Anda di halaman 1dari 57

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur saya hadiratkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang mana
telah memberikan berkat dan karunia-Nya yang luar biasa kepada saya , sehingga saya
berhasil menyelesaikan laporan observasi ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan observasi saya yang berjudul Mengamati Perilaku

Keyakinan Waham Pada Penderita Skizofrenia Di Yayasan Galuh. Dan


secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pemeriksaan Psikologi
Observasi Ibu Nurwahyuni Nasir,M.Psi,.Psikolog yang telah membimbing dalam proses
pembuatan laporan observasi saya.

Semoga penulisan laporan observasi ini dapat membantu mahasiswa lainnya dalam
mempelajarinya dan dapat di terima oleh semua pihak sebagai gagasan dalam pembuatan
laporan observasi. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyususan
laporan observasi ini, baik dari segi kata maupun kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga saya dapat
melakukan perbaikan dalam penulisan laporan observasi saya selanjutnya agar lebih baik
lagi. Saya berharap agar laporan observasi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
terutama bagi pembaca.

Bekasi, 29 Juni 2019

Penulis

1|Page
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................1

Daftar Isi...........................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................6


1.2 Rumusan Masalah....................................................................7
1.3 Tujuan Observasi......................................................................7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Waham....................................................................8.


2.2.1 Definisi Waham.............................................................8
2.2.2 Etiologi..........................................................................8
2.2.3 Proses Terjadinya Waham.............................................9
2.2.4 Jenis-Jenis Waham.........................................................9
2.2.5 Gejala-Gejala Waham...................................................10
2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Waham.........10
2.2 Pengertian Skizofrenia..............................................................12
2.3.1 Definisi Skizofrenia.......................................................12
2.3.2 Gejala Skizofrenia..........................................................13
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Skizofrenia......14
2.3 Relevansi.....................................................................................15

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Metode Observasi....................................................................16

3.1.1 Definisi Operasional....................................................16


3.1.2 Indikator Perilaku.........................................................17
3.1.3 Jenis Observasi.............................................................17

2|Page
3.1.4 Teknik Pencatatan Data...............................................17
3.1.5 Langkah Observasi.......................................................18
3.1.6 Subjek............................................................................18
3.1.7 Observer.........................................................................18
3.1.8 Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................18

BAB IV

HASIL OBSERVASI

4.1 Deskripsi Subjek.......................................................................19


4.1.1 Biodata..........................................................................19
4.1.2 Fisik...............................................................................19
4.1.3 Perilaku.........................................................................19
4.2 Deskripsi Data Observasi..........................................................19
4.3 Analisa Data..............................................................................23
4.4 Dinamika Psikologis..................................................................23
4.5 Pembahasan...............................................................................24

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan................................................................................25
5.2 Saran..........................................................................................25

Daftar Pustaka

Lampiran

7.1 Informed Consent......................................................................................27


7.2 Guide Observasi.........................................................................................27
7.2.1 Observasi Penjajakan
7.3 Hasil Observasi..........................................................................................27
7.3.1 Waham Kebesaran.........................................................................27
7.3.2 Skizofrenia.....................................................................................30
7.4 Hasil Diagnosa ..........................................................................................38
7.5 Foto Subjek ...........................................................................................39

3|Page
PENYUSUNAN RANCANGAN OBSERVASI

1. IDENTITAS.....................................................................................................41
2. LATAR BELAKANG.....................................................................................41
3. TUJUAN OBSERVASI..................................................................................43
3.1 RUMUSAN MASALAH....................................................................43
3.2 TUJUAN OBSERVASI......................................................................43
4. KAJIAN TEORITIK.......................................................................................44
5. LAMPIRAN.....................................................................................................55

4|Page
BAB I

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut
dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan
individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Skizofrenia
merupakan penyakit mental berat yang mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di
dunia (WHO, 2016). Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai
dengan disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah
komunikasi dan kognisi; gangguan persepsi terhadap realitas yang dimanifestasikan
dengan halusinasi dan waham; dan terkadang penurunan fungsi yang signifikan
(O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2014)
Berdasarkan kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders IV - Text Revision V (DSM-IV-TR V) (Tandon, et al., 2013), diagnosis
skizofrenia terkonfirmasi apabila memiliki dua atau lebih karakteristik dan gejala,
salah satu gejalanya adalah delusi/ waham. Waham merupakan kepercayaan yang
jelas salah dan mengindikasikan suatu keabnormalan pada isi pikir individu (Kiran &
Chaudhury, 2009).
Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus
luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak realistik, tidak logis,
menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh penderita, tidak dapat dikoreksi,
dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata, penderita hidup dalam wahamnya itu,
keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosiokultural setempat.
Waham yang tidak ditindaklajuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai macam
hal, waham tidak hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan teteapi juga
konsekuensi berbahaya dalam kehidupan dirinya dan orang disekitar mereka (Paolini,
Moretti, & Compton, 2016)
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan
beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat
inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara

5|Page
0,83-1,2%. Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini
mencapai 24-30 kasus dari 100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa
Tengah sendiri menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri
Widyayati, Sppk, M.Kes mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita
gangguan jiwa di jawa tengah berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka
kejadian ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang
mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala
curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan
bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizofrenia dengan perilaku
waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (medical record, 2010).
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa,
penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-
dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham.
Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit
hati yang mendalam (Kartono, 1981).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka para peneliti tertarik untuk
mengobservasi atau meneliti lebih lanjut mengenai perilaku keyakinan Waham pada
penderita Skizofrenia. Observer memilih subjek dengan gangguan tersebut untuk
diteliti, dikarenakan observer memliki ketertarikan pada subjek saat subjek duduk di
bawah pohon sendirian dan terus menatap ke arah observer dan salah satu teman
observer.
Subjek dalam observasi ini didiagnosa sebagai pasien Skizofrenia pada
Yayasan Galuh yang beralamat di Jalan Bambu Kuning IX, Sepanjang Jaya,
Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Subjek masuk ke Yayasan Galuh pada tanggal
09 Mei 2015, yang di antar oleh kakak Laki-lakinya. Berdasarkan hasil dari diagnosis
yang dilakukan oleh dokter di Yayasan galuh, subjek memiliki gangguan Skizofrenia
± 10 tahun. Subjek dikirim ke Yayasan Galuh oleh kakaknya karena dirumah
mengganggu lingkungan: seperti membakar apa saja, penampilan yang kotor, rambut
panjang tidak terurus, berkeliaran disekitar lingkungan, meresahkan masyarakat, suka
merusak, dan galak. Sebelum di masukkan di Yayasan Galuh subjek hanya
berkeliaran di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Hasil diagnosa dari dokter di
Yayasan Galuh juga menyebutkan bahwa subjek mengalami gangguan halusinasi
yang di sertai delusi.

6|Page
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
a. Bagaimana perilaku waham yang diyakini pada penderita skizofrenia?

1.3 Tujuan Observasi


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian observasi ini
adalah untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita skizofrenia.

7|Page
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Waham
2.1.1 Definisi Waham
Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa
stimulus luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak
realistik, tidak logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh
penderita, tidak dapat dikoreksi, dihayati oleh penderita sebagai hal yang
nyata, penderita hidup dalam wahamnya itu, keadaan atau hal yang diyakini
itu bukan merupakan bagian sosiokultural setempat. Waham yang tidak
ditindaklajuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai macam hal, waham
tidak hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan teteapi juga
konsekuensi berbahaya dalam kehidupan dirinya dan orang disekitar mereka
(Paolini, Moretti, & Compton, 2016)
Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat
dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995)
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan (Harold I, 1998).

2.1.2 Etiologi

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan


orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada
realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan intern  al dan eksternal,
tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu
memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar
dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu
yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi
motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi
mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi
emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu
yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan
perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi
realitas terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul
disebut pula respons neurobiologik.

8|Page
2.1.3 Proses Terjadinya Waham

- Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan.
- Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang
menyalahartikan kesan terhadap kejadian
- Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak
dapat diterima menjadi bagian eksternal
- Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita
pada diri sendiri atau orang lain.

2.1.4 Jenis-Jenis Waham


Menurut Mayer Gross, waham dibagi 2 macam :
a. Waham Primer
Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Misal
seseorang merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat seekor cicak
berjalan dan berhenti dua kali.

b. Waham Sekunder
Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi
penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.
Ada beberapa jenis waham :

1. Waham Kejar
Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang
mengganggunya atau mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau
kejelekannya sedang dibicarakan.
2. Waham Somatik
Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar,
umpamanya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda
didalam perutnya.
3. Waham Kebesaran
Klien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau
kekayaan yang luar biasa, umpamanya ia adalah Ratu Kecantikan, dapat
membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
4. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Waham Dosa
Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak
dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang
tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik
6. Waham Pengaruh

9|Page
Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi
oleh orang lain atau suatu kekuatan yang aneh
7. Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusah merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
8. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal yang
dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
9. Delusion of reference
Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan
dirinya.

c. Gejala-gejala Waham

1. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap

10 | P a g e
d. BB menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

d. Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Waham

1) Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
- Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
- Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik
- Gangguan tumbuh kembang
- Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur
b. Faktor Genetik
- Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan
skizoprenia
c. Faktor Psikologis
- Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif
- Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
- Konflik perkawinan
- Komunikasi “double bind”
- Sosial budaya
- Kemiskinan
- Ketidakharmonisan sosial 
- Stress yang menumpuk
2) Faktor Presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting,
atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin,
lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi
realita
c. Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai

11 | P a g e
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkurangnya orientasi realiata.

2.2 Pengertian Skizofrenia

2.2.1 Definisi Skizofrenia


Istilah Skizofrenia berasal darikata schizos : pecah belah dan phren :
jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana
penderita mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmonisasi
antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Menurut Sigmund Freud,
dalam Skizofrenia terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena
penyebab psikogenik maupun somatik, superego dikesampingkan sehingga
tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase
narsisme. Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi,
depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta
regresi akut yang parah (Kartono, 2002)
Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan
disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah
komunikasi dan kognisi; gangguan persepsi terhadap realitas yang
dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham; dan terkadang penurunan
fungsi yang signifikan (O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2014)
Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah
(Stuart,2007).
Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke
dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia
menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala awal saat masih
berusia muda, namun penyakit ini bisa terjadi pada semua tingkatan usia dan
memengaruhi baik laki-laki maupun perempuan dengan tingkat risiko yang
sama. Banyak orang salah paham terhadap pasien skizofrenia. Mereka
dianggap memiliki kepribadian ganda, padahal sebenarnya penyakit ini
memengaruhi emosi, persepsi, dan pemikiran mereka, yang menyebabkan
perilaku abnormal dengan tetap satu kepribadian tunggal. Skizofrenia bisa
diobati, tetapi penyakit ini memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi. Semakin
cepat dideteksi dan diobati, semakin baik prognosis untuk pemulihannya.
Skizofrenia merupakan penyakit mental yang serius. Penyakit ini disebabkan
oleh gangguan konsentrasi neurotransmiter otak, perubahan reseptor sel-sel
otak, dan kelainan otak struktural, dan bukan karena alasan psikologis. Pasien
akan memiliki pemikiran, perasaan, emosi, ucapan, dan perilaku yang tidak
normal, yang memengaruhi kehidupan, pekerjaan, kegiatan sosial, dan
kemampuan untuk mengurus diri mereka sehari-hari. Beberapa pasien bersifat

12 | P a g e
rentan dan mencoba atau melakukan tindakan bunuh diri. Orang bisa
menderita skizofrenia di berbagai tahapan usia, tetapi gejala penyakit ini
biasanya muncul dalam rentang usia 20 hingga 30 tahun. Tingkat
kekambuhannya sangat tinggi jika tidak dilakukan tindakan pengobatan dan
perawatan yang tepat.
Skizofrenia adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan
halusinasi symptoms- psikotik dan delusi-yang secara signifikan
mempengaruhi emosi, perilaku, dan terutama, proses mental dan isi mental.

2.2.2 Gejala-Gejala Skizofrenia


Kriteria untuk skizofrenia dalam DSM-IV-TR jatuh ke dalam dua kelompok:
• gejala positif . yang terdiri dari delusi dan halusinasi dan tidak terorganisir
ucapan dan perilaku;
• gejala negatif . yang terdiri dari tidak adanya atau pengurangan normal jiwa
proses, isi mental, perasaan, atau perilaku, termasuk pidato, ekspresi
emosional, dan / atau gerakan.

a. Gejala positif
Terdiri dari delusi (waham) yaitu keyakinan yang keliru, yang tetap
dipertahankan sekalipun dihadapkan dengan cukup bukti tentang
kekeliruannya, serta tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan
sosial budaya klien; halusinasi yaitu penghayatan (seperti persepsi) yang
dialami melalui panca indera dan terjadi tanpa adanya stimulus eksternal;
dan perilaku aneh (bizzare) (APA, 2004).
Gejala positif ditandai oleh kehadiran proses abnormal atau
menyimpang mental, isi mental, atau perilaku. Gejala positif skizofrenia
adalah halusinasi (distorsi persepsi),
• delusi (distorsi pemikiran),
• bicara tidak teratur, dan
• perilaku tidak teratur.

b. Gejala negatif (defisit perilaku)


Meliputi afek tumpul dan datar, menarik diri dari masyarakat, tidak ada
kontak mata, tidak mampu mengekspresikan perasaan, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain, tidak ada spontanitas dalam percakapan,
motivasi menurun dan kurangnya tenaga untuk beraktivitas. Gejala negatif
seringkali menetap sepanjang waktu dan menjadi penghambat utama
pemulihan dan perbaikan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
gejala negatif pada schizophrenia menyebabkan klien mengalami
gangguan fungsi sosial (Acocella, Alloy dan Bootzin, 2006).
Acocella, Alloy & Bootzin, (2006) mengatakan bahwa gejala positif
dapat dikontrol dengan pengobatan, tetapi gejala negatif seringkali
menetap setelah gejala psikotik berkurang dan seringkali menetap
sepanjang waktu dan menjadi penghambat utama pemulihan dan perbaikan

13 | P a g e
fungsi dalam kehidupan sehari-hari klien. Ciri ini akan dilihat secara nyata
dari orang dengan schizophrenia, seperti yang dialami oleh klien ketika
merefleksikan caranya yang berbeda dalam berkomunikasi dan berperilaku
(Acocella, Alloy dan Bootzin, 2006).
Gejala negatif yang paling sering ditemukan pada orang dengan
schizophrenia yaitu kerusakan interaksi sosial seperti menarik diri.
Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan
komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab
dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan
kegagalan. Orang dengan schizophrenia mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan
dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi
pengalaman (Direja, 2011).
Gejala yang lebih banyak muncul pada klien dengan skizofrenia yaitu
disfungsi sosial dan pekerjaan yang mempengaruhi perilaku pada klien
skizofrenia menyebabkan depresi pada klien yang mengganggu konsep diri
klien sehingga menjadikan kurangnya penerimaan klien di lingkungan
keluarga dan masyarakat terhadap kondisi yang dialami klien yang
mengakibatkan klien mengalami isolasi sosial (Sinaga, 2008).

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Skizofrenia


a. Faktor Biologis
1) Komplikasi kelahiran
Bayi laki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering
mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan
seseorang terhadap skizofrenia.
2) Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeki virus
pernah dilaporkan pada orang dengan skizofrena. Penelitian mengatakan
bahwa terpapar infeksi virus pada trisemester kedua kehamilan akan
meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami skizofrenia.
3) Hipotesis dopamine
Dopamine merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribus
iterhadap gejala skizofrenia. Hamper semua obat antipsikotik baik tipikal
maupun antipikal menyekat reseptor dopamine D2, dengan terhalangnya
transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.
4) Hipotesis Serotonin
Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic
acid diethlamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran
agonis/antagonis reseptor 5-HT. Ternyata zat tersebut menyebabkan keadaan
psikosis beratp ada orang normal.
5) StrukturOtak

14 | P a g e
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah system limbik
dan ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda
dengan orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu
dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolic.
Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan
dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak
ditemukannya sel gila, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.

b. Faktor Genetik
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia
diturunkan, 1% populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-
laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat kedua seperti paman, bibi, kakek/nenek,
dan sepupu dikatakan lebih sering disbandingkan populasi umum.
Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia,
sedangkan kembar dizigotik sebanyak 12%. Anak dan kedua orangtua
yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%.

2.3 Relavensi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulia Rosinta (2018) dengan judul
“GAMBARAN IDE-IDE SAAT TERJADI WAHAM PADA PASIEN YANG
DIRAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA”. Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan
kesimpulan bahwa setiap pasien dengan gejala waham memiliki ide-ide yang berbeda-
beda antar pasien satu dengan pasien yang lain. Terjadinya waham berdampak pada
terganggunya keyakinan dan bentuk pendirian pasien, sehingga gangguan pikir waham
hanya bisa di evaluasi oleh orang-orang terdekat pasien. Contoh pikiran waham pun
tergantung pada kategori gejala waham yang dialami oelh setiap pasien.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iin Nadlifa Arwah Fatmawati
(2016) “FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA (STUDI KASUS DI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA)” berdasarkan hasil analisis, peneliti
menemukan bahwa faktor-faktor penyebab munculnya skizofreia yaitu faktor genetik,
lingkungan, dan psikologis, seperti ketidakmampuan dalam pemecahan masalah secara
internal dan supranatural seperti kerasukan jin atau belajar ilmu-ilmu ghaib. Temuan yang
menarik dari penelitian ini adalah faktor supranatural seperti kerasukan menjadi salah
satu penyebab munculnya skizofrenia dan upaya penyembuhan yang dilakukan
berhubungan dengan supranatural seperti pergi ke dukun atau dirukyah sebelum akhirnya
keluarga mengetahui informasi mengenai rumah sakit jiwa dari tetangga atau orang lain.
Dari pemaparan hasil yang telah dilakukan oleh observer maka hasil penelitian yang
dilakukan observer relevan dengan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya.

15 | P a g e
BAB III

Pembahasan

3.1 Metode Observasi


3.1.1 Definisi Operasional
Waham
Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa
stimulus luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak
realistik, tidak logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh
penderita, tidak dapat dikoreksi, dihayati oleh penderita sebagai hal yang
nyata, penderita hidup dalam wahamnya itu, keadaan atau hal yang diyakini
itu bukan merupakan bagian sosiokultural setempat. Waham yang tidak
ditindaklajuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai macam hal, waham
tidak hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan teteapi juga
konsekuensi berbahaya dalam kehidupan dirinya dan orang disekitar mereka
(Paolini, Moretti, & Compton, 2016)
Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat
dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995)
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan (Harold I, 1998).

Skizofrenia
Istilah Skizofrenia berasal darikata schizos : pecah belah dan phren :
jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana
penderita mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmonisasi
antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Menurut Sigmund Freud,
dalam Skizofrenia terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena
penyebab psikogenik maupun somatik, superego dikesampingkan sehingga
tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase
narsisme. Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi,
depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta
regresi akut yang parah (Kartono, 2002)
Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan
disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah
komunikasi dan kognisi; gangguan persepsi terhadap realitas yang
dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham; dan terkadang penurunan
fungsi yang signifikan (O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2014)
Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

16 | P a g e
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah
(Stuart,2007).
Skizofrenia adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan
halusinasi symptoms- psikotik dan delusi-yang secara signifikan
mempengaruhi emosi, perilaku, dan terutama, proses mental dan isi mental.

3.1.2 Indikator Perilaku


Adanya beberapa indikator perilaku keyakinan waham pada penderita
skizofrenia, seperti :
a. Dapat bersosialisasi dengan normal, mampu berbicara dengan orang
lain dengan normal, selalu berjalan dan tidak bisa diam di satu tempat,
ke mushola untuk sholat, menyirami tanaman disiang hari,berbicara
sendiri.
b. Tidak dapat bersosialisasi dengan baik, sangat suka menyendiri,
banyak tidur,hilangnya minat atau rasa senang, sering melamun.

3.1.3 Jenis Observasi


 Partisipan Observasi
Jenis observasi yang digunakan dalam observasi ini adalah
observasi partisipan, yaitu observasi yang di sengaja dan dilakukan
secara sistematis, terencana, dan terarah, pada satu tujuan di mana
pengamatan atau peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-
hari dari subjek yang di observasi.

3.1.4 Teknik Pencatatan Data


 Narrative Description
Merupakan suatu teknik pencatatan observasi yang memiliki
karakteristik dasar berupa deskripsi tingkah laku yang digambarkan
dalam bentuk narasi/ cerita. Observasi digambarkan secara detail dan
terperinci dimana sebelumnya sudah ditentukan kriteria yang akan
digunakan. Karena melakukan pencatatan perilaku atau gambaran
perilaku dengan apa adanya dalam suatu konteks tertentu.

3.1.5 Langkah Observasi


Penelitian ini dimulai dengan meninjau tempat yang akan digunakan
untuk observasi yaitu di Yayasan Galuh. Kemudian meminta izin
kepada fakultas untuk melaksanakan observasi lapangan di Yayasan
Galuh, kemudian melakukan observasi selama 10 jam dalam waktu 3
hari. Alat observasi menggunakan pulpen, kertas, handphone dan
headset sebagai alat perekam untuk melaporkan apa yang dilakukan

17 | P a g e
oleh subjek agar lebih mudah dalam penulisan laporan. Proses ijin
penelitian ini dengan menggunakan informed consent yang ditanda
tangani oleh ketua yayasan galuh.

3.1.6 Subjek
Subjek yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 1(satu)
orang dengan karakteristik subjek harus memiliki catatan penderita
skizofrenia dengan gangguan halusinasi dan delusi, serta telah
didiagnosa oleh psikiater dan juga dirawat di Yayasan Galuh. Subjek
dipilih menggunakan teknik Incidental sampling, adalah penentuan
sampel berdasarkan kebetulan yang dimana siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan observer dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui tersebut cocok sebagai
subjek yang akan diteliti. Subjek di ambil dari orang yang tidak
sengaja ditemui saat berkunjung di Yayasan Galuh dan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian

3.1.7 Observer
a) Jumlah observer : 1 Observer
b) Nama observer : Ester Aprilian Nugraha
c) NPM : 201710515097
d) Usia Observer : 19 tahun
e) Jenis kelamin : Perempuan
f) Alamat : Jal. Perjuangan No.16 RT.01/RW.09 Marga
Mulya. Bekasi Utara. Jawa Barat
g) Kualifikasi : Mahasiswa di Universitas Bhayangkara Jakarta
Raya. Dengan jurusan Psikologi, semester 4. Yang telah diberikan
mata kuliah Psikologi Observasi.
h) Peran : Selama observasi berlangsung saudari Ester
Aprilian Nugraha bertugas serta bertanggung jawab penuh dengan
proses observasi yang berlangsung.

3.1.8 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


a) Tanggal 29 Mei 2019 : Observasi dilakukan di Yayasan Galuh
Dari pukul 10.30-13.30 WIB
b) Tanggal 30 Mei 2019 : Observasi dilakukan di Yayasan Galuh
Dari pukul 10.15-13.15 WIB
c) Tanggal 1 Juni 2019 : Observasi dilakukan di Yayasan Galuh
Dari pukul 10.10-13.10 WIB

18 | P a g e
BAB IV

HASIL OBSERVASI

4.1 Deskripsi Subjek


Berikut adalah profil yang dijadikan peneliti sebagi subjek dalam penelitian ini, antara
lain sebagai berikut :
4.1.1 Biodata
Nama : E (inisial)
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Keranji. Jalan Patriot dalam, RT.001/01, Kelurahan Jaka
Sempurna, Kecamatan Bekasi Barat
4.1.2 Fisik
Subjek E memiliki ciri-ciri fisik berjenis kelamin laki-laki, warna kulit sawo
matang, dengan tinggi badan sekitar 160 cm dan berat badan 55 kg. Subjek
memiliki potongan rambut agak botak dengan warna rambut hitam yang sdah
bercampur uban, mata sipit, memiliki kumis, hidung yang lumayan mancung, dan
memiliki postur tubuh yang mungil untuk ukuran laki-laki seusianya. Selama
observasi berlangsung subjek selalu memakai baju kotak-kotak dan celana
training biru, dan selalu membawa kain sebagai sorban serta memakai kopiah, dan
E tidak pernah memakai alas kaki.

4.1.3 Perilaku
Pada saat subjek E ditanya oleh observer, subjek banyak mengabaikan dan tidak
menjawab pertanyaan dari observer dan lebih banyak melamun. Saat observer
bisa mengajak subjek bicara, pada fase keyakinan waham maka subjek akan
menjawab dengan pelan dan ekspresi muka yang datar. Saat mengobrol subjek
berperilaku sopan dan mengucapkan salam dengan tangan di tangkupkan. Subjek
saat menjadi dirinya sendiri berperilaku baik kepada observer, bahkan subjek
pernah sedih karena tidak bisa memberi uang jajan untuk observer pada saat
berpamitan. Subjek kebanyakan bercerita seputar keyakinan waham
kebesarannya. Subjek jarang bersosialisasi dengan pasien lainnya dan banyak
mengabaikan pasien lain saat diajak bicara, subjek juga lebih banyak tidur, dan
mondar-mandir keliling sekitar aula dan mushola. Subjek akan marah bila dia
sedang berperilaku keyakinan waham, lalu di panggil dengan nama aslinya. Saat
observer pulang subjek ramah mengantarkan observer untuk pulang dan
menungguinya sampai observer pergi.

4.2 Deskripsi Data Observasi


4.2.1 Metode Narrative Description
1) Hari Pertama ( Rabu, 29 Mei 2019/ pukul 10.30-13.30)
Observer mengunjungi kantor Yayasan untuk memperkenalkan diri dan
meminta ijin untuk melakukan observasi di yayasan galuh tersebut. Observer

19 | P a g e
diajak berkeliling barak tempat pasien oleh ketua Yayasan Galuh, barak yang
berdinding setengan lalu selanjutnya hanya kerangkeng besi yang menutupinya.
Sehingga pada saat kami keliling kami dapat denganjelas melihat pasien yang
berada di dalam barak. Barak terdiri dari dua lantaii, dan lanati pertama di isi oleh
pasien laki-laki, untuk barak lantai dua di isi oleh pasien perempuan. Setelah
selesai berkeliling dan diceritakan sedikit sejarah dari berdirinya Yayasan Galuh,
kami diarahkan ke Aula kantin sambil di persilahkan mengamati dan mencari
pasien yang akan di observasi.
Pada saat observer duduk di pinggiran Aula kantin, mata observer tertuju
pada sesosok pria berbaju kemeja biru kotak-kotak dan bercelana training biru
sedang duduk di bawah pohon beringin dekat dengan Aula dan kantor Yayasan
Galuh. Pria tersebut terus memandang ke arah observer dan teman-teman
observer sambil sesekali tersenyum. Karena merasa tertarik, observer dan teman
observer memberanikan diri untuk mendekati pasien, lalu duduk disebelah
kanannya dan mulai membuka percakapan dengan pasien. Namun subjek hanya
diam dan terus memandangi langit. Observer tidak menyerah begitu saja, dan
kemablai bertanya kepada subjek E dia sedang apa akan tetapi masih diabaikan
oleh subjek E. Untuk ketiga kalinya observer menanyai subjek dengan pertanyaan
yang sama, barulah subjek menjawab. Bahwa subjek sednag khusuk dengan
Allah di langit, dengan nada bicaranya yang sangat pelan sehingga seperti
berbisik. Observer mengangguk, dan menanyai subjek kembali perihal namanya.
Namun hal itu tidak dijawab subjek. Sampai observer mengganti topik
pembicaraan. Subjek sudah sholat apa belum, sduah makan atau belum, sampai
akhirnya subjek menanyai observer dari universitas mana . Dan observer
menjawab dari Bhayangkara. Alamat observer di tanyai, dan akhirnya subjek
menanyai nama observer. Setelah observer menjawab pertanyaan subjek,
observer bertanya balik siapa nama subjek. Namun subjek masih ragu menjawab
siapa namanya. Dan pada akhirnya subjek menjawab namanya dengan pelan
bahwa namanya E (inisial). Observer menanggapi dengan anggukan dan
tersenyum. Lalu subjek kembali bercerita bahwa ia masuk di yayasan pada tahun
2015 lalu setelah itu dia mendapat bisikan dari Allah jika namanya di ganti
menjadi Nabi. Lalu subjek bercerita lagi bahwa di tahun berikutnya namanya di
tambah menjadi Nabi Muhammad. Jadi namanya bukan E lagi. Itulah alasan
subjek agak lama menjawab pertanyaan observer siapa namanya. Observer dan
subjek berbincang mengenai keagamaannya dan subjek bisa membaca iqra. Lalu
pada saat itu subjek ijin pergi untuk sholat..
Pada saat subjek pergi untuk sholat, subjek beranjak pergi berjalan menuju
keran air didekat aula, alu wudhu namun wudhu yang tidak seperti biasanya
karena subjek hanya menyirami tangan, kaki,wajahnya namun tidak
mengusapnya. Lalu belum sampai 1 menit subjek sudah selesai wudhu . lalu
subjek pergi ke mushola dan mulai sholat. Dengan posisi berdiri dan
menunjukkan gerakan sholat namun belum sampai 30 detik subjek sudah selesai
sholat dan duduk di depan mushola.

20 | P a g e
Pada saat observer mau pulang, observer menghampiri subjek didepan
mushola untuk berpamitan. Namun subjek sedih ketika dia tdaik bisa
memberikan uang saku untuk ongkos observer pulang. Observer bilang tidak
masalah. Lalu subjek bertanya kapan observer akan datang lagi. Dan bilang akan
datang besok. Observer bilang mau dibawakan makanan apa, lalu subjek berkata
minta dibawakan es yang di depan yayasan galuh.

2) Hari Kedua ( Kamis, 29 Mei 2019/ pukul 10.15-13.15 WIB)


Pada saat hari selanjutnya, observer datang ke Yayasan Galuh dan menemui
ketua Yayasan untuk meminta ijin melakukan observasi lagi. Lalu berikutnya
observer dan teman-teman di persilahkan untuk observasi. Lalu kami duduk di
Aula kantin dan mencari subjek yang di observasi.
Pada saat melihat ke arah mushola, observer menemukan subjek sedang tidur
didepan mushola. Dan mulai melakukan observasi dari Aula. Tidak lama
kemudin subjek terbangun dengan muka yang sendu seperti orang baru bangun
tidur, lalu duduk bersila dan menyender pada dinding Mushola. Subjek memakai
baju yang bagus di banding hari kemaren. Subjek memakai baju batik mengkilap
berwana biru dengan corak bunga berwarna coklat dan celana dasar berwarna
hitam, namun subjek tidak memakai alas kaki. Subjek mengenakan kopiah
berwarna biru dengan corak coklat dan memakai sorbain kain batik.
Lalu subjek tampak berbicara sendiri dengan tangan yang terus mengepal dan
terus bersedekap, subjek tampak menunjuk sesuatu di sebelah kirinya dengan
telunjuk seperti mengisyaratkan untuk diam. Kemudia dia bersedekap lagi. Hal
itu terulang sampai 15 kali.
Kemudian sampai pada jam makan siang para pasien di Yayasan Galuh
subjek baru beranjak pergi ke Aula kantin untuk mendapatkan makanan, namun
sebelumnya subjek mencuci tangannya. Dan setelah antri ssubjek membawa
sepiring makanan dan mencrari tempat duduk. Pada saat menemukan kursi
kosong subjek mau duduk, namun diusir oleh pasien lainnya. Lalu subjek duduk
ditempat lain. Setealh selesai makan subjek berdirid an berjalan ke arah dapur
untuk minum. Setalah minum dan pasien lain kembali, karena giliran pasien
perempuan untuk makan subjek pergi mengitari Aula dan mushola.
Subjek mulai mengitari aula dan mushola beberapa kali. Keluar masuk Ala kantin
yang di sana banyak pasien lain juga tidur. Lalu pada sudut aula subjek berhenti
dan melihat sajadah. Subjek lalu berdiri di atas sajadah dan mulai sholat. Sama
seperti hari sebelumnya subjek sholat tidak sampai rukuh dan sujud sudah selesai
bahkan tidak sampai 20 detik. Kemudian subjek keliling aula lagi beberapa kali
dan akhirnya subjek memilih tidur dekat tempat ia sholat tadi. Hingga 2 jam
berikutnya subjek masih belum terbangun dan hanya mengganti posisi tidurnya.
Akhirnya observer memilih untuk menghentikan observasi dikarenakan
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh observer. Sampai observer pulang pun
subjek tetap dalam keadaan tidur.

21 | P a g e
3) Hari Ketiga ( Sabtu, 1 Juni 2019/ pukul 10.10-13.10 WIB)
Pada hari terakhir observasi, observer dan teman-teman pergi lebih awal untuk
mengurus informed consent dan menanyai riwayat pasien pada ketua yayasan
Galuh. Kami masih berbincang di kursi aula kantin hingga pukul 10.00 WIB.
Setalah ketua Yayasan bilang akan mengurusnya terlebih dahulu dan mencari
riwayatnya. Kami di suruh untuk observasi terlebih dahulu.
Pada saat Observer selesai berbincang, dengan ketua Yayasan dan mulai
keluar Aula kantin untuk mencari subjek. Setelah melihat sekeliling observer
melihat subjek sedang menyirami tanaman di depan ruang dr. Yoss. Subjek
cukup teliti dalam bekerja. Karena subjek benar-benar memastikan tanaman
tersiram semua. Setalah sekitar 10 menitan subjek menyirami tanaman. Subjek
pergi ke arah mushola dan duduk bersila lagi menyender pada dinding mushola.
Subjek hari ketiga memakai baju yang sama di hari pertama yaitu baju kemeja
dengan corak garis vertikal, celana training biru, di tambah kopiah warna hitam,
dan kain di selempangkan dibahu kanannya. Subjek sesekali membenarkan posisi
duduknya. Tangan subjek terlihat sedang menunjuk sesuatu. Jari terlunjuknya
terus pada posisi meunjuk namun tidak tahu apa yang ia tunjuk. Lalau tidak alam
kemudian subjek mengarahkan telunjuknya pada bibir dan menyuruh diam
seseorang namun tidak tahu siapa.
Pada saat itu observer mendekati subjek, dan menyapanya. Namun subjek
hanya diam dan terus menatap ke arah lapangan. Observer mencoba menyapa lagi
namun tetap tidak ditanggapi oleh subjek. Observer duduk di sebelah kiri subjek.
Subjek tetap diam dan menghiraukan saat pasien lainnya menyapanya
mengajaknya bicara. Pasien lain terus mengoceh disebelah subjek namun subjek
tidak merasa terganggu dan asyik denan dunainya sendiri. Namun tiba-tiba bunyi
suara kentut yang sangat keras yang ternyata berasal dari subjek. Observer kaget
begitu juga dengan pasien lainnya. Namun subjek tetap menunjukkan muka tanpa
ekspresi dan sesekali membenarkan posisi duduknya. Karena dirasa subjek belum
bisa diajak berbicara observer beranak pergi dan mengamati subjek dari Aula.
Lalu observer teringat permintaan subjek ingin es, maka observer menghentikan
sejenak observasi untuk mencari minuman. Observer keluar bersama teman
observer dan membeli teh gelas. Dan beberapa camilan.
Pada saat observer kembali dari warung, subjek sudah pergi ke arah Aula dan
terus berputar mengelilingi aula. Subjek sempat berhenti sejenak di sudut Aula
dekat pohon beringin. Namun subjek kemabli berjalan mengililingi aula. Sampai
10 kali lebih terhitung semenjak observer kembali. Pada saat berkeliling mulut
subjek terus bergerak-gerak seperti berbicara namun tidak jelas. Dan hal itu terus
terulang samapi 30 kali terhitung oleh observer.
Lalu pada saat subjek duduk di pinggir aula, observer mendekati subjek
dengan maksud memberi minuman teh gelas yang baru di beli. Observer duduk di
sebelah kiri subjek dan memanggil nama aslinya. Namun subjek diam saja.
Observer kembali bertanya lagi dengan terus menyebut namanya. Namun untuk
ynang kedua kali subjek E mengomel pelan. Karena kurang jelas observer

22 | P a g e
bertanya kepada subjek E mau mengatakan apa. Namun tiba-tiba subjek E
membentak observer dengan kata-kata “ Bukan E di bilang namanya” dengan
terus mengomel. Akhirnya observer sadar bahwa subjek berada pada perilaku
keyakinan waham. Maka observer meminta maaf pada subjek “ Oh iya maaf,
bukan E ya , maaf ya Nabi” kata observer. Lalu subjek berbenti mengomel dan
memilih pergi. Subjek tampak kesal karena di panggil dengan nama aslinya.
Kemudian subjek sholat dengan mengambil 3 sajadah berwarna hijau tua,
hijau lumut, dan merah muda.subjek menyusun dari yang terbesar hingga yang
terkecil. Kemudian subjek sholat, dan tidak seperti biasa subjek sholat lebih lama
sampai sujud. Namun pada saat sujud subjek sangat lama. Tidak laam kemudian
subjek menggulingkan badannya lalu tertidur.
Setelah 20 menit subjek tidur, subjek terbangun dan langsung merapikan
sajadahnya. Subjek merapikan satu persatu dengan sangat teliti dan sangat rai.
Subjek merapikan sajadahnya sampai 15 menit lebih.
Lalu pada saat makan siang subjek pergi ke arah dapur mengambil makanan
dan kemudian duduk dikursi menghabskan makanannya. Kemudian subjek
minum dengan cangkir berwarna pink. Sampai berulang kali. Setelah sepi subjek
kemudian mengeel lantai dapur aula dengan air keran dan sesekali meminum air
keran tersebut.
Pada saat selesai mengepel subjek melihat observer dan menghampiri
observer. Subjek malu-malu. Lalu menjauh, observer berinisiatif mendekati
subjek lalu subjek bertanya namanya siapa. Observer menjawab dan subjek
tampak tersenyum lalu menanyakan alamat rumah observer dan agama observer.
Setelah itu subjek mengucapkan salam dan pergi. Sebelum pergi observer
memberikan teh gelas namun lupa membawa sedotannya. Subjek tampak senang
di beri minuman tersebut.
Pada saat pulang subjek mengantar observer dan teman-teman sampai depan
gerbang Yayasan galuh dan tetap terus tersenyum.

4.3 Analisa Data


Dari hasil observasi yang dilakukan selama 10 jam di yayasan Galuh dapat dilihat dari
hari pertama hingga hari ke tiga, subjek banyak menunjukkan gejala perilaku keyakinan
waham. Subjek sering sholat baik di Aula maupun di mushola, namun shohat idak
smapai 10 detik. Subjek sangat menaga sajadahnya dan settelah selesai sholat maka
sadah langsung dia rapikan, terkadang untuk alasnya tidur. Namun setelah itu sajadah
apsti dikemablikan ditempatnya semula. Subjek sering duduk depan mushola dan sering
mengecek jam didalam mushola. Subjek jika pada perilaku keyakinan waham kebesaran,
maka dia tidak akan mau diajak bicara. Subjek juga akan marah jika di panggil dengan
nama aslinya. Subjek banyak melamun menatap langit, yang ia yakini bahawa dia sedang
khusuk dengan Allah. Namun saat posisi sadar subjek akan terus berkeliling Aula dan
sekitar Yayasan berulang kali.

23 | P a g e
4.4 Dinamika Psikologis
Menurut hasil observasi yang diddapat, perilaku keyakinan yang muncul pada diri
subjek terjadi karena symtom yang ada pada gangguan Waham Kebesaran. Saat subjek
bereda pada fase perilaku keyakinan waham, maka subjek akan berperilaku sebagai
tokoh yang ia yakini bahwa tokoh tersebut adalah dirinya ( berperilaku sebagai Sosok
Nabi). Subjek akan bertingkah sangat berwibawa, membawa sorban, selalu sholat, dan
duduk dekat mushola terus. Namun pada saat subjek berada pada kesadarannya, maka ia
akan bertingkah menjadi dirinya sendiri. Saat berada pada fase sadar, subjek akan mau
diajak berbicara dan menjadi sosok yang ceria bukan sosok yang diam dan tegas. Dia
akan bertingkah malu-malu saat akan bicara, dan seperti anak kecil saat meminta
makanan pada observer, dan berpose saat melihat kamera.

4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari di salah satu panti
rehabilitasi gangguan jiwa Yayasan Galuh, observer mendapatkan subjek berjumlah satu
orang yang bernama E (inisial). Dan di lihat dari hasil diagnosa yang diberikan oleh
Yayasan dan yang ditangani oleh dr. Yos, yaitu dokter yang menangani pasien gangguan
jiwa di Yayasan Galuh, subjek sudah mengalami gangguan jiwa selama kurang lebih 10
tahun pada saat dibawa ke Yayasan Galuh. Dulunya subjek hanya berkeliaran di sekitar
perkampungan dan karena meresahkan masyarakat maka kakaknya membawanya ke
Yayasan galuh. Subjek sudah sejak tahun 2015 di yayasan Galuh dan mengalami
perkembangan yang lebih baik. Dari yang hasil diagnosa, awalnya subjek berantakan
sekarang sudah rapi, dan sudah bisa dibebaskan berkeliaran disekitar Yayasan Galuh.
Selama kegiatan observasi ini berlangsung selama 10 jam dalam waktu 3 hari, E
menunjukkan kegiatan yang pasif dan monoton . Karena hari pertama subjek hanya
duduk disekitar Mushola dan Aula, lalu di hari kedua subjek hanya tidur selama
observasi berlangsung dan bangun hanya untuk sholat, lalu di hari ketiga subjek baru
menunjukkan kegiatan yang aktif dengan membantu yayasan menyiram tanaman dan
mengepel Aula. Subjek hanya memiliki kegiatan melamun, wudhu lalu sholat, duduk
depan mushola dan tidur.

24 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
E menunjukkan perilaku keyakinan waham kebesaran selama proses observasi.
Karena dari hasilobservasi yang dilakukan observer mendapati simtom-simtom ke
arah gangguan waham kebesaran ada subjek E. Subjek mengaku dirinya sebagai nabi
Muhammad, dan sholat terus meski tidak sesuai dengan tata cara sholat yang
sebenarnya. Subjek marah saat dipanggil nama aslinya. Dari hasil observasi dapat kita
liahat bahwa subjek sering mengalami dua kondisi yaitu pada saat kondisi sadar
subjek menjadi E, namun pada saat perilaku waham itu muncul subjek akan
bertingkah seperti Nabi, banyak diam, duduk di mushola dan tidur, serta subjek akan
menunjukkan gaya silat dan merasa seperti mendapat bisikan dan ada yang
mengajaknya berbicara. Namun ada saat dalam kondisi normal, subjek tidak bisa
diam dan terus berkeliling Aula dan sekitar yayasan. Penderita skizofrenia dengan
perilaku keyakinan waham membutuhkan penanganan yang khusus agar tidak terus
terjadi penyimpangan keyakinan pada dirinya.

4.2 Saran
Bagi yayasan galuh sebagai panti rehabilitasi pasien skizofrenia, diharapkan lebih
memperhatikan kebersihan tempat tinggal pasien, dan pakaian pasien. Untuk
makanannya semoga bisa lebih layak lagi bagi pasien disana. Yayasan juga diharakan
menyediakan fasilitas atau kegiatan yang mengasah keterampilan bagi penderita
skizofrenia di yayasan tersebut. Dan tambahan olahraga pagi untuk pasien agar tetap
bugar.

25 | P a g e
LAMPIRAN

26 | P a g e
7.1 Informed Consent

27 | P a g e
7.2 Guide Observasi
7.2.1 Observasi Penjajakan
A. OBSERVASI PENJAJAKAN
Tanggal : 28 mei 2019
Waktu : 11.15 WIB – 13.15 WIB
Tempat : Yayasan Galuh
Tujuan : Mengamati Perilaku Keyakinan Waham Pada Penderita Skizofrenia

No. Aspek Hasil observasi


1. Kognitif Pada saat observer mengajak berbicara terkadang subjek
hanya diam saja seakan tidak melihat adanya observer.
Namun terkadang subjek mampu diajak berbicara dengan
baik.
2. Konsentrasi Pada saat diajak berbicara oleh observer subjek banyak
melamun dan sibuk dengan dunianya sendiri. Namun pada
saat subjek sadar, subjek dapat berkonsentrasi dengan baik
jika sedang diajak berbbicara dengan observer.
3. Emosi - Subjek terlihat senang pada saat merapikan sajadah dan
hasilnya rapih
- Subjek sangat bersemangat ketika observer memberikan
subjek es teh
- Subjek terlihat sedih pada saat observer berpamitan mau
pulang, karena tidak bisa memberi uang jajan kepada
observer.
- Subjek sempat marah kepada observer karena menyebut
nama aslinya
- Saat subjek marah dia hanya akan mengomel dengan suara
yang terkadang tidak jelas.
4. Komunikasi - Subjek kadang-kadang bisa berkomunikasi dengan baik
dengan observer, tetapi kadang kala juga subjek tidak bisa
berkomunikasi dengan baik
- Subjek berbicara menggunakan bahasa Indonesia
5. Motorik - Kaki subjek masih bisa berjalan dengan baik
- Tangan subjek juga masih bisa bekerja dengan baik

28 | P a g e
6. Sosial - Subjek sulit untuk bersosialisasi dengan penghuni yang lain.
- Subjek dapat bersosialisasi dengan observer jika subjek
tertarik untuk berbicara dengan observer. Namun jika dalam
kondisi tidak stabil subjek lebih banyak melamun dan tidak
memperdulikan sekitarnya.

7.3 Hasil Observasi


7.3.1 Waham Kebesaran

29 | P a g e
Tanggal : 29 mei – 1 juni 2019
Waktu : 11.00 WIB – 13.00 WIB
Tempat : Yayasan Galuh
Tujuan : Untuk menagamati perilaku keyakinan waham pada penderita
skizofrenia
1. Hari pertama
Tanggal : 29 mei 2019
Waktu : 10.30 WIB – 13.30 WIB
Tempat : Yayasan Galuh
Tujuan : Untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita
skizofrenia

No. Waham Kebesaran Temuan Terpenuhi


Ya Tidak
1 Memiliki hubungan Subjek duduk ddi
rahasia dengan dekat pohon beringin
seseorang atau dan menatapa langit. √
orang terkenal Akrena sedang
khusuk dengan Allah
2 Percaya bahwa diri Subjek berkata sering
mereka memiliki dibisiki oleh Allah
hubungan khusus dan di beri nama
dengan Tuhan atau baru. Dan medapat
dewa tertentu ilaham baru dari √
sehingga memiliki bisikan Allah.
kekuatan atau
tingkat spritual
yang lebih tinggi.
3 Mereka menyamai Subjek mengatakan
diri mereka dengan bahwa dirinya adalah
orang terkenal dan Nabi Muhammad √
percaya bahwa
merekalah yang
sebenarnya orang

30 | P a g e
terkenal tersebut.
4 Mereka percaya diri √
bahwa mereka
memiliki suatu hal
yang istimewa,
sperti mereka
memiliki benda,
bakat atau
kemampuan yang
tidak diketahui
orang lain.

2. Hari kedua
Tanggal : 30 mei 2019
Waktu : 10.15 WIB – 13.15 WIB
Tempat : Yayasan Galuh
Tujuan : Untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita
skizofrenia

Waham Kebesaran Temuan Terpenuhi


Ya Tidak
Memiliki hubungan
rahasia dengan
seseorang atau orang √
terkenal
Percaya bahwa diri Subjek sholat terus
mereka memiliki setiap jamnya sholat
hungan khusus dengan √
Tuhan atau dewa
tertentu sehingga
memiliki kekuatan
atau tingkat spritual
yang lebih tinggi.
Mereka menyamai diri Bertingkah seperti nabi

31 | P a g e
mereka dengan orang dengan memakai sorban
terkenal dan percaya dan kopiah √
bahwa merekalah
yang sebenarnya
orang terkenal
tersebut.
Mereka percaya diri Mengeluarkan jurus √
bahwa mereka silat pada saat duduk
memiliki suatu hal dekat mushola maupun
yang istimewa, sperti saat jalan mengitari aula
mereka memiliki
benda, bakat atau
kemampuan yang
tidak diketahui orang
lain.

3. Hari ketiga
Tanggal : 01 juni 2019
Waktu : 10.10 WIB – 13.10 WIB
Tempat : Yayasan Galuh
Tujuan : Untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita
skizofrenia

No. Waham Kebesaran Temuan Terpenuhi


Ya Tidak
1 Memiliki hubungan
rahasia dengan
seseorang atau √
orang terkenal
2 Percaya bahwa diri Subjek sholat lebih
mereka memiliki lama dibanding hari
hungan khusus sebelumnya. Subjek
dengan Tuhan atau tidak pernah lupa √
dewa tertentu untuk sholat.
sehingga memiliki

32 | P a g e
kekuatan atau
tingkat spritual
yang lebih tinggi.
3 Mereka menyamai Subjek marah pada
diri mereka dengan saat dirinya di
orang terkenal dan panggil E. Dan √
percaya bahwa tenang pada saat di
merekalah yang panggil Nabi.
sebenarnya orang
terkenal tersebut.
4 Mereka percaya diri
bahwa mereka
memiliki suatu hal
yang istimewa,
sperti mereka √
memiliki benda,
bakat atau
kemampuan yang
tidak diketahui
orang lain.

1. Hari pertama
Tanggal : 29 mi 2019
Waktu : 10.30 WIB – 13.30 WIB
Tempat : Yayasan Galuh
Tujuan : Untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita
skizofrenia

Skizofrenia Temuan Terpenuhi


Ya Tidak
Gejala Positif : Subjek merasa ada yang memegang
Halusinasi kemaluannya saat berbicara dengan √
observer

33 | P a g e
Delusi Subjek merasa yakin bahwa dirinya √
adalah seorang nabi

Kacau dalam berpikir dan Subjek berbicara sangat pelan sehingga √


berbicara susah didengar dan suka berbicara
sendiri.
Perilaku Kacau Subjek sering berjalan mengitari aula √

Gejala Negatif : Subjek saat menjadi nabi tidak mau √


Respon emosional yang ganjil, berbicara dan terus menampakkan
seperti ekspresi wajah dan muka datar
nada bicara yang tdiak berubah
(monoton)
Sulit untuk merasa senang atau
puas

Tidak mau bersosialisai Subjek banyak duduk sendirian √

Pola tidur yang berubah Subjek sering tidur siang √

Tidak nyaman berada didekat Subjek merasa gelisah saat ditanyai √


orang lain dan, dan tidak mau oleh observer. Subjek sering diam saat
memulai percakapan ditanyai oleh observer

2. Hari kedua
Tanggal : 30 mei
Waktu : 10.15 WIB – 13.15 WIB
Tempat : Yayasan Galuh
Tujuan : Untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita
skizofrenia

34 | P a g e
Skizofrenia Temuan Terpenuhi
Ya Tidak
Gejala Positif : Subjek berbicara sendiri √
Halusinasi

Delusi Subjek yakin bahwa Allah √


menjadikan dia nabi

Kacau dalam berpikir subjek tampak linglung √


dan berbicara

Perilaku Kacau Subjek mengitari aula √


beberapa kali

Gejala Negatif : √
Respon emosional yang
ganjil, seperti ekspresi
wajah dan nada bicara
yang tdiak berubah
(monoton)
Sulit untuk merasa √
senang atau puas

Tidak mau bersosialisai Subjek menjauhi pasien √


lainnya dan memilih tidur

Pola tidur yang berubah Subjek tidur siang sampai 2 √


jam lebih

Tidak nyaman berada Subjek risih jika pasien lain √


didekat orang lain dan, didekatnya
dan tidak mau memulai
percakapan

35 | P a g e
3. Hari ke tiga
Tanggal : 1 juni 2019
Waktu : 10.10 WIB – 13.10 WIB
Tempat : Yayasan Galuh
Tujuan : Untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita
skizofrenia

Skizofrenia Temuan Terpenuhi


Ya Tidak
Gejala Positif : Subjek berbicara dan menyuruh diam √
Halusinasi seseorang yang tidak diketahui siapa

Delusi Subjek marah saat di panggil E dan √


yain bahwa dia Nabi

Kacau dalam berpikir dan Subjek banyak mengomel atau √


berbicara meracau tidak jelas.

Perilaku Kacau √

Gejala Negatif : Subjek menjawab pertanyaan dengan √


Respon emosional yang ganjil, muka datar dan suara yang pelan.
seperti ekspresi wajah dan
nada bicara yang tdiak berubah
(monoton)
Tidak peduli pada penampilan Subjek tidak mengganti bajunya √
dan kebersihan diri

Tidak mau bersosialisai Subjek menjauhi keramaian √

36 | P a g e
Pola tidur yang berubah Subjek sering tidur disiang hari √

Tidak nyaman berada didekat Subjek menghindari dekat dengan √


orang lain dan, dan tidak mau orang lain
memulai percakapan

7.4 Hasil Diagnosa

37 | P a g e
7.5 Foto Subjek

38 | P a g e
1 2

 (Gambar 1. Foto subjek menyirami  (Gambar 2. Foto subjek memandang


taman sekitar Yayasan Galuh) ke arah lapangan di Yayasan Galuh

(Gambar 3. Foto sajadah yang dirapikan oleh subjek E)

39 | P a g e
PENYUSUNAN RANCANGAN
PRAKTIKUM OBSERVASI

40 | P a g e
A. IDENTITAS

Nama/Inisial :E

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 34 Tahun

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Alamat : Keranji. Jalan Patriot dalam, RT.001/01, Kelurahan Jaka


Sempurna, Kecamatan Bekasi Barat

B. LATAR BELAKANG KASUS


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat
pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)

41 | P a g e
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Skizofrenia merupakan
penyakit mental berat yang mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di dunia (WHO,
2016). Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan disorganisasi
pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah komunikasi dan kognisi;
gangguan persepsi terhadap realitas yang dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham;
dan terkadang penurunan fungsi yang signifikan (O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2014)
Berdasarkan kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV -
Text Revision V (DSM-IV-TR V) (Tandon, et al., 2013), diagnosis skizofrenia
terkonfirmasi apabila memiliki dua atau lebih karakteristik dan gejala, salah satu
gejalanya adalah delusi/ waham. Waham merupakan kepercayaan yang jelas salah dan
mengindikasikan suatu keabnormalan pada isi pikir individu (Kiran & Chaudhury, 2009).
Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang
cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak realistik, tidak logis, menetap,
egosentris, diyakini kebenarannya oleh penderita, tidak dapat dikoreksi, dihayati oleh
penderita sebagai hal yang nyata, penderita hidup dalam wahamnya itu, keadaan atau hal
yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosiokultural setempat. Waham yang tidak
ditindaklajuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai macam hal, waham tidak
hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan teteapi juga konsekuensi berbahaya
dalam kehidupan dirinya dan orang disekitar mereka (Paolini, Moretti, & Compton, 2016)
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan beberapa
literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap dilaporkan
sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%.
Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30
kasus dari 100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri
menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes
mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah
berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini merupakan penderita
yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia
paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik,
ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan
tanda dari skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya (medical record, 2010).
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri,
rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang

42 | P a g e
tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika
terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono,
1981).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka para peneliti tertarik untuk mengobservasi atau
meneliti lebih lanjut mengenai perilaku keyakinan Waham pada penderita Skizofrenia.
Observer memilih subjek dengan gangguan tersebut untuk diteliti, dikarenakan observer
memliki ketertarikan pada subjek saat subjek duduk di bawah pohon sendirian dan terus
menatap ke arah observer dan salah satu teman observer.
Subjek dalam observasi ini didiagnosa sebagai pasien Skizofrenia pada Yayasan
Galuh yang beralamat di Jalan Bambu Kuning IX, Sepanjang Jaya, Rawalumbu, Kota
Bekasi, Jawa Barat. Subjek masuk ke Yayasan Galuh pada tanggal 09 Mei 2015, yang di
antar oleh kakak Laki-lakinya. Berdasarkan hasil dari diagnosis yang dilakukan oleh
dokter di Yayasan galuh, subjek memiliki gangguan Skizofrenia ± 10 tahun. Subjek
dikirim ke Yayasan Galuh oleh kakaknya karena dirumah mengganggu lingkungan:
seperti membakar apa saja, penampilan yang kotor, rambut panjang tidak terurus,
berkeliaran disekitar lingkungan, meresahkan masyarakat, suka merusak, dan galak.
Sebelum di masukkan di Yayasan Galuh subjek hanya berkeliaran di sekitar lingkungan
tempat tinggalnya. Hasil diagnosa dari dokter di Yayasan Galuh juga menyebutkan bahwa
subjek mengalami gangguan halusinasi yang di sertai delusi.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
b. Bagaimana perilaku waham yang diyakini pada penderita skizofrenia?

D. TUJUAN OBSERVASI
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian observasi ini
adalah untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita skizofrenia.

43 | P a g e
E. KAJIAN TEORITIK
1. Pengertian Waham
 Definisi Waham
Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa
stimulus luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak
realistik, tidak logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh
penderita, tidak dapat dikoreksi, dihayati oleh penderita sebagai hal yang
nyata, penderita hidup dalam wahamnya itu, keadaan atau hal yang diyakini
itu bukan merupakan bagian sosiokultural setempat. Waham yang tidak
ditindaklajuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai macam hal, waham
tidak hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan teteapi juga
konsekuensi berbahaya dalam kehidupan dirinya dan orang disekitar mereka
(Paolini, Moretti, & Compton, 2016)
Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat
dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995)
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan (Harold I, 1998).

 Etiologi

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan


orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada

44 | P a g e
realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan intern  al dan eksternal,
tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu
memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar
dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu
yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi
motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi
mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi
emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu
yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan
perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi
realitas terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul
disebut pula respons neurobiologik.
 Proses Terjadinya Waham

- Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan.
- Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang
menyalahartikan kesan terhadap kejadian
- Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak
dapat diterima menjadi bagian eksternal
- Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita
pada diri sendiri atau orang lain.

 Jenis-Jenis Waham
Menurut Mayer Gross, waham dibagi 2 macam :
e. Waham Primer
Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Misal
seseorang merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat seekor cicak
berjalan dan berhenti dua kali.

f. Waham Sekunder
Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi
penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.
Ada beberapa jenis waham :

10. Waham Kejar


Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang
mengganggunya atau mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau
kejelekannya sedang dibicarakan.

45 | P a g e
11. Waham Somatik
Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar,
umpamanya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda
didalam perutnya.
12. Waham Kebesaran
Klien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau
kekayaan yang luar biasa, umpamanya ia adalah Ratu Kecantikan, dapat
membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
13. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
14. Waham Dosa
Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak
dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang
tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik
15. Waham Pengaruh
Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi
oleh orang lain atau suatu kekuatan yang aneh
16. Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusah merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
17. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal yang
dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
18. Delusion of reference
Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan
dirinya.

 Gejala-gejala Waham

5. Kognitif :
e. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
f. Individu sangat percaya pada keyakinannya
g. Sulit berfikir realita
h. Tidak mampu mengambil keputusan
6. Afektif
c. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
d. Afek tumpul
7. Prilaku dan Hubungan Sosial
j. Hipersensitif

46 | P a g e
k. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
l. Depresif
m. Ragu-ragu
n. Mengancam secara verbal
o. Aktifitas tidak tepat
p. Streotif
q. Impulsif
r. Curiga
8. Fisik
f. Higiene kurang
g. Muka pucat
h. Sering menguap
i. BB menurun
j. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

 Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Waham

3) Faktor Predisposisi
d. Faktor Biologis
- Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
- Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik
- Gangguan tumbuh kembang
- Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur
e. Faktor Genetik
- Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan
skizoprenia
f. Faktor Psikologis
- Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif
- Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
- Konflik perkawinan
- Komunikasi “double bind”
- Sosial budaya
- Kemiskinan
- Ketidakharmonisan sosial 

47 | P a g e
- Stress yang menumpuk
4) Faktor Presipitasi
d. Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting,
atau diasingkan dari kelompok.
e. Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin,
lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi
realita
f. Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkurangnya orientasi realiata.

2. Pengertian Skizofrenia

 Definisi Skizofrenia
Istilah Skizofrenia berasal darikata schizos : pecah belah dan phren :
jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana
penderita mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmonisasi
antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Menurut Sigmund Freud,
dalam Skizofrenia terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena
penyebab psikogenik maupun somatik, superego dikesampingkan sehingga
tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase
narsisme. Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi,
depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta
regresi akut yang parah (Kartono, 2002)
Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan
disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah
komunikasi dan kognisi; gangguan persepsi terhadap realitas yang
dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham; dan terkadang penurunan
fungsi yang signifikan (O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2014)
Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah
(Stuart,2007).

48 | P a g e
Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke
dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia
menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala awal saat masih
berusia muda, namun penyakit ini bisa terjadi pada semua tingkatan usia dan
memengaruhi baik laki-laki maupun perempuan dengan tingkat risiko yang
sama. Banyak orang salah paham terhadap pasien skizofrenia. Mereka
dianggap memiliki kepribadian ganda, padahal sebenarnya penyakit ini
memengaruhi emosi, persepsi, dan pemikiran mereka, yang menyebabkan
perilaku abnormal dengan tetap satu kepribadian tunggal. Skizofrenia bisa
diobati, tetapi penyakit ini memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi. Semakin
cepat dideteksi dan diobati, semakin baik prognosis untuk pemulihannya.
Skizofrenia merupakan penyakit mental yang serius. Penyakit ini disebabkan
oleh gangguan konsentrasi neurotransmiter otak, perubahan reseptor sel-sel
otak, dan kelainan otak struktural, dan bukan karena alasan psikologis. Pasien
akan memiliki pemikiran, perasaan, emosi, ucapan, dan perilaku yang tidak
normal, yang memengaruhi kehidupan, pekerjaan, kegiatan sosial, dan
kemampuan untuk mengurus diri mereka sehari-hari. Beberapa pasien bersifat
rentan dan mencoba atau melakukan tindakan bunuh diri. Orang bisa
menderita skizofrenia di berbagai tahapan usia, tetapi gejala penyakit ini
biasanya muncul dalam rentang usia 20 hingga 30 tahun. Tingkat
kekambuhannya sangat tinggi jika tidak dilakukan tindakan pengobatan dan
perawatan yang tepat.
Skizofrenia adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan
halusinasi symptoms- psikotik dan delusi-yang secara signifikan
mempengaruhi emosi, perilaku, dan terutama, proses mental dan isi mental.

 Gejala-Gejala Skizofrenia
Kriteria untuk skizofrenia dalam DSM-IV-TR jatuh ke dalam dua kelompok:
• gejala positif . yang terdiri dari delusi dan halusinasi dan tidak terorganisir
ucapan dan perilaku;
• gejala negatif . yang terdiri dari tidak adanya atau pengurangan normal jiwa
proses, isi mental, perasaan, atau perilaku, termasuk pidato, ekspresi
emosional, dan / atau gerakan.

c. Gejala positif
Terdiri dari delusi (waham) yaitu keyakinan yang keliru, yang tetap
dipertahankan sekalipun dihadapkan dengan cukup bukti tentang
kekeliruannya, serta tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan
sosial budaya klien; halusinasi yaitu penghayatan (seperti persepsi) yang
dialami melalui panca indera dan terjadi tanpa adanya stimulus eksternal;
dan perilaku aneh (bizzare) (APA, 2004).
Gejala positif ditandai oleh kehadiran proses abnormal atau
menyimpang mental, isi mental, atau perilaku. Gejala positif skizofrenia
adalah halusinasi (distorsi persepsi),

49 | P a g e
• delusi (distorsi pemikiran),
• bicara tidak teratur, dan
• perilaku tidak teratur.

d. Gejala negatif (defisit perilaku)


Meliputi afek tumpul dan datar, menarik diri dari masyarakat, tidak ada
kontak mata, tidak mampu mengekspresikan perasaan, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain, tidak ada spontanitas dalam percakapan,
motivasi menurun dan kurangnya tenaga untuk beraktivitas. Gejala negatif
seringkali menetap sepanjang waktu dan menjadi penghambat utama
pemulihan dan perbaikan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
gejala negatif pada schizophrenia menyebabkan klien mengalami
gangguan fungsi sosial (Acocella, Alloy dan Bootzin, 2006).
Acocella, Alloy & Bootzin, (2006) mengatakan bahwa gejala positif
dapat dikontrol dengan pengobatan, tetapi gejala negatif seringkali
menetap setelah gejala psikotik berkurang dan seringkali menetap
sepanjang waktu dan menjadi penghambat utama pemulihan dan perbaikan
fungsi dalam kehidupan sehari-hari klien. Ciri ini akan dilihat secara nyata
dari orang dengan schizophrenia, seperti yang dialami oleh klien ketika
merefleksikan caranya yang berbeda dalam berkomunikasi dan berperilaku
(Acocella, Alloy dan Bootzin, 2006).
Gejala negatif yang paling sering ditemukan pada orang dengan
schizophrenia yaitu kerusakan interaksi sosial seperti menarik diri.
Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan
komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab
dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan
kegagalan. Orang dengan schizophrenia mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan
dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi
pengalaman (Direja, 2011).
Gejala yang lebih banyak muncul pada klien dengan skizofrenia yaitu
disfungsi sosial dan pekerjaan yang mempengaruhi perilaku pada klien
skizofrenia menyebabkan depresi pada klien yang mengganggu konsep diri
klien sehingga menjadikan kurangnya penerimaan klien di lingkungan
keluarga dan masyarakat terhadap kondisi yang dialami klien yang
mengakibatkan klien mengalami isolasi sosial (Sinaga, 2008).

 Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Skizofrenia


c. Faktor Biologis
1) Komplikasi kelahiran

50 | P a g e
Bayi laki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering
mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan
seseorang terhadap skizofrenia.
2) Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeki virus
pernah dilaporkan pada orang dengan skizofrena. Penelitian mengatakan
bahwa terpapar infeksi virus pada trisemester kedua kehamilan akan
meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami skizofrenia.
3) Hipotesis dopamine
Dopamine merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribus
iterhadap gejala skizofrenia. Hamper semua obat antipsikotik baik tipikal
maupun antipikal menyekat reseptor dopamine D2, dengan terhalangnya
transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.
4) Hipotesis Serotonin
Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic
acid diethlamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran
agonis/antagonis reseptor 5-HT. Ternyata zat tersebut menyebabkan keadaan
psikosis beratp ada orang normal.
5) StrukturOtak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah system limbik
dan ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda
dengan orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu
dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolic.
Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan
dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak
ditemukannya sel gila, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.

d. Faktor Genetik
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia
diturunkan, 1% populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-
laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat kedua seperti paman, bibi, kakek/nenek,
dan sepupu dikatakan lebih sering disbandingkan populasi umum.
Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia,
sedangkan kembar dizigotik sebanyak 12%. Anak dan kedua orangtua
yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%.

51 | P a g e
3. GUIDE OBSERVASI
1) Jenis Observasi
 Partisipan Observasi
Jenis observasi yang digunakan dalam observasi ini adalah observasi
partisipan, yaitu observasi yang di sengaja dan dilakukan secara sistematis,
terencana, dan terarah, pada satu tujuan di mana pengamatan atau peneliti
terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek yang di observasi.

2) Teknik atau Metode Pencatatan Data


 Narrative Description
Merupakan suatu teknik pencatatan observasi yang memiliki karakteristik
dasar berupa deskripsi tingkah laku yang digambarkan dalam bentuk
narasi/ cerita. Observasi digambarkan secara detail dan terperinci dimana
sebelumnya sudah ditentukan kriteria yang akan digunakan. Karena
melakukan pencatatan perilaku atau gambaran perilaku dengan apa adanya
dalam suatu konteks tertentu.

3) Definisi Operasional
 Waham

52 | P a g e
Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa
stimulus luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak realistik,
tidak logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh penderita, tidak
dapat dikoreksi, dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata, penderita hidup
dalam wahamnya itu, keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian
sosiokultural setempat. Waham yang tidak ditindaklajuti mungkin bisa jadi
berbahaya dalam berbagai macam hal, waham tidak hanya menyebabkan stres
psikologis dan kecemasan teteapi juga konsekuensi berbahaya dalam kehidupan
dirinya dan orang disekitar mereka (Paolini, Moretti, & Compton, 2016)
Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat
dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995).
Waham adalah sebuah bentuk gangguan dari pikiran yang merupakan
keyakinan yang tidak nyata dalam sebuah pikiran dan diyakini benar oleh
penderita.

 Skizofrenia
Istilah Skizofrenia berasal darikata schizos : pecah belah dan phren : jiwa.
Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana penderita
mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmonisasi antara proses
berpikir, perasaan dan perbuatan. Menurut Sigmund Freud, dalam Skizofrenia
terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik maupun
somatik, superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang
berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisme. Skizofrenia adalah kondisi
psikologis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau
kepecahan struktur kepribadian, serta regresi akut yang parah (Kartono, 2002)
Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan
disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah
komunikasi dan kognisi; gangguan persepsi terhadap realitas yang
dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham; dan terkadang penurunan fungsi
yang signifikan (O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2014)

53 | P a g e
Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah
(Stuart,2007).
Skizofrenia adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan halusinasi
symptoms- psikotik dan delusi-yang secara signifikan mempengaruhi emosi,
perilaku, dan terutama, proses mental dan isi mental.

4) Indikator Perilaku

Ada beberapa indikator perilaku pada subjek dengan gangguan waham kebesaran
pada penderita skizofrenia :

 E sering berbicara sendiri, marah dan murung.


 E sering sholat dan berwudhu
 E terkadang duduk melamun dekat mushola untuk khusuk pada Allah
5) Subjek Observasi
Subjek yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 1(satu) orang dengan
karakteristik subjek harus memiliki catatan penderita skizofrenia dengan gangguan
halusinasi dan delusi, serta telah didiagnosa oleh psikiater dan juga dirawat di
Yayasan Galuh. Subjek dipilih menggunakan teknik Incidental sampling, adalah
penentuan sampel berdasarkan kebetulan yang dimana siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan observer dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang
orang yang kebetulan ditemui tersebut cocok sebagai subjek yang akan diteliti.
Subjek di ambil dari orang yang tidak sengaja ditemui saat berkunjung di Yayasan
Galuh dan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian.

6) Prosedur Pelaksanaan Observasi


a) Surat izin dari Fakultas Psikologi untuk melakukan observasi
b) Alat yang digunakan untuk observasi berupa handphone,earphone, dan notes.

7) Waktu dan Tempat Pelaksanaan


a) Tanggal 29 Mei 2019 : Observasi dilakukan di Yayasan Galuh
Dari pukul 10.30-13.30 WIB

54 | P a g e
b) Tanggal 30 Mei 2019 : Observasi dilakukan di Yayasan Galuh
Dari pukul 10.15-13.15 WIB
c) Tanggal 1 Juni 2019 : Observasi dilakukan di Yayasan Galuh
Dari pukul 10.10-13.10 WIB

LAMPIRAN

Lembar Metode Pencatatan Data


 Untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita skizofrenia

No. Waham Kebesaran Temuan Terpenuhi


Ya Tidak
1 Memiliki hubungan
rahasia dengan
seseorang atau
orang terkenal

55 | P a g e
2 Percaya bahwa diri
mereka memiliki
hungan khusus
dengan Tuhan atau
dewa tertentu
sehingga memiliki
kekuatan atau
tingkat spritual
yang lebih tinggi.
3 Mereka menyamai
diri mereka dengan
orang terkenal dan
percaya bahwa
merekalah yang
sebenarnya orang
terkenal tersebut.
4 Mereka percaya diri
bahwa mereka
memiliki suatu hal
yang istimewa,
sperti mereka
memiliki benda,
bakat atau
kemampuan yang
tidak diketahui
orang lain.

Lembar Metode Pencatatan Data


 Untuk mengamati perilaku keyakinan waham pada penderita skizofrenia

Skizofrenia Temuan Terpenuhi


Ya Tidak

56 | P a g e
Gejala Positif :
Halusinasi

Delusi

Kacau dalam berpikir dan


berbicara

Perilaku Kacau

Gejala Negatif :
Respon emosional yang ganjil,
seperti ekspresi wajah dan
nada bicara yang tdiak berubah
(monoton)
Sulit untuk merasa senang atau
puas

Tidak mau bersosialisai

Pola tidur yang berubah

Tidak nyaman berada didekat


orang lain dan, dan tidak mau
memulai percakapan

57 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai