Anda di halaman 1dari 10

Momentum, Vol. 8, No.

2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

SIMBOLISASI RUMAH TINGGAL ETNIS


CINA STUDI KASUS KAWASAN PECINAN
SEMARANG
Rumah tinggal merupakan suatu wadah yang mampu menampung aktivitas
M. M. Sudarwani kehidupan manusia sehari-hari. Maka dari itu suatu rumah tinggal didesain
sedemikian rupa sehingga menjadi simbol jati diri dari pemilik rumah. Secara
antropologi struktur fisik bangunan dalam masyarakat tradisional yang
berbeda, memunculkan sejumlah contoh elemen bangunan yang hanya dapat
dijelaskan sebagai istilah simbolisasi yang memiliki makna khusus. Dalam
Ketua Jurusan Arsitektur FT simbolisasi bangunan suatu masyarakat tradisional, elemen-elemen bangunan
Universitas Pandanaran memiliki makna khusus yang diakui oleh para pembangun sebagai elemen
Semarang penting untuk kekuatan dan stabilitas bangunan. Penelitian terhadap
simbolisasi rumah tinggal suatu masyarakat tradisional memberikan kepada
kita beberapa pandangan berharga bagi konsepsi perumahan.
Begitu pula dalam studi kasus rumah tinggal di kawasan pecinan Semarang
yang mayoritas penduduknya etnis Cina. Arsitektur Tradisionl Cina memiliki
pengaruh besar dalam penataan ruang pada rumah tinggal. Selain itu
margareta.maria@ymail.com
simbolisasi rumah tinggal etnis Cina tidak lepas dari pengaruh kehidupan
sosial-budaya yang merupakan hasil perpaduan dari berbagai kebudayaan.
Dan keseluruhan aspek yang berpengaruh akan diwujudkan dalam simbolisasi
yang memiliki makna khusus.

Kata Kunci: simbolisasi


PENDAHULUAN karena itu sebagai kawasan bersejarah, Kawasan
Latar Belakang Masalah Pecinan Semarang perlu dilindungi kelestariannya.
Adanya perbedaan budaya antara masyarakat Keunikan dan keistimewaan Pecinan Semarang
setempat dengan masyarakat pendatang, sebagai Pusaka Indonesia terlihat dalam
memungkinkan terwujudnya perpaduan budaya simbolisasi rumah tinggal etnis Cina yang berbeda
keduanya. Perbedaan kebudayaan masyarakat dengan kawasan Pecinan lainnya. Simbolisasi
setempat dengan masyarakat pendatang membuat rumah tinggal etnis Cina di kawasan tersebut
rumah tinggal mereka memiliki ciri khas tertentu. merupakan hasil perpaduan antara arsitektur Cina
Berbagai elemen dan komponen rumah tinggal bercampur dengan arsitektur Melayu. Perpaduan
yang mereka bangun melambangkan simbolisasi arsitektur tersebut terlihat dalam tipologi bangunan
yang memiliki makna khusus dan dapat memberi berupa rumah deret baik rumah toko maupun
cerita kehidupan masyarakat yang hidup pada masa rumah tinggal dimana bentuk atapnya memiliki
itu. Selanjutnya dipahami bahwa simbolisasi arsitektur Cina tapi pada detail-detail fasade
tersebut mempunyai tempat yang lebih luas di terdapat keberagaman arsitektur yang
mana rumah tinggal tersebut menjadi perwakilan mempengaruhinya, misalnya beberapa bangunan
dari kosmos, masyarakat, atau tubuh manusia. yang terdapat di Gang Tengah dan Gang Besen
Secara antropologi struktur fisik bangunan fasadenya mendapat pengaruh dari arsitektur Selat
dalam masyarakat tradisional yang berbeda, Malaka yang banyak kita jumpai di Medan.
memunculkan sejumlah contoh elemen bangunan Simbolisasi rumah tinggal etnis Cina tidak lepas
yang hanya dapat dijelaskan sebagai istilah dari pengaruh kehidupan sosial-budaya yang
simbolisasi yang memiliki makna khusus. Dalam merupakan hasil perpaduan dari berbagai
simbolisasi bangunan suatu masyarakat tradisional, kebudayaan yaitu budaya Cina yang kemudian
elemen-elemen bangunan memiliki makna khusus berpadu dengan budaya-budaya lokal seperti
yang diakui oleh para pembangun sebagai elemen budaya Pekojan dan budaya Melayu. Ini berarti
penting untuk kekuatan dan stabilitas bangunan. bahwa simbolisasi rumah tinggal di Kawasan
Kota Semarang terkenal dengan sebutan kota Pecinan menampilkan perpaduan kebudayaan pada
seribu kelenteng dengan jumlah kelenteng cukup masyarakat Pecinan yang diwariskan turun
banyak. Kawasan Pecinan Semarang merupakan temurun. Kekhasan pada kawasan ini diperkuat
salah satu Pusaka Indonesia yang turut berperan pula dengan keberadaan kelenteng-kelenteng yang
dalam menciptakan identitas kota Semarang, oleh

ft-UNWAHAS SEMARANG 19
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

merupakan bangunan religi masyarakat Pecinan menjadi kota kolonial (sekitar tahun 1816-1864)
dan merupakan landmark atau tetenger kawasan. yang merupakan core kawasan Pecinan sekarang
(Liem Thian Joe,1933; Rosiana, 2002). Batas-batas
Perumusan Masalah wilayah tersebut adalah sebagai berikut:
Simbolisasi rumah tinggal etnis Cina di Batas Utara : Gang Warung -Pekojan
kawasan Pecinan merupakan studi untuk Batas Timur : Kali Semarang
mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai Batas Selatan : Kali Semarang
makna simbolisasi yang timbul sebagai ekspresi Batas Barat : Jl. Pedamaran – Beteng
bangunan. Di Kawasan Pecinan Semarang ada
beberapa permasalahan yang akan dikaji lebih METODE PENELITIAN
lanjut di dalam penyusunan penelitian ini, yaitu: Pada penelitian ini metode yang dipergunakan
1. Pengaruh Kebudayaan Cina dan kehidupan adalah pendekatan rasionalistik dengan paradigma
sosial budaya pada pola penataan dan bentuk kualitatif. Pendekatan penelitian rasionalistik
bangunan kualitatif ini sesuai dengan sifat masalah penelitian
2. Hubungan makna simbolisasi pada elemen yaitu untuk mengungkap atau memahami
bangunan rumah tinggal dengan penggunanya simbolisasi rumah tinggal etnis Cina di kawasan
Pecinan yang belum diketahui berdasar landasan
Tujuan dan Sasaran berpikir dan dialog pengetahuan.
Untuk mengkaji berbagai simbolisasi yang Untuk mengkaji simbolisasi rumah tinggal,
muncul pada rumah tinggal etnis Cina di Kawasan terlebih dahulu ditetapkan komponen-komponen
Pecinan Semarang yang memiliki makna khusus yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:
serta adanya pengaruh kehidupan sosial budaya 1. Komponen Utama berupa Elemen
pada pola penataan dan bentuk bangunan. Arsitektur rumah tinggal di Kawasan
Sasaran dari penelitian ini adalah menemukan Pecinan Semarang, yang membentuk dan
pemahaman yang jelas mengenai makna mempengaruhi makna simbolisasi, terdiri dari
simbolisasi yang timbul sebagai ekspresi fenomena fisik yang berkaitan dengan
bangunan. hubungan antar bangunan dan selaras dengan
teori bentuk dan massa bangunan (Shirvani,
Manfaat Penelitian 1985) yang meliputi: atap, ornamen, fasade,
1. Bagi pemerintah daerah Semarang, dapat warna
memberikan masukan sebagai bahan 2. Komponen Penunjang berupa Kebudayaan
pertimbangan aspek atau elemen yang perlu dan Kehidupan sosial budaya Kawasan
dipertahankan dan elemen yang harus Pecinan Semarang, terutama karakteristik
dikembangkan dalam revitalisasi kawasan sosial budaya yang menunjang terbentuknya
Pecinan Semarang. pola tatanan dan bentuk bangunan
2. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memperluas Analisis data penelitian ini menggunakan
wawasan arsitektural khususnya dalam aspek analisis data kualitatif (analisis data verbal) yang
simbolisasi arsitektur dan dapat dimanfaatkan disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan yang
sebagai dasar untuk penelitian yang sejenis. telah ditetapkan, serta mencari esensi dengan
mendudukkan kembali hasil penelitiannya pada
Lingkup Penelitian grand concepts nya (Muhadjir, 1996).
Lingkup penelitian yang menjadi substansi
dalam studi ini adalah melihat elemen rumah KAJIAN PUSTAKA
tinggal yang membentuk dan mempengaruhi Langgam arsitektural dari suatu kawasan
simbolisasi rumah tinggal etnis Cina di Kawasan cenderung diadaptasi dengan lingkungan lokal dan
Pecinan Semarang, dan hal-hal yang dibahas dalam menggunakan material setempat dimana sedikit
penelitian ini meliputi kajian simbolisasi pada yang bercerita mengapa bangunan mengambil
bangunan rumah tinggal di Kawasan Pecinan bentuk seperti itu. Menurut Amos Rapoport (1969)
Semarang dan analisa pengaruh kehidupan sosial adalah suatu kesalahan jika kita menganggap
budaya terhadap pola penataan dan bentuk bahwa masyarakat yang kita bicarakan secara
bangunan. esensial berbeda dengan masyarakat kita dalam hal
Sedangkan lingkup wilayah penelitian meliputi tingkat pertemuan antara pemikiran simbolis dan
kawasan Pecinan Semarang dengan memakai fungsional. Meskipun beberapa ciri sebuah
batas-batas wilayah pada periode Semarang bangunan mungkin dapat dengan mudah dilihat

20 ft-UNWAHAS SEMARANG
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

oleh orang awam, ciri-ciri tersebut penting dalm Kauman dan Pekojan. Kawasan Pecinan
membantu kita memahami bagaimana masyarakat merupakan Pusaka Indonesia yang berperan dalam
tersebut berpikir mengenai rumah. Menurut Daniel menciptakan identitas kota Semarang.
Coulaud (1982:188), dalam sebuah rumah kita
mendapati pertemuan antara dua dunia yang
tampak dan tidak tampak.
Dalam sebuah kawasan, terdapat dua macam
komponen arsitektur yaitu: komponen fisik
arsitektur yang lebih ditujukan kepada tampilan
dan wujud benda fisik dalam sebuah kota yang
dibentuk oleh jalinan massa dan ruang, dalam skala
waktu (sejarah perkembangan kota) dan skala Gambar 1. Deretan Rumah Tinggal Kawasan
spasial (watak dan penampilan ruang). Sedang Pecinan Semarang
komponen non fisik merupakan kehidupan social
dan budaya masyarakat yang melatarbelakangi
pembentukan fisik, cara memanfaatkan lingkungan
dan hubungan antar manusia dengan fisik
perkotaan. Menurut Rapoport (1969) kehidupan
sosial budaya masyarakat melatarbelakangi
bentukan fisik suatu lingkungan, dimana salah satu Gambar 2. Kehidupan sosial budaya Kawasan
variabel dari kehidupan sosial budaya tersebut Pecinan Semarang
adalah kebudayaan itu sendiri.
Kondisi suatu kota sangat erat berkaitan Tipologi Bangunan
dengan fenomena psikologinya yang berkaitan Tipologi Bangunan yang ada di kawasan
dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan Pecinan antara lain: Tipologi Rumah Toko,
suatu rasa tertentu yang bersifat emosi, serta Tipologi Rumah Tinggal, Tipologi Kelenteng.
fenomena fisik yang berkaitan dengan penataan Tipologi Kelenteng dibedakan menjadi dua
dan pengaturan bangunan serta korelasi visual macam: Kelenteng Kecil dan Kelenteng Besar.
(Cullen, 1961:7-11). Fenomena fisik yang
dimaksud Cullen berkaitan dengan penataan dan Tipologi Rumah Toko
pengaturan lingkungan serta korelasi visual, maka Rumah masyarakat Pecinan kebanyakan
erat berkaitan dengan hubungan yang terjadi antara berbentuk rumah toko karena masyarakat ini
elemen dalam suatu lingkungan yang meliputi memiliki aktivitas yang kebanyakan sebagai
hubungan antar bangunan yang selaras dengan pedagang. Rumah toko tersebut berbentuk rumah
pendapat Shirvani (1985) yang membahas tentang deret 2-3 lantai dimana lantai satu dimanfaatkan
bentuk dan tatanan massa bangunan yang pada sebagai toko sementara lantai 2-3 sebagai tempat
dasarnya berbicara tentang penampilan bangunan. tinggal. Tipe ini nampak pada rumah-rumah di
Dalam usaha untuk mencapai integrasi antara sepanjang Jl. Wotgandul-Gang Pinggir, Gang
elemen-elemen fisik suatu kawasan, perlu pula Warung, Gang Baru, dan Jl. Beteng (seperti
memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas Gambar 3.)
dari kawasan tersebut, sehingga ruang akan
bermakna sebagai tempat (place) bagi masyarakat
yang menggunakannya (Rapoport,1969).
Sehingga perlu dipelajari budaya yang menjadi ciri
khas kawasan Pecinan Semarang.

PEMBAHASAN
Rumah Tinggal Etnis Cina di Kawasan Pecinan
Semarang
Kawasan Pecinan Semarang jika dilihat dalam
batas administrasi kota Semarang termasuk dalam Gambar 3. Tipe Ruko
Kecamatan Semarang Tengah, Kelurahan
Kranggan. Kawasan Pecinan Semarang letaknya
berdekatan dengan kawasan etnis lain seperti

ft-UNWAHAS SEMARANG 21
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

Tipologi Rumah Tinggal


Tipe ini nampak pada gang-gang lainnya seperti Klenteng-klenteng tersebut hanya memiliki dua
pada Gang Tengah dan Gang Besen. Tipe ini buah ruang utama yakni serambi dan ruang
terbagi menjadi dua macam sebagai berikut: pemujaan. Besar dan bentuk atap serta dimensi
- rumah-rumah tersebut merupakan rumah deret ornamen menyesuaikan besaran klentengnya (lihat
dua-tiga lantai yang memiliki bentuk kecil Gambar 6.)
memanjang, seperti Gambar 4.
- rumah-rumah tersebut pada awal didirikan b. Klenteng Besar
merupakan blok rumah yang besar tetapi pada Tipe ini nampak pada klenteng Tay Kak Sie,
perkembangannya dibagi-bagi berdasarkan See Hoo Kiong, dan Wie Wie Kiong.
jumlah keturunannya secara merata maupun
akibat perubahan kepemilikan. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 5.

Gambar 7. Tipe Klenteng Besar


Gambar 4. Tipe Hunian Tunggal (Klenteng Wie Wie Kiong Sebandaran 26)

Klenteng-klenteng tersebut memiliki tata ruang


yang lebih kompleks. Besar dan bentuk atap serta
dimensi ornamen lebih besar dan bervariasi
menyesuaikan dewa yang dipuja dan aliran
klentengnya (lihat Gambar 7.).

Fasade Bangunan

Gambar 5. Tipe Hunian Ganda

Tipologi Klenteng
Secara umum klenteng di kawasan Pecinan
Semarang memiliki bentuk yang khas terutama
pada bagian atapnya, ornamen yang banyak serta
penggunaan warna dominan merah dan keemasan
menyebabkan bangunan nampak menonjol.
Tipologi klenteng dibedakan menjadi dua macam:

a. Klenteng Kecil
Tipe ini nampak pada klenteng Sioe Hok Bio,
Tek Hay Bio, Tong Pek Bio, Hoo Hok Bio, dan
Liong Hok Bio

Gambar 8. Fasade Rumah Tinggal Kawasan


Pecinan Semarang

Arsitektur Fasade bangunan Kawasan Pecinan


Semarang antara lain:

Gambar 6. Tipe Klenteng Kecil


(Klenteng Hoo Hokk Bio Gg. Cilik)

22 ft-UNWAHAS SEMARANG
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

1. Arsitektur Tradisional Cina


Tipologi kelenteng yang ada di Pecinan masih
banyak menunjukkan kesamaan dengan kelenteng-
kelenteng yang ada di Cina yaitu berarsitektur
tradisional Cina. Ciri paling dominan pada rumah
Cina yaitu atap pelananya yang seperti digelung di
puncaknya. Ciri lain terletak pada bukaan yang ada
misalnya pintu dan jendela terbuat dari kayu dan
dihiasi dengan ornament paku besi. Adanya konsol
juga merupakan cirri arsitektur tradisional Cina. Gambar 9. Rumah Abu Kong Tik Soe

2. Arsitektur Cina-Eropa - Perkumpulan Rasa Dharma (d/h Boen Hian


Arsitektur Cina-Eropa terlihat pada tipologi Tong), terletak di Gang Pinggir.
rumah toko dimana biasanya terdapat satu pintu - Kompleks Biara dan Sekolah Kebon Dalem
Belanda (daunnya terbagi dua, atas dan bawah) (dikelola Tarekat Para Suster Penyelenggaraan
yang masing-masing dapat dibagi sendiri-sendiri. Ilahi/PI), terletak di Gang Pinggir.
Di sebelahnya terdapat jendela lebar, terbagi dua
secara horizontal juga dan masing-masing dibuka Fasilitas Peribadatan
dengan menolaknya ke atas dan ke bawah. Klenteng merupakan bangunan ibadah yang
menjadi cirri khas kawasan Pecinan. Klenteng ini
3. Arsitektur Cina-Lokal biasanya diletakkan di ujung gang/jalan dan pada
Untuk bangunan rumah tinggal banyak pertigaan/perempatan jalan dimana masyarakat
dijumpai hal-hal yang mencerminkan adanya Pecinan percaya bahwa bahaya biasanya datang
kreativitas akulturasi budaya Cina dan local. dari ujung jalan/gang sehingga klenteng diletakkan
Misalnya kebanyakan rumah tinggal di Pecinan di tempat tersebut dengan harapan dewa (Toa-pe-
memiliki atap gelung tapi fasadenya mendapat kong) dapat menyelamatkan dari bahaya tersebut.
pengaruh local terwujud dalam bukaan-bukaan Klenteng juga menandai perkembangan suatu
panil yang berupa pintu-pintu panil. kawasan pemukiman masyarakat Tionghoa. Pada
kurun waktu tertentu (1746-1905) merupakan masa
Fasilitas Sosial bertambahnya jumlah klenteng. Terdapat 14 buah
Untuk menampung kegiatan masyarakat dalam klenteng yan tersebar di Semarang. Delapan
melakukan kegiatan bersama biasanya diantaranya terdapat di kawasan Pecinan
menggunakan balai RT/RW yang ada atau halaman (sebenarnya ada 9, cuma satu klenteng sudah
depan beberapa Klenteng yang cukup luas, dirobohkan).
halaman sekolah maupun halaman kompleks
bangunan yayasan. Pada perayaan-perayaan Kehidupan Sosial Budaya Kawasan Pecinan
keagamaan seperti hariraya Imlek atau perayaan Semarang
ulang tahun dewa-dewa klenteng biasanya Kawasan Pecinan merupakan kawasan yang
diadakan perarakan di halaman klenteng-klenteng mayoritas dihuni oleh penduduk keturunan Cina,
besar seperti klenteng Tay Kak Sie atau di jalan- yang melakukan migrasi dari Cina bagian selatan
jalan utama di kawasan Pecinan seperti di Jl. berabad-abad yang lalu. Pada masa lalu memang
Wotgandul Timur depan klenteng Liong Hok Bio. merupakan kawasan yang homogen, namun
Juga terdapat beberapa fasilitas sosial yang sekarang sudah lebih banyak berakulturasi, baik
dikelola oleh perkumpulan yayasan sosial-budaya secara fisik maupun non fisik. Mayoritas
untuk memberi pelayanan bagi masyarakat yang penduduknya sudah merupakan penduduk
membutuhkan seperti: peranakan, yaitu lahir di Indonesia. Secara
- Rumah Abu Kong Tik Soe, terletak di sebelah keseluruhan, kawasan pecinan mengalami
klenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok. Rumah perkembangan ke arah yang lebih modern. Namun,
abu ini memiliki fungsi, yaitu: Kongkoan masih tetap dapat ditemukan peninggalan-
(kantor administrasi masyarakat Tionghoa), peninggalan, baik fisik maupun non fisik, seperti
sekolah anak miskin, serta rumah abu. bangunan rumah tinggal, rumah toko, kelenteng,
tradisi, dan kebiasaan.
Masyarakat di Kawasan Pecinan Semarang
kebanyakan beragama Tri Dharma (Taoisme,

ft-UNWAHAS SEMARANG 23
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

Confusianisme, Buddhisme). Lembaga keluarga setiap tanggal 1 bulan 1 Imlek, dan sembahyang
dan lembaga agama bagi masyarakat pecinan Cap Go Me setiap tanggal 15 bulan 1 Imlek.
sangat erat hubungannya. Di samping rumah Biasanya semakin besar sebuah kelenteng semakin
sebagai tempat segala kegiatan keagamaan yang lengkap dan semakin meriah upacara yang
terwujud dalam penghormatan arwah leluhur di dilakukan.
altar ruang depan rumah, juga kelenteng sebagai
aktivitas lembaga keagamaan bagi suatu keluarga
besar atau suatu klan. Pada beberapa klan biasanya
memiliki kelenteng sendiri. Pada masa
pemerintahan Orde Baru kegiataan keagamaan
masyarakat pecinan pada hari-hari tertentu
dibatasi. Pada masa reformasi, kegiatan keagamaan
Gambar 11. Perarakan HUT Kedatangan Kong
tersebut lebih leluasa. Sehingga pada hari-hari
Co Sam Poo Tay Djien
khusus (seperti pada Hari Raya Imlek) sering
dilakukan kegiatan pertunjukan barongsay dan
Pengaruh Arsitektur Tradisional Cina terhadap
keagamaan pada halaman kelenteng maupun jalan
simbolisasi rumah tinggal etnis Cina
raya di depan kelenteng. Sehingga kelenteng
Arsitektur Tradisional Cina, dikembangkan
menjadi pusat aktivitas sosial-budaya-keagamaan
secara lengkap sebelum Dinasti Man pada tahun
masyarakat di Kawasan Pecinan Semarang.
2000 SM. Karena mata pencaharian penduduk
Upacara sembahyang yang dilakukan di dalam
sangat tergantung pada produksi pertanian, tingkat
Kelenteng Pecinan Semarang umumnya dibagi
perekonomiannya menjadi sangat rendah;
menjadi sembahyang perorangan dan upacara
karenanya konstruksi kayu, walaupun mudah
besar. Terkadang upacara besar ini dimeriahkan
terbakar, menjadi metode bangunan yang populer
dengan festival atraksi, seperti barongsay dan
dan banyak dipakai selama lebih dari 20 abad.
samsi. Aktivitas sembahyang berpusat pada meja
Rangka kayu Cina tidak hanya berfungsi wcara
pemujaan atau altar.
efektif, tetapi juga memperlihatkan keanggunan.
metode - metode yang digunakan melukiskan buah
Sembahyang Perorangan
pikiran Spiritual thythm of The Movement yang
Sembahyang perorangan merupakan kegiatan
tergambar dalam cara dan bentuk kehidupan orang
sehari-hari di klenteng dengan tata cara yang
Cina yang harmonis dengan lingkungan alam dan
sederhana. Pertama yang dilakukan adalah
kekuatan - kekuatan dinamis. Perencanaan dan
membakar tiga batang hio di altar yang menghadap
pengaturan dari bangunan - bangunan dalam
ke langit luar, yaitu kepada Thian Kong.
suatu kelompok biasanya bersifat formal atau
Selanjutnya, bersembahyang kepada Sam Koan
resmi. Karakter Arsitektur Cina terlihat pada :
Tay Tee (jika ada), baru kemudian bersembahyang
pola tata letaknya, keberadaan panggung dan
di altar utama dengan tiga buah hio atau
teras depan, sistem struktur bangunan, Tou-Kung,
kelipatannya (sesuai dengan jumlah altar dalam
bentuk atap, penggunaan warna, dan gerbang.
kelenteng yang disembahyangi), baru kemudian
Beberapa karakter terlihat pada rumah-rumah dan
altar-altar samping.
klenteng di beberapa kawasan Pecinan Semarang,
yaitu:

Gubahan Massa
Konsep gubahan massa pada bangunan
tradisional Cina adalah :
Gambar 10. Orang sedang melakukan sembahyang - Moduler
perorangan Tiap pertumbuhan bangunan mengikuti pola
Upacara Besar yang sudah ada, baik dari segi penataan ruang
Upacara besar yang dilakukan dalam kelenteng maupun luasannya.
biasanya upacara sembahyang Toapekong pada - Simetri
tanggal 24 bulan 12 Imlek, untuk memperingati Keteraturan pertumbuhan massa tersebut
Dewa Utama dari Kelenteng, sembahayang Tahun mengakibatkan susunan bangunan simetri.
Baru Imlek (Dji Kao–Kao) yang terdiri dari - Halaman tengah
sembahyang Tuhan Allah (King Thie Kong) setiap Digunakan untuk interaksi sosial didalam
tanggal 7 bulan 1 Imlek. Sembahyang Tahun Baru keluarga.

24 ft-UNWAHAS SEMARANG
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

- Tembok keliling c. Hsieh Shan: gabungan atap pelana dengan atap


Simbol daripada tertutupnya kelompok satu bubungan miring/perisai yang lebih rendah.
dengan kelompok lain ataupun lingkungan luar.
- Orientasi ke dalam
Memperkuat sifat tertutup terhadap lingkungan
luar.
Perubahan dan perkembangan konsep-konsep
gubahan masa bangunan dewasa ini sangat jauh Gambar 14. Atap Tipe Hsieh Shan
berbeda dengan pola. tradisional. Konsep-konsep
tersebut antara lain : d. Ngan Shan: jenis atap yang ditopang oleh
- Bebas dinding pada tepinya.
Yaitu pertumbuhan massa bangunan tidak
harus mengikuti modul.
- Terbuka
Lebih agak menerima lingkungan luar,
yang masih terlihat adalah dinding-dinding Gambar 15. Atap Tipe Ngan Shan
menjulang tinggi menutup tapak tempat
tinggalnya. Gunungan pada umumnya dibuat lebih tinggi,
- Blok melebihi lengkungan atap, dan memiliki ornamen
Kecenderungan untuk hidup berkelompok bila yang penuh baik berupa lukisan ataupun ukiran
berada di negara lain. Gubahan massa bangunan serta biasanya bertingkat, sehingga disebut sebagai
tidak moduler, tetapi berbentuk blok dalam satu matou qiang atau dinding kepala kuda. Ornamen
kawasan, disebut Chinatown. gunungan yang paling sering ditemui adalah motif
geometris atau bunga. Pewarnaannya juga
Bentuk Atap (wuding) memiliki arti simbolis seperti merah yang
Prinsip bentuk atap bangunan tradisional Cina melambangkan kebahagiaan.
adalah: a) Melambangkan fungsi dan tingkatan
bangunan: b) Penyaluran beban di tengan dan di
tepi; c) Merupakan ungkapan dari bentuk gunung.
Konsep bentuk atap tradisional Cina yaitu simetri
dan bentuk segitiga.
Gambar 16. Tipe-tipe Gunungan (Tipe Emas, Tipe
Bagian atap klenteng atau rumah-rumah khas
Air, Tipe Kayu, Tipe Api, dan Tipe Tanah)
Cina merupakan pokok bangunan yang biasanya
memiliki banyak ornamen. Pada dasarnya terdapat
Tepi-tepi bubungannya kaya dengan dekorasi
empat tipe atap tradisional (Gin, Djih Su, 1964)
dan diatasnya dibentuk dengan lukisan timbul yang
yaitu:
keras berwujud figur-figur yang mewakili dewa
dan pahlawan rakyat. Tepi bubungannya biasanya
a. Wu Tien: jenis atap bangunan miring yang
dihiasi wenshou yang biasanya diangkat dengan
dipakai pada istana atau balai-balai penting
ujung yang melengkung dan ujung usuk dihiasi
dengan susunan atap single ataupun double.
dengan keramik bermotif. Ujung jurai biasanya
juga diangkat dengan ornamen, dimana salah satu
ornamen yang sering digunakan adalah
yanweixing.
Pada rumah-rumah di kawasan Pecinan,
Gambar 12. Atap Tipe Wu Tien kebanyakan memiliki atap yang sederhana dimana
bentuknya cuma berupa atap pelana dengan
b. Hsuan Shan: tembok samping bangunan bubungan atap melengkung pada sisi kiri-kanan
berbentuk segitiga dengan atap miring yang serta diberi warna merah untuk simbol
didukung 5-8 kaso. kebahagiaan.

Gambar 13. Atap Tipe Hsuan Shan

ft-UNWAHAS SEMARANG 25
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

axial, orientasi utara-selatan, dan dinding


pembatas keliling.
b. Konsep San Heyuan, membentuk courtyard
yang didasarkan pada simetri dan axial
planning tetapi tanpa arah utara-selatan dan
tanpa dinding pembatas keliling.
c. Konsep formasi L dan I dengan courtyard yang
Gambar 17. Tipe-tipe penutup atap pada diletakkan di depan bangunan.
Arsitektur Cina Pintu utama rumah biasanya menghadap ke selatan
atau timur jika lokasinya memungkinkan.
Bentuk Denah dan Pola Tata Letak
Bentuk denah pada arsitektur Cina selalu Sistem Struktur Bangunan dan Tou-Kung
menerapkan prinsip simetri dan seimbang serta (bracket/kepala kolom)
mempunyai order yang jelas. Tata letak bangunan Sistem struktur terdiri atas pekerjaan kayu
pada sumbu utara-selatan (di utara menghadap utama dan tambahan. Karakter umum yang
selatan) untuk bangunan utama yang ditempati menjadi ciri khas arsitektur Tiongkok adalah pada
kepala keluarga dan anggota keluarga tertua. tipe courtyard yang ada dan kerangka struktural
Bangunan di timur dan barat (bangunan samping) tata ruangnya. Bisa dilihat bahwa pada dasarnya
dan bangunan selatan (bangunan ujung) digunakan prinsip arsitektur Tiongkok menekankan pada segi
oleh anak dan pembantu. struktur yang fungsional, indah dan perancangan
Rumah-rumah khas Cina berbentuk struktur yang logis.
lantai satu maupun lantai dua. Lantai satu biasanya Mengenai material konstruksinya, selalu
adalah tempat tinggal anggota-anggota keluarga terdapat anggapan bahwa kalau orang
dan ruang pertemuan. Sedang lantai dua, ruang menggunakan kayu-kayuan sebagai tiang yang
yang penting adalah kuil leluhur / altar pemujaan vertikal, penempatannya pada arah kebalikan
leluhur. Rumah-rumah tersebut dibangun kewajaran posisi semasa hidupnya sebagai pohon,
disekeliling sebuah pekarangan (courtyard) yang maka hal ini bukan saja secara estetika tidak bagus,
ada di tengah (lihat Gambar 2.10). Rumah tangga tetapi secara Feng Shui tidak menguntungkan.
yang ambisius memiliki dua buah pekarangan yang Kalau urat atau kembang kayunya dan arah
saling berhubungan. Courtyard ini memiliki arti kewajaran pertumbuhannya menunjuk ke atas,
dan aturan-aturan serta fungsi yang beragam, maka mereka yang tinggal dalam rumah tersebut
misalnya: sebagai pembatas, ventilasi, akan bertambah sejahtera.
memudahkan pergerakan udara maupun untuk Keistimewaan yang menonjol dari arsitektur
memasukkan cahaya. Cina terletak pada unsur Tou Kung atau Bracket
Set atau Bracket Complex, yang berfungsi untuk
menyangga atap kantilever. Bisa diletakkan pada
kolom tengah, kolom sudut atau balok diantara dua
kolom. Tou disebut juga blok tangan yaitu sebagai
balok panjang yang menahan beban dari purlin
(balok gording bulat panjang yang menahan kaso),
Kung disebut juga lengan yaitu unsur kung yang
berjejer berturut-turut.

Gambar 18. Courtyard dalam tipikal rumah toko

Beberapa courtyard pada bangunan


memberikan batasan privacy dan merefleksikan
nilai pentingnya bangunan tersebut dan status
sosial penghuninya (Skinner, 1997). Konsep
perencanaan courtyard ini terbagi atas:
Gambar 19. Tipe-tipe Tou-Kung
a. Konsep Si Heyuan, membentuk courtyard
yang berdasarkan pada simetri, perencanaan

26 ft-UNWAHAS SEMARANG
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

Penggunaan Warna REKOMENDASI


Budaya Cina sarat dengan simbolisasi yang Rumah tinggal yang ada di Kawasan Pecinan
mengandung makna yang sangat dalam Semarang memiliki nilai historis yang tinggi,
diwujudkan dalam bentuk fisik maupun non fisik dimana Kawasan Pecinan merupakan Pusaka
dan dalam bentuk gambar maupun warna yang Indonesia yang berperan dalam menciptakan
khusus. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan identitas kota Semarang. Dari segi fisik, rumah
warna dalam bangunan spiritual arsitektur Cina tinggal di kawasan tersebut memiliki keunikan
yaitu klenteng. Begitu juga di Kawasan Pecinan berupa struktur dan konstruksi serta ornamen khas
Semarang, disamping mempunyai daya tarik Cina. Berpijak dari makna yang terkandung dalam
sebagai unsur keindahan, warna juga mengandung simbolisasi rumah tinggal etnis Cina tersebut,
makna dan simbolisasi. Warna merah untuk maka perlu adanya upaya pelestarian dengan
kebahagiaan, hijau untuk kedamaian dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
keabadian, putih untuk kedamaian dan kadangkala - Historis Kawasan, karena kawasan Pecinan
untuk dukacita, warna keemasan untuk lambang merupakan bagian dari sejarah pertumbuhan
kerajaan, kekukuhan, dan kekayaan. morfologi kota Semarang
- Kebijakan Pemerintah untuk mendukung
KESIMPULAN pelestarian tampilan kawasan terutama fasade
Dari hal tersebut di atas maka dapat diambil dan estetika bangunan sehingga secara fisik
kesimpulan akhir bahwa aspek-aspek yang detil-detil tetap dapat memberi ciri khas
berpengaruh terhadap simbolisasi rumah tinggal terhadap identitas kota
etnis Cina di Kawasan Pecinan Semarang secara - Arah pelestarian yang ditujukan pada
tidak langsung membentuk sebuah identitas yang pengembangan budaya. Dengan mengangkat
khas terhadap bangunan di kawasan tersebut. upacara ritual serta nilai yang terkandung di
Secara makro tipologi rumah tinggal etnis Cina dalamnya sehingga dapat menumbuhkan
sangat kentara dan memiliki ciri tertentu yang kebanggaan dalam menunjukkan identitas atau
mudah dikenali orang. Simbolisasi rumah tinggal jati dirinya.
etnis Cina Kawasan Pecinan Semarang dibentuk
dan dipengaruhi oleh komponen-komponen: DAFTAR PUSTAKA
1. Elemen fisik, meliputi tipologi, fasade, atap,
ornamen, warna rumah tinggal sebagai Cullen, Gordon, 1961, The Concise of Townscape,
komponen utama. Bangunan etnis Cina mudah Van Nostrand Reinhold Company, New York.
dikenali secara fisik, dimulai dari fasade Gih Djin Su, 1964, Chinese Architecture Post and
bangunan yang khas dengan model atap yang Contemporary,
bergelung pada ujungnya. Sesuatu yang khas Liem Thian Joe, 1933, Riwayat Semarang dari
dari atap rumah tinggal Kawasan Pecinan Djamannya Sam Poo sampai
Semarang adalah memiliki tritisan yang Terhapoesnya Kongkoan, boekhandel Ho Kim
merupakan pengaruh dari iklim tropis. Yoe, Semarang.
2. Elemen non fisik, meliputi kebudayaan Cina Muhadjir, Noeng, 1996, Metodologi Penelitian
dan kehidupan sosial budaya sebagai Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta.
komponen penunjang. Masyarakat etnis Cina Rapoport, Amos, 1977, Human Aspects of Urban
di Kawasan Pecinan Semarang umumnya Form, Towards A Man Environment
memiliki kepercayaan memuja dewa. Pada Approach to Urban Form and Design, Oxford,
kawasan terdapat kelenteng yang terletak pada USA.
tusuk sate yang diyakini dapat menangkal Roosiana, Maria, 2002, Kajian Pola Morfologi
hawa buruk kawasan dan juga terletak pada Ruang Kawasan Pecinan (Studi Kasus:
tepi sungai. Pada waktu tertentu terdapat Kawasan Pecinan Semarang), Thesis Program
upacara ritual pemujaan dewa yang dilakukan Pasca Sarjana UNDIP, Semarang.
di kelenteng. Shirvani, Hamid, 1984, The Urban Design
Process, Van Nostrand Reinhold Company,
New York.
Skinner, Stephen, 1997, Feng Shui, Dahara
Prize, Semarang.

ft-UNWAHAS SEMARANG 27
Momentum, Vol. 8, No. 2, Oktober 2012 : 19- 27 ISSN 0216-7395

28 ft-UNWAHAS SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai