Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK PATOFISIOLOGI

PATOFISOILOGI GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN


BRONKITIS
( Dosen Pengampu: Melyana Nurul W, S.SiT, M.Kes)

Oleh :
1. Alfiah Marika Nurhanafi P1337424820005
2. Martina Ahmad P1337424820006
3. Nerrisa Dini Aulia R P1337424820009
4. Laila Chomsatus Sa’adah P1337424820014
5. Nida Khonsaa Nabiilah P1337424820023
6. Gusti Husnul Anami P1337424820028
7. Anindyta Mutiara Dewi P1337424820029
8. Diyah Ayu Puspitasari P1337424820030
9. Satya Arum R P1337424820033
10. Nia Ayu Lestari P1337424820038
11. Dwi Haryati P1337424820039
12. Fitriana Puspitaningrum P1337424820042
13. Aji Tri Mahanani P1337424820043

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT atas

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

mata kuliah Patofisiologi dengan judul “GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

: PENYAKIT BRONKITIS’’ pada waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari

bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan

saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi peningkatan

makalah dimasa yang akan datang.

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………….
Kata Pengantar …………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………..........
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………...
B. Rumusan Masalah …………………………………………..........
C. Tujuan ……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Fisiologi sistem pernafasan…………………………………........
B. Gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi kehamilan ……...
C. Gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi persalinan ……...
D. Gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi nifas ………........
E. Gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi bayi baru lahir….
BAB III PEUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bronchitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan
trachea oleh berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh
virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza,
virus para influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan
pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik
virus, bakteri, maupun parasit. (Muttaqin, 2008).
Angka kejadian bronkitis di Indonesia sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Namun, bronkitis merupakan salah satu bagian dari penyakit
paru obstruktif kronik yang terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema/gabungan dari keduanya. Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8
juta pasien PPOK dengan prevalensi 5,6%. Angka tersebut bisa terus naik
seiring banyaknya jumlah perokok karena 90% pasien PPOK adalah
perokok/mantan perokok. (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Menurut PMK
RI nomor 65 Tahun 2015 tentang standar pelayanan fisioterapi bahwa
fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh dari
individu atau kelompok menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan
fungsi serta komunikasi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Bronkitis dapat menyerang siapapun, dengan ini penulis ingin
mengatahui lebih jauh bagaimanakah penyakit gangguan sistem pernapasan
dengan bronkitis pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan pada Bayi Baru
Lahir.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Fisiologi sistem pernafasan?

2. Bagaimana gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi kehamilan ?

3. Bagaimana gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi persalinan ?

4. Bagaimana gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi nifas ?

5. Bagaimana gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi Bayi Baru

lahir?

C. TUJUAN

1. Menjelaskan Fisiologi sistem pernafasan?


2. Menjelaskan gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi kehamilan?

3. Menjelaskan gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi persalinan?

4. Menjelaskan gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi nifas ?

5. Menjelaskan gangguan bronkitis yang dapat mempengaruhi Bayi Baru

lahir?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Fisiologi Sistem Pernafasan


Sistem pernapasan dapat disebut juga dengan sistem respirasi yang berati
bernapas kembali. Sistem ini berperan menyediakan oksigen (O2) yang
diambil dari atmosfer dan mengeluarkan karbn dioksida (CO2) dari sel-sel
(tubuh) menuju ke udara bebas. Proses bernapas berlangsung dalam beberapa
langkah dan brlangsung dengan dukungan sistem saraf pusat dan sistem
kardiovaskuler. Pada dasarnya sistem pernapasan terdiri atas rangkaian saluran
udara yang menghantarkan udara luar agar dapat bersentuhan dengan
membran kapiler alveoli yang memisahkan antara sistem pernapasan dan
sistem kardiovaskuler (Muttaqin, 2012).
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara
yang mengandung karbon dioksida sisa oksidasi ke luar tubuh (ekspirasi).
Proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura
dan paru. Sistem saraf pusat memberikan dorongan ritmis dari dalam untuk
bernapas dan secara refleks merangsang otot diafragma dan otot dada yang
akan memberikan tenaga pendorong bagi gerakan udara (Muttaqin, 2012).
Pernafasan mencakup dua proses: pernafasan eksterna, yaitu penyerapan
oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2) dari tubuh secara
keseluruhan; serta pernafasan interna, yaitu penggunaan O2 dan pembentukan
CO2 oleh sel serta pertukaran gas diantara sel tubuh dan media cair di
sekitarnya. Sistem pernafasan terdiri atas organ paru dan pompa ventilasi paru.
Pompa ventilasi paru ini terdiri atas dinding dada, otot pernafasan yang dapat
memperbesar dan memperkecil ukuran rongga dada, pusat pernafasan di
batang otak yang mengendalikan otot pernafasan, serta jaras dan saraf yang
menghubungkan pusat pernafasan dengan otot pernafasan (Azhari, dkk, 2015).
Proses pergerakan gas ke dalam dan ke luar paru dipengaruhi oleh tekanan
dan volume. Agar udara dapat mengalir ke dalam paru, tekanan intrepleural
harus menjadi negatif untuk dapat menentukan batas atas gradien tekanan
antara atmosfer dan alveoli sehingga udara masuk dengan mudah ke dalam
paru (Muttaqin, 2012).
Volume normal pada paru diukur melalui penilaian fungsi paru. Sebagian
dari pengukuran ini dapat direkam dengan spirometer, dimana parameter yang
diukur adalah volume udara yang memasuki atau meninggalkan paru.
Bervariasinya nilai normal volume paru bergantung pada beberapa keadaan
seperti adanya kehamilan, latihan, obesitas, atau kondisi-kondisi mengenai
penyakit obstruktif dan restriktif. Faktor-faktor seperti jumlan sufraktan,
komplians, dan kelumpuhan pada otot pernapasan dapat memengaruhi tekanan
dan volume paru. Fungsi utama dari sirkulasi pulmonal adalah dapat
mengalirkan darah dari dan ke paru agar dapat terjadi pertukaran gas
(Muttaqin, 2012).
Paru-paru dapat dikembang kempiskan dengan dua cara. Pertama, dengan
gerakan naik turunnya diafragma untuk memperbesar dan memperkecil
rongga dada kraniokaudal. Kedua, dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk
memperbesar dan memperkecil diameter anteroposterior rongga dada.
Pernafasan normal dan tenang dapat dicapai hampir sempurna melalui metode
pertama, yaitu melalui gerakan naik turunnya diafragma. Selama inspirasi,
kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru ke arah bawah.
Kemudian, selama ekspirasi, diafragma relaksasi, dan sifat elastik daya lenting
paru, dinding dada, dan struktur abdomen akan menekan paru-paru dan
mengeluarkan udara. Namun, selama bernafas kuat, daya elastik tidak cukup
kuat untuk menghasilkan ekspirasi cepat yang diperlukan, sehingga diperlukan
tenaga ekstra yang terutama diperoleh dari kontraksi otot-otot abdomen, yang
mendorong isi abdomen ke atas melawan dasar diafragma, sehingga
mengkompresi paru (Azhari, dkk, 2015).
Metode kedua adalah dengan mengangkat rangka iga, pengembangan paru
akan terjadi karena posisi istirahat, iga miring ke bawah, dengan demikian
sternum turun ke arah kolumna vertebralis. Tetapi bila rangka iga
dielevasikan, tulang iga langsung maju sehingga sternum sekarang bergerak
ke depan menjauhi spinal,membentuk jarak anteroposterior dada kira-kira
20% lebih besar selama inspirasi maksimum dibandingkan selama ekspirasi.
Oleh karena itu, otot-otot yang mengelevasikan rangka dada seperti otot
diafragma dan otot interkostalis eksterna dapat diklasifikasikan sebagai otot-
otot inspirasi, serta otot-otot yang menurunkan rangka dada seperti otot
interkostalis interna dan otot abdominalis diklasifikasikan sebagai otot-otot
ekspirasi (Azhari, dkk, 2015).
B. Patofisiologi Sistem Pernafasan
1. Bronkitis
a. Definisi
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang
menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan
menengah yang bermanifestasi sebagai batuk dan biasanya akan
membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan
oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influensa, virus parainfluensa,
Adenovirus, virus rubela, dan Paramyxovirus dan bronkitis karena
bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia, Bordetella
pertusis, atau Corynebacterium diptheriae (Sudoyo, 2009).
b. Klasifikasi Bronkitis
Bronkitis dapat diklasifikasi sebagai bronkitis akut dan bronkitis kronis.
1) Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak yang biasanya bersama
juga dengan trakeitis, merupakan penyakit infeksi saluran napas akut
(ISPA) bawah yang sering dijumpai (Ngastiyah, 2005). Walaupun
diagnosis bronkitis akut seringkali dibuat, namun pada anak-anak
keadaan ini mungkin tidak dijumpai sebagai klinis tersendiri. Bronkitis
merupakan akibat beberapa keadaan lain saluran pernapasan atas dan
bawah, dan trakea biasanya terlibat. Bronkitis asamtis adalah bentuk
asma yang sering terancukan dengan bronkitis akut. Pada berbagai
infeksi saluran pernapasan.

2) Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis dapat diartikan sebagai batuk produktif kronis
yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan terjadi dalam rentang waktu 2
tahun. Ada hubungan kausal yang kuat dengan merokok dan sering kali
terjadi akibat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Widysanto,
Allen, 2020). Batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB)
ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan
gejala batuk yang berlangsung sekurang kurangnya 2 minggu berturut-
turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan
memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronkitis kronis pada
anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah
disingkirkan penyebab – penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi
kronis saluran napas dan sebagainya (Ngastiyah, 2005).
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan
patofisiologi bronkitis kronis, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang
umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukan bahwa bayi sampai
anak umur 5 tahun yang menderita bronkitis kronik akan mempunyai
resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik
setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan
mempercepat menurunnya fungsi paru (Ngastiyah, 2005).
c. Penyebab Bronkitis
Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Penyebab bronkitis akut
yang paling sering adalah virus seperti rhinovirus, respiratory sincytial
virus (RSV), virus influenza, virus parainfluenza dan coxsackie virus.
Bronkitis akut sering terdapat pada anak yang menderita morbili,
pertusis, dan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Infeksi sekunder oleh
bakteri dapat terjadi, namun ini jarang dilingkungan sosio-ekonomi yang
baik (Ngastiyah, 2005). Biasanya virus agens lain (seperti bakteri, jamur,
gangguan alergi, iritan udara) dapat memicu gejala.

d. Tanda dan Gejala


Biasanya penyakit dimulai dengan tanda – tanda infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula –
mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan
suara lendir. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah ditemukan
karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi
tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar sering
mengelauh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak
napas.
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada
pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan
suara napas kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2 – 3 minggu.
Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada,mungkin telah terjadi kolaps
paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder. Mengi (Wheezing)
mungkin saja terdapat pada pasien bronkitis. Mengi dapat murni
merupakan tanda bronkitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan
manifestasi asma pada anak tersebut, lebih – lebih bila keadaan ini sudah
terjadi berulang kali (Ngastiyah, 2005).
Adapun tanda dan gejala umum bronkitis , adalah sebagai berikut :
1) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2) Sesak napas ketika melakukan olahraga atau aktivitas ringan.
3) Sering menderita infeksi pernapasan (misalnya, flu)
4) Napas berat
5) Mudah lelah
6) Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan.
7) Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8) Pipi tampak kemerahan
9) Sakit kapala dan
10) Gangguan penglihatan.

e. Patofisiologi
Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal. Pada
umunya, virus merupakan awal dari serangan bronchitis akut pada infeksi
saluran nafas bagian atas (Sudoyo, 2009).
Serangan bronchitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi
maupun noninfeksi (terutama rokok), iritan (zat yang menyebabkan iritasi)
akan menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang menyebabkan
vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Bronchitis lebih
mempengaruhi jalan nafas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam
keadaan bronchitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami
hambatan (Sudoyo, 2009).
Pada pasien dengan bronchitis akut, system mucocilliary defence
paru – paru mengalami kerusakan sehingga lebih muda terserang infeksi.
Ketika infeksi timbul, kelenjar mucus akan menjadi hipertropi atau
hyperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi
mucus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding bronkial
meradang, menebal, (sering kali sampai dua kali ketebalan normal) dan
mengeluarkan mucus kental. Adanya mucus kental dari dinding bronkial
dan mucus yang dihasilkan dari kelenjar mucus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara
besar (Sudoyo, 2009).
Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi
jalan nafas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami
kolaps dan udara terperangkap dari bagian distal pada paru-paru. Obstruksi
ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis.
Pasien mengalami kekurangan O2 jaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PO2. Kerusakan ventilasi juga
dapat meningkat nilai PCO2 sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai
kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit
berlebihan) (Sudoyo, 2009).

f. Komplikasi Bronkitis
Bronkitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi
bronitis kronis, sedangkan bronkitis kronis memungkinkan anak mudah
mendapat infeksi. Gangguan pernapasan secara langsung sebagai akibat
bronkitis kronis ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan
menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan
menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronkitis
harus mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir
tidak selalu tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk
membantu mengencerkan lendir, berikan buah dan makanan bergizi untuk
mempertinggi daya tahan tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana
sikapnya jika sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk
– batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah, biasanya bercampur
lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah
berkelanjutan, maka maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan
bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk
mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain
(Ngastiyah, 2005)
g. Pemeriksaan Penunjang Bronkitis
1) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto toraks anteror – posterior dilakuakan untuk
menilai derajat progersifitas penyakit yang berpengaruh menjadi
penyakit paru obstruktif menahun.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratotium menunjukan adanya perubahan
pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitungan jenis
darah). Sputum diperiksa secara maskrokopis untuk diagnosis
banding dengan tuberkulosis paru (Soemantri, 2007).
h. Penatalaksanaan Bronkitis
Karena penyebab bronkitis pada umumnya virus maka belum
ada obat kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk penurunan demam,
banyak minum terutama sari buah- buahan. Obat penekan batuk tidak
diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka
perlu dicurigai adanya infeksi bekteri sekunder dan antibiotik boleh
diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian
antibiotik yang serasi untuk M.pneumoniae dan H. Influenzae sebagai
bakteri penyerang sekunder misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan
golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7 – 10 hari dan bila tdak
berhasil maka perlu dilakuakan foto toraks untuk menyingkikan
kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam
saluran pernapasan dan tuberkulosis (Ngastiyah, 2005).
C. Analisis Pada Kehamilan
Bronkus memiliki fungsi sebagai saluran yang membawa udara dari dan
menuju paru-paru. Salah satu gejala yang muncul sebagai tanda bronkitis
adalah batuk yang disertai sesak napas. Peradangan yang terjadi pada bagian
ini (bronkitis) sebenarnya jarang menimbulkan komplikasi berupa gangguan
pernapasan pada bayi yang dikandung. Ibu hamil yang mengidap penyakit ini
tidak memiliki risiko menularkan kondisi yang sama pada bayi. bronkitis bisa
saja memicu sejumlah gangguan pada kehamilan atau persalinan yang kelak
dijalani. Bronkitis yang parah pada ibu hamil disebut bisa memicu gangguan
pada aliran oksigen ke bayi. Jika hal ini sering terjadi, bayi yang dikandung
berisiko mengalami kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan
rendah. 
Pada kondisi yang ringan, gejala penyakit ini umumnya akan hilang
sendiri dalam beberapa saat. Sebaliknya, bronkitis yang tergolong parah atau
berat mungkin harus ditangani dengan pengobatan khusus. Jika kondisi ini
menyerang ibu hamil, sebaiknya pengobatan tidak dilakukan sembarangan.
Pastikan dokter kandungan mengetahui kondisi tubuh dan riwayat bronkitis
pada ibu hamil. 
Jika masih memungkinkan, gejala bronkitis pada ibu hamil bisa diatasi
dengan banyak minum air putih serta cukup istirahat. Sebelum melakukan
penanganan bronkitis sendiri di rumah, pastikan ibu sudah membicarakannya
terlebih dahulu dengan dokter. Salah satu cara yang bisa dicoba untuk
meredakan gejala penyakit ini adalah dengan mencuci hidung, sehingga jalan
pernapasan terasa lebih lega dan mengatasi sesak napas. 
Ibu hamil disarankan untuk menjauhi hal-hal yang meningkatkan risiko
munculnya gejala bronkitis. Penyakit ini bisa dicegah dengan menghindari
rokok atau asap rokok, menerima vaksin influenza dan pneumonia, selalu
menjaga kebersihan diri, serta kenakan masker saat beraktivitas untuk
menghindari paparan senyawa berbahaya.
(https://www.halodoc.com/artikel/waspada-ini-komplikasi-alami-bronkitis-
saat-hamil)
Jika ibu yang sedang hamil harus mewaspadai kondisi seperti bronchitis
kronis untuk menghindari komplikasi yang terjadi seperti :
1. Sesak nafas
Penyebab utama penyakit bronchitis adalah merokok, namun udara,
debu atau gas beracun juga dapat menjadi pemicu terjadinya bronchitis.
Saat seseorang mengalami bronkitis kronis, paru-paru akan terinfeksi
bakteri. Kesulitan bernafas adalah salah satu dampak yang mudah
menyerang seseorang yang mengalami bronkitis. Bronkitis pada ibu hamil
pun akan mengalami sesak nafas, dimana akan merasa sesak karena janin
yang terus tumbuh.
2. Mempengaruhi janin
Penggunaan obat untuk membantu proses pemulihan ini dapat
memengaruhi janin. Jika terjadi hal seperti ini, sebaiknya ibu dapat
konsultasikan dengan dokter. Dokter akan memberi tindakan atau saran
agar ibu dapat mengutamakan istirahat yang cukup yang merupakan salah
satu bagian terpenting dalam proses pemulihan.
3. Pneumonia
Pneumonia atau paru-paru basah ditandai juga dengan
munculnya bronkitis yang semakin menyebar. Pneumonia saat kehamilan
disebut dengan Maternal Pneumonia yang dianggap penyakit serius dan
berpotensi fatal. Gejala yang akan dirasakan berupa kesulitan bernafas,
panas dingin, sakit dada, batuk yang tak kunjung sembuh, kelelahan
berlebihan, demam, hingga muntah. Bronkitis pada ibu hamil yang sudah
kronis dapat memicu kemunculan pneumonia.
4. Kehilangan nafsu makan
Bagi penderita bronkitis, pola makan akan terkena dampak yang
signifikan. Biasanya bronkitis pada ibu hamil akan menurunkan bahkan
menghilangkan nafsu makan secara bertahap bahkan langsung.
(https://parenting.orami.co.id/magazine/4-komplikasi-bronkitis-kronis-pada-ibu-
hamil/)

D. Analisis Pada Bersalin


Bronkitis adalah peradangan yang ditandai dengan munculnya gejala
batuk selama lebih dari satu minggu dan bisa disertai dengan sesak napas. Ibu
bersalin yang mengidap penyakit ini tidak memiliki risiko menularkan
kondisi yang sama pada bayi. Selain itu, jika ditangani dengan tepat,
komplikasi bronkitis jarang muncul.
Bronkitis bisa saja memicu sejumlah gangguan pada kehamilan atau
persalinan yang kelak dijalani. Bronkitis yang parah pada ibu hamil disebut
bisa memicu gangguan pada aliran oksigen ke bayi. Jika hal ini sering terjadi,
bayi yang dikandung berisiko mengalami kelahiran prematur atau bayi lahir
dengan berat badan rendah
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus. Bronkitis lebih rentan
menyerang orang yang aktif merokok serta orang yang memiliki sistem
kekebalan tubuh lemah
Sebelum bersalin, pasien yang ibu hamil disarankan untuk menjauhi
hal-hal yang meningkatkan risiko munculnya gejala bronkitis. Penyakit ini
bisa dicegah dengan menghindari rokok atau asap rokok, menerima vaksin
influenza dan pneumonia, selalu menjaga kebersihan diri, serta kenakan
masker saat beraktivitas untuk menghindari paparan senyawa berbahaya.
1. Komplikasi
Meskipun satu episode bronkitis biasanya tidak terlalu
mengkhawatirkan, kondisi ini bisa saja menyebabkan pneumonia pada
beberapa orang. Serangan bronkitis yang berulang-ulang juga dapat
berarti Anda menderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Komplikasi bronkitis yang paling umum adalah pneumonia. Itu
terjadi ketika infeksi menyebar jauh ke paru-paru, menyebabkan kantung
udara kecil di dalam paru-paru terisi oleh cairan.
Sekitar 1 dari 20 kasus bronkitis mengarah ke pneumonia. Orang
yang berisiko lebih tinggi terhadap kondisi ini adalah:
a. Orang lanjut usia
b. Orang yang merokok
c. Orang dengan kondisi kesehatan, seperti penyakit jantung, liver, atau
ginjal
d. Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah
Pneumonia ringan biasanya dapat diatasi dengan antibiotik di rumah.
Kasus yang lebih parah membutuhkan perawatan di rumah sakit.
2. Pengobatan
Dalam pengobatan bronkitis, biasanya dokter memberikan Anda
obat yang sudah disesuaikan dengan gejala dan jenis bronkitis yang Anda
alami. Mengombinasikan pengobatan dengan menerapkan gaya hidup
sehat juga salah satu hal penting yang perlu dilakukan. Berikut adalah
pilihan pengobatan bronkitis:
a. Antibiotik
Bronkitis biasanya disebabkan oleh infeksi virus, sehingga
penggunaan antibiotik tidak begitu efektif. Namun, jika penyebabnya
adalah infeksi bakteri maka dokter akan memberikan antibiotik. Jika
Anda memiliki kelainan paru-paru kronis atau Anda perokok, maka
penggunaan antibiotik dapat mengurangi terjadinya infeksi sekunder.
b. Obat batuk
Batuk akan membantu mengeluarkan kotoran dari paru-paru.
Jika batuk terjadi selama tidur sampai mengurangi kualitas tidur, Anda
sebaiknya mengonsumsi obat batuk. Anda bisa membeli obat batuk
bebas, ataupun meminta saran dokter. Cara ini bisa membantu Anda
tidur lebih nyenyak.
c. Pengobatan lain
Jika Anda mengalami bronkitis akut, Anda sebaiknya berbicara
dengan dokter Anda mengenai proses penyembuhan fungsi paru-paru.
Rehabilitasi paru-paru merupakan program latihan pernapasan, terapis
pernapasan akan membantu Anda bernapas secara mudah dan
meningkatkan latihan pernapasan.
Jika Anda alergi, asma, atau penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), dokter mungkin menyarankan bronkodilator atau
glukokortikoid untuk mengurangi radang dan membuka jalur yang
menyempit di dalam paru-paru.
Dalam menangani bronkitis kronis, pengobatan bertujuan untuk
mengatasi gejala, mencegah komplikasi, dan mengendalikan
perkembangan penyakit.
E. Analisis pada Nifas
Perlu dipastikan kembali apakah bronkitis tersebut memang sudah
dinyatakan oleh dokter berdasarkan pemeriksaan secara lengkap. Dengan
begitu, pengobatan yang diberikan bisa disesuaikan dengan tepat. Bronkitis
merupakan penyakit peradangan pada paru-paru terutama bagian bronkus
yang sering disebabkan oleh infeksi virus. Bronkitis dibagi menjadi dua, yakni
bronkitis akut dan bronkitis kronis. Bronkitis akut yang terjadi kurang dari 2
minggu. Bronkitis kronis yang dialami bisa sampai 3 bulan dan berulang tiap
tahunnya, Iritasi dan peradangan menyebabkan bronkus menghasilkan mukosa
atau lendir lebih banyak. Dan tubuh berusaha mengeluarkan lendir atau
mukosa yang berlebihan dengan cara batuk.
Untuk mengatasi bronkitis, terutama bronkitis akut yang disebabkan oleh
infeksi sebenarnya tidak memerlukan pengobatan khusus, karena biasanya
akan membaik dengan sendirinya. Pengobatan pun hanya ditujukan untuk
meringankan gejalanya. Beberapa hal berikut bisa dilakukan untuk
meringankan gejala, seperti : banyak istirahat, banyak minum air putih,
beri obat batuk jika sangat mengganggu terutama saat istirahat malam hari dan
, hindari asap rokok dan polusi udara di lingkungan sekitar. Bayi yang
terpapar asap rokok memiliki tingkat resiko mengidap penyakit bronchitis.
Asuhan dimasa pueperium pada ibu postpartum penderita bronchitis
tidak berbeda dengan penatalaksanaan kebidanan normal. Namun perhatian
tertentu harus diberikan untuk mencegah infeksi pada ibu yang menggunakan
kortikosteroid oral, karena ia mungkin mengalami penurunan imun yang
disebabkan oleh obat ini. Menyusui dianjurkan untuk semua ibu tetapi
memberikan ASI eksklusif memiliki keuntungan yang berbeda pada bayi yang
ibunya menderita bronchitis, karena dianggap menurunkan insidensi bayi
menderita bronchitis. Tidak ada bukti bahwa obat yang digunakan secara rutin
pada terapi bronchitis berbahaya pada bayi yang diberi ASI.
1. Patofisiologis
Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian
atas oleh virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau
hemophilus influenza. Adanya bahan-bahan pencemar udara juga
memperburuk keadaan penyakit begitu juga dengan menghisap rokok.
Menampilkan batuk-batuk yang sering, kering tidak produktif dan dimulai
berkembang berangsur-angsur mulai hari 3 – 4 setelah terjadinya rinitis.
Penderita diganggu oleh suara-suara meniup selama bernafas (ronki) rasa
sakit pada dada dan kadang-kadang terdapat nafas pendek. Batuk-batuk
proksimal dan penyumbatan oleh sekreasi kadang-kadang berkaitan
dengan terjadinya muntah-muntah. Dalam beberapa hari, batuk tersebut
akan produktif dan dahak akan dikeluarkan penderita dari jernih dan
bernanah. Dalam 5 – 10 hari lendir lebih encer dan berangsur-angsur
menghilang. Temuan-temuan fisik berbeda-beda sesuai dengan usia
penderita serta tingkat penyakit (Ngastiyah, 2005).
2. Manifestasi Klinis
Menurut (Ngastiyah, 2005), gambaran klinik dari bronkitis biasanya
dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran nafas akut atas yang
disebabkan oleh virus, batuk mula-mula kering setelah 2 atau 3 hari batuk
mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir. Dahak yang mukoid
(kental) sudah ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna
kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti terjadi infeksi sekunder. Pada
beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada
tetapi kemunduran dapat timbul ronki basah kasar dan suaraf nafas kasar.
Batuk biasanya akan menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2
minggu batuk masih tetap ada kemungkinan terjadi kolaps dan segmental
atau terjadi infeksi paru sekunder.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikrobiologis, spesimen usap tenggorok, sekresi
nasafaring, biasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi
pleura atau aspirasi paru.
(http://eprints.ums.ac.id/16728/3/BAB_I.pdf)
F. Analisis pada BBL
Bronkitis ada 2 macam menurut terminologi lamanya penyakit
berdiam didalam tubuh penderita yaitu bronchitis akut dan bronkitis
kronik. Bronkitis akut adalah peradangan pada bronkiolus yang
ditandai oleh sesak nafas, mengi, dan hiperinflasi paru (Buhagiar, 2009).
Penyakit bronkitis akut merupakan infeksi respiratorik akut bagian bawah
(IRA-B) yang sering terjadi pada bayi. Walaupun diagnosis bronkitis akut
seringkali dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan suatu
penyakit tersendiri, tapi berhubungan dengan keadaan lain seperti asma dan
fibrosis kistik. Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh virus. Bronkitis akut
karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae,
Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheriae. Batuk dan pilek
merupakan tanda dan gejala dimulainya bronkitis. Pada awalnya
hidung mengeluarkan lendir yang tidak dapat dihentikan, batuk tidak
berdahak, dilanjutkan 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak
berwarna putih atau kuning, semakin banyak dan bertambah, warna
berubah menjadi kuning atau hijau. Pada usia 0-1 tahun akan
menimbulkan masalah dalam mengeluarkan dahak tersebut, selain itu juga
saluran nafas menjadi terganggu maka bayi akan rewel dan sulit untuk
minum susu, akhirnya dapat menurunkan berat badan dan menggu
tumbuh kembangnya.
Kelainan utama pada bronchitis adalah hipertrofi dan hyperplasia
kelenjar mucus bronkus, dimana dapat menyebabkan penyempitan pada
saluran bronkus, sehingga diameter bronkus ini menebal lebih dari 30-40 %
dari normal. Terdapat juga peradangan difus, penambahan sel
mononuclear dari submukosa trakeo bronchial, metaplasia epitel bronkus dan
silia berkurang. Perubahan yang penting juga adalah perubahan pada saluran
napas kecil yaitu sekresi sel goblet, bukan saja bertambah dalam jumlahnya
akan tetapi juga lebih kental sehingga menghasilkan substansia yang
mukopurulen, sel radang di mukosa dan submukosa, edema, fibrosis
peribrokial, penyumbatan mucus intraluminal dan penambahan otot polos
(Baloguris, 2010).
Tanda dan gejala klinis yang timbul pada bayi dan anak dengan
bronchitis acuteumumnya terjadi 1 sampai 2 hari setelah gejala lemas,
nafsu makan menurun, demam, rewel, sesak nafas dengan suara napas
seperti siullan, muntah biasanya terdapat spuntum atau lendir jernih dan
lama kelamaan keruh, dan batuk yang produktif 5-10 hari. Komplikasi
yang umumnya sering dijiumpai pada Bronkitis akutantara lain : Otitis,
Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran
pernapasan , Pnemonia dengan atau tanpa atelektasis, bronchitis sering
mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada
saluran napas bagian atas(Baloguris, 2010).
Bronkitis pada anak mungkin tidak dijumpai sebagai wujud klinis
tersendiri dan merupakan akibat dari beberapa keadaan pada saluran
respiratori atas dan bawah yang lain. Manifestasi klinis biasanya terjadi secara
akut mengikuti suatu infeksi respiratori atas karena virus, atau secara kronis
mendasari penyakit asma, fibrosis kistik, aspirasi benda asing, defisiensi imun,
immotile cilia syndrome, serta penyakit lainnya.
Diagnosis bronkitis sering ditegakkan dalam praktek sehari-hari, sehingga
seharusnya bronkitis dapat dibedakan dan ditetapkan dengan mudah. Akan
tetapi, manifestasi utama yang paling menonjol pada penyakit ini adalah
batuk, yang bukan merupakan gejala spesifik dan dapat merupakan
gejala/bagian dari berbagai penyakit respiratori ataupun nonrespiratori.
Hingga saat ini, uji diagnostik spesifik noninvasif untuk mendiagnosis
penyakit ini pada anak masih belum ada.
Pada orang dewasa, definisi bronkitis kronis adalah kondisi kronis atau
berulang (rekuren) dari batuk produktif yang terjadi selama tiga bulan dalam
setahun dan berlangsung selama duactahun. Pengertian bronkitis kronis pada
anak masih belum jelas. Selain itu, pembagian bronchitis akut, kronis,
rekuren, atau wheezy bronchitis pada anak belum disepakati karena tampilan
klinis yang seringkali serupa satu sama lain. Oleh karena itu, diagnosis
bronkitis haruslah dipertimbangkan secara matang karena dapat
mempengaruhi pemeriksaan dan tatalaksana selanjutnya.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN PENUTUP
A. PEMBAHASAN
Bronkitis adalah bentuk dari infeksi saluran pernafasan oleh virus yang
menyebabkan penderitanya mengalami batuk berdahak sampai dengan
mengalami gangguan pernafasan kronik.
Anak dengan bronkitis kronis jika tidak diobati maka akan menyebabkan
anak mudah mendapatkan infeksi yang diakibatkan tertinggalnya lendiri yang
terkontaminasi virus penyebab bronkitis di paru. Dari penelitian oleh Rosalina
(2019) 73,33% anak yang memiliki riwayat bronkitis mengalami rinitis
berulang dengan gejala yang sering muncul yaitu; hidung meler, disusul
dengan bersin-bersin, hidung buntu, dan hidung gatal. Bronkitis pada
kehmailan dapat memicu gangguan pada aliran oksigen ke bayi. Jika hal ini
terjadi maka bayi yang dikandung berisiko mengalami kelahiran prematur atau
bayi lahir dengan berat badan rendah. Penyebab bronkitis yang harus dihindari
selama ibu hamil salah satunya yaitu rokok, hal ini sesuai dengan penelitian
dari Damarawati (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara ibu
yang terpapar asap rokok dengan kejadian BBLR pada bayi yang
dilahirkannya. Salah satu kandungan dari rokok adalah nikotin, nikotin yang
terhirup oleh ibu hamil baik secara langsung maupun tidak langsung (perokok
aktif maupun perokok pasif), dalam kadar tertentu dapat menimbulkan
kontraksi pada pembuluh darah ibu sehingga dapat menimbulkan
penyumbatan aliran darah ibu. Akibatnya, aliran darah ke janin melalui
plasenta akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat
makanan dan oksigen yang diperlukan oleh janin (Ramadhan, 2012). Hal ini
menyebabkan janin kekurangan gizi dan dapat lahir dengan berat badan lahir
rendah.
Untuk itu ibu harus berkonsultasi pada dokter untuk dapat mendapatkan
penanganan yang tepat.
B. PENUTUP
1. SIMPULAN
Bronkitis pada ibu dapat berpengaruh pada proses kehamilana
persalinan, nifas sampai ke bayi yang dilahirkan. Selama proses
kehamilan ibu dapat mengalami gangguan pernafasan berupa batuk
sampai dengan sesak nafas yang mana dapat mengurangi kenyamanan
ibu, serta dapat meningkatkan resiko BBLR pada bayi yang
dilahirkannya.
2. SARAN
Pada pembaca dapat menambahkan kembali referensi bacaan selain
menggunakan hasil dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari and Dkk (2015) Pengaruh Latihan Zumba Terhadap Arus Puncak

Ekspirasi Pada Wanita Usia Muda. Available at: Eprints-

undip.ac.id/47885/.

Muttaqin, A. (2012) Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah (2005) Buku Perawatan Anak Sakit. 2nd edn. Jakarta: EGC.

Sudoyo, A. W. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th edn. Jakarta: Interna

Publishing.

Widysanto, Allen, G. M. (2020) Chronic Bronchitis. StatPearls Publishing LLC.

Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482437/.

https://www.halodoc.com/artikel/waspada-ini-komplikasi-alami-bronkitis-saat-

hamil. Diakses pada tanggal 22 September 2020 pukul 18.30 WIB

https://parenting.orami.co.id/magazine/4-komplikasi-bronkitis-kronis-pada-ibu-hamil/ .

diakses pada tanggal 22 September 2020 PUKUL 19.10 WIB

http://eprints.ums.ac.id/16728/3/BAB_I.pdf. diakses pada tanggal 21 September

2020 pukul 12.00 wib.

Rosalina, E. (2019). Hubungan Ntara Bronkitis Kronis dengan Riwayat Rinitis

Berulang Sebagai Faktor Resiko. Skripsi.

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/24170/Hubungan-Antara-Bronkitis-

Kronik-dengan-Riwayat-Rinitis-Berulang-Sebagai-Faktor-Risiko. Diakses

pada 24/09/2020.

Damarawati, A. T.(2018). Pengaruh Status Paparan Asap Rokok pada Ibu Hamil

Sebagai perokok Pasif Terhadap Berat Badan Lhir Di Puskesmas Arjasa


Kabupaten Jember.

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/92161/Anis

%20Talitha%20Damarawati%20-%20152010101134-.pdf?

sequence=1&isAllowed=y. Diakses pada 24/09/2020.

Anda mungkin juga menyukai