Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Varices
2.1.1. Definisi Varices

Varises (varices) adalah pembuluh darah balik (vena) yang melebar dan

berkelok-kelok akibat gangguan (hambatan) aliran darah. Bila hanya melebar saja

disebut venektasi. Ini terjadi lantaran ketidakmampuan katub (klep) vena dalam

mengatur aliran darah. Akibatnya aliran darah yang seharusnya mengalir lancar ke

arah jantung, mengalami hambatan dan terjadi arus balik sebagian aliran darah dalam

pembuluh darah vena, sehingga pembuluh darah vena melebar dan berkelok-kelok.

Varices terutama terjadi pada tungkai, bisa terjadi pula pada vulva, skrotum,

esophagus bagian distal, dan rektum.

Diperkirakan varices pada ektremitas bawah terjadi pada satu diantara lima

orang di dunia. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dan orang yang

pekerjaannya menuntut untuk berdiri lama.

2.1.2. Etiologi

Varices dibedakan menjadi primer dan sekunder. Namun, penyebab varices

vena yang pasti belum diketahui. Penderita dianggap mempunyai kelemahan pada

vena yang bersifat herediter, sehingga terbentuk varices yang primer dan spontan.

Varices sekunder merupakan gejala sisa thrombosis vena profunda akibat dilatasi

vena kolateral dan kerusakan katup vena profunda.

Universitas Sumatera Utara


8

Faktor penyokong lain :

1. Faktor keturunan

Varices biasanya terjadi saat dewasa akibat perubahan hormon dan

bertambahnya berat badan. Ditunjukkan dengan terjadinya penyakit yang sama pada

beberapa anggota keluarga dan gambaran varices pada usia remaja, kemungkinan

besar disebabkan faktor keturunan.

2. Kehamilan

Meningkatnya hormon progesteron dan bertambahnya berat badan saat hamil

yang menyebabkan kaki semakin terbebani, akibatnya aliran darah dari kaki, tungkai,

pangkal paha dan perut bagian bawah pun terhambat.

3. Kurang gerak

Gaya hidup perkotaan yang kurang gerak, menyebabkan otot

sekitar pembuluh darah vena tidak mampu memompa darah secara maksimal.

4. Faktor berdiri lama

Berdiri terlalu lama membuat kaki terlalu berat menahan tubuh dan

memperparah beban kerja pembuluh vena dalam mengalirkan darah. Pada posisi

tersebut tekanan vena 10 kali lebih besar, sehingga vena akan teregang diluar batas

kemampuan elastisitasnya sehingga terjadi inkompetensi pada katup. Bila pekerjaan

mengharuskan banyak berdiri, usahakan untuk tidak berdiri dengan posisi statis

(diam), tapi tetap bergerak. Misalnya dengan berjalan di tempat, agar otot tungkai

dapat terus bekerja memompa darah ke jantung.

Universitas Sumatera Utara


9

5. Obesitas

Hal ini dihubungkan dengan tekanan hidrostatik yang meningkat akibat

peningkatan volume darah serta kecenderungan jeleknya struktur penyangga vena.

6. Faktor usia

Pada usia lanjut insiden varices akan meningkat. Dinding vena menjadi lemah

karena lamina elastic menjadi tipis dan atrofik bersama dengan adanya degenerasi

otot polos. Disamping itu akan terdapat atrofi otot betis sehingga tonus otot menurun.

2.1.3. Patofisiologi

Penyebab varices primer adalah kelemahan struktural pada dinding pembuluh

darah yang diturunkan. Dilatasi dapat disertai gangguan katup vena, karena daun

katup tidak mampu menutup dan menahan aliran refluks. Varices primer cenderung

terjadi pada vena-vena permukaan karena kurangnya dukungan dari luar atau

kurangnya resistensi jaringan subkutan.

Varices sekunder disebabkan oleh gangguan patologi sistem vena dalam, yang

timbul kongenital atau didapat sejak lahir. Hal ini menyebabkan dilatasi vena-vena

permukaan, penghubung, atau kolateral. Misalnya, kerusakan katup vena pada sistem

vena dalam akan mengganggu aliran darah menuju jantung, resultan statis, dan

penimbunan darah menyebabkan hipertensi vena dalam. Jika katup vena penghubung

(penyambung) tidak berfungsi dengan baik, maka peningkatan tekanan sirkuit vena

dalam akan menyebabkan aliran balik darah ke dalam vena penghubung. Darah vena

akan dialirkan ke vena permukaan dari vena dalam. Hal ini merupakan faktor

predisposisi timbulnya varices sekunder pada vena-vena permukaan. Pada keadaan

Universitas Sumatera Utara


10

ini, vena permukaan berfungsi sebagai pembuluh kolateral untuk sistem vena dalam,

memirau darah dari daerah yang mati.

Aliran darah v.
Supervisialis

Dialirkan ke Darah
vena yang Katub vena kedalam v.
lebih besar provunda

Jantung &
paru

RUSAK

v. Provunda v. Supervisial

Kontraksi
Otot

Terjadi
kompartemen
otot

Gambar 1. Patofisiologi varices

Keterangan : biasanya kerusakan diakibatkan karena adanya suatu hambatan aliran

darah dan tekanan hidrostatik yang terlalu besar.

Universitas Sumatera Utara


11

2.1.4. Gejala terjadinya varices

1. Mula-mula kaki dan tungkai terasa berat, diikuti otot yang mudah pegal, kaku,

panas dan sakit di seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit dirasakan

menjelang malam, akibat tidak lancarnya aliran darah.

2. Mudah kram, meski kaki dalam kondisi santai.

3. Muncul pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba (spider

navy).

4. Perubahan warna kulit (pigmentasi) di seputar mata kaki, akibat tidak

lancarnya aliran darah. Kadang diikuti dengan luka di sekitar mata kaki yang

sulit sembuh.

5. Kaki bengkak (edema) karena adanya pembendungan darah.

6. Perubahan pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang

tampak urat kebiru-biruan dan berkelok-kelok. Keadaan ini merupakan gejala

varices kronis.

2.1.5. Pencegahan

1. Makan makanan bergizi dan olahraga teratur.

2. Hindari berdiri terlalu lama. Sedapat mungkin melakukan relaksasi jika dalam

aktifitas sehari-hari dituntut berdiri lama.

3. Hindari terlalu lama duduk dengan kaki menyilang. Posisi ini dapat

menghambat aliran darah dari tungkai ke arah jantung.

4. Hindari pemakaian pakaian bawah yang terlalu ketat.

5. Jika sedang bepergian jauh, usahakan meluruskan kaki secara berkala dan

memijit-mijit tungkai sehabis bepergian.

Universitas Sumatera Utara


12

6. Gunakan kaos kaki elastis untuk mencegah penekanan pada tungkai.

7. Bagi yang suka sepatu hak tinggi, dapat menggunakannya agar otot sekitar

varises berkontraksi dan untuk memperlancar aliran darah

2.2. Ergonomi

Ergonomi atau disebut rancang-bangun faktor manusia adalah studi untuk

peningkatan teori dan fisik dalam hal bekerja yang berguna untuk memastikan suatu

tempat kerja aman dan produktif. Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari

kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan

demikian ergonomi adalah disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam

kaitannya dengan pekerjaanya. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari

keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi-teknologi

buatannya (Wignjosoebroto, 1995).

Menurut Suma’mur (1996), salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

kesehatan tenaga kerja adalah yang berhubungan dengan ergonomi yaitu sikap dan

cara kerja, beban kerja yang tidak adekuat, monotonnya pekerjaan, jam kerja yang

tidak sesuai dan kerja yang berulang-ulang (Suma’mur, 1996).

Fungsi ergonomi adalah untuk mendesain tempat kerja, stasiun-kerja,

peralatan, dan prosedur dari para pekerja supaya tidak sampai pada batas

menimbulkan rasa lelah, gelisah, dan luka-luka atau kerugian secara efisien menuju

keberhasilan tujuan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


13

Menurut Suma’mur (1996), tujuan utama ergonomi ada 2 (dua), yaitu:

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan dan aktivitas-aktivitas lain,

termasuk meningkatkan kenyamanan penggunaan untuk mengurangi

kelelahan (penyebab kesalahan) dan meningkatkan produktivitas.

2. Meningkatkan nilai-nilai kualitatif yang dapat diamati dan dirasakan namun

sulit diukur, seperti keamanan, mudah diterima oleh pemakai, kepuasan kerja,

dan kualitas hidup.

Sikap tubuh dalam bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang

dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda

terhadap tubuh. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipenaruhi oleh bentuk, susunan,

ukuran dan tata letak peralatan seperti macam gerak, arah dan kekuatan(Suma’mur,

1996).

Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan,

kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-

bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang paling

berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan dan

kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang.

Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap tubuh dalam

bekerja. Sikap tubuh bisa dikatakan efisien jika :

a. menempatkan tekanan yang seimbang pada bagian-bagian tubuh yang berbeda.

b. membutuhkan sedikit usaha otot untuk bertahan.

c. terasa nyaman bagi masing-masing orang.

Universitas Sumatera Utara


14

2.2.1. Sikap Tubuh Alamiah

Sikap tubuh alamiah yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai

dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian

penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan

menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan muskuloskeletal dan sistem tubuh

yang lain (Baird dalam Merulalia, 2010).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh

dalam melakukan pekerjaan adalah :

a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri

secara bergantian.

b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak

memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.

c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani,

melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk

bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini

dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan

sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu

aktivitas.

Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam

waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan

pada pekerja antara lain :

a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan

seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


15

b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.

c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki,

tangan atau leher/kepala).

d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,

bongkok).

Untuk bisa mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal serta

memberikan rasa nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan dengan cara :

a. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah.

b. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin.

c. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana kerja (meja,

kursi, dll.) yang sesuai dengan antropometri pemakainya.

d. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan sikap duduk

atau kombinasi duduk dan berdiri.

2.2.2. Sikap Kerja Berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan

mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, apalagi jika

memakai sepatu dengan bentuk atau ukuran yang tidak sesuai.

Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga

kerja dengan posisi berdiri. Contohnya seperti yang diungkapkan Granjean (1988)

dalam Santoso (2004), merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan teliti, tinggi

meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis pekerjaan yang ringan, tinggi meja diatur

sejajar dengan tinggi siku. Dan untuk pekerjaan berat, tinggi meja diatur 10 cm di

bawah tinggi siku.

Universitas Sumatera Utara


16

Satu hal yang harus diperhatikan oleh pekerja berdiri adalah sikap kepala.

Keadaan kepala harus memberikan kemudahan bagi pelaksanaan pekerjaan. Leher

dalam keadaan fleksi atau ekstensi terus menerus menjadi penyebab kelelahan. Sudut

penglihatan yang baik untuk sikap berdiri diantara 230-270 ke arah bawah dari garis

horizontal.

Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap atau sama baik berdiri

maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap kerja berdiri dalam

waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya

sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada otot-otot punggung dan

kaki.

Setiap hari kaki bisa dipastikan digunakan untuk beraktivitas. Bahkan pada

orang yang hanya berbaring, di kakinya tetap berlangsung proses metabolisme. Saat

duduk atau berdiri dalam waktu yang cukup lama, dengan sepatu yang terlalu sempit

dan berhak tinggi akan mengganggu aliran darah dan cairan getah bening untuk

kembali ke jantung. Akibatnya tidak jarang kita merasakan sepatu yang kita kenakan

saat itu semakin sempit, punggung kaki dan jari-jari kaki kita jadi

membesar/bengkak.

Pada saat itulah aliran darah terhambat. Sisa-sisa metabolisme (antara asam

laktat) tertumpuk di pembuluh tersebut sehingga merasakan kelelahan yang luar

biasa. Walau pembuluh balik (vena) memiliki katup yang berfungsi sebagai

pintu/sekat, sehingga darah yang mengalir tidak kembali setelah melalui bagian per

bagian tapi juga tidak dapat kembali ke jantung karena harus melawan gaya gravitasi

bumi. Penimbunan sering kali tidak teratasi dengan baik pada orang-orang yang

Universitas Sumatera Utara


17

memiliki kelemahan pada pembuluh darah balik dan mengakibatkan varises

(varicous vein).

Pada orang yang sampai mengalami varices bukan hanya pada ketidakindahan

masalahnya, tetapi juga rasa sakit yang ditimbulkan yang mengganggu. Bukan hanya

di pembuluh darah balik letak masalahnya tapi juga kelelahan ini dapat mengganggu

proses penyaluran darah kaya nutrisi ke kaki. Karena tekanan terlalu tinggi di

pembuluh balik dan di sel-sel menyebabkan aliran darah terhambat yang membuat

kaki kita semakin lelah.

Gangguan pembuluh darah vena selalu menimbulkan dampak terhadap

individu (pekerja) maupun perusahaan.

Dampak yang ditimbulkan terhadap pekerja antara lain :

1. Rasa tidak nyaman.

2. Minder dari segi kosmetik

3. Kehilangan keleluasaan.

4. Kehilangan pekerjaan.

Dampak terhadap perusahaan antara lain :

1. Pekerja mangkir kerja akibat sakit.

2. Hilangnya pekerja yang terampil di bidangnya.

3. Perlunya merekrut kembali karyawan baru untuk menggantikan pekerja yang

dinonaktifkan. Tingkat kemahiran pekerja baru belum tentu sama dengan yang

dinonaktifkan.

4. Penurunan produktivitas.

5. Keuntungan perusahaan menurun.

Universitas Sumatera Utara


18

2.3. Kerangka Konsep

Pekerja QC

- Usia
- Masa kerja
Gangguan pembuluh darah
- Obesitas
vena
- Paritas/kehamilan
- keturunan

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai