Bab Ii
Bab Ii
Oleh :
1. Alfiah Marika Nurhanafi P1337424820005
2. Martina Ahmad P1337424820006
3. Nerrisa Dini Aulia R P1337424820009
4. Laila Chomsatus Sa’adah P1337424820014
5. Nida Khonsaa Nabiilah P1337424820023
6. Gusti Husnul Anami P1337424820028
7. Anindyta Mutiara Dewi P1337424820029
8. Diyah Ayu Puspitasari P1337424820030
9. Satya Arum R P1337424820033
10. Nia Ayu Lestari P1337424820038
11. Dwi Haryati P1337424820039
12. Fitriana Puspitaningrum P1337424820042
13. Aji Tri Mahanani P1337424820043
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT atas
bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………….
Kata Pengantar …………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………..........
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………...
B. Rumusan Masalah …………………………………………..........
C. Tujuan ……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Fisiologi sistem pernafasan…………………………………........
B. Gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi kehamilan ……...
C. Gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi persalinan ……...
D. Gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi nifas ………........
E. Gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi bayi baru lahir….
BAB III PEUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bronchitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan
trachea oleh berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh
virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza,
virus para influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan
pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik
virus, bakteri, maupun parasit. (Muttaqin, 2008).
Angka kejadian bronkitis di Indonesia sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Namun, bronkitis merupakan salah satu bagian dari penyakit
paru obstruktif kronik yang terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema/gabungan dari keduanya. Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8
juta pasien PPOK dengan prevalensi 5,6%. Angka tersebut bisa terus naik
seiring banyaknya jumlah perokok karena 90% pasien PPOK adalah
perokok/mantan perokok. (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Menurut PMK
RI nomor 65 Tahun 2015 tentang standar pelayanan fisioterapi bahwa
fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh dari
individu atau kelompok menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan
fungsi serta komunikasi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Bronkitis dapat menyerang siapapun, dengan ini penulis ingin
mengatahui lebih jauh bagaimanakah penyakit gangguan sistem pernapasan
dengan bronkitis pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan pada Bayi Baru
Lahir.
B. RUMUSAN MASALAH
lahir?
C. TUJUAN
lahir?
BAB II
PEMBAHASAN
2) Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis dapat diartikan sebagai batuk produktif kronis
yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan terjadi dalam rentang waktu 2
tahun. Ada hubungan kausal yang kuat dengan merokok dan sering kali
terjadi akibat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Widysanto,
Allen, 2020). Batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB)
ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan
gejala batuk yang berlangsung sekurang kurangnya 2 minggu berturut-
turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan
memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronkitis kronis pada
anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah
disingkirkan penyebab – penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi
kronis saluran napas dan sebagainya (Ngastiyah, 2005).
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan
patofisiologi bronkitis kronis, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang
umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukan bahwa bayi sampai
anak umur 5 tahun yang menderita bronkitis kronik akan mempunyai
resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik
setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan
mempercepat menurunnya fungsi paru (Ngastiyah, 2005).
c. Penyebab Bronkitis
Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Penyebab bronkitis akut
yang paling sering adalah virus seperti rhinovirus, respiratory sincytial
virus (RSV), virus influenza, virus parainfluenza dan coxsackie virus.
Bronkitis akut sering terdapat pada anak yang menderita morbili,
pertusis, dan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Infeksi sekunder oleh
bakteri dapat terjadi, namun ini jarang dilingkungan sosio-ekonomi yang
baik (Ngastiyah, 2005). Biasanya virus agens lain (seperti bakteri, jamur,
gangguan alergi, iritan udara) dapat memicu gejala.
e. Patofisiologi
Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal. Pada
umunya, virus merupakan awal dari serangan bronchitis akut pada infeksi
saluran nafas bagian atas (Sudoyo, 2009).
Serangan bronchitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi
maupun noninfeksi (terutama rokok), iritan (zat yang menyebabkan iritasi)
akan menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang menyebabkan
vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Bronchitis lebih
mempengaruhi jalan nafas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam
keadaan bronchitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami
hambatan (Sudoyo, 2009).
Pada pasien dengan bronchitis akut, system mucocilliary defence
paru – paru mengalami kerusakan sehingga lebih muda terserang infeksi.
Ketika infeksi timbul, kelenjar mucus akan menjadi hipertropi atau
hyperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi
mucus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding bronkial
meradang, menebal, (sering kali sampai dua kali ketebalan normal) dan
mengeluarkan mucus kental. Adanya mucus kental dari dinding bronkial
dan mucus yang dihasilkan dari kelenjar mucus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara
besar (Sudoyo, 2009).
Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi
jalan nafas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami
kolaps dan udara terperangkap dari bagian distal pada paru-paru. Obstruksi
ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis.
Pasien mengalami kekurangan O2 jaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PO2. Kerusakan ventilasi juga
dapat meningkat nilai PCO2 sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai
kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit
berlebihan) (Sudoyo, 2009).
f. Komplikasi Bronkitis
Bronkitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi
bronitis kronis, sedangkan bronkitis kronis memungkinkan anak mudah
mendapat infeksi. Gangguan pernapasan secara langsung sebagai akibat
bronkitis kronis ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan
menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan
menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronkitis
harus mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir
tidak selalu tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk
membantu mengencerkan lendir, berikan buah dan makanan bergizi untuk
mempertinggi daya tahan tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana
sikapnya jika sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk
– batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah, biasanya bercampur
lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah
berkelanjutan, maka maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan
bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk
mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain
(Ngastiyah, 2005)
g. Pemeriksaan Penunjang Bronkitis
1) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto toraks anteror – posterior dilakuakan untuk
menilai derajat progersifitas penyakit yang berpengaruh menjadi
penyakit paru obstruktif menahun.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratotium menunjukan adanya perubahan
pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitungan jenis
darah). Sputum diperiksa secara maskrokopis untuk diagnosis
banding dengan tuberkulosis paru (Soemantri, 2007).
h. Penatalaksanaan Bronkitis
Karena penyebab bronkitis pada umumnya virus maka belum
ada obat kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk penurunan demam,
banyak minum terutama sari buah- buahan. Obat penekan batuk tidak
diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka
perlu dicurigai adanya infeksi bekteri sekunder dan antibiotik boleh
diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian
antibiotik yang serasi untuk M.pneumoniae dan H. Influenzae sebagai
bakteri penyerang sekunder misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan
golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7 – 10 hari dan bila tdak
berhasil maka perlu dilakuakan foto toraks untuk menyingkikan
kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam
saluran pernapasan dan tuberkulosis (Ngastiyah, 2005).
C. Analisis Pada Kehamilan
Bronkus memiliki fungsi sebagai saluran yang membawa udara dari dan
menuju paru-paru. Salah satu gejala yang muncul sebagai tanda bronkitis
adalah batuk yang disertai sesak napas. Peradangan yang terjadi pada bagian
ini (bronkitis) sebenarnya jarang menimbulkan komplikasi berupa gangguan
pernapasan pada bayi yang dikandung. Ibu hamil yang mengidap penyakit ini
tidak memiliki risiko menularkan kondisi yang sama pada bayi. bronkitis bisa
saja memicu sejumlah gangguan pada kehamilan atau persalinan yang kelak
dijalani. Bronkitis yang parah pada ibu hamil disebut bisa memicu gangguan
pada aliran oksigen ke bayi. Jika hal ini sering terjadi, bayi yang dikandung
berisiko mengalami kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan
rendah.
Pada kondisi yang ringan, gejala penyakit ini umumnya akan hilang
sendiri dalam beberapa saat. Sebaliknya, bronkitis yang tergolong parah atau
berat mungkin harus ditangani dengan pengobatan khusus. Jika kondisi ini
menyerang ibu hamil, sebaiknya pengobatan tidak dilakukan sembarangan.
Pastikan dokter kandungan mengetahui kondisi tubuh dan riwayat bronkitis
pada ibu hamil.
Jika masih memungkinkan, gejala bronkitis pada ibu hamil bisa diatasi
dengan banyak minum air putih serta cukup istirahat. Sebelum melakukan
penanganan bronkitis sendiri di rumah, pastikan ibu sudah membicarakannya
terlebih dahulu dengan dokter. Salah satu cara yang bisa dicoba untuk
meredakan gejala penyakit ini adalah dengan mencuci hidung, sehingga jalan
pernapasan terasa lebih lega dan mengatasi sesak napas.
Ibu hamil disarankan untuk menjauhi hal-hal yang meningkatkan risiko
munculnya gejala bronkitis. Penyakit ini bisa dicegah dengan menghindari
rokok atau asap rokok, menerima vaksin influenza dan pneumonia, selalu
menjaga kebersihan diri, serta kenakan masker saat beraktivitas untuk
menghindari paparan senyawa berbahaya.
(https://www.halodoc.com/artikel/waspada-ini-komplikasi-alami-bronkitis-
saat-hamil)
Jika ibu yang sedang hamil harus mewaspadai kondisi seperti bronchitis
kronis untuk menghindari komplikasi yang terjadi seperti :
1. Sesak nafas
Penyebab utama penyakit bronchitis adalah merokok, namun udara,
debu atau gas beracun juga dapat menjadi pemicu terjadinya bronchitis.
Saat seseorang mengalami bronkitis kronis, paru-paru akan terinfeksi
bakteri. Kesulitan bernafas adalah salah satu dampak yang mudah
menyerang seseorang yang mengalami bronkitis. Bronkitis pada ibu hamil
pun akan mengalami sesak nafas, dimana akan merasa sesak karena janin
yang terus tumbuh.
2. Mempengaruhi janin
Penggunaan obat untuk membantu proses pemulihan ini dapat
memengaruhi janin. Jika terjadi hal seperti ini, sebaiknya ibu dapat
konsultasikan dengan dokter. Dokter akan memberi tindakan atau saran
agar ibu dapat mengutamakan istirahat yang cukup yang merupakan salah
satu bagian terpenting dalam proses pemulihan.
3. Pneumonia
Pneumonia atau paru-paru basah ditandai juga dengan
munculnya bronkitis yang semakin menyebar. Pneumonia saat kehamilan
disebut dengan Maternal Pneumonia yang dianggap penyakit serius dan
berpotensi fatal. Gejala yang akan dirasakan berupa kesulitan bernafas,
panas dingin, sakit dada, batuk yang tak kunjung sembuh, kelelahan
berlebihan, demam, hingga muntah. Bronkitis pada ibu hamil yang sudah
kronis dapat memicu kemunculan pneumonia.
4. Kehilangan nafsu makan
Bagi penderita bronkitis, pola makan akan terkena dampak yang
signifikan. Biasanya bronkitis pada ibu hamil akan menurunkan bahkan
menghilangkan nafsu makan secara bertahap bahkan langsung.
(https://parenting.orami.co.id/magazine/4-komplikasi-bronkitis-kronis-pada-ibu-
hamil/)
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PENUTUP
A. PEMBAHASAN
Bronkitis adalah bentuk dari infeksi saluran pernafasan oleh virus yang
menyebabkan penderitanya mengalami batuk berdahak sampai dengan
mengalami gangguan pernafasan kronik.
Anak dengan bronkitis kronis jika tidak diobati maka akan menyebabkan
anak mudah mendapatkan infeksi yang diakibatkan tertinggalnya lendiri yang
terkontaminasi virus penyebab bronkitis di paru. Dari penelitian oleh Rosalina
(2019) 73,33% anak yang memiliki riwayat bronkitis mengalami rinitis
berulang dengan gejala yang sering muncul yaitu; hidung meler, disusul
dengan bersin-bersin, hidung buntu, dan hidung gatal. Bronkitis pada
kehmailan dapat memicu gangguan pada aliran oksigen ke bayi. Jika hal ini
terjadi maka bayi yang dikandung berisiko mengalami kelahiran prematur atau
bayi lahir dengan berat badan rendah. Penyebab bronkitis yang harus dihindari
selama ibu hamil salah satunya yaitu rokok, hal ini sesuai dengan penelitian
dari Damarawati (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara ibu
yang terpapar asap rokok dengan kejadian BBLR pada bayi yang
dilahirkannya. Salah satu kandungan dari rokok adalah nikotin, nikotin yang
terhirup oleh ibu hamil baik secara langsung maupun tidak langsung (perokok
aktif maupun perokok pasif), dalam kadar tertentu dapat menimbulkan
kontraksi pada pembuluh darah ibu sehingga dapat menimbulkan
penyumbatan aliran darah ibu. Akibatnya, aliran darah ke janin melalui
plasenta akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat
makanan dan oksigen yang diperlukan oleh janin (Ramadhan, 2012). Hal ini
menyebabkan janin kekurangan gizi dan dapat lahir dengan berat badan lahir
rendah.
Untuk itu ibu harus berkonsultasi pada dokter untuk dapat mendapatkan
penanganan yang tepat.
B. PENUTUP
1. SIMPULAN
Bronkitis pada ibu dapat berpengaruh pada proses kehamilana
persalinan, nifas sampai ke bayi yang dilahirkan. Selama proses
kehamilan ibu dapat mengalami gangguan pernafasan berupa batuk
sampai dengan sesak nafas yang mana dapat mengurangi kenyamanan
ibu, serta dapat meningkatkan resiko BBLR pada bayi yang
dilahirkannya.
2. SARAN
Pada pembaca dapat menambahkan kembali referensi bacaan selain
menggunakan hasil dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari and Dkk (2015) Pengaruh Latihan Zumba Terhadap Arus Puncak
undip.ac.id/47885/.
Ngastiyah (2005) Buku Perawatan Anak Sakit. 2nd edn. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th edn. Jakarta: Interna
Publishing.
https://www.halodoc.com/artikel/waspada-ini-komplikasi-alami-bronkitis-saat-
https://parenting.orami.co.id/magazine/4-komplikasi-bronkitis-kronis-pada-ibu-hamil/ .
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/24170/Hubungan-Antara-Bronkitis-
Kronik-dengan-Riwayat-Rinitis-Berulang-Sebagai-Faktor-Risiko. Diakses
pada 24/09/2020.
Damarawati, A. T.(2018). Pengaruh Status Paparan Asap Rokok pada Ibu Hamil
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/92161/Anis
%20Talitha%20Damarawati%20-%20152010101134-.pdf?