Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PELAKSANAAN KURIKULUM 2013


DALAM PERSPEKTIF
MANAJEMEN SUPERVISI DAN ASESSMEN MUTU PENDIDIKAN

DISUSUN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN SUPERVISI DAN ASESSMEN MUTU SEKOLAH

DOSEN : Dr. Mundilarno, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nur Aini Sulistyowati NIM 201308


Armintari NIM 2013081043
Marjiyem NIM 20130

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA


MAGISTER PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN
ANGKATAN XI TAHUN AKADEMIK 2013/2014
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2003).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi tersebar demikian
cepatnya tanpa batas ruang dan waktu. Salah satu komponen penting dari adanya
kemajuan IPTEK adalah PENDIDIKAN. Melalui pendidikan semua orang dapat
mempelajari dan menguasai IPTEK secanggih apapun dari orang lain maupun dari negara
lain. Pendidikan bukan hanya dapat diperoleh secara formal, namun dapat pula secara
informal maupun non formal, bahkan otodidak dari diri pribadi jika kita memiliki kemauan
yang kuat untuk dapat menguasainya.
Setiap negara memiliki suatu pedoman penyelenggaraan pendidikan yang disebut
kurikulum nasional yang dalam pelaksanaannya dijabarkan sampai tingkat terbawah, yaitu
kurikulum tingkat pembelajaran yang berupa silabus dan RPP. Oleh karena itulah
kurikulum harus mampu mengakomodasikan seluruh kemajuan IPTEK yang terjadi agar
tidak ketinggalan jaman dan mampu mengejar kemajuan negara lain. Berdasarkan hal ini
maka kurikulum perlu selalu diperbaiki (bukan disempurnakan, karena tidak ada kurikulum
yang sempurna) untuk setiap jangka waktu tertentu. Perubahan kurikulum harus tetap
berpijak pada tiga landasan, yaitu filsafat, sosial budaya, dan psikologi. Dengan demikian
perubahan kurikulum merupakan sesuatu yang wajar dilakukan di negara manapun di
dunia ini (Olivia, 1992).
Perubahan kurikulum di Indonesia dilakukan sebagai upaya ke arah peningkatan
kualitas pendidikan, karena di era globalisasi sangat dituntut adanya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu
nasional dan internasional. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di tingkat
pembelajaran memegang peranan penting dalam mendukung terciptanya SDM yang
berkualitas.
Kebijakan Kurikulum 2013 yang memberikan sentuhan-sentuhan perubahan pola
pikir dalam rangka melaksanakan dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan
menjawab tantangan internal dan ekternal yang ada dalam dunia pendidikan. Tantangan-
tantangan tersebut meliputi perubahan/pergeseran para-digma, seperti perubahan teacher
centered menuju student centered; diterimanya berbagai pendekatan, model, maupun
metode pembelajaran yang baru; munculnya kesadaran bahwa informasi/pengetahuan
dapat diakses lewat berbagai cara dan media oleh peserta didik; teknologi pembelajaran
berbasis teknologi informasi (TI) mulai diterapkan; orientasi pendidikan bukan hanya pada
pengembangan SDM (human resources development), tetapi juga pada pengembangan
kapabilitas manusia (human capability development); dan diperkenalkannya e-learning;
dependence ke independence; individual ke team work oriented; dan large group ke small
class. Semua perubahan paradigma tersebut sejalan dengan kemajuan di era globalisasi,
sehingga seharusnya dipahami oleh para pendidik sebagai suatu dorongan untuk maju dan
berkembang mensejajarkan dengan negara-negara yang telah maju bidang pendidikannya
Berkaitan dengan implementasi Kurikulum 2013, ada 4 Standar Nasional yang
mengalami perubahan, yaitu Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar
Proses, dan Standar Penilaian Pendidikan. Oleh karena itu dibuat empat Permendikbud
baru untuk mengatur keempat Standar tersebut, yaitu Permendikbud No. 54/2013 tentang
SKL, Permendikbud No. 65/2013 tentang Standar Proses, Permendikbud No. 66/2013
tentang Standar Penilaian Pendi-dikan, dan Permendikbud No. 67 – 70 tahun 2013 tentang
SI.
Pengembangan kurikulum 2013 adalah upaya mengkondisikan agar tujuan
pendidikan tercapai sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat dari berbagai aspek,
sehingga hal ini sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan.
Peningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan kurikulum adalah sesuatu yang
harus dilakukan secara kontinyu oleh pihak yang terkait (Kemendikbud). Asessmen mutu
pendidikan dilakukan untuk memastikan apakah proses pendidikan yang terjadi sesuai
dengan standar nasioanal pendidikan yang ditetapkan . Pelaksanaaan supervisi pendidikan
yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait ( BAN, BAS, Pengawas, Kepala Sekolah ) adalah
dalam rangka penilaian/asessmen mutu pendidikan . Pelaksanaa kegiatan supervise akan
effektif apabila direncanakan dengan baik, dilaksanakan secara kontinyu, dan temuan-
temuan yang ada ditindaklanjuti secara serius oleh pihak pengelola pendidikan .
Makalah ini menfokuskan pembahasan pada pelaksanaan proses pembelajaran
pada implementasi kurikulum 2013 dalam perspektif manajemen supervisi dan asessmen
mutu pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, masalah yang dikaji pada makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Bagaimana proses pembelajaran pada pelaksanaan
kurikulum 2013 ditinjau dari perspektif manajemen supervise dan asessmen mutu
pendidikan”

C. Tujuan penulisan makalah


Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran pada pelaksanaan Kurikulum 2013
ditinjau dari perspektif Manajemen Supervisi dan Asessmen mutu pendidikan di sekolah.
BAB II PEMBAHASAN

A. Implementasi Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013/2014 khususnya
pada sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai piloting project kegiatan tersebut . Kurikulum
2013 pada hakikatnya merupakan pengembangan dari KTSP tahun 2006.
Perubahan ini kurikulum ini tentu saja dimaksudkan untuk mencetak generasi yang
siap dalam menghadapi masa depan. Disadari bahwa kompetensi para siswa kita
termasuk tertinggal dibanding negara lain. Di samping itu, permasalahan bangsa
yang menyangkut karakter masih menyisakan keprihatinan. Hal ini dipengaruhi
oleh sitem penilaian pada kurikulum 2006 yang lebih menitik beratkan pada aspek
kognitif. Prinsip penilaian autentik yang menjadi bagian dari pendekatan CTL
belum terealisasi dengan baik.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses
dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang
telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
Mengacu pada Standar isi dan Standar Kelulusan, maka prinsip pembelajaran pada
Standar Proses adalah :
1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar ke belajar berbasis aneka sumber
belajar
3. dari pendekatan tekstual ke proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah;
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan dimasyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,siapa saja
adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
13.Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran; dan
14.Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Karakteristik Pembelajaran pada Standar Proses Kurikulum 2013

Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik


pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi
memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang
diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan
perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“
mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Untuk
memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata
pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong
kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual
maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran
yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Secara garis besar gradasi sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang akan dicapai
dalam standar proses adalah sebagai berikut :

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN


Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati, Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji, Mencipta

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran


tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau sub tema yang
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

Pelaksanaan Pembelajaran

Merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan


penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis, fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. memotivasi siswa secara kontekstual sesuai manfaat, aplikasi materi dalam
kehidupan, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional
dan internasional;
c. mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik
terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery)
dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan
jenjang pendidikan.

a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah
proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,
hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan
kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar
dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan
aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan
saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, disarankan
menggunakan pendekatan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topic dan subtopik) harus
mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan.
Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang
menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquirylearning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa melakukan refleksi untuk
mengevaluasi:
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung.
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik individual atau
kelompok
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.

Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik


(authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara
utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan
kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan
dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect)
dari pembelajaran. Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk
merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau
pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai
bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian
Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.

B. Supervisi Pendidikan

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai


berikut : Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran
yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi
keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher,
student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan
ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan
supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran.
Bidang Garapan Supervisi
Sebagai bentuk penerapan di lapangan, hal yang dilakukan oleh supervise dalam
rangka perbaikan situasi belajar untuk menciptakan kualitas belajar antara lain
sebagai berikut :
1.  Memfasilitasi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya menusia sebagai modal lembaga dalam mencapai tujuan perlu
dipelihara dan diberdayakan dengan baik. Berharganya sumber daya manusia
diukur dari kinerja yang dihasilkan. Salah satu penentu level kinerja manusia
adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ia miliki. Dalam hal ini,
supervise sebagai salah satu upaya layanan professional dalam bidang
pendidikan, harus mampu menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi
pengembangan sumber daya manusia.
Terdapat berbagai bentuk upaya pengembangan sumber daya manusia
pendidikan yang bias digunakan untuk memberdayakan sumber daya manusia.
Mulai dari yang sifatnya pendidikan dan latihan hingga pendidikan moral,
motivasi dan perlakuan humanis. Supervisor harus memiliki visi yang jauh ke
depan mengenai pendidikan. Visi tersebut harus diikuti dengan persiapan-
persiapan yang matang untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan di
masa yang akan datang.
2.  Mendesain dan mengembangkan kurikulum
Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan layanan dan produksi pendidikan
memiliki peranan yang penting dalam upaya menciptakan produk pendidikan
yang berkualitas, marketable, kompatibel, inovatif, kompetitif, dan produktif.
Upaya supervisi harus mampu memberikan jalan yang lurus untuk mencapai hal
tersebut dengan cara mendesain dan mengembangkan kurikulum secara baik dan
benar.
3.  Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas
Seorang supervisor dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan proporsional
dan inovatif dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru. Seorang supervisor harus bersedia memfasilitasi
bahan dan sarana/ prasarana pembelajaran sampai quality control layanan
pendidikan. Semua aktivitas supervisi harus mengarah pada upaya peningkatan
kualitas pembelajaran.
4.  Menggairahkan interaksi humanis
Interaksi yang terjadi antar warga sekolah akan mempengaruhi kinerja para staf
sekolah. Interaksi yang humanis sangat diharapka bias tercipta di lingkungan
sekolah, karena suasana yang harmonis dan humanis di antara staf akan
mendukung produktivitas, efektivitas dan efisiensi capaian. Apabila di antara
staf sekolah timbul suasana yang tidak harmonis, supervisor harus berupaya kuat
untuk menciptakan jembatan-jembatan kesenjangan komunikasi humanis di
antara staf sekolah. Supervisor harus memiliki inisiatif untuk menciptakan
jalinan komunikasi yang efektif dan humanis di antara warga sekolah.
5.  Melaksanakan fungsi-fungsi administratif
Supervisi merupakan mesin yang menggerakkan semua aspek-aspek
administrative pencapaian tujuan. Mulai dari merencanakan, mengorganisir,
sampai dengan pengawasan. Seorang pemimpin atau manajer memiliki otoritas
dan kewenangan untuk melakukan upaya-upaya supervisi.
C. Asessmen mutu pendidikan
Asessmen (evaluasi ) dilakukan dalam rangka pengendalian kualitas pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan (UndangUndang Sisdiknas, 2003).

Evaluasi, penilaian (asesmen), ujian, ataupun istilah lain yang relevan memang
tidak dapat dipisahkan dari kualitas pendidikan, karena hasil-hasilnya merupakan
salah satu indikator kualitas pendidikan suatu bangsa. Dalam kebijakan pemerintah,
hasil ujian (ujian nasional) dijadikan sebagai indikator mutu pendidikan dasar dan
menengah (Undang-undang Sisdiknas, 2003; Peraturan Pemerintah Nomor 19,
2005). Ini berarti kegiatan evaluasi dan/atau penilaian hasil belajar melalui ujian,
baik ujian tingkat nasional, ujian tingkat regional, maupun ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan tertentu memerlukan mekanisme, prosedur
serta instrumen penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan, guna memenuhi
akuntabilitas pendidikan dalam bentuk kualitas pendidikan nasional yang semakin
baik.
Kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari prosedur evaluasi pendidikan.
Artinya, bahwa untuk memperbaiki kualitas pendidikan haruslah diciptakan sistem
evaluasi yang lebih baik. Sistem evaluasi (kegiatan pengukuran, pengujian/testing,
penilaian, hingga kegiatan evaluasi) ini, selain prosedurnya yang harus sistematis,
pelaksanaannya pun harus memiliki akuntabilitas yang tinggi, serta hasilnya
diharapkan mendapatkan pengakuan (recognition) dari stakeholders pendidikan.

Manajemen Supervisi dan asessmen mutu dalam pelaksanaan kurikulum 2013


Pengawasan Proses Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai