Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Individual, And Community Participation In Health

Dosen : Dr. Fairus Prihatin,. SKM., M.Kes

Jurusan : Promosi Kesehatan

KONSEP KOTA SEHAT

OLEH :

HERVINA SURAHMAN
001 710 011 2019

PASCASARJANA MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2020
KONSEP KOTA SEHAT

A. Pengertian Kota Sehat

Kota Sehat adalah suatu kondisi kota yang bersih, nyaman, aman dan
sehat untuk dihuni penduduk. Penyelenggaraannya dicapai melalui penerapan
beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat
dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan Kota Sehat adalah berbagai kegiatan
untuk mewujudkan Kota Sehat, melalui pemberdayaan masyarakat, dan forum yang
difasilitasi oleh pemerintah kota

Pada tahun 1999, upaya mewujudkan Kota Sehat, meliputi tiga aspek, yaitu:

1. Pembuatan, penggunaan dan pemeliharaan sumber air bersih (sumur gali,


sumur pompa, atau air pipa), jamban atau WC, tempat sampah dan lubang
pembuangan sampah, dan tempat pembuangan air bekas dari dapur dan
kamar mandi;
2. Pemeliharaan kebersihan di dalam rumah, di pekarangan, serta makanan
dan minuman (pemilihan bahan makanan, pengolahan, penyiapan, penyajian,
dan penyimpanan);
3. Penggunaan dan penyimpanan pestisida secara benar (seperti racun nyamuk
dan racun hama agar tidak meracuni manusia, hewan peliharaan atau
lingkungan).

B. Sembilan Tatanan
Sembilan tatanan tersebut antara lain :

1. Kawasan permukiman, sarana dan prasarana umum

2. Kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan tranportasi

3. Kawasan pertambangan sehat

4. Kawasan hutan sehat


5. Kawasan industri dan perkantoran sehat

6. Kawasan pariwisata sehat

7. Ketahanan pangan dan gizi

8. Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri

9. Kehidupan sosial yang sehat

C. Kebijakan Dan Sasaran


Kebijakan :

1. Penyelenggaraan Kab./Kota Sehat diwujudkan dengan menyelenggarakan


semua program yang menjadi permasalahan di daerah, secara bertahap, dimulai
kegiatan prioritas bagi masyarakat di sejumlah kecamatan pada sejumlah
desa/kelurahan atau bidang usaha yang bersifat sosial ekonomi dan budaya di
kawasan tertentu.
2. Pelaksanaan Kab./Kota sehat dilaksanakan dengann menempatkan masyarakat
sebagai pelaku pembangunan dengan melelui pembentukan Forum yang
disepakati masy. Dengan dukungan pemerintah daerah dan mendapatkan
fasilitasi dari sektor terkait melalui program yang telah direncakan
3. Setiap kabupaten/kota menetapkan kawasan potensial sebagai entry point“ yang
dimulai dengann kegiatan sederhana yang disepakati masyarakat”, kemudian
berkembang dalam suatu kawasan atau aspek yang lebih luas, menuju
kabupaten/kota sehat 2010.
4. Penyelenggaraan Kab./kota sehat lebih mengutama kan proses dari pada target,
berjalan terus-menerus dimulai dengan kegiatan prioritas dalam suatu tatanan
kawasan dan dicapai dalam waktu yang sesuai dengan kemampuan masyarakat
dan semua stakeholder yang mendukung.
5. Kesepakatan tentang pilihan tatanan kabupaten/kota sehat dengan kegiatan
yang menjadi pilihan serta jenis dan besaran indikatornya ditetapkan oleh forum
bersama-sama dengan pemerintah daerah.
6. Program-program yang belum menjadi pilihan masy. diselenggarakan secara
rutin oleh masing-masing sektor dan secara bertahap program-program tsb
disosialisasikan secara intensif kepada masy. dan sektor terkait melalui
pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh forum kabupaten/kota sehat.
7. Pelaksanaan kegiatan kabupaten/kota sehat sepenuhnya dibiayai dan
dilaksanakan oleh daerah yang bersangkutan dan masyarakat dengan
menggunakan mekanisme pendekatan konsep pemberdayaan ma-syarakat dari,
oleh dan untuk masyarakat.
8. Evaluasi kegiatan kabupaten/kota sehat dilakukan oleh forum dan pokja kota
sehat bersama-sama pemerintah daerah, LSM, perguruan tinggi, media massa
selaku pelaku pembangunan.

Strategi :

1. Melibatkan semua potensi yang ada di masy. dalam forum & pokja, sebagai
penggerak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
2. Forum didampingi oleh sektor tehnis sesuai dengan potensi kawasan sehat
melakukan advokasi kpd penentu kebijakan
3. Mengembangkan kegiatan kab./kota sehat yang sesuai dengann visi dan misi
potensi daerah dengann berbagai simbol/moto, semboyan yang dipahami &
memberikan rasa kebanggaan bagi warganya.
4. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat sesuai dengan kondisi
setempat baik berupa media cetak, elektronik termasuk melalui internet, media
tradisional.
5. Meningkatkan potensi ekonomi daerah/wilayah dengan kegiatan yang menjadi
kesepakatan masyarakat.
6. Menjalin kerjasama antara forum kab./kota yang melaksanakan program
kabupaten/kota sehat.
D. Ciri Khas Kota Sehat
Menurut WHO (1995) dalam Twenty Steps for Developing a Healthy Cities
Project, cirri khas kota sehat, yaitu :
1. Lingkungan fisik yang bersih dan aman (termasuk perumahan yang bermutu
tinggi);
2. Ekosistem yang mantap dan berkelanjutan;
3. Masyarakat kuat yang saling mendukung dan tidak eksploitatif;
4. Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang
berdampak pada kesehatan mereka;
5. Kebutuhan dasar (makanan, air, perumahan, pendapatan, keamanan,
pekerjaan) terpenuhi untuk seluruh masyarakat;
6. Akses ke bermacam-macam pengalaman dan sumber serta kesempatan
untuk berinteraksi;
7. Ekonomi yang beragam, hidup, dan bisa menerima pemikiran baru;
8. Hubungan dengan masa lalu, dengan sejarah budaya dan biologis seluruh
masyarakat, serta hubungan dengan kelompok dan individu lain;
9. Pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat yang dapat digunakan
seluruh masyarakat;
10. Status kesehatan yang tinggi (tingkat kesehatan tinggi, tingkat penyakit
rendah).

E. Contoh Kota Sehat dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Kota


Sehat
Kelurahan Tambakrejo merupakan kelurahan yang menjalankan program
PLPBK dikarenakan adanya suatu pencapaian yang baik dari organisasi masyarakat
yaitu BKM (Badan Keswadayaaan Masyarakat). Program ini dijalan oleh BKM
tingkat kelurahan yang bernama “BKM Terboyo”. Oleh karena itu, Kelurahan
Tambakrejo menjadi salah satu kelurahan yang menjalankan program penataan
lingkungan permukiman berbasis komunitas (PLPBK) di Kota Semarang. Selain itu,
kondisi sosial masyarakat di Kelurahan Tambakrejo menjadi salah satu
pertimbangan dijalankannya program PLPBK di Kelurahan Tambakrejo. Dimana
masyarakat di Kelurahan Tambakrejo merupakan masyarakat hasil dari
pemberdayaan suatu yayasan.
Pemberdayaan tersebut dilakukan pada orang-orang seperti preman,
anak jalanan maupun gelandangan, sehingga terhindar dari penyakit sosial tersebut.
Oleh sebab itu, Kelurahan Tambakrejo dijuluki kampung preman. Dengan adanya
kondisi tersebut, maka BKM menunjuk wilayah yang menjadi sasaran program
PLPBK untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang ada di wilayah tersebut
dan lebih peduli terhadap program pembangunan.
Pembangunan yang dilaksanakan pada program PLPBK di Kelurahan
Tambakrejo adalah pembangunan prasarana lingkungan. Prasarana lingkungan
merupakan kelengkapan fisik suatu lingkungan yang terdiri dari berbagai jenis dan
sebagai penunjang utama terselenggaranya suatu aktivitas (Anandita, 2013).
Program PLPBK di Kelurahan Tambakrejo dilakukan mulai dari tahap persiapan,
perencanaan, pelaksanaan pembangunan hingga keberlanjutan.
Selain mengetahui partisipasi masyarakat, dalam penelitian ini akan
dibahas kondisi prasarana lingkungan pasca pembangunan program yakni
keberlanjutan program PLPBK di Kelurahan Tambakrejo. Kasus pada penelitian ini
yaitu masyarakat Kelurahan Tambakrejo dengan karakteristik tertentu (preman)
diperkirakan akan menggambarkan bentuk partisipasi yang berbeda dengan kasus
lain pada penelitian sebelumnya (Anandita, 2013).

Anda mungkin juga menyukai