DISUSUN OLEH :
Penulis Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang ”Tumor Otak” dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya
masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam makalah berikutnya
dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami definisi tumor otak.
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari tumor otak.
3. Mengetahui dan memahami pathway dari tumor otak.
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada tumor otak.
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis tumor otak.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna).
bentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di medulla spinalis (Gillroy,
2002). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa primer tumor maupun
metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendin, disebut tumor otak primer
dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti; kanker paru, payudara, prostat, ginjal
dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder (Mayer. SA, 2002).
Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam
setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan
mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997).
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA,
Standart asuhan Keperawatan St. Carolus. 2000).
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal didalam otak yang terdiri
atas tumor otak benigma dan maligna . Tumor otak benign adalah pertumbuhan jaringan
abnormal di dalam otak . tetapi tidak ganas , sedangkan tumor otak maligna adalah kanker
didalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan disebelahnya atau yang
telah menyebar (Metastase) ke otak dari bagan tubuh laimya melalui aliran darah ( Smetær &
Bare , 2002 ) .
Tumor otak primer adalah tumor yang tumbuhlangsung dari jaringan intrakranial, baik dari
otak itu sendiri, central nervus system, maupun selaput pembungkus otak (selaput meningen)
(American Brain Tumor Association (ABTA), 2012). Tumor otak merupakan penyebab
kematian kedua pada kasus kanker yang terjadi pada anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun.
Tumor otak juga merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang
terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selain itu tumor otak merupakan penyebab kematian
nomor lima dari seluruh pasien kanker pada wanita yang berusia 20-39 tahun (ABTA, 2012).
2.2 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma
pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi
hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea.
Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa otak
akhirnya terjadi tumor otak.
2.3 Pathway
Nekrosis jaringan
serebral Obstruksi vena kranid
-Parolisis
-Kakeksia Gangguan Perfusi jaringan : edema
- serebral
Kerusakan
fungsi TIK ↑
motorik
Intoleransi
Aktivitas -Pusing
-Mual,
Papiledema -Nyeri
muntah
Kepala
-Anoreksia
-Takikardi
-Gelisah Potensial thd
-Paranoid Perubahan nutrisi : Nyeri
proses
kurang dari
keluarga
kebutuhan
Ansietas
b. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengandesak ruang oleh massa
tumor intrakranial dan edema serebral.
2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi pada pusat pernapasan di
medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,kegagalan fungsi pernapasan.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan,
vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/ perubahan tempat
jaringan otak.
4. Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi dan ketidakpastian masa yang akan
datang
5. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melakukan/
kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-harisekunder akibat kerusakan sensorik-
motorik.
6. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan pemakaian energi untuk
metabolisme, asupan nutrisi yang kurang, mual,muntah.
7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik.
8. Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahantempat jaringan otak
dan peningkatan tekanan intrakranial
9. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntahsekunder akibat
peningkatan tekanan intrakranial.
c. Intervensi Keperawatan
1) Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengandesak ruang oleh massa
tumor intrakranial dan edema serebral.
Tujuan : tidak terjadi peningkatan TIK pada klien
Kriteria hasil : klien tidak gelisah , klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-muntah, dan muntah
GCS :4,5,6, tidak terdapat papilidema,TTV dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji factor penyebab dari situasi /keadaan Deteksi dini untuk memprioritaskanintervensi,
dari individu / penyebab koma / penurunan mengkaji status neurologis /tanda-tanda
perfusi jaringan dankemungkinan penyebab kegagalan untuk menentukan perawatan
peningkatanTIK kegawatan atautindakan pembedahan
Monitor ttv tiap 4 jam Suatui keadaan normal bila sirkulasiserebral
terpelihara dengan baik ataufluktasi ditandai
dengan tekanan darahsistemik, penurunan dari
otoregulator kebanyakan merupakan tanda
penurunandifusi local vaskularisasi darah
serebral.Dengan peningkatan tekanan
darah(diastolic) maka dibarengi
dengan peningkatan tekanan darah
intracranial.Adanya peningkatan tekanan
darah, bradikardi, distrimia,
dispneamerupakan tanda terjadinya
peningkatanTIK
Evaluasi pupil Reaksi pupil dan pergerakan kembalidari
pergerakan bola mata merupakantanda dari
gangguan saraf jika batangotak terkoyak.
Keseeimbangan saraf antara simpatik dan
parasimpatikmerupakan respons reflex saraf
cranial.
Monitor temperature dan pengaturansuhu Panas merupakan reflex
lingkungan darihipotalamus.Peningkatan kebutuhan
metabolisme dan O akan menunjang
peningkatan TIK
Berikan periode istirahat antara Tindakan terus-menerus dapat meningkatkan
tindakan perawatan dan batasi lamanya TIK oleh efek rangsangan kumulatif
prosedur
Kurangi rangsangan ekstra dan berikanrasa Memberikan suasana yang tenang
nyaman seperti massage dapatmengurangi respon psikologis
punggung,lingkungan , lingkungan yang danmemberikan istirahat
tenang,sentuhan yang ramah, dan suasana untuk mempertahankan TIK yang rendah
yangtidk gaduh
Cegah / hindarkan terjadinya Mengurangi tekanan intrathorakal
valsavamaneuver. danintraabdominal sehingga
menghindarkan peningkatan TIK
Bantu klien jika batuk,muntah Aktivitas ini dapat meningkatkan intra
thoraks/tekanan dalam thoraks dantekanan
dalam abdomen dimanaaktivitas ini dapat
meningkatkan tekananTIK.
Kaji peningkatan istirahat dan tingkahlaku Tingkah nonverbal ini dapat
pada pagi hari. merupakanindikasi peningkatan TIK
ataumemberikan repleks nyeri di mana
klientidak mampu mengungkapkan
keluhansecara verbal, nyeri yang tidak
menurundapat meningkatkan TIK
Palpasi pada pembesaran atau Dapat meningkatkan respon otomatisyang
pelebaran bladder , pertahankan drainase potensial menaikkan TIK
urinesecara paten jika digunakan dan
jugamonitor terdapatnya konstipasi
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga Meningkatkan kerjasama dalam meningkatkan
tentang sebab akibat peningkatan TIK perawatan klien dan mengurangi kecemasan.
Observasi tingkat kesadaran GCS Perubahan kesadaran
menunjukkan peningkatan TIK dan
bergunamenentukan lokasi dan
perkembangan penyakit
Kolaborasi pemberian O2 sesuai Mengurangi hipokemia, dimana dapat
indikasi meningkatkan vasodilatasi serebral , danvolume
darah serta menaikkan TIK
Berikan obat deuritik osmotic contohnya Deuretik mungkin digunakan pada faseakut untuk
dexametason, metal prednisolon mengalirkan air dari sel otak dan mengurangi
edema serebral danTIK.
Berikan analgesic narkotik contohkodein Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan
mengurangi edema jaringan
INTERVENSI RASIONAL
3) Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan, vertigo, dan/ atau
gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/ perubahan tempat jaringan otak.
INTERVENSI RASIONAL
4) Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi dan ketidakpastian masa yang akan
datang.
INTERVENSI RASIONAL
6) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan pemakaian energi untuk
metabolisme, asupan nutrisi yang kurang, mual,muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi tubuh. Memperlihatkan kenaikan
berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboraturium
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
8) Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahantempat jaringan otak
dan peningkatan tekanan intrakranial.
INTERVENSI RASIONAL
d. Implementasi
tahap pelaksanaan ini dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah ditentikan pada
tahap pengkajian, juga pelaksanaan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien
(Nasrul Effendi, 1995)
e. Evaluasi
1) Dx 1 : Klien tidak gelisah.Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-muntah, dan muntah.GCS
:4,5,6, TTV dalam batas normal.Tidak terdapat papilidema.
2) Dx 2: Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.Terjadi perbaikan pertukaran
gas-gas pada paru, adaptif mengatasi factor faktor penyebab.
3) Dx 3:Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibat dalamkemungkinan
cidera.Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan
untuk melindungi diri dari cedera.Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
4) Dx 4 : Klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa takut.Mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi.Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada
tingkatdapat diatasi.
5) Dx 5 : Klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.Klien mampu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkatkemampuan.
6) Dx 6 : Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi tubuh.Memperlihatkan kenaikan berat
badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboraturium.
7) Dx 7 : Tidak terjadi kontraktur sendi.Bertambahnya kekuatan otot.Klien menunjukkan
tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
8) Dx 8 : Pasien melaporkan nyeri berkurang.Pasien dapat mengidebtifikasi activitas yang
meningkatkan ataumengurangi nyeri.Pasien tampak relaks.Skala nyeri 0.
9) Dx 9 : Haluaran urine adekuat. Tanda vital stabil. Membran mukosa lembab.Turgor kulit baik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc atau
sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Metabolisme
otak digunakan kira – kira 18% dari total konsumsi oksigen oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5 %
dari berat badan seluruhnya tapi otak merupakan organ yang paling banyak menerima darah dari
jantung yaitu 20% dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing,
2001).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030).
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi sekarang telah diadakan penelitian
mengenai herediter, sisa-sisa embrional, radiasi, virus, substansi-substansi zat karsinogenik,
trauma kepala. Penatalaksaan pasien dengan tumor otak dapat dilakukan pembedahan,
kemoterapi, dan radioterapi.
3.2 Saran
Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor
otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.
Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan serta
meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson.2006. Patofisologi Konsep Klins Proses Proses Penyakit
Vol 2. Jakarta : EGC
Judha,Mohamad.2011. Sistem Persarafan dalam asuhan keperawatan. Yogyakarta : Gosyen
Publishing.
American Brain Tumor Association (ABTA). 2012. About Brain Tumors a Primer for Patients
and Caregivers. Chicago : ABTA. Pp. 76 – 78.