Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan terhadap Kadar Bilirubin

Serum Bayi Hiperbilirubinemia

Novi Novianti, Henny Suzana Mediani, Ikeu Nurhidayah


Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
Email: nonov1980@gmail.com

Abstrak

Hiperbilirubinemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada masa neonatal. Terapi modalitas dibutuhkan
karena fototerapi sebagai prosedur penatalaksanaan hiperbilirubinemia di rumah sakit berpotensi menimbulkan efek
samping. Field massage sebagai terapi adjuvan, diduga dapat meningkatkan ekskresi bilirubin selama bayi mendapat
fototerapi. Namun, penelitian field massage sebelumnya baru melaporkan penurunan kadar bilirubin diduga seiring
meningkatnya frekuensi buang air besar sebagai efek massage. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh field
massage sebagai adjuvan terhadap kadar bilirubin serum bayi hiperbilirubinemia yang menjalani fototerapi. Desain
penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan non equivalen pre test-post test design with control group.
Sampel diambil secara consecutive terbagi menjadi kelompok intervensi (16 responden) dan kelompok kontrol (16
responden). Data dianalisis menggunakan Dependen T-Test, Independen T-Test, dan Analysis of Covarians. Hasil
menunjukkan rata-rata kadar bilirubin serum setelah intervensi pada kelompok intervensi (8,09+1,21) sedangkan
kelompok kontrol (10,05+2,17). Penurunan rata-rata kadar bilirubin serum kelompok intervensi (7,20+1,59),
sedangkan kelompok kontrol (4,64+1,25), antara kedua kelompok terdapat perbedaan penurunan yang bermakna
(p=0,001). Kontribusi variabel confounding tidak berpengaruh terhadap penurunan rata-rata kadar bilirubin serum,
setelah dikontrol variabel confounding pada kelompok intervensi memiliki nilai bersih (7,23+0,37), kelompok kontrol
memiliki nilai bersih (4,61+0,37). Kesimpulan didapatkan field massage sebagai terapi adjuvan dapat menurunkan
kadar bilirubin serum secara efektif. Berdasarkan hasil penelitian Field massage bisa menjadi salah satu alternatif
intervensi keperawatan yang dapat digunakan dalam penatalaksanaan bayi hiperbilirubinemia di rumah sakit.

Kata kunci: Field massage, fototerapi, hiperbilirubinemia, neonatal.

Effect of Field Massage as Adjuvant Therapy on Serum Bilirubin Levels


Neonatal Hyperbilirubinemia

Abstract

Hyperbilirubinemia is the common complication that occurs in neonatal period. Therapeutic modality is
needed since phototherapy as a standard procedure for hiperbilirubinemia in hospital is often give side effects.
Field massage is an adjuvant therapy might increases the excretion of infant bilirubin serum in procedure of
phototherapy. However, previous research used field massage noticed that decreased levels of bilirubin allegedly
increased with the frequency of defecation as massage effect. The purpose of this study was to determine effect
of field massage as adjuvant to level of bilirubin serum in neonatal with phototherapy.The research design used
quasi experiments with non equivalent pre test-post test design. The sample was recruited by consecutive sampling
of 16 respondents in intervention group and 16 respondents in control group. Data were analyzed by using
Dependent T-Test, Independent T-Test, and Analysis Covarians. Results showed that the mean serum bilirubin
level after intervention in intervention group showed (8.09+1.21), while the control group were about 10.05+2.17.
Decreasing mean serum bilirubin level in the intervention group (7.20+1.59) and the control group (4.64+1.25),
between two groups showed that there had significant decrease (p=0.001). Contribution of confounding variables
did not affect to the decreased mean serum bilirubin level, whereas after controlled confounding variables
in the intervention group showed had net value (7.23+0.37), and for the control group (4.61+0.37). It can be
concluded that field massage is effective and useful in decreasing bilirubin serum levels. Results of this study
can be used as one of alternative nursing interventions in managing neonatal hyperbilirubinemia in hospitals.

Keywords: Field massage, hyperbilirubinemia, neonatal, phototherapy.

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 315


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

Pendahuluan et al., 2014;Naufal&Widodo, 2016; Robert,


Princely Jeyaraj, & Kanchana, 2015).
Ikterus atau hiperbilirubinemia merupakan Beberapa hasil penelitian terdahulu
salah satu komplikasi yang sering terjadi mendukung penggunaan field massage
pada masa neonatal. Sebanyak 75% alasan terhadap penurunan kadar bilirubin (Chen
bayi dirawat inap selama periode neonatal et al., 2011; Kianmehr et al., 2014). Namun
disebabkan hiperbilirubinemia (Barbara, JS., korelasi yang jelas antara mekanisme
2008;Escobar, 2005;Shetty & Kumar, 2014). massage dengan ekskresi bilirubin belum
Sebagian besar hiperbilirubinemia pada bayi diketahui secara pasti. Penelitian sebelumnya
baru lahir bersifat fisiologis, namun memiliki sebatas melaporkan penurunan kadar
potensi meracuni sistem saraf pusat yang bilirubin diduga seiring meningkatnya
dapat menyebabkan Kernicterus (Maisels & frekuensi buang air besar sebagai efek
McDonagh, 2008; Yuliarti, et al, 2011). massage terhadap fungsi pencernaan. Selain
Fototerapi merupakan prosedur standar itu, teknik massage penelitian sebelumnya
dalam penatalaksanaan hiperbilirubinemia hanya menggambarkan area pemijatan
di rumah sakit, namun hasil-hasil penelitian secara umum, belum merinci secara jelas
menunjukkan pemberian fototerapi belum teknik-teknik keseluruhan. Sehingga perlu
efektif dan ditemukan beberapa efek dipertimbangkan mencari langkah-langkah
samping bagi bayi (Dewi, Kardana, & Suarta pemijatan secara menyeluruh sebagai
2016); Kosim, Soetandio, & Sakundarno, kebaruan penelitian ini.
2008). Efek samping yang mungkin terjadi Sentuhan merupakan kebutuhan dasar
diantaranya: diare, dehidrasi, ruam kulit, bagi bayi baru lahir. Melalui massage,
gangguan retina, hipertermia, Bronze Baby bayi mempersepsikan sentuhan sebagai
Syndromme, bahkan kemandulan pada bayi pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman
laki-laki (Champlain Maternal Newborn (Field, 2004). Pemberian field massage
Regional Programme, 2015). Fototerapi juga merupakan tindakan keperawatan memenuhi
beresiko memicu stress, selama fototerapi kebutuhan rasa aman dan nyaman bayi yang
bayi dilingkungan terpisah dari ibunya, menjalani fototerapi (Robert et al., 2015).
gangguan mental dan emosional dapat terjadi Penelitian ini menggunakan pendekatan
akibat pemisahan saat fototerapi (Kianmehr teori comfort yang dikembangkan Kathrine
et al., 2014). Perawat anak sebagai bagian Kolcaba dalam kerangka pemikirannya
integral dalam tim perawatan klien, perlu dengan menawarkan kenyamanan sebagai
menemukan solusi untuk meningkatkan bagian terdepan dalam proses keperawatan.
efektifitas fototerapi sehingga meminimalkan Perawat diharapkan dapat merencanakan
efek samping yang ditemukan. intervensi yang sesuai dan tepat waktu
Hasil-hasil penelitian tentang penurunan menggunakan model perawatan berfokus
kadar bilirubin pada bayi yang menjalani pada kenyamanan klien (Ilmiasih, Nurhaeni,
fototerapi masih belum optimal, beberapa & Waluyanti, 2007).
penelitian dilakukan untuk mencari terapi Pengaruh field massage perlu dilakukan
modalitas yang dapat digunakan sebagai evaluasi melalui penelitian kembali, karena
adjuvan dalam mengefektifkan penurunan efektifitasnya sebagai terapi adjuvan terhadap
kadar bilirubin disamping pemberian kadar bilirubin masih beragam dan gambaran
fototerapi. Terapi modalitas tersebut teknik yang menyeluruh belum jelas
adalah perubahan posisi selama fototerapi, terperinci. Penelitian sebelumnya oleh Chen
pemberian jenis minum, dan field massage et al. (2011) yang melakukan baby massage
(Chen, Sadakata, Ishida, Sekizuka, & Sayama, dengan metode field, hasil menunjukkan
2011;Kianmehr et al., 2014; Rahmah, Yetti, massage dapat menginduksi penurunan
& Besral, 2012; Shinta, 2008). Field massage bilirubin transkutaneus (p=0,009) dan
merupakan terapi modalitas yang diduga bilirubin serum (p=0,007) secara signifikan.
dapat meningkatkan ekskresi bilirubin bayi Kianmehr, et.al. (2014) menyebutkan field
selama fototerapi menurut beberapa penelitian massage berpengaruh signifikan dalam
terbaru (Chen et al., 2011;Dalili, Sheikhi, menurunkan tingkat bilirubin bayi yang
Shariat, & Haghnazarian, 2016;Kianmehr difototerapi (p=0,001). Robert et.al.(2015)

316 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

menilai therapeutik massage dengan metode kontraindikasi dilakukan field massage, yaitu
field efektif menurunkan tingkat bilirubin demam (suhu tubuh >38C), peningkatan
neonatus (p=0,001). tanda-tanda vital, dan lethargik. Adapun
Berbeda dengan penelitian Karbandi, kriteria eksklusi sampel, yaitu: bayi dengan
Lotfi, Boskabadi, dan Esmaily (2015), yang rhesus dan ABO inkompatibilitas, anomali
melaporkan bahwa rata-rata kadar bilirubin kongenital, infeksi, obstruksi gastrointestinal,
transkutaneus kelompok intervensi dan dan atresia bilier. Sampel kemudian dibagi
kontrol tidak berbeda (nilai p=0.98). Massage menjadi dua kelompok: kelompok intervensi
metode field hanya meningkatkan frekuensi sebanyak 16 responden dan kelompok kontrol
buang air besar kelompok intervensi pada hari sebanyak 16 responden.
ke 4-6 (p=0,01, p<0,001), p=0,005). Masih Penelitian ini dilakukan di Ruang
kurangnya penelitian sahih yang mendukung Tanjung Bagian Perinatal RSUD
pengaruh positif massage terhadap bayi Kabupaten Sumedang, pengumpulan data
hiperbilirubinemia menjadi dasar dilakukan dilakukan selama 2 (dua) bulan. Uji etik
penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini penelitian (Ethical Clearance) didapatkan
untuk mengetahui pengaruh field massage dari Komite Etik Penelitian Kesehatan
sebagai terapi adjuvan terhadap kadar Universitas Padjadjaran. Informed consent
bilirubin serum bayi hiperbilirubinemia dilaksanakan kepada orang tua responden
yang menjalani fototerapi di Ruang Perinatal berkaitan responden merupakan pasien
RSUD Kabupaten Sumedang. beresiko. Tujuan dan manfaat penelitian
dijelaskan kepada orang tua responden yaitu
mengetahui pengaruh field massage sebagai
Metode Penelitian terapi adjuvan terhadap kadar bilirubin,
sehingga hasil penelitian diharapkan dapat
Desain penelitian ini menggunakan quasi menjadi salah satu pendekatan keperawatan
eksperimen dengan pendekatan non dalam manajemen bayi hiperbilirubinemia di
equivalent control group pretest and posttest rumah sakit. Manfaat bagi bayi, diharapkan
design. Kelompok eksperimen dan kelompok massage dapat meningkatkan rasa nyaman
kontrol tidak dipilih secara random, setiap yang merupakan kebutuhan dasar bayi baru
kelompok dilakukan pre test dan post test lahir, terutama bayi yang mendapat paparan
terkait variabel dependen yang diteliti (Polit sinar fototerapi. Bahaya yang mungkin terjadi
& Beck, 2014). selama pelaksanaan massage dijelaskan,
Populasi dalam penelitian ini adalah bayi seperti bayi kedinginan atau cegukan. Oleh
baru lahir hiperbilirubinemia yang menjalani karena itu, pelaksanaan massage senantiasa
fototerapi di RSUD Sumedang dengan dilakukan dalam infant warmer. Orangtua
jumlah populasi Januari-Desember 2016 responden mempunyai hak menarik diri dari
sebanyak 304 bayi. Besar sampel ditentukan penelitian tanpa ada efek terhadap pelayanan
menggunakan rumus beda rerata dua populasi yang sedang dilaksanakan terhadap bayinya.
(Dahlan, 2013). Berdasarkan standar deviasi Prosedur pengumpulan data dimulai
penelitian sebelumnya yaitu penelitian dengan mengidentifikasi bayi yang
Kianmehr et.al.,(2014) dengan rerata level berkunjung ke rumah sakit dengan diagnosa
bilirubin kelompok intervensi (9.92+1.3) dan hiperbilirubinemia. Setelah bayi teridentifikasi
kelompok kontrol (11.97+1.52) didapatkan dan sesuai untuk menjadi subjek penelitian,
nilai Sd 1.409. Sehingga besar sampel kemudian dilakukan informed consent kepada
didapatkan sebanyak 32 responden. Sampel orang tua bayi dan menentukan kelompok
diambil secara consecutive sesuai kriteria kontrol atau kelompok intervensi. Kedua
inklusi yaitu : 1) Bayi baru lahir aterm, berat kelompok dipilih berdasarkan perbedaan
badan antara 2500 s.d < 4000 gram; 2) Ikterus waktu sehingga tidak dilakukan randomisasi.
muncul pada 25–72 jam setelah kelahiran Kelompok intervensi adalah bayi
(ikterus fisiologis); 3) Kadar bilirubin serum hiperbilirubinemia yang menjalani fototerapi
total > 10 mg/dL sebagai level pemberian dan diberikan field massage sebanyak 2x/
fototerapi bagi bayi hiperbilirubinemia di hari (pagi dan sore hari) selama 3 hari dengan
RSUD Sumedang; dan 4) Tidak terdapat durasi 15-20 menit, dilakukan minimal 1 jam

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 317


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

setelah bayi minum. Sebelum dan setelah Analisis data dilakukan secara univariat,
intervensi field massage (hari ke-1 dan ke-3) bivariat, dan multivariat. Uji normalitas
dilakukan pengukuran kadar bilirubin serum data dan uji homogenitas dilakukan sebagai
sesuai prosedur medis rutin. Kelompok persyaratan dalam statistik parametrik. Uji
kontrol adalah bayi hiperbilirubinemia normalitas dengan Shapiro Wilk didapatkan
yang menjalani fototerapi, diberikan terapi seluruh data kadar bilirubin serum pada
sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) kedua kelompok memiliki nilai p > 0.05
penatalaksanaan hiperbilirubinemia di (0,814; 0,331; 0,759; 0,448; 0,926; dan
rumah sakit dan dilakukan pengukuran kadar 0,969), artinya data berdistribusi normal.
bilirubin serum (hari ke-1 dan ke-3) sesuai Sehingga analisa bivariat dapat menggunakan
prosedur medis rutin. Dependen T-Test untuk mengukur perbedaan
Langkah-langkah pelaksanaan field rata-rata kadar bilirubin serum pada
massage secara terstruktur meliputi 5 (lima) kelompok berpasangan. Uji homogenitas
area yaitu mulai dari wajah, dada, abdomen, data penurunan kadar bilirubin serum dengan
ekstremitas, dan punggung dengan sentuhan Levene Test (F) menghasilkan nilai 0,920
tekanan sedang (moderate pressure) (Chen dan 0,3454 (p > 0,05), artinya data memiliki
et al., 2011; Dalili, Sheikhi, Shariat, & varians yang homogen. Sehingga perbedaan
Haghnazarian, 2016; Kianmehr et al., 2014). penurunan rata-rata kadar bilirubin serum
Sebagai kebaruan dalam penelitian ini, antara kelompok intervensi dan kelompok
dalam menjabarkan teknik-teknik massage kontrol dapat menggunakan uji Independen
secara terperinci, peneliti mengadopsi teknik T-Test (Dahlan, 2009). Analisis multivariat
massage pada bayi yang dikembangkan menggunakan uji ANCOVA (Analysis of
oleh dr. Utami Roesli (Roesli, 2001) dan Covariance) dilakukan untuk mengontrol
teknik baby massage yang dikembangkan kontribusi variabel confounding terhadap
di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pijat pengaruh field massage (Montgomery C.D.,
Sehat Indonesia (LP3S) dimana massage 2001; Beck & Polit, 2014;Field, 2009).
dilakukan tidak hanya melalui sentuhan
(tactile) tapi dengan kinestetik (gerak) (Field,
1998;Roesli, 2001). Hasil Penelitian

Tabel 1 Karakteristik Responden Bayi Hiperbilirubinemia di Ruang Tanjung Bagian Perinatal


RSUD Sumedang Tahun 2017
No Kategori Kontrol (n=16) Intervensi (n=16)
f % f %
1. Jenis Kelamin Bayi
- Laki-Laki 11 68,8 10 62,5
- Perempuan 5 31,3 6 37,5
2. Jenis Kelahiran Bayi
- Spontan 7 43,8 7 43,8
- Vakum Ekstraksi 1 6,3 2 12,5
- Sectio Caesarea 8 50, 7 43,8
3. Jenis Minum Bayi
- ASI 13 81,3 12 75
- ASI + Susu 3 18,8 4 25
Formula
- Susu Formula 0 0 0 0
4. Jumlah Minum Bayi
- < 8x/ hari (100- 2 12,5 0 0
150ml/ KgBB/ hari

318 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

- 8-12x/ hari (100- 14 87,5 16 100


150 ml/ KgBB/ hari
5. Peningkatan Frekuensi BAB
- Tidak meningkat 2 12,5 0 0

- 1 kali/hari 6 37,6 2 12,5


- 2 kali/hari 5 31,3 6 37,5
- 3 kali/hari 3 18,8 7 43,7
- 4 kali/hari 0 0 1 6,3

Tabel 2 Perbedaan Rata-rata (Mean) Kadar Bilirubin Serum Sebelum dan Setelah Intervensi
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Variabel Kelompok Pengukuran Mean SD p-value
Kadar bilirubin Kontrol Sebelum 14,69 2,25 0.001*
serum sebelum Setelah 10,05 2,17
– setelah
intervensi Intervensi Sebelum 15,26 2,00 0.001*
Setelah 8,09 1,21
*Paired T-Test, bermaknα pada α< 0.05

Tabel 3 Perbandingan Selisih (Penurunan) Rata-Rata Kadar Bilirubin Serum Antara Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi
Variabel Kelompok n Mean SD Mean p-value
Difference
Penurunan Kontrol 16 4,64 1,25 2,56 0.001*
kadar Intervensi 16 7,20 1,59
bilirubin
serum
*Independent T-Test, bermakna pada α < 0.05

Tabel 4 Analisis Multivariat Kontribusi Variabel Perancu


Variabel Dependen Parameter B p-value
Rata-rata kadar bilirubin serum setelah intervensi Intercept 9,233 0,006
Jenis minum responden 0,817 0,298
Jumlah minum responden -1,080 0,433
Intervensi field massage 1,872 0,007
Penurunan rata-rata kadar bilirubin serum Intercept 8,349 0,003
Jenis minum responden -0,725 0,265
Jumlah minum responden -0,117 0,918
Intervensi field massage -2,625 0,000

Tabel 5 Analisis Multivariat Rata-Rata Kadar Bilirubin Serum Setelah Intervensi dan
Penurunannya yang Dikontrol Variabel Perancu
Variabel Kelompok Sebelum Dikontrol Setelah Dikontrol
Kovariat Kovariat

Mean SD Mean SD
Kadar bilirubin serum setelah Kontrol 10,05 2,17 10,00 0.449
intervensi Intervensi 8,09 1,21 8,13 0.449

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 319


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

Penurunan kadar bilirubin Kontrol 4,64 1,25 4,61 0,37


serum Intervensi 7,20 1,59 7,23 0,37

Tabel 1 ini menjelaskan tentang rata–rata kadar bilirubin serum pada


karakteristik responden dalam penelitian ini kelompok intervensi dan kelompok kontrol
yang meliputi : jenis kelamin, jenis kelahiran, menggunakan uji Independent T-Test untuk
jenis minum dan jumlah minum bayi, serta mengidentifikasi penurunan kadar bilirubin
frekuensi buang air besar (BAB). serum yang lebih signifikan diantara kedua
Dari beberapa karakteristik pada tabel kelompok. Tabel 3 berikut ini menjelaskan
1, diidentifikasi 2 buah variabel yang dapat perbandingan penurunan kadar bilirubin
menimbulkan bias terhadap hasil penelitian, serum diantara dua kelompok :
yaitu jenis minum dan jumlah minum bayi. Tabel 3 memperlihatkan selisih
Karakteristik jenis minum bayi selama (penurunan) rata-rata kadar bilirubin serum
perawatan menunjukkan sebagian besar sebelum dan setelah intervensi pada kedua
responden kelompok kontrol (81.3%) dan kelompok. Selisih (penurunan) sebesar
kelompok intervensi (75%) diberi minum (4,64+1,25) terjadi pada kelompok kontrol,
ASI saja. Sedangkan sisanya (18,8%) sedangkan kelompok intervensi memiliki
kelompok kontrol dan (25%) kelompok penurunan lebih besar yaitu (7,20+1,59).
intervensi diberikan minum ASI+susu Perbedaan mean diantara kedua kelompok
formula. Adapun jumlah minum bayi, hampir didapatkan 2,56, dan hasil uji Independent
seluruh responden kelompok kontrol (87.5%) T-Test didapatkan p-value 0,001 (nilai
dan seluruh responden (100%) kelompok p<0.05). Disimpulkan bahwa terdapat
intervensi minum antara 8-12x/ hari (100– pengaruh pemberian field massage sebagai
150/ KgBB/hari) dengan jumlah minum ASI terapi adjuvan terhadap penurunan rata-rata
saat dicoba diperah oleh ibunya mendapat kadar bilirubin serum bayi hiperbilirubinemia
sebanyak + 30 cc/2 jam. Kedua variabel yang yang ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata
berpotensi perancu dianalisis melalui analisis (mean difference) pada derajat kepercayaan
multivariat (Uji ANCOVA) untuk menilai 95% sebesar 2,56.
ada tidaknya kontribusi variabel perancu Analisis Multivariat Kontribusi Variabel
terhadap intervensi dan hasil penelitian. Perancu Terhadap Intervensi
Analisis Bivariat Pengaruh Field Massage Adanya pengaruh variabel yang berpotensi
Sebagai Terapi Adjuvan perancu terhadap intervensi pemberian field
Hasil uji bivariat rata-rata kadar bilirubin massage diidentifikasi dengan uji ANCOVA
serum sebelum dan setelah intervensi serta (Analysis Of Covariance). Uji ANCOVA
penurunan rata-rata kadar bilirubin serum digunakan untuk mengontrol variabel yang
digambarkan dalam tabel 2 berikut ini: berpotensi perancu (confounding) yaitu jenis
Hasil penelitian pada tabel 2, menunjukkan minum dan jumlah minum bayi terhadap
kadar bilirubin serum setelah mendapat rata-rata kadar bilirubin serum setelah
perawatan rutin standar pada kelompok intervensi dan terhadap penurunan rata-rata
kontrol memiliki rata-rata (10,05+2,17). kadar bilirubin serum sebelum dan setelah
Sedangkan pada kelompok intervensi setelah intervensi.
mendapat perawatan standar dan diberikan Berdasarkan hasil analisis multivariat
field massage memiliki rata-rata (8,09 + menggunakan Uji ANCOVA pada variabel
1,21). Hasil Uji Dependen T-Test pada dependen rata-rata kadar bilirubin serum
kelompok kontrol didapatkan perbedaan setelah intervensi, didapatkan nilai p sebesar
bermakna (p=0,001). Begitupula pada 0,298 (jenis minum) dan nilai p sebesar
kelompok intervensi didapatkan p–value 0,433 (jumlah minum) responden (nilai p
(p=0,001), menunjukkan terdapat perbedaan kedua variabel > nilai alpha). Hal tersebut
yang bermakna kadar bilirubin sebelum dan menunjukkan jenis minum dan jumlah minum
setelah pemberian field massage sebagai responden selama intervensi tidak secara
terapi adjuvan. signifikan berkontribusi terhadap kadar
Selanjutnya dianalisis selisih (penurunan) bilirubin serum setelah intervensi. Namun

320 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

intervensi field massage menghasilkan nilai dan Syah (2013) melaporkan sebanyak 68%
p=0,007 (nilai p<0,05). Artinya, field massage kasus hiperbilirubinemia terjadi pada bayi
berpengaruh terhadap kadar bilirubin setelah laki-laki. Sejalan dengan hasil penelitian
intervensi. ini, didapatkan sebagian besar responden
Hasil ujiANCOVApada variabel penurunan berjenis kelamin laki-laki. Faktor resiko
rata-rata kadar bilirubin serum menunjukkan hiperbilirubinemia dapat pula disebabkan
nilai p sebesar 0,265 (variabel jenis minum) oleh jenis kelahiran. Kelahiran bayi dengan
dan nilai p sebesar 0.918 (variabel jumlah tindakan memiliki risiko infeksi lebih besar
minum). Kedua variabel memiliki nilai p > dibanding persalinan spontan (Kosim et
nilai alpha, menunjukkan bahwa jenis minum al., 2007). Dalam penelitian ini, sebagian
dan jumlah minum responden tidak secara besar responden, memiliki riwayat lahir
signifikan berkontribusi terhadap rata-rata dengan tindakan, baik Sectio Caesarea
penurunan kadar bilirubin serum. Sedangkan maupun vakum ekstraksi. Sesuai penelitian
intervensi field massage menghasilkan nilai Kosim et. al (2007) bahwa 40% bayi yang
p=0,000. Artinya, field massage berpengaruh lahir dengan tindakan dapat mengalami
terhadap penurunan kadar bilirubin serum. hiperbilirubinemia.
Output uji ANCOVA juga menghasilkan Karakteristik bayi yang berpotensi untuk
nilai rata-rata (mean) kadar bilirubin serum menjadi faktor confounding dalam penelitian
yang dikontrol oleh kovariat (adjusting ini adalah jenis minum dan jumah minum bayi
mean). Berikut gambaran rata-rata kadar selama perawatan. Pemenuhan hidrasi yang
bilirubin serum yang telah dikontrol oleh adekuat pada bayi hiperbilirubinemia untuk
kedua kovariat. mencegah dehidrasi selama bayi menjalani
Rata-rata kadar bilirubin serum setelah fototerapi merupakan tanggung jawab
dikontrol oleh variabel confounding pada perawat (Hockenberry & Wilson, 2015).
kelompok kontrol memiliki nilai bersih Hidrasi yang tidak adekuat menyebabkan
(10,00+0,44), dan kelompok intervensi kurangnya efektifitas fototerapi, sehingga
memiliki nilai bersih (8,09+0,44). Perubahan upaya mempertahankan hidrasi yang adekuat
nilai rata-rata dengan pengontrolan oleh sangat penting untuk meningkatkan efektifitas
faktor confounding sangat kecil, yaitu (0,05) fototerapi (American Academy of Pediatrics,
dan (0,04) pada kedua kelompok. Selisih 2004;Maisels & McDonagh, 2008).
(penurunan) rata-rata kadar bilirubin serum Berdasarkan karakteristik jenis minum
setelah dikontrol variabel confounding pada bayi, didapatkan sebagian besar responden
kelompok kontrol memiliki nilai bersih pada kedua kelompok diberi minum ASI
(4,61+0,37) sedangkan pada kelompok saja, sedangkan sisanya diberikan ASI+susu
intervensi memiliki nilai bersih (7,23+0,37). formula. ASI diketahui ikut berperan dalam
Perubahan nilai sebelum dan setelah menghambat terjadinya bilirubin serum
pengontrolan oleh faktor confounding sangat yang kembali ke sirkulasi enterohepatik
kecil yaitu (0,03) pada masing-masing pada neonatus (Blackburn, 2013 dalam
kelompok. Kedua nilai bersih yang didapatkan Hockenberry & Wilson, 2015). Sehingga
menunjukkan bahwa variabel confounding dibutuhkan edukasi dan pemberian motivasi
memiliki kontribusi sangat kecil, sehingga yang kuat baik dari petugas maupun keluarga
tidak berpengaruh secara signifikan. agar ibu optimal dalam memberikan ASI
pada bayinya (Nurbaeti & Lestari, 2013;
Pramukti, Hill, & Isa, 2014). Karakteristik
Pembahasan jumlah minum responden, didapatkan hampir
seluruh responden pada kedua kelompok
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu diberikan minum 8-12x/hari (100–150/
masalah kegawatan pada bayi baru lahir, KgBB/hari) dengan jumlah minum ASI saat
dimana salah satu prediktor terjadinya dicoba diperah oleh ibunya sebanyak + 30
hiperbilirubinemia adalah jenis kelamin cc/2 jam. Menurut Pedoman The American
(Keren, Luan, Friedman, Saddlemire, & Academy of Pediatrics On Nutrition (2009),
Cnaan, 2008; Kosim, Garina, Chandra, & pada bayi yang mendapat fototerapi diberikan
Adi, 2007). Penelitian Tazami, Mustarim, minum dengan frekuensi meningkat, yaitu

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 321


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

antara 8–12x/ hari (Muchowski et al., 2014). pada beberapa bagian tubuh, bayi malas
Berdasarkan kebutuhan cairan bayi baru lahir menetek, dll. Saat dilakukan pengukuran
cukup bulan, mulai hari ke-3 sejak kelahiran pertama, bayi diketahui mengalami
dibutuhkan 100-150 ml/KgBB/hari (Murray peningkatan kadar bilirubin serum 5-6
& McKinney, 2007). mg/dL pada hari ke 2-5 kelahiran sampai
Keadekuatan pemberian Air Susu Ibu pada hari ke 12-14 kelahiran (Hockenberry &
bayi Hiperbilirubinemia menjadi tantangan Wilson, 2015). Pemberian fototerapi, akan
tersendiri bagi perawat dalam pemenuhan dipertimbangkan jika kadar bilirubin serum
hidrasi pada bayi yang menjalani fototerapi. > 12 mg/dL (Kosim, Yunanto, Dewi, Sarosa,
Selain resiko dehidrasi karena paparan &Usman, 2012). Namun dalam Pedoman
sinar fototerapi, bayi hiperbilirubinemia dan Panduan Pelayanan Pasien di RSUD
juga biasanya malas menetek. Oleh karena Kabupaten Sumedang, pemberian fototerapi
itu perawat perlu optimalisasi dalam mulai dipertimbangkan saat kadar bilirubin
mempertahankan status hidrasi bayi agar serum total bayi > 10 mg/dL (RSUD Kab.
terpenuhi sesuai kebutuhan (Rahmah et Sumedang, 2013).
al., 2012). Sehingga dalam penelitian ini, Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
karakteristik responden terkait pemenuhan pada derajat kepercayaan 95% terdapat
hidrasi yaitu jenis minum dan jumlah perbedaan penurunan rata-rata kadar bilirubin
minum responden tidak dijadikan kriteria serum yang signifikan antara kelompok
inklusi maupun eksklusi penelitian untuk yang diberikan field massage dibanding
menghindari ketidakefektifan pemenuhan kelompok kontrol dimana penurunan lebih
status hidrasi responden yang dapat besar didapatkan pada kelompok intervensi.
berpengaruh kurang baik terhadap responden Hasil penelitian ini telah menjawab hipotesis
selama menjalani fototerapi. mayor penelitian, bahwa terdapat pengaruh
Karakteristik frekuensi buang air besar pemberian field massage sebagai terapi
(BAB) responden dibahas karena ekskresi adjuvan terhadap kadar bilirubin serum pada
bilirubin yang sudah dikonjugasi maupun bayi hiperbilirubinemia yang menjalani
bilirubin yang sudah dipecah oleh sinar fototerapi. Kontribusi variabel confounding
fototerapi sebagian besar melalui feses menunjukkan bahwa variabel jenis minum
(85%), hanya sedikit saja (1%) bilirubin dan jumlah minum responden selama
yang diekskresikan melalui urin (Behrman, perawatan atau pemberian intervensi tidak
Kliegman, & Robert, 2004; Maisels et al., secara signifikan berkontribusi baik terhadap
2008). Frekuensi BAB merupakan salah satu kadar bilirubin serum setelah intervensi
indikator keadekuatan pemberian hidrasi maupun terhadap penurunan rata-rata kadar
bayi selama fototerapi. Frekuensi BAB bilirubin serum, karena perubahan nilai rata-
minimal 3-4x/hari menunjukkan pemberian rata sebelum dan setelah pengontrolan oleh
cairan terpenuhi sesuai kebutuhan bayi faktor confounding sangat kecil pada kedua
(Muchowski et al., 2014). Berdasarkan kelompok tersebut.
hasil penelitian, responden pada kelompok Penurunan kadar bilirubin serum yang
intervensi mengalami peningkatan frekuensi lebih besar memungkinkan pemberian durasi
BAB lebih banyak dibanding kelompok fototerapi dapat dipersingkat. Adapun untuk
kontrol.Sejalan dengan beberapa penelitian penghentian fototerapi, belum ada standar
sebelumnya, kelompok yang diberikan prosedur yang pasti, namun fototerapi dapat
field massage menunjukkan frekuensi BAB dihentikan bila kadar Bilirubin Serum Total
secara signifikan lebih baik, meningkat (BST) sudah berada dibawah nilai cut off
dalam batas normal dibandingkan kelompok point dari setiap kategori. Penurunan kadar
kontrol (Chen et al., 2011; Karbandi, Lotfi, & bilirubin serum 6%-20% merupakan hal yang
Boskabadi, 2016; Kianmehr et al., 2014;Lin, diharapkan setelah pemberian fototerapi
Yang, Cheng, & Yen, 2015). (Muchowski et al., 2014). Berdasarkan
Bayi yang mengalami Hiperbilirubinemia hasil penelitian, kelompok yang diberikan
fisiologis dapat diidentifikasi dengan field massage mengalami penurunan kadar
pengukuran kadar bilirubin serum saat bilirubin serum setelah intervensi sekitar
mengalami tanda dan gejala seperti ikterus 30-50%, sedangkan pada kelompok kontrol

322 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

penurunan kadar bilirubin serum setelah hari dan pengukuran level bilirubin serum
perawatan standar sekitar 13,5% - 40%. setelah intervensi pada hari ke-4 (Chen et
Kadar bilirubin serum responden pada al., 2011;Kianmehr et al., 2014;Naufal &
pengukuran pertama (sebelum intervensi) Widodo, 2016).Sedangkan penelitian ini,
pada kedua kelompok memiliki nilai intervensi field massage dilakukan dalam
maksimum dalam kategori zona high waktu 3 (tiga) hari. Hal tersebut berkaitan
risk menurut Normogram Bhutani (hour- dengan prosedur medis penatalaksanaan
specific bilirubin normogram), atau tingkat Hiperbilirubinemia di RSUD Kabupaten
bilirubin membahayakan karena berada pada Sumedang, untuk meminimalkan lama waktu
> persentil 95. Begitupula nilai minimum rawat pasien, setelah hari ke-3 manajemen
kadar bilirubin serum pada kedua kelompok penatalaksanaan Hiperbilirubinemia,
berada pada zona high intermediate. Zona dilakukan pengukuran kadar bilirubin serum
resiko tinggi merupakan kondisi yang kedua. Jika level bilirubin serum berada
memerlukan pemantauan intensif, bayi dibawah 10 mg/dL, maka bayi diperbolehkan
beresiko mengalami Kern icterus bahkan pulang. Namun, waktu pelaksanaan massage
dapat mengalami Ensefalopati Bilirubin dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian
(Usman, 2007). Meskipun Kern icterus atau Lin et. al (2015), yang memberikan infant
Ensefalopati Bilirubin sering terjadi pada massage dalam waktu 3 hari dan pengukuran
bayi dengan defisiensi enzim G6PD sebagai kadar bilirubin serum hari ke-3, pemberian
penyebab hiperbilirubinemia, namun kadar massage dalam waktu 3 hari dapat
bilirubin serum pada zona resiko tinggi memberikan hasil yang bermakna, dimana
menjadi faktor resiko mayor, dan zona high terdapat perbedaan signfikan (p=0,03) antara
intermediate menjadi faktor resiko minor kelompok yang diberikan infant massage
terjadinya kondisi tersebut (Usman, 2007). dibanding kelompok kontrol.
Sehingga manajemen penatalaksanaan Field massage sebagai terapi adjuvan
Hiperbilirubinemia yang tepat dan efektif dapat meningkatkan ekskresi bilirubin yang
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya telah dipecah melalui mekanisme fototerapi.
Kern icterus dan Ensefalopati Bilirubin. Bilirubin hasil konversi oleh sinar fototerapi
Kadar bilirubin serum setelah intervensi (lumirubin) seharusnya dapat diekskresikan
berdasarkan hasil penelitian pada kelompok dengan cepat melalui feses maupun urine.
intervensi berada dibawah garis “low risk Namun pada bayi baru lahir, aktifitas
zone” menurut Normogram Bhutani. Zona intestinal untuk mengeluarkan mekonium
resiko rendah merupakan zona yang aman belum sempurna berkaitan dengan asupan
bagi bayi, karena setelah hari ke 7-10, kondisi nutrisi belum optimal dan proses pencernaan
hepar bayi akan lebih mudah mengkonjugasi belum matang. Sehingga lumirubin tidak
bilirubin. Namun pada kelompok kontrol, mudah dihidrolisis dan direduksi oleh bakteri
kadar bilirubin serum pengukuran kedua usus untuk diekskresikan melalui feses dan
berada pada zona “low risk zone” dan urine, bahkan isomer bilirubin dan lumirubin
sebagian masih pada zona “low intermediate tersebut sangat mudah untuk direabsorpsi
risk”. Dalam zona intermediet, bayi masih kembali melalui siklus enterohepatik
mempunyai resiko terjadi “rebound effect”, (Kianmehr et al, 2014).
dimana bilirubin serum dapat naik kembali Melalui teknik-teknik dalam field massage,
setelah fototerapi dihentikan (Hockenberry stimulus yang diberikan pada kulit bayi dapat
& Wilson, 2015). langsung dikirim ke exteroceptor sebagai
Hasil-hasil yang didapatkan dalam sensorik terminal di kulit. Stimulus tersebut
penelitian ini hampir sama dengan penelitian akan menginduksi aliran darah, getah bening,
sebelumnya yang menunjukkan adanya dan cairan di jaringan subkutan. Massage
penurunan rata-rata kadar bilirubin lebih juga dapat meningkatkan tonus nervus vagus
baik pada kelompok intervensi. Adapun (stimulasi vagal), dimana salah satu cabang
perbedaan dalam penelitian ini adalah nervus vagus akan menginversi traktus
waktu pelaksanaan massage. Pada sebagian gastrointestinal. Nervus vagus merupakan
besar penelitian sebelumnya, intervensi komponen kunci dalam regulasi sistem saraf
field massage dilakukan dalam waktu 4-5 otonom dan fungsi sosioemosional yang

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 323


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

dapat menginervasi sebagian besar organ hiperbilirubinemia dapat mencapai kesehatan


dalam tubuh termasuk sistem pencernaan dan kesejahteraan yang diinginkan.
dan kardiovaskular. Meningkatnya aktivitas
vagal (vagal activity) dengan massage
akan memicu motilitas saluran pencernaan, Keterbatasan penelitian
merangsang pengosongan lambung,
meningkatkan sekresi cairan lambung dan Keterbatasan penelitian ini diantaranya adalah
pankreas sehingga produksi hormon gastrin : jumlah responden merupakan minimal
dan insulin meningkat. Bayi akan terstimulasi sampel untuk penelitian kuasi eksperimen
untuk menyusu lebih banyak, jumlah asupan dan belum mengukur durasi fototerapi
makanan dalam usus meningkat sehingga dalam hitungan jam. Durasi fototerapi dapat
dapat mengikat lebih banyak bilirubin agar menjadi variabel perancu terhadap hasil
mudah diekskresikan (Field & Diego, 2008). penelitian karena dalam penatalaksanaan
Massage juga dapat meningkatkan aliran hiperbilirubinemia di rumah sakit menjadi
getah bening dan sirkulasi darah, sehingga terapi utama untuk menurunkan kadar
mempercepat ekskresi bilirubin hasil konversi bilirubin serum. Penelitian selanjutnya dapat
oleh fototerapi. Bayi akan mengalami dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih
defekasi lebih awal, bilirubin hasil konversi representatif dan mengukur durasi fototerapi
dengan mudah terurai dan diekskresikan untuk meningkatkan nilai presisi penelitian.
melalui feses dan urine, sehingga bilirubin
yang kembali ke sirkulasi enterohepatik
menurun. Sentuhan juga mempunyai efek Implikasi terhadap praktik keperawatan
sedasi dalam relaksasi otot, menurunkan level
kortisol, mengurangi aktifitas kardiovaskuler, Field massage bermanfaat membantu
dan meningkatkan aktifitas enterokinesis bayi baru lahir mengeluarkan mekonium
yang membantu sistem pencernaan (Chen et lebih awal dan lebih baik, sehingga dapat
al, 2011; Dalili et al, 2016; Kianmehr et al, dilakukan lebih awal setelah bayi lahir.
2014; Lin et al, 2015). Pemberian field massage lebih awal
Berdasarkan paparan diatas, field massage dilakukan sebagai intervensi pencegahan
dapat dijadikan salah satu pendekatan terutama pada bayi yang lahir dengan faktor
keperawatan untuk mengoptimalkan resiko hiperbilirubinemia, baik bayi yang
ekskresi bilirubin, sehingga durasi fototerapi lahir dengan tindakan maupun faktor resiko
dapat dipersingkat dan komplikasi lainnya.Dengan pemberian field massage,
hiperbilirubinemia yang mungkin terjadi diharapkan bayi dapat mempertahankan
dapat dihindari. Berdasarkan teori kadar bilirubin serum dalam batas normal
kenyamanan Kathrine Kolcaba, field massage meskipun mempunyai resiko mengalami
berfungsi sebagai tindakan keperawatan peningkatan bilirubin serum.
untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan
nyaman bayi yang menjalani fototerapi. Bayi
yang diberikan sentuhan (stimulasi taktil) Simpulan
melalui massage akan mempersepsikan
sentuhan sebagai pemenuhan kebutuhan Hasil penelitian menunjukkan terdapat
dasarnya. Sentuhan berupa stimulasi pengaruh yang signifikan pemberian field
taktil dan kinestetik dapat berperan secara massage sebagai terapi adjuvan terhadap
signifikan terhadap perkembangan fisiologis penurunan kadar bilirubin serum pada bayi
bayi dengan berat lahir rendah (Hastuti & hiperbilirubinemia yang menjalani fototerapi.
Juhaeriah, 2016). Tercapainya peningkatan Variabel perancu yang diidentifikasi tidak
kenyamanan (enhanced comfort) berupa memengaruhi secara langsung intervensi
penurunan kadar bilirubin serum secara field massage dalam menurunkan kadar
signifikan merupakan tujuan yang diharapkan. bilirubin serum. Intervensi field massage
Jika intervensi kenyamanan dilaksanakan dapat menurunkan level bilirubin serum
secara konsisten, maka kenyamanan pada kategori zona high risk dan zona high
cenderung kearah ditingkatkan, sehingga bayi intermediate (zona membahayakan) menjadi

324 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

zona resiko rendah (zona aman) bagi bayi. and Development, 42, 22–26. https://doi.
Sehingga dapat menghindari resiko terjadi org/10.1016/j.infbeh.2015.10.009
rebound effect. Field massage dapat menjadi
salah satu intervensi keperawatan yang efektif Dalili, H., Sheikhi, S., Shariat, M., &
untuk menyelesaikan masalah keperawatan Haghnazarian, E. (2016b). Effects of baby
yang dialami bayi hiperbilirubinemia massage on neonatal jaundice in healthy
fisiologis. Field massage merupakan Iranian infants: A pilot study. Infant Behavior
intervensi yang mudah dilaksanakan, aman and Development, 42, 22–26. https://doi.
dan tanpa efek samping. Orangtua bayi org/10.1016/j.infbeh.2015.10.009
dapat dilatih agar dapat melaksanakan
massage secara mandiri. Field massage dapat Dewi, Kardana, & S. (2016). Efektivitas
dilanjutkan dirumah untuk mendapatkan Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar
manfaat lainnya, yaitu meningkatkan Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia
kualitas tidur, kemampuan bayi menetek, dan Neonatal di RSUP Sanglah. Sari Pediatri,
meningkatkan berat badan bayi. 18(2), 81–86.

Escobar, G. J. (2005). Rehospitalisation


Daftar Pustaka after birth hospitalisation: patterns among
infants of all gestations. Archives of Disease
Academy, A., & Pediatrics, S. on in Childhood, 90(2), 125–131. https://doi.
hyperbilirubinemia. (2004). Management of org/10.1136/adc.2003.039974.
Hyperbilirubinemia in The Newborn Infant
35 or More Weeks of Gestation. Pediatrics, Field, A. (2009). Statistics, Discovering Spss,
114(1), 297–316. https://doi.org/10.1542/ Using (Third Edit). Los Angeles: SAGE
peds.114.1.297. Publication Ltd.
Barbara, J. (2008). The Fetus and the Neonatal Field, T. (Ed). (2004). Touch and Massagein
Infant. Nelson text book of pediatrics. (S. B. Early Child Development. (Field Tiffany
Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Touch Research Institutes, Ed.), Child
Ed.) (18th Editi). Philadelphia: Saunders. Development. United States of America:
Johnson & Johnson Pediatric Institute.
Behrman, R.E., Kliegman, Robert M., J.
(2004). Nelson Textbook of Pediatrics. (17th Field, T. M. (1998). Massage Therapy Effects.
Editi). Philadelphia: Saunders. American Psychologist, 53(12), 1270–1281.
Champlain Maternal Newborn Regional Hastuti, D., & Juhaeriah, J. (2016). Efek
Programme/ CMNRP. (2015). Neonatal Stimulasi Taktil Kinestetik erhadap
Hyperbilirubinemia A Self Learning Module. Perkembangan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
Chen, J., Sadakata, M., Ishida, M., Sekizuka, 4(1).
N., & Sayama, M. (2011). Baby massage
ameliorates neonatal jaundice in full-term Hockenberry MJ & Wilson D. (2015). Wong’s
newborn infants. The Tohoku Journal of Nursing Care Of Infant And Children (10th
Experimental Medicine, 223(2), 97–102. Editi). Missouri: Mosby Elsevier.
Dahlan, S. (2009). Statistika Untuk Ilmiasih, R., Nurhaeni, N., & Waluyanti, F. T.
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba (2007). Aplikasi teori. Jurnal Keperawatan,
Medika. 6(I), 27–33.
Dalili, H., Sheikhi, S., Shariat, M., & Karbandi, S., Lotfi, M., Boskabadi, H., &
Haghnazarian, E. (2016a). Effects of baby Esmaily, H. (2016). The Effects of Field
massage on neonatal jaundice in healthy Massage Technique on Bilirubin Level and
Iranian infants: A pilot study. Infant Behavior the Number of Defecations in Preterm Infants.

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 325


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

Evidence Based Care Journal. Volume 5 (4): Muchowski, K. E., Hospital, N., Pendleton,
7-16 Available at http://ebcj.mums.ac.ir/ C., Medicine, F., Program, R., & Pendleton,
article_6057_616.html C. (2014). Evaluation and Treatment of
Neonatal Hyperbilirubinemia.
Keren, R., Luan, X., Friedman, S.,
Saddlemire, S., & Cnaan, A. (2008). A Murray, S.S. & McKinney, S. A. (2007).
Comparison of Alternative Risk-Assessment Foundation Of Maternal Newborn Nursing
Strategies for Predicting Significant Neonatal (4th Editio). Singapore: Elsevier.
Hyperbilirubinemia in Term and Near-Term
Infants. Pediatrics, 121(8), e170=e178. Naufal, A. F., & Widodo, A. (2016). THE
https://doi.org/10.1542/peds.2006-3499. EFFECT OF STIMULATING MASSAGE IN
DECREASING NEONATES ’ BILIRUBIN
Kianmehr, M., Moslem, A., Moghadam, LEVEL AT DR . MOEWARDI HOSPITAL
K. B., Naghavi, M., Noghabi, S. P., & SURAKARTA. In International Conference
Moghadam, M. B. (2014). The effect of on Health andWell Being (pp. 382–391).
massage on serum bilirubin levels in term Surakarta: Universitas Muhammadiyah
neonates with hyperbilirubinemia undergoing Surakarta.
phototherapy. Nautilus, 128(1), 36–41.
Retrieved from https://www.researchgate. Nurbaeti, I., & Lestari, K. B. (2013).
net/publication/260210325%0AThe. Efektivitas Comprehensive Breastfeeding
Education terhadap Keberhasilan Pemberian
Kolcaba, K., & DiMarco, M. A. (2005). Air Susu Ibu Postpartum. Jurnal Keperawatan
Comfort theory and its application to Padjadjaran, 1(2).
pediatric nursing. Pediatric Nursing. 31(3),
pp. 187-194 Polit., D.F., & Beck, C.T. (2008). Nursing
Research. Principles And Methods (Seventh
Kosim, M. S., Garina, L. A., Chandra, Ed). Philadelphia: Lippincot Williams &
T., & Adi, M. S. (2007). Hubungan Wilkins.
Hiperbilirubinemia dan Kematian Pasien
yang Dirawat di NICU RSUP Dr Kariadi Polit, D.F., & Beck C.T. (2014). Essentials of
Semarang. Sari Pediatri, 9(4), 270–273. Nursing Research. Appraising Evidence for
Nursing Practice (8th Edition). Philadelphia:
Kosim, M. S., Soetandio, R., & Sakundarno, Wolters Kluwer; Lippincot Willims &
M. (2008). Dampak Lama Fototerapi Wilkins.
Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total
pada Hiperbilirubinemia Neonatal. Sari Pramukti, I., Hill, M., & Isa, N. B. M. (2014).
Pediatri, 10(3), 201–206. Mother and Family’s View on Exclusive
Breastfeeding in Developing Country. Jurnal
Lin, C.-H., Yang, H.-C., Cheng, C.-S., & Yen, Keperawatan Padjadjaran, 2(3).
C.-E. (2015). Effects of infant massage on
jaundiced neonates undergoing phototherapy. Pudjiadi, Hegar, Handryastuti, Idris,
Italian Journal of Pediatrics, 41(1), 94. Gandaputra, Harmoniati, Yuliarti. (2011).
https://doi.org/10.1186/s13052-015-0202-y. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia (Edisi II). Jakarta: Badan
Maisels, M. J., & McDonagh, A. F. (2008). Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Phototherapy for neonatal jaundice. New
England Journal of Medicine, 358(9), 920– Rahmah, Yetti, K., & Besral. (2012).
928. Pemberian Asi Efektif Mempersingkat
Durasi Pemberian Fototerapi. Keperawatan
Montgomery C Douglas. (2001). Design And Indonesia, 15, 39–46.
Analysis of Experiments.pdf. (Arizona State
University, Ed.) (Fifth Edit). Newyork: John Regional Programme Champlain
Willey & Sons. INC. Maternal Newborn. (2015). Newborn

326 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

Hyperbilirubinemia. A Self Learning Module. Science and Public Health, 3(10), 4–7. https://
doi.org/10.5455/ijmsph.2014.010820141.
Robert, A., Princely Jeyaraj, R., & Kanchana,
S. (2015). Effectiveness of Therapeutic Shinta, Tina. (2015). Pengaruh Perubahan
Massage on Level of Bilirubin among Posisi Tidur Pada Bayi Baru Lahir
Neonates with Physiological Jaundice. Issue Hiperbilirubinemia Dengan Fototerapi
Anitha Robert, 2(212), 1–6. Retrieved from Terhadap Kadar Bilirubin Total. STIKes
http://ijcn.mainspringer.com. Santo Borromeus, 1–10.

Roesli, U. (2001). Pedoman pijat bayi Sumedang, R. K. (2013). Pedoman Pelayanan


prematur & bayi usia 0-3 bulan. Trubus Pasien. Sumedang: RSUD Kabupaten
Agriwidya. Sumedang.

Shetty, K. &. (2014). A Study Of Neonatal Usman, A. (2007). Ensefalopati Bilirubin.


Hyperbilirubinemia In A Tertiary Care Sari Pediatri, 8(4), 94–104.
Hospital. International Journal of Medical

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 327

Anda mungkin juga menyukai