Oleh
ANAK AGUNG PUTU PUTRA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Mahakuasa karena berkat
rahmat dan kasih-Nya, makalah yang berjudul “Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia
dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah” dapat diselesaikan. Penyusunan makalah ini
terhormat Ketua Program Studi Sastra Indonesia yang telah menugasi saya untuk
penyusunan makalah ini. Segala kekurangan makalah ini menjadi tanggung jawab
penulis. Sekali lagi terima kasih penulis sampaikan atas segala bantuan yang diberikan
dan terima kasih pula penulis sampaikan atas sumbangan pikiran dari berbagai pihak
demi terwujudnya makalah ringkas ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan
kelimpahan kasih dan kemuliaan-Nya. Semoga pikiran baik datang dari segala arah
ii
ABSTRAK
Dalam penulisan karya tulis ilmiah di samping perbendaharaan kata dan tata
bahasa, ejaan memegang peranan yang cukup penting agar tulisan yang dibuat tertata
dengan baik. Permasalahan ejaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah
meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca dibahas dalam topik makalah
yang berjudul “Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah”
dikaji dengan menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (1994) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pemakaian huruf meliputi pemakaian huruf vokal dan konsonan, baik
gabungan vokal maupun konsonan. Gabungan vokal yang disebut diftong tidak
dipisahkan, tetapi merupakan satu kesatuan. Demikian pula gabungan konsonan yang
merupakan satu kesatuan fonem tidak dipisahkan.
Pengapitalan dan pemiringan huruf sering dilakukan karena huruf awal dari
kata-kata dan kata yang dicetak miring dianggap penting. Kenyataannya, pemakaian
huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan karya ilmiah sering menyimpang dari
kaidah-kaidah ejaan.
Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis
ilmiah adalah penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan, kata si dan sang,
partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan bilangan.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dipilah menjadi dua, yakni unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia dan unsur serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pemakaian tanda baca yang dianalisis dalam makalah ini adalah pemakaian
tanda titik; tanda koma; tanda titik koma, tanda titik dua; tanda pisah [--]; tanda
kurung (...); tanda petik ganda ”...”; dan tanda petik tunggal `...`.
Kata kunci: pemakaian huruf, huruf kapital, huruf miring, kata, unsur serapan,
dan tanda baca
iii
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
1. Pendahuluan .................................................................................................. 1
2. Pokok-Pokok Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia .......................................... 2
2.1 Pemakaian Huruf ................................................................................................ 2
2.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring ...................................................... 3
2.3 Penulisan Kata .................................................................................................... 5
2.3.1 Bentuk Ulang ................................................................................................... 5
2.3.2 Gabungan Kata ................................................................................................ 6
2.3.3 Kata Depan ...................................................................................................... 6
2.3.4 Partikel ............................................................................................................. 8
2.3.5 Singkatan dan Akronim ................................................................................... 9
2.3.6 Angka dan Lambang Bilangan ........................................................................ 9
2.4 Penulisan Unsur Serapan .................................................................................. 10
2.5 Pemakaian Tanda Baca ..................................................................................... 12
2.5.1 Tanda Titik [ . ] .............................................................................................. 12
2.5.2 Tanda Koma [ , ] ............................................................................................ 12
2.5.3 Tanda Titik Koma [ ; ] .................................................................................... 13
2.5.4 Tanda Titik Dua [ : ] ...................................................................................... 13
2.5.5 Tanda Pisah [ -- ] ........................................................................................... 13
2.5.6 Tanda Petik Ganda [ “...” ] ............................................................................ 14
2.5.7 Tanda Petik Tunggal [ `...` ] ........................................................................... 14
iv
2
1. Pendahuluan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah bukan hanya persoalan materi, ide atau
pemakaian ejaan menjadi persoalan untuk dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang
berkualitas sebab penulisan karya tulis ilmiah merupakan salah satu aktivitas
berbahasa tulis yang pada hakikatnya tidak dapat diabaikan persoalan ejaan dalam hal
permasalahan itu makalah ini diberi judul “Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia dalam
samping perbendaharaan kata dan tata bahasa, ejaan memegang peranan yang cukup
penting agar tulisan yang dibuat tertata dengan baik. Penggunaan ejaan bahasa
Indonesia dalam penulisan karya tulis ilmiah secara benar masih jauh dari yang
kesalahan (ejaan) yang terjadi dalam pemakaiannya itu menunjukkan bahwa masih
atau malah tidak tahu bahwa yang ditulisnya itu salah dari sudut pemakaian ejaan.
Bahkan, kesalahan ejaan dianggap hal yang biasa karena tidak sampai mengganggu
penyunting. Dasar pemikiran itu perlu diluruskan. Persoalan ejaan bahasa Indonesia
adalah persoalan kita bersama untuk menghasilkan karya tulis yang tertib dalam
berbahasa tulis.
3
bahasa Indonesia meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf
miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Kelima
hal itu diuraikan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Kebudayaan. Walaupun dalam pedoman itu sudah dijelaskan aturan-aturan yang mesti
dilaksanakan, dalam kesempatan ini saya mencoba untuk menjelaskan kembali hal-hal
yang terkait dengan penerapan ejaan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Dalam
pembahasan ini hanya difokuskan pada aturan-aturan yang perlu mendapat perhatian
meliputi (a) pemakaian huruf, (b) pemakaian huruf kapital dan huruf miring, (c)
penulisan kata, (d) penulisan unsur serapan, dan (e) pemakaian tanda baca. Kelima hal
Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam
penulisan karya tulis ilmiah adalah persoalan pemenggalan kata. Penulis karya tulis
ilmiah sering mengalami kesulitan memenggal kata pada pergantian baris. Misalnya
Penulisan gabungan vokal yang disebut diftong: ai, au, dan oi dalam kata
pantai, harimau, dan asoi tidak dipisah antargabungan vokal itu, tetapi gabungan
vokal itu merupakan satu kesatuan (diftong) sehingga pemenggalan kata-kata itu
kesatuan yang melambangkan satu fonem, seperti kh, ng, ny, dan sy tidak pernah
tidak dipisah di antara gabungan konsonan itu, seperti kata makhluk, lengah, renyah,
tidak merupakan hal yang sangat penting karena komputer sudah melakukan
secara otomatis. Walaupun demikian, bukan berarti persoalan pemenggalan kata dapat
diabaikan begitu saja. Persoalan pemenggalan kata masih tetap relevan karena
persoalan pemenggalan kata merupakan bagian dari tata tulis dalam bahasa Indonesia.
kaidah-kaidah berikut.
(a) jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu, misalnya: ma-af, bu-at, ma-in, pa-ut, po-in
(b) jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu, misalnya: ma-kan, ke-me-na-kan, mu-ta-khir, ca-ri, ke-ci-pir,
me-du-la.
(c) Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu, misalnya: tan-pan, sam-bung,
ge-ring-sing.
5
(d) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua, misalnya: in-stru-men-tal, des-krip-si, bang-krut.
Pemakaian huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan karya ilmiah
sering dilakukan karena huruf awal dari kata-kata dan kata yang dicetak miring
Pengapitalan huruf pada beberapa kata di atas, seperti kata Program Studi,
Inggris, Jawa, dan Ambon jelas menunjukkan bahwa kata-kata itu dianggap penting.
aturan yang ada, tetapi malah diganti dengan pemakaian tanda petik ganda, seperti
kata “ngayahang” dan “Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang”. Cara
penulisan kata-kata semacam itu jelas tidak sesuai dengan aturan ejaan bahasa
Indonesia.
Penulisan huruf kapital pada kata Program Studi, Universitas, Hukum Adat,
lembaga, seperti Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud, Universitas
Udayana, Hukum Adat Bali, Awig-Awig Desa Pakraman Ubung. Jika tidak
menunjukkan nama lembaga pemerintahan atau nama dokumen resmi, huruf awal
6
kata-kata itu tidak ditulis dengan huruf kapital, seperti program studi, universitas,
Huruf awal kata teluk dan selat tidak ditulis dengan huruf kapital karena
kata-kata itu bukan nama atau istilah geografi. Namun, apabila menunjukkan nama
atau istilah geografis, penulisan kata-kata itu ditulis dengan huruf kapital, seperti
Memang, kata Inggris, Jawa, dan Ambon lazim huruf awalnya ditulis dengan
huruf kapital apabila kata-kata itu menunjukkan nama geografis suatu daerah. Akan
tetapi, ketika kata-kata tersebut tidak menunjukkan nama geografis (tetapi nama jenis)
kata-kata itu ditulis dengan huruf kecil, seperti garam inggris, gula jawa, dan pisang
ambon.
Jika dibuka halaman demi halaman buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, dijelaskan bahwa huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat; petikan langsung, ungkapan
yang berhubungan dengan Tuhan, kitab suci; nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang; nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat; unsur-unsur nama orang; nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa; nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah; nama geografi; semua unsur nama
unsur bentuk ulang sempurnanya); nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan; unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan; serta kata penunjuk
hubungan kekerabatan.
Hal itu sesuai dengan kaidah yang menyatakan bahwa huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar; nama ilmiah
atau ungkapan asing yang dikutif dalam tulisan. Di samping itu huruf miring dalam
kata/kelompok kata.
Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis
ilmiah adalah penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan, kata si dan sang,
Partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan bilangan. Ketujuh persoalan itu
ada bentuk ulang kupu-kupu, paru-paru,biri-biri bentuk dasarnya bukan kupu, paru,
dan biri karena bentukan itu tidak memiliki makna, agak berbeda dengan mata-mata,
kuda-kuda, hati-hati yang memiliki kaitan dengan bentuk dasar mata, kuda, dan hati.
Penulisan bentu-bentuk ulang itu menggunakan tanda hubung, bukan dengan angka
dua, seperti buku2, anak2, rumah2an, bunga2an, daun2an, kupu2, paru2, biri2, mata2,
kuda2, dan hati2. Ada pula penulisan bentuk ulang dengan tanpa menggunakan tanda
penghubung, seperti ramah tamah, sayur mayur, bolak balik, tunggang langgang.
8
Penulisan bentuk ulang semacam itu tentu tidak sesuai dengan aturan ejaan bahasa
lain, yakni bagaimana menuliskan bentuk ulang yang berupa gabungan kata, seperti
papan tulis, kereta api cepat luar biasa, dan rumah sakit. Ada dua versi penulisannya,
yakni ada yang menuliskan diulang seluruhnya, yakni papan tulis-papan tulis, kereta
api cepat luar biasa-kereta api cepat luar biasa, rumah sakit-rumah sakit dan ada
Untuk menjawab persoalan di atas, haruslah dilihat dari hal yang ingin
diulang, atau sesuatu yang dijamakkan. Karena yang diulang atau yang dijamakkan
suatu hal, komponen hal itulah yang diulang dan komponen sifatnya tidak perlu
diulang. Baik terhadap bentuk tunggal maupun majemuk, komponen sifat itu
fungsinya sama saja. Di samping itu, terjadi gejala yang berlebihan dalam
penggunaan bentuk ulang, yakni bentuk ulang yang dijamakkan dengan pemakaian
kata jamak, seperti para, semua, beberapa dalam bentuk ulang, yakni para guru-guru,
Penulisan gabungan kata dapat dipilah menjadi empat, yakni gabungan kata
yang lazim disebut kata majemuk; gabungan kata yang dianggap sebagai satu
kesatuan; gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi;
9
gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus; dan gabungan kata yang
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah atas unsur-
unsurnya, misalnya: kambing hitam, meja hijau, papan tulis, dan orang tua.
Gabungan kata yang dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai, misalnya:
dan sukaria. Gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi ditulis
Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai,
istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan, misalnya: buku-
sejarah baru berbeda dengan buku sejarah-baru; anak-istri saya berbeda dengan anak
ilmiah adalah penulisan kata depan di yang dipertukarkan penulisannya dengan di-
sering ditulis di kontrakkan; penulisan kata depan ke dengan bentuk dasar yang
mengandung ke, misalnya: ke luar dengan keluar, dan penulisan kata depan dari yang
perlu dan tidak, misalnya: datang dari sana dan tujuan dari penelitian ini.
10
kata depan di yang penulisannya harus dipisahkan dari kata yang mengikutinya dan
dengan kata yang mengikutinya. Kata depan di harus dipisahkan dari kata yang
di kantor, di pura. Selain itu, untuk mengetahui bahwa bentuk di sebagai kata depan,
bentukan itu dapat dipasangkan dengan kata depan ke atau kata depan dari, misalnya:
Berbeda dengan penulisan di- sebagai prefiks yang hanya dapat melekat
pada kata kerja, baik disertai akhiran -kan, -i, atau tanpa akhiran, penulisannya harus
dibawa. Untuk lebih meyakinkan bahwa bentuk di- sebagai prefiks bentukan yang
misalnya:
dikontrakkan mengontrakkan
diawasi mengawasi
dibawa membawa
Tidak jauh berbeda dengan kata depan di, kata depan ke juga ditulis terpisah
meyakinkan bahwa bentuk ke sebagai kata depan bentukan itu dapat dipasangkan
mengandung kata depan atau bukan, misalnya bentukan keluar, kemari, dan kebawa.
Bentukan keluar yang dapat dipasangkan dengan bentukan di luar dan dari luar maka
bentukan itu dapat dikatakan mengandung kata depan dan penulisannya harus
dipisahkan, misalnya ke luar. Jika bentukan itu merupakan lawan dari bentukan
masuk, bentukan itu harus dirangkaikan, misalnya keluar >< masuk. Bagaimana
dengan bentukan kemari? Jika bentukan itu dipasangkan dengan kata depan di atau
dari akan menghasilkan bentukan *di mari, *dari mari yang ternyata tidak
gramatikal. Setelah ditelusuri, bentukan itu merupakan bentuk dasar kemari (KBBI,
bentukan dibawa merupakan prefiks di- yang diikuti oleh bentuk dasar bawa. Oleh
karena itu, bentukan kebawa merupakan prefiks ke- yang diikuti bentuk dasar bawa.
Bentuk ke- ternyata bukan prefiks bahasa Indonesia karena prefiks ke- dalam bahasa
2.3.4 Partikel
Dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1994)
disebutkan bahwa terdapat partikel -lah, -tah, -kah, dan -pun yang ditulis serangkai
walaupun. Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah tidak ditemukan kesalahan dalam
sekalipun atau sekali pun, apapun atau apa pun, ataupun atau atau pun.
12
yakni (1) partikel –pun yang dianggap padu dengan kata yang mendahuluinya, seperti
sungguhpun, walaupun, sekalipun; (2) bentuk pun yang berfungsi sebagai kata penuh
yang bersinonim dengan kata juga, misalnya: sekali pun, kami pun, sepeda pun, harga
- Jangan dua kali, sekali pun dia tidak pernah datang ke rumah.
- Kami pun turut serta dalam perlombaan itu.
- Jangankan rumah, sepeda pun dia tidak punya.
- Dengan harga mahal pun, sembako tetap diserbu pelanggan.
Dengan demikian, -pun ditulis serangkai apabila unsur itu sudah padu
dengan kata yang mendahuluinya, sedangkan bentuk pun ditulis terpisah dengan kata
yang mendahuluinya apabila unsur itu (pun) didahului oleh kata kerja, kata ganti, kata
Senada dengan partikel –pun atau pun, bentukan per harus dibedakan per-,
misalnya: satu per satu, per 1 Oktober, per helai dan pertama, tiga perempat,
seperenam belas. Partikel per yang berarti `demi, setiap, dan mulai` harus ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, sedangkan per- yang merupakan satu kesatuan
ditulis dirangkaikan.
jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik, misalnya: A. A. P. Putra, Moh. Yamin,
Dr. A. A. Putu Putra, M.Hum, Kol. Soeharto, Sdr. I Made Buda, Bpk. I Wayan
Subawa; Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan
13
huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: DPR, SMUN, PT, KTP;
singkatan umum yang terdir atas tiga huruf atau lebih diikuti oleh satu titik, misalnya:
dll., dst., hlm., sda., tetapi apabila terdiri atas dua huruf ditulis dengan dua titik,
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata. Kaidah penulisan akronim meliputi: akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal dari deret kata yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital,
misalnya: ABRI, IKIP, PASI; akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital,
misalnya: Unud, Akabri, Bappenas, Kowani; akronim yang bukan nama diri yang
berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
Ada dua belas kaidah atau aturan tentan penulisan angka dan lambang
bilangan, tetapi penulisan angka dan lambang bilangan yang sering dipersoalkan
satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas; Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang
besar; penulisan bilangan tingkat; penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran
-an; lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata; serta
isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas, misalnya: 1 cm, 5 kg, 15 l, pukul 17.30,
bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca, misalnya:
300 juta, 500 juta; Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut,
misalnya: Bab I, Bab kesatu, Bab ke-1, abad 21, Abad kedua puluh satu, Abad ke-21.
2000-an, uang 5000-an, tetapi sering ditulis 2000 an dan 5000 an; penulisan lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu
#Empat ratus orang diterima dalam seleksi penerimaan siswa baru tingkat
SMUN itu#
#Bapak kepala sekolah mengundang 450 orang siswa untuk seleksi siswa
berprestasi#
dipilah menjadu dua, yakni unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia dan unsur serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asingnya hanya diubah
15
asalnya. Beberapa unsur serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan dengan
itu dibahas dalam makalah ini. Hanya beberapa kaidah atau aturan yang terkait
dengan penulisan karya tulis ilmiah dibicarakan, di antaranya: pemakaian tanda titik;
tanda koma; tanda titik koma, tanda titik dua; tanda pisah [--]; tanda kurung (...);
tanda petik ganda ”...”; dan tanda petik tunggal `...`. Kedelapan hal itu dibahas satu
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar, misalnya: 2. Pokok-Pokok Ejaan Bahasa Indonesia; 2.1 Pemakaian Huruf;
2.2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring; 2.3 Penulisan Kata; 2.4 Pemakaian
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit
pembilangan, misalnya: Ibu membeli sayur, daging, dan tahu; Tanda titik dipakai
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
nasional membuat pembelajar dalam bidang teori, tetapi kurang dalam bidang
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya: oleh karena itu,;
jadi,; dengan demikian,; bahkan,; akan tetapi,;Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi, misalnya: Dewa Made Beratha,
17
Gubernur Bali melakukan sidak ke beberapa daerah kabupaten; Tanda titik dipakai --
untuk menghindari salah baca--di belakang keterangan yang terdapat pada awal
sejenis dan setara dan dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
#Ibu sedang mencuci pakaian; nenek sedang menginang sirih, dan tanda titik
koma#
#Bapak menyiram tanaman; Ibu sibuk bekerja di dapur#
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian; dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian; dapat dipakai dalam teks drama sesudahkata yang menunjukkan pelaku
#Ibu membeli perabotan rumah tangga: mesin cuci, kulkas, dan kompor gas#
a. Ketua : Drs. A. A. Bagus Suryakarma
Sekretaris : Dr. A. A. Putu Putra, M.Hum.
b. Ibu : (meletakkan beberapa kopor) ”bawa kopor ini, Ca
Ucca : ”Baik, Bu” (mengangkat kopor dan masuk).
penjelasan di luar bangun kalimat dan menegaskan adanya keterangan aposisi atau
Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain; dipakai untuk mengapit judul
syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat; dan dipakai untuk
mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus,
misalnya:
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain dan dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
#”Ibu, `Bapak pulang`, dan rasa letihku lenyak seketika”, ujar Ucca#
# Ngaben `upacara pembakaran mayat` di Bali#
19
Daftar Pustaka
Arifin, Drs. E. Zaenal dan Drs. S. Amran Tasai. 1986. Cermat Berbahasa Indonesia:
Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa.
Badudu, J.S. 1984. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia.