100)

Pada sore hari di kolam hijau Salinas River. Matahari telah meninggalkan bukit dan melewati
lereng Pegunungan Gabilan, serta puncak bukit terlihat merah berkat cahaya senja. Tetapi di tepi
kolam renang di antara pepohonan ara berbintik, bayangannya yang hilang.

Seekor ular air merayap dengan cepat ke permukaan kolam, memutar kepalanya ke setiap
sudut; dan ular itu berenang sampai ke kaki seekor bangau yang tidak bergerak yang sedang
berdiri di permukaan air yang dangkal. Kepala yang terdiam serta paruh yang menusuk ke bawah
dan mearik kepalanya, dan bangau itu menelan ular kecil itu sementara ekornya bergerak penuh
kepanikan.

Desiran hembusan angin memasuki bagian atas pepohonan seperti bergelombang.


Dedaunan ara berubah menjadi perak, dedaunan kering dan cokelat jatuh di tanah sejauh beberapa
kaki saja. Dan gelombang demi gelombang angin kecil bergerak menuju permukaan hijau kolam
itu.

Seperti kedatangannya, angin itu juga cepat perginya, dan tanah terbuka itu suasana terasa
sunyi kembali. Bangau itu berdiri di air yang dangkal, tidak bergerak dan hanya menunggu. Ular
air kecil lainnya berenang di permukaan kolam, memutar kepalanya ke setiap sudut.

Tiba-tiba datang Lennie dari arah semak-semak, dan dia berjalan dalam diam seperti
beruang yang sedang merayap. Bangau menyapu udara dengan sayapnya, membersihkan dirinya
dari air dan terbang meninggalkan sungai. Ular-ular kecil itu bergerak di antara alang-alang di sisi
kolam.

Lennie dengan tenang mendekati tepian kolam. Dia berlutut dan nyaris tidak
menyentuhkan bibirnya ke dalam air. Saat seekor burung kecil mendarat di atas dedaunan kering
di belakangnya, kepalanya terangkat dengan rasa kaget dan dia langsung melihat ke arah suara itu
dengan mata dan telinga sampai dia melihat burung itu, dan kemudian dia menunduk dan minum
lagi.

Ketika dia sudah selesai minum, dia langsung duduk di tepi kolam, dengan posisinya yang
menghadap kolam, sehingga dia bisa melihat ke arah jalan setapak. Dia berlutut dan meletakkan
dagunya di lututnya. Cahaya bergerak keluar dari lembah, dan seiring berjalannya waktu,
puncak-puncak pegunungan tampak lebih terang benderang.

Lennie berkata dengan lembut, "Aku tidak lupa, kau pikir, sial. Bersembunyilah di
semak-semak dan tunggu kedatangan George. "Dia menarik topinya ke bawah sampai tepat di atas
matanya. "George akan membuatku merasakan neraka," katanya. "George berharap dia bisa hidup
sendirian, dan tanpa ada aku yang akan mengganggu dirinya'. "Dia menoleh dan melihat puncak
gunung yang cerah. "Aku bisa langsung pergi ke sana dan menemukan sebuah goa, "ucapnya. Dan
dia melanjutkan sambil bersedih," -dan aku tidak akan mendapatkannya- tapi aku tidak peduli.
Jika George memang tidak menginginkanku ... Aku akan pergi. Aku akan pergi jauh."

Kemudian dari kepala Lennie munculah seorang wanita tua yang bertubuh kecil. Dia
mengenakan kacamata tebal seperti mata sapi dan dia mengenakan celemek bermorif kotak besar
dengan saku, dan dia terlibat kaku dan bersih. Dia berdiri di depan Lennie dan meletakkan
tangannya di samping pinggulnya, serta mengerutkan mengerutkan keningnya seakan-akan dia
tidak setuju padanya.

Dan ketika dia berbicara, suara itu masuk ke dalam pikiran Lennie. "Aku sudah berulang
kali berkata kepadamu, "katanya." Akan kuberitahu, tentang George karena dia seorang teman
yang baik dan juga baik kepadamu. Tetapi kau tidak pernah peduli. Kamu selalu saja melakukan
hal yang buruk."

Dan Lennie menjawabnya, "Aku mencoba, Bibi Clara, nyonya. Aku mencoba dan terus
mencoba. Aku tidak bisa menahannya. "

"Kau tidak pernah memikirkan George," suaranya masuk ke dalam pikiran Lennie. "Dia
selalu melakukan hal-hal baik untukmu sepanjang waktu. Ketika dia mendapat sebuah roti pie kau
mendapat setengah atau bahkan lebih. Dan jika ada saus tomat, dia pasti akan memberikan
semuanya kepadamu."

"Aku tahu," kata Lennie dengan rasa sedih. "Aku mencoba, Bibi Clara, nyonya . Aku
mencoba dan terus mencoba."

Dia memotong perkataannya. "Dia bisa saja bersenang-senang setiap waktu jika bukan
karena kamu. Dia akan menerima gajinya dan berpesta di sebuah rumah pelacur, dan dia bisa
masuk ke ruang billiard bermain billiard. Tapi dia terpaksa harus tetap menjagamu. "

Lennie mengerang dengan penuh kesedihan. "Aku tahu, Bibi Clara, nyonya. Aku akan
langsung pergi ke perbukitan dan aku akan mencari gua dan 'aku akan tinggal di sana sehingga aku
tidak akan menjadi masalah lagi bagi George. "

"Kau hanya mengatakan hal itu," katanya dengan tegas. "Kau selalu saja mengatakan hal
itu, dan kau hanya mengatakan omong kosong dan kau tidak akan pernah mau melakukannya. Kau
hanya akan mondar-mandir saja dan kau selalu saja membuntuti apapun yang dilakukan oleh
George. "

Lennie berkata, "Lebih baik aku pergi saja. George pasti tidak akan memperbolehkanku
merawat kelinci sekarang."

Bibi Clara sudah pergi, di hadapan Lennie munculah seekor kelinci raksasa. Kelinci itu
duduk dengan bertumpu pada kedua kaki belakangnya tepat di depan Lennie, dan kelinci itu
menggerakkan telinganya serta mengerutkan hidung padanya. Bahkan kelinci itu berbicara kepada
Lennie juga.

(pg 101-103) “Para kelinci berkata dengan penuh ejekan. “Kamu bajingan gila.

Kamu tidak cocok untuk menjilati sepatu bot tanpa para kelinci. Kamu lupa dan

membiarkan kami pergi dengan kelaparan. Itulah yang ingin kamu lakukan. Dan kemudian

apa yang George akan pikirkan?”

“Aku tidak akan melupakan kalian” dengan tegas Lennie katakan.

“Persetan” kata kelinci itu. “Kamu layak menuju ke neraka. Tuhan tahu George telah melakukan
segalannya, Ia bisa melempar

kamu keluar ke selokan, tapi tidak ada gunanya. Jika kamu berpikir George akan

membiarkanmu memelihara kelinci, kamu bahkan lebih gila daripada biasanya. Ia


tidak akan lakukan itu. Dia akan membawamu keluar neraka dengan tongkat, itulah yang akan Ia

lakukan.

Sekarang Lennie membalas dengan kasar, “Ia tidak juga. George tidak akan

melakukan seperti itu. Aku tahu George melupakan sejak pertama ketika dan Ia tidak

pernah mengangkat larangannya kepadaku dengan tongkat. Bagiku Ia baik. Ia tidak

akan bermaksud.”

“Baik, Ia muak denganmu,” kata kelinci itu.”Ia akan memukul kamu keluar dan

kemudian pergi dan meningggalkanmu.”

“Ia tidak akan, “Lennie berteriak dengan oanik. “Ia tidak akan melakukan apapun

seperti itu. Aku tahu George. Aku dan dia berpergian bersama-sama.”

Tetapi kelinci itu dengan lembut menggulangi lagi dan lagi, “Ia akan

meninggalkanmu, bajingan gila. Ia akan meninggalkanmu semua sendirian. Ia akan

meninggalkan, kamu bajingan gila.”

Lennie menutup telingany. “Ia bukan, aku katakan ia bukan.”

Dan Ia menangis, “Oh! George… George… George!”

George keluar dengan tenang daris semak-semak dan kelinci itu bergegas kembali

kedalam otak Lennie.

George berkata dengan pelan, “Apa yang kamu katakan?”

Lennie bangkit berlutut. “Kamu akan meninggalkan aku, Gerge? Aku tahu kamu

tidak.”

George mendekat dan duduk disamping ia.

“Tidak.”

“Aku tahu itu, “teriak Lennie. “Kamu tidak seperti itu.”


George diam.

Lennie berkata, “George.”

“Ya?”

“Aku melakukan hal buruk lainnya.”

“Tidak ada bedanya, “kata George, dan ia terdiam lagi.

Hanya punggung bukit paling atas yang ada dibawah sinar mataharis sekarang.

Bayangan di lembah itu biru dan rendah. Dari kejauhan terdengar suara manusia

saling berteriak satu dengan yang lain. George menundukan kepalanya dan

mendengarkan teriakan itu.

Lennie berkata “George.”

“Ya?”

“Apakah kamu akan memberikanku lautan api?”

“Beikan kamu lautan api?”

“Tentu, seperti yang kamu sudah lakukan sebelumnnya. Seperti, jika aku tidak

memilikimu aku harus mengambil uang lima puluh dolarku”

“Demi Tuhan, Lennie! Kamu tidak bisa mengingat apapun yang terjadi, tapi kamu

pernah ingat kata apa yang saya katakan…

“Yah, bukankah kamu akan mengatakannya?”

George mengacaukan dirinya sendiri. Ia berkata dengan kaku, “Jika aku snediri aku

bisa hidup dengan mudah.” Suaranya nyaring, tidak memiliki penekanan. “Aku akan

mendapatkan pekerjaan dan tidak akan memiliki kekacauan.. “Ia berhenti

“Teruskan, “kata Lennie. “Dan ketika akhir bulan tiba-”

“Dan ketika akhir bulan tiba, aku bisa mengambil lima puluh dollar dan pergi ke. . .
.rumah kucing. . . ., “Ia berhenti lagi.

Lennie melihat ia. “Teruskan, George. Kamu tidak akan memberi aku lautan api lagi

kan?”

“Tidak,” kata George.

“Baik, aku bisa pergi jauh, “kata Lennie. “Aku akan langsung pergi dari bukit dan

menemukan sebuah gua jika kamu tidak menginginkan aku.”

George terkejut lagi. “Tidak,” ia berkata. “Aku ingin kamu untuk tetap tinggal disini.”

Lennie berkata dengan licik “Katakan padaku apa yang telah kamu lakukan

sebelumnnya.”

“Katakan apa yang kamu inginkan?”

“Tentang orang lain atau tentang kita.”

George berkata, “Orang-orang seperti kita tidak punya keluarga. Mereka dapat sedikit uang lalu
menghamburkannya. Mereka tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini yang perduli pada mereka.”

“Tapi kita tidak seperti itu, “Lennie teriak dengan bahagia. “Katakan tentang kami sekarang.”

George terdiam sesaat. “Tapi bukan kita,” jawabnya.

(pg: 104-107)

“Karena-… “

“Karena aku punya kau”

“Kita saling memiliki, itu alasanya, dan kita saling peduli,” Tangis Lennie terharu

Angin malam berhembus melintasi tanah terbuka itu dan dedaunan menggerisik dan ombak angin
mengalir ke kolam hijau. Dan terdengar lagi suara orang berteriak, kali ini lebih dekat dari
sebelumya.

George melepaskan topinya. Ia berkata dengan gemetar, “Lepaskan topimu Lennie. Udaranya
sejuk.”
Lennie melepaskan topinya patuh dan meletakkan ditanah di depannya. Bayangan lembah menjadi
lebih biru, dan malam tiba dengan cepat. Angin membawa bunyi gemeresik di semak- semak dari
arah mereka.

Lennie berkata,” Ceritakan bagaimana jadinnya.”

George sedang mendengarkan suara dari kejauhan. Sesaat dia memerintah dengan tegas.”
Lihatlah diseberang sungai, Lennie, dan aku akan ceritakan padamu agar kau bisa melihatnya.”

Lennie berpaling dan melihat ke seberang sungai dan ke lereng pegunungan Gabilan yang
menggelap.” Kita akan mendapatkan tempat kecil itu,” George memulai. Ia meraih saku
sampingnya dan mengeluarkan Luger milik Carlson; George menyentakkan pengaman pistol
hingga terbuka, dan tangan serta pistol diletakkan di tanah di belakang punggung Lennie. George
menatap belakang kepala Lennie, tempat tulang belakang dan tengkoraknya menyatu.

Terdengar suara lelaki memanggil dari arah sungai, dan pria lainnya menjawab.

“Teruskan,” kata Lennie

George mengangkat pistol dan tangannya gemetar, dia menurunkan tangannya ke tanah lagi.

“Teruskan,” kata Lennie.” Bagaimana jadinya. Kita akan mendapatkan tempat kecil itu.”

“Kita akan punya sapi,” kata George. “Kita akan punya babi dan ayam... dan di rumah kita juga
akan punya sedikit kebun alfalfa-…“

“Untuk para kelinci,” teriak Lennie

“Untuk para kelinci,” Ulang George

“Dan aku akan merawat kelincinya.”

“Kau akan merawat kelincinya.”

Lennie girang cekikikan.” Kita akan tinggal di tanah yang subur.”

“Iya.”

Lennie berpaling.
“Tidak Lennie. Lihatlah ke sana di seberang sungai , seperti kau bisa melihat tempat itu.” Lennie
patuh. George menatap pistolnya.

Terdengar suara kaki di semak-semak sekarang. George menengok dan melihat kearah
semak-semak.

“Teruskan, George. Kapan kita akan melakukannya?”

“Kita akan melakukanya segera.”

“Aku dan kamu.”

“Aku pikir kau marah padaku George.” Kata Lennie

“Tidak,” kata George.” Tidak,Lennie. Aku tidak marah. Aku tak pernah marah dan sekarang pun
tidak. Kau harus tahu itu.”

Suaranya mendekat. George mengangkat pistolnya dan mendengarkan suara itu.

Lennie memohon, “Ayo lakukan sekarang. Ayo pergi ke tempat itu George.”

“Tentu, sekarang juga. Aku akan melakukannya. Kita akan melakukannya.”

Dan George mengangkat pistol dan memantapkannya, dia mengarahkan moncong pistol dekat ke
bagian belakang kepala Lennie. Tangannya bergetar hebat, tetapi mengatur wajahnya dan
memantapkan tangannya. Dia menarik pelatuknya. Bunyi tembakan itu bergulung –gulung dari
atas bukit dan meluncur turun lagi. Lennie tersentak, lalu tersungkur perlahan ke pasir, dan ia
berbaring tak bergerak.

George merinding dan memandangi pistol itu, lalu dia melemparkannya, kembali ke tepi sungai,
dekat tumpukan abu tua.

Semak- semak seperti dipenuhi dengan tangisan dan suara kaki berlari. Suara Slim berteriak,”
George. Kau dimana, George?”

Tapi George duduk kaku di tepi dan melihat tangan kanannya dan membuang pistolnya.
Kelompok laki- laki menyerbu keluar ke area terbuka, dipimpin oleh Curley. Ia melihat Lennie
terbaring di pasir. “Kena kau, demi Tuhan.” Dia berjalan mendekat dan menunduk menatap
Lennie, dan lalu berbalik menatap George. “Persis di tegkuk,” katanya pelan.
Slim berjalan menuju George dan duduk disebelahnya, duduk sangat dengannya.” Tak apa,” kata
Slim.” Kadang kau harus melakukannya.”

Tapi Carlson berdiri didepan George.” Bagaimana kau melakukannya?” Ia bertanya.

“Kulakukan saja,” Kata George lelah.

“Apakah dia membawa pistolku?”

“Iya. Ia bawa pistolmu.”

” Dan kau rebut pistol darinya dan kau ambil dan lalu membunuhnya?”

“Ya. Begitulah.” Suara George seperti berbisik. Ia kukuh menatap tangannya yang
menggenggam pistol.

George membiarkan dirinya dibantu berdiri.” Yah, minum.”

Slim berkata,” Kau harus begitu George. Sumpah kau harus. Ayo ikut aku.” Ia membimbing
George ke arah jalan setapak dan menuju ke jalan raya.

Curley dan Carlson mengawasi mereka. Dan Carlson berkata,” Masalah mereka berdua
sebenarnya itu apa ?”

-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai