654 1502 4 PB PDF
654 1502 4 PB PDF
Abstrak
Hiperbilirubinemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada masa neonatal. Terapi modalitas dibutuhkan
karena fototerapi sebagai prosedur penatalaksanaan hiperbilirubinemia di rumah sakit berpotensi menimbulkan efek
samping. Field massage sebagai terapi adjuvan, diduga dapat meningkatkan ekskresi bilirubin selama bayi mendapat
fototerapi. Namun, penelitian field massage sebelumnya baru melaporkan penurunan kadar bilirubin diduga seiring
meningkatnya frekuensi buang air besar sebagai efek massage. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh field
massage sebagai adjuvan terhadap kadar bilirubin serum bayi hiperbilirubinemia yang menjalani fototerapi. Desain
penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan non equivalen pre test-post test design with control group.
Sampel diambil secara consecutive terbagi menjadi kelompok intervensi (16 responden) dan kelompok kontrol (16
responden). Data dianalisis menggunakan Dependen T-Test, Independen T-Test, dan Analysis of Covarians. Hasil
menunjukkan rata-rata kadar bilirubin serum setelah intervensi pada kelompok intervensi (8,09+1,21) sedangkan
kelompok kontrol (10,05+2,17). Penurunan rata-rata kadar bilirubin serum kelompok intervensi (7,20+1,59),
sedangkan kelompok kontrol (4,64+1,25), antara kedua kelompok terdapat perbedaan penurunan yang bermakna
(p=0,001). Kontribusi variabel confounding tidak berpengaruh terhadap penurunan rata-rata kadar bilirubin serum,
setelah dikontrol variabel confounding pada kelompok intervensi memiliki nilai bersih (7,23+0,37), kelompok kontrol
memiliki nilai bersih (4,61+0,37). Kesimpulan didapatkan field massage sebagai terapi adjuvan dapat menurunkan
kadar bilirubin serum secara efektif. Berdasarkan hasil penelitian Field massage bisa menjadi salah satu alternatif
intervensi keperawatan yang dapat digunakan dalam penatalaksanaan bayi hiperbilirubinemia di rumah sakit.
Abstract
Hyperbilirubinemia is the common complication that occurs in neonatal period. Therapeutic modality is
needed since phototherapy as a standard procedure for hiperbilirubinemia in hospital is often give side effects.
Field massage is an adjuvant therapy might increases the excretion of infant bilirubin serum in procedure of
phototherapy. However, previous research used field massage noticed that decreased levels of bilirubin allegedly
increased with the frequency of defecation as massage effect. The purpose of this study was to determine effect
of field massage as adjuvant to level of bilirubin serum in neonatal with phototherapy.The research design used
quasi experiments with non equivalent pre test-post test design. The sample was recruited by consecutive sampling
of 16 respondents in intervention group and 16 respondents in control group. Data were analyzed by using
Dependent T-Test, Independent T-Test, and Analysis Covarians. Results showed that the mean serum bilirubin
level after intervention in intervention group showed (8.09+1.21), while the control group were about 10.05+2.17.
Decreasing mean serum bilirubin level in the intervention group (7.20+1.59) and the control group (4.64+1.25),
between two groups showed that there had significant decrease (p=0.001). Contribution of confounding variables
did not affect to the decreased mean serum bilirubin level, whereas after controlled confounding variables
in the intervention group showed had net value (7.23+0.37), and for the control group (4.61+0.37). It can be
concluded that field massage is effective and useful in decreasing bilirubin serum levels. Results of this study
can be used as one of alternative nursing interventions in managing neonatal hyperbilirubinemia in hospitals.
menilai therapeutik massage dengan metode kontraindikasi dilakukan field massage, yaitu
field efektif menurunkan tingkat bilirubin demam (suhu tubuh >38C), peningkatan
neonatus (p=0,001). tanda-tanda vital, dan lethargik. Adapun
Berbeda dengan penelitian Karbandi, kriteria eksklusi sampel, yaitu: bayi dengan
Lotfi, Boskabadi, dan Esmaily (2015), yang rhesus dan ABO inkompatibilitas, anomali
melaporkan bahwa rata-rata kadar bilirubin kongenital, infeksi, obstruksi gastrointestinal,
transkutaneus kelompok intervensi dan dan atresia bilier. Sampel kemudian dibagi
kontrol tidak berbeda (nilai p=0.98). Massage menjadi dua kelompok: kelompok intervensi
metode field hanya meningkatkan frekuensi sebanyak 16 responden dan kelompok kontrol
buang air besar kelompok intervensi pada hari sebanyak 16 responden.
ke 4-6 (p=0,01, p<0,001), p=0,005). Masih Penelitian ini dilakukan di Ruang
kurangnya penelitian sahih yang mendukung Tanjung Bagian Perinatal RSUD
pengaruh positif massage terhadap bayi Kabupaten Sumedang, pengumpulan data
hiperbilirubinemia menjadi dasar dilakukan dilakukan selama 2 (dua) bulan. Uji etik
penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini penelitian (Ethical Clearance) didapatkan
untuk mengetahui pengaruh field massage dari Komite Etik Penelitian Kesehatan
sebagai terapi adjuvan terhadap kadar Universitas Padjadjaran. Informed consent
bilirubin serum bayi hiperbilirubinemia dilaksanakan kepada orang tua responden
yang menjalani fototerapi di Ruang Perinatal berkaitan responden merupakan pasien
RSUD Kabupaten Sumedang. beresiko. Tujuan dan manfaat penelitian
dijelaskan kepada orang tua responden yaitu
mengetahui pengaruh field massage sebagai
Metode Penelitian terapi adjuvan terhadap kadar bilirubin,
sehingga hasil penelitian diharapkan dapat
Desain penelitian ini menggunakan quasi menjadi salah satu pendekatan keperawatan
eksperimen dengan pendekatan non dalam manajemen bayi hiperbilirubinemia di
equivalent control group pretest and posttest rumah sakit. Manfaat bagi bayi, diharapkan
design. Kelompok eksperimen dan kelompok massage dapat meningkatkan rasa nyaman
kontrol tidak dipilih secara random, setiap yang merupakan kebutuhan dasar bayi baru
kelompok dilakukan pre test dan post test lahir, terutama bayi yang mendapat paparan
terkait variabel dependen yang diteliti (Polit sinar fototerapi. Bahaya yang mungkin terjadi
& Beck, 2014). selama pelaksanaan massage dijelaskan,
Populasi dalam penelitian ini adalah bayi seperti bayi kedinginan atau cegukan. Oleh
baru lahir hiperbilirubinemia yang menjalani karena itu, pelaksanaan massage senantiasa
fototerapi di RSUD Sumedang dengan dilakukan dalam infant warmer. Orangtua
jumlah populasi Januari-Desember 2016 responden mempunyai hak menarik diri dari
sebanyak 304 bayi. Besar sampel ditentukan penelitian tanpa ada efek terhadap pelayanan
menggunakan rumus beda rerata dua populasi yang sedang dilaksanakan terhadap bayinya.
(Dahlan, 2013). Berdasarkan standar deviasi Prosedur pengumpulan data dimulai
penelitian sebelumnya yaitu penelitian dengan mengidentifikasi bayi yang
Kianmehr et.al.,(2014) dengan rerata level berkunjung ke rumah sakit dengan diagnosa
bilirubin kelompok intervensi (9.92+1.3) dan hiperbilirubinemia. Setelah bayi teridentifikasi
kelompok kontrol (11.97+1.52) didapatkan dan sesuai untuk menjadi subjek penelitian,
nilai Sd 1.409. Sehingga besar sampel kemudian dilakukan informed consent kepada
didapatkan sebanyak 32 responden. Sampel orang tua bayi dan menentukan kelompok
diambil secara consecutive sesuai kriteria kontrol atau kelompok intervensi. Kedua
inklusi yaitu : 1) Bayi baru lahir aterm, berat kelompok dipilih berdasarkan perbedaan
badan antara 2500 s.d < 4000 gram; 2) Ikterus waktu sehingga tidak dilakukan randomisasi.
muncul pada 25–72 jam setelah kelahiran Kelompok intervensi adalah bayi
(ikterus fisiologis); 3) Kadar bilirubin serum hiperbilirubinemia yang menjalani fototerapi
total > 10 mg/dL sebagai level pemberian dan diberikan field massage sebanyak 2x/
fototerapi bagi bayi hiperbilirubinemia di hari (pagi dan sore hari) selama 3 hari dengan
RSUD Sumedang; dan 4) Tidak terdapat durasi 15-20 menit, dilakukan minimal 1 jam
setelah bayi minum. Sebelum dan setelah Analisis data dilakukan secara univariat,
intervensi field massage (hari ke-1 dan ke-3) bivariat, dan multivariat. Uji normalitas
dilakukan pengukuran kadar bilirubin serum data dan uji homogenitas dilakukan sebagai
sesuai prosedur medis rutin. Kelompok persyaratan dalam statistik parametrik. Uji
kontrol adalah bayi hiperbilirubinemia normalitas dengan Shapiro Wilk didapatkan
yang menjalani fototerapi, diberikan terapi seluruh data kadar bilirubin serum pada
sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) kedua kelompok memiliki nilai p > 0.05
penatalaksanaan hiperbilirubinemia di (0,814; 0,331; 0,759; 0,448; 0,926; dan
rumah sakit dan dilakukan pengukuran kadar 0,969), artinya data berdistribusi normal.
bilirubin serum (hari ke-1 dan ke-3) sesuai Sehingga analisa bivariat dapat menggunakan
prosedur medis rutin. Dependen T-Test untuk mengukur perbedaan
Langkah-langkah pelaksanaan field rata-rata kadar bilirubin serum pada
massage secara terstruktur meliputi 5 (lima) kelompok berpasangan. Uji homogenitas
area yaitu mulai dari wajah, dada, abdomen, data penurunan kadar bilirubin serum dengan
ekstremitas, dan punggung dengan sentuhan Levene Test (F) menghasilkan nilai 0,920
tekanan sedang (moderate pressure) (Chen dan 0,3454 (p > 0,05), artinya data memiliki
et al., 2011; Dalili, Sheikhi, Shariat, & varians yang homogen. Sehingga perbedaan
Haghnazarian, 2016; Kianmehr et al., 2014). penurunan rata-rata kadar bilirubin serum
Sebagai kebaruan dalam penelitian ini, antara kelompok intervensi dan kelompok
dalam menjabarkan teknik-teknik massage kontrol dapat menggunakan uji Independen
secara terperinci, peneliti mengadopsi teknik T-Test (Dahlan, 2009). Analisis multivariat
massage pada bayi yang dikembangkan menggunakan uji ANCOVA (Analysis of
oleh dr. Utami Roesli (Roesli, 2001) dan Covariance) dilakukan untuk mengontrol
teknik baby massage yang dikembangkan kontribusi variabel confounding terhadap
di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pijat pengaruh field massage (Montgomery C.D.,
Sehat Indonesia (LP3S) dimana massage 2001; Beck & Polit, 2014;Field, 2009).
dilakukan tidak hanya melalui sentuhan
(tactile) tapi dengan kinestetik (gerak) (Field,
1998;Roesli, 2001). Hasil Penelitian
Tabel 2 Perbedaan Rata-rata (Mean) Kadar Bilirubin Serum Sebelum dan Setelah Intervensi
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Variabel Kelompok Pengukuran Mean SD p-value
Kadar bilirubin Kontrol Sebelum 14,69 2,25 0.001*
serum sebelum Setelah 10,05 2,17
– setelah
intervensi Intervensi Sebelum 15,26 2,00 0.001*
Setelah 8,09 1,21
*Paired T-Test, bermaknα pada α< 0.05
Tabel 3 Perbandingan Selisih (Penurunan) Rata-Rata Kadar Bilirubin Serum Antara Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi
Variabel Kelompok n Mean SD Mean p-value
Difference
Penurunan Kontrol 16 4,64 1,25 2,56 0.001*
kadar Intervensi 16 7,20 1,59
bilirubin
serum
*Independent T-Test, bermakna pada α < 0.05
Tabel 5 Analisis Multivariat Rata-Rata Kadar Bilirubin Serum Setelah Intervensi dan
Penurunannya yang Dikontrol Variabel Perancu
Variabel Kelompok Sebelum Dikontrol Setelah Dikontrol
Kovariat Kovariat
Mean SD Mean SD
Kadar bilirubin serum setelah Kontrol 10,05 2,17 10,00 0.449
intervensi Intervensi 8,09 1,21 8,13 0.449
intervensi field massage menghasilkan nilai dan Syah (2013) melaporkan sebanyak 68%
p=0,007 (nilai p<0,05). Artinya, field massage kasus hiperbilirubinemia terjadi pada bayi
berpengaruh terhadap kadar bilirubin setelah laki-laki. Sejalan dengan hasil penelitian
intervensi. ini, didapatkan sebagian besar responden
Hasil ujiANCOVApada variabel penurunan berjenis kelamin laki-laki. Faktor resiko
rata-rata kadar bilirubin serum menunjukkan hiperbilirubinemia dapat pula disebabkan
nilai p sebesar 0,265 (variabel jenis minum) oleh jenis kelahiran. Kelahiran bayi dengan
dan nilai p sebesar 0.918 (variabel jumlah tindakan memiliki risiko infeksi lebih besar
minum). Kedua variabel memiliki nilai p > dibanding persalinan spontan (Kosim et
nilai alpha, menunjukkan bahwa jenis minum al., 2007). Dalam penelitian ini, sebagian
dan jumlah minum responden tidak secara besar responden, memiliki riwayat lahir
signifikan berkontribusi terhadap rata-rata dengan tindakan, baik Sectio Caesarea
penurunan kadar bilirubin serum. Sedangkan maupun vakum ekstraksi. Sesuai penelitian
intervensi field massage menghasilkan nilai Kosim et. al (2007) bahwa 40% bayi yang
p=0,000. Artinya, field massage berpengaruh lahir dengan tindakan dapat mengalami
terhadap penurunan kadar bilirubin serum. hiperbilirubinemia.
Output uji ANCOVA juga menghasilkan Karakteristik bayi yang berpotensi untuk
nilai rata-rata (mean) kadar bilirubin serum menjadi faktor confounding dalam penelitian
yang dikontrol oleh kovariat (adjusting ini adalah jenis minum dan jumah minum bayi
mean). Berikut gambaran rata-rata kadar selama perawatan. Pemenuhan hidrasi yang
bilirubin serum yang telah dikontrol oleh adekuat pada bayi hiperbilirubinemia untuk
kedua kovariat. mencegah dehidrasi selama bayi menjalani
Rata-rata kadar bilirubin serum setelah fototerapi merupakan tanggung jawab
dikontrol oleh variabel confounding pada perawat (Hockenberry & Wilson, 2015).
kelompok kontrol memiliki nilai bersih Hidrasi yang tidak adekuat menyebabkan
(10,00+0,44), dan kelompok intervensi kurangnya efektifitas fototerapi, sehingga
memiliki nilai bersih (8,09+0,44). Perubahan upaya mempertahankan hidrasi yang adekuat
nilai rata-rata dengan pengontrolan oleh sangat penting untuk meningkatkan efektifitas
faktor confounding sangat kecil, yaitu (0,05) fototerapi (American Academy of Pediatrics,
dan (0,04) pada kedua kelompok. Selisih 2004;Maisels & McDonagh, 2008).
(penurunan) rata-rata kadar bilirubin serum Berdasarkan karakteristik jenis minum
setelah dikontrol variabel confounding pada bayi, didapatkan sebagian besar responden
kelompok kontrol memiliki nilai bersih pada kedua kelompok diberi minum ASI
(4,61+0,37) sedangkan pada kelompok saja, sedangkan sisanya diberikan ASI+susu
intervensi memiliki nilai bersih (7,23+0,37). formula. ASI diketahui ikut berperan dalam
Perubahan nilai sebelum dan setelah menghambat terjadinya bilirubin serum
pengontrolan oleh faktor confounding sangat yang kembali ke sirkulasi enterohepatik
kecil yaitu (0,03) pada masing-masing pada neonatus (Blackburn, 2013 dalam
kelompok. Kedua nilai bersih yang didapatkan Hockenberry & Wilson, 2015). Sehingga
menunjukkan bahwa variabel confounding dibutuhkan edukasi dan pemberian motivasi
memiliki kontribusi sangat kecil, sehingga yang kuat baik dari petugas maupun keluarga
tidak berpengaruh secara signifikan. agar ibu optimal dalam memberikan ASI
pada bayinya (Nurbaeti & Lestari, 2013;
Pramukti, Hill, & Isa, 2014). Karakteristik
Pembahasan jumlah minum responden, didapatkan hampir
seluruh responden pada kedua kelompok
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu diberikan minum 8-12x/hari (100–150/
masalah kegawatan pada bayi baru lahir, KgBB/hari) dengan jumlah minum ASI saat
dimana salah satu prediktor terjadinya dicoba diperah oleh ibunya sebanyak + 30
hiperbilirubinemia adalah jenis kelamin cc/2 jam. Menurut Pedoman The American
(Keren, Luan, Friedman, Saddlemire, & Academy of Pediatrics On Nutrition (2009),
Cnaan, 2008; Kosim, Garina, Chandra, & pada bayi yang mendapat fototerapi diberikan
Adi, 2007). Penelitian Tazami, Mustarim, minum dengan frekuensi meningkat, yaitu
antara 8–12x/ hari (Muchowski et al., 2014). pada beberapa bagian tubuh, bayi malas
Berdasarkan kebutuhan cairan bayi baru lahir menetek, dll. Saat dilakukan pengukuran
cukup bulan, mulai hari ke-3 sejak kelahiran pertama, bayi diketahui mengalami
dibutuhkan 100-150 ml/KgBB/hari (Murray peningkatan kadar bilirubin serum 5-6
& McKinney, 2007). mg/dL pada hari ke 2-5 kelahiran sampai
Keadekuatan pemberian Air Susu Ibu pada hari ke 12-14 kelahiran (Hockenberry &
bayi Hiperbilirubinemia menjadi tantangan Wilson, 2015). Pemberian fototerapi, akan
tersendiri bagi perawat dalam pemenuhan dipertimbangkan jika kadar bilirubin serum
hidrasi pada bayi yang menjalani fototerapi. > 12 mg/dL (Kosim, Yunanto, Dewi, Sarosa,
Selain resiko dehidrasi karena paparan &Usman, 2012). Namun dalam Pedoman
sinar fototerapi, bayi hiperbilirubinemia dan Panduan Pelayanan Pasien di RSUD
juga biasanya malas menetek. Oleh karena Kabupaten Sumedang, pemberian fototerapi
itu perawat perlu optimalisasi dalam mulai dipertimbangkan saat kadar bilirubin
mempertahankan status hidrasi bayi agar serum total bayi > 10 mg/dL (RSUD Kab.
terpenuhi sesuai kebutuhan (Rahmah et Sumedang, 2013).
al., 2012). Sehingga dalam penelitian ini, Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
karakteristik responden terkait pemenuhan pada derajat kepercayaan 95% terdapat
hidrasi yaitu jenis minum dan jumlah perbedaan penurunan rata-rata kadar bilirubin
minum responden tidak dijadikan kriteria serum yang signifikan antara kelompok
inklusi maupun eksklusi penelitian untuk yang diberikan field massage dibanding
menghindari ketidakefektifan pemenuhan kelompok kontrol dimana penurunan lebih
status hidrasi responden yang dapat besar didapatkan pada kelompok intervensi.
berpengaruh kurang baik terhadap responden Hasil penelitian ini telah menjawab hipotesis
selama menjalani fototerapi. mayor penelitian, bahwa terdapat pengaruh
Karakteristik frekuensi buang air besar pemberian field massage sebagai terapi
(BAB) responden dibahas karena ekskresi adjuvan terhadap kadar bilirubin serum pada
bilirubin yang sudah dikonjugasi maupun bayi hiperbilirubinemia yang menjalani
bilirubin yang sudah dipecah oleh sinar fototerapi. Kontribusi variabel confounding
fototerapi sebagian besar melalui feses menunjukkan bahwa variabel jenis minum
(85%), hanya sedikit saja (1%) bilirubin dan jumlah minum responden selama
yang diekskresikan melalui urin (Behrman, perawatan atau pemberian intervensi tidak
Kliegman, & Robert, 2004; Maisels et al., secara signifikan berkontribusi baik terhadap
2008). Frekuensi BAB merupakan salah satu kadar bilirubin serum setelah intervensi
indikator keadekuatan pemberian hidrasi maupun terhadap penurunan rata-rata kadar
bayi selama fototerapi. Frekuensi BAB bilirubin serum, karena perubahan nilai rata-
minimal 3-4x/hari menunjukkan pemberian rata sebelum dan setelah pengontrolan oleh
cairan terpenuhi sesuai kebutuhan bayi faktor confounding sangat kecil pada kedua
(Muchowski et al., 2014). Berdasarkan kelompok tersebut.
hasil penelitian, responden pada kelompok Penurunan kadar bilirubin serum yang
intervensi mengalami peningkatan frekuensi lebih besar memungkinkan pemberian durasi
BAB lebih banyak dibanding kelompok fototerapi dapat dipersingkat. Adapun untuk
kontrol.Sejalan dengan beberapa penelitian penghentian fototerapi, belum ada standar
sebelumnya, kelompok yang diberikan prosedur yang pasti, namun fototerapi dapat
field massage menunjukkan frekuensi BAB dihentikan bila kadar Bilirubin Serum Total
secara signifikan lebih baik, meningkat (BST) sudah berada dibawah nilai cut off
dalam batas normal dibandingkan kelompok point dari setiap kategori. Penurunan kadar
kontrol (Chen et al., 2011; Karbandi, Lotfi, & bilirubin serum 6%-20% merupakan hal yang
Boskabadi, 2016; Kianmehr et al., 2014;Lin, diharapkan setelah pemberian fototerapi
Yang, Cheng, & Yen, 2015). (Muchowski et al., 2014). Berdasarkan
Bayi yang mengalami Hiperbilirubinemia hasil penelitian, kelompok yang diberikan
fisiologis dapat diidentifikasi dengan field massage mengalami penurunan kadar
pengukuran kadar bilirubin serum saat bilirubin serum setelah intervensi sekitar
mengalami tanda dan gejala seperti ikterus 30-50%, sedangkan pada kelompok kontrol
penurunan kadar bilirubin serum setelah hari dan pengukuran level bilirubin serum
perawatan standar sekitar 13,5% - 40%. setelah intervensi pada hari ke-4 (Chen et
Kadar bilirubin serum responden pada al., 2011;Kianmehr et al., 2014;Naufal &
pengukuran pertama (sebelum intervensi) Widodo, 2016).Sedangkan penelitian ini,
pada kedua kelompok memiliki nilai intervensi field massage dilakukan dalam
maksimum dalam kategori zona high waktu 3 (tiga) hari. Hal tersebut berkaitan
risk menurut Normogram Bhutani (hour- dengan prosedur medis penatalaksanaan
specific bilirubin normogram), atau tingkat Hiperbilirubinemia di RSUD Kabupaten
bilirubin membahayakan karena berada pada Sumedang, untuk meminimalkan lama waktu
> persentil 95. Begitupula nilai minimum rawat pasien, setelah hari ke-3 manajemen
kadar bilirubin serum pada kedua kelompok penatalaksanaan Hiperbilirubinemia,
berada pada zona high intermediate. Zona dilakukan pengukuran kadar bilirubin serum
resiko tinggi merupakan kondisi yang kedua. Jika level bilirubin serum berada
memerlukan pemantauan intensif, bayi dibawah 10 mg/dL, maka bayi diperbolehkan
beresiko mengalami Kern icterus bahkan pulang. Namun, waktu pelaksanaan massage
dapat mengalami Ensefalopati Bilirubin dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian
(Usman, 2007). Meskipun Kern icterus atau Lin et. al (2015), yang memberikan infant
Ensefalopati Bilirubin sering terjadi pada massage dalam waktu 3 hari dan pengukuran
bayi dengan defisiensi enzim G6PD sebagai kadar bilirubin serum hari ke-3, pemberian
penyebab hiperbilirubinemia, namun kadar massage dalam waktu 3 hari dapat
bilirubin serum pada zona resiko tinggi memberikan hasil yang bermakna, dimana
menjadi faktor resiko mayor, dan zona high terdapat perbedaan signfikan (p=0,03) antara
intermediate menjadi faktor resiko minor kelompok yang diberikan infant massage
terjadinya kondisi tersebut (Usman, 2007). dibanding kelompok kontrol.
Sehingga manajemen penatalaksanaan Field massage sebagai terapi adjuvan
Hiperbilirubinemia yang tepat dan efektif dapat meningkatkan ekskresi bilirubin yang
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya telah dipecah melalui mekanisme fototerapi.
Kern icterus dan Ensefalopati Bilirubin. Bilirubin hasil konversi oleh sinar fototerapi
Kadar bilirubin serum setelah intervensi (lumirubin) seharusnya dapat diekskresikan
berdasarkan hasil penelitian pada kelompok dengan cepat melalui feses maupun urine.
intervensi berada dibawah garis “low risk Namun pada bayi baru lahir, aktifitas
zone” menurut Normogram Bhutani. Zona intestinal untuk mengeluarkan mekonium
resiko rendah merupakan zona yang aman belum sempurna berkaitan dengan asupan
bagi bayi, karena setelah hari ke 7-10, kondisi nutrisi belum optimal dan proses pencernaan
hepar bayi akan lebih mudah mengkonjugasi belum matang. Sehingga lumirubin tidak
bilirubin. Namun pada kelompok kontrol, mudah dihidrolisis dan direduksi oleh bakteri
kadar bilirubin serum pengukuran kedua usus untuk diekskresikan melalui feses dan
berada pada zona “low risk zone” dan urine, bahkan isomer bilirubin dan lumirubin
sebagian masih pada zona “low intermediate tersebut sangat mudah untuk direabsorpsi
risk”. Dalam zona intermediet, bayi masih kembali melalui siklus enterohepatik
mempunyai resiko terjadi “rebound effect”, (Kianmehr et al, 2014).
dimana bilirubin serum dapat naik kembali Melalui teknik-teknik dalam field massage,
setelah fototerapi dihentikan (Hockenberry stimulus yang diberikan pada kulit bayi dapat
& Wilson, 2015). langsung dikirim ke exteroceptor sebagai
Hasil-hasil yang didapatkan dalam sensorik terminal di kulit. Stimulus tersebut
penelitian ini hampir sama dengan penelitian akan menginduksi aliran darah, getah bening,
sebelumnya yang menunjukkan adanya dan cairan di jaringan subkutan. Massage
penurunan rata-rata kadar bilirubin lebih juga dapat meningkatkan tonus nervus vagus
baik pada kelompok intervensi. Adapun (stimulasi vagal), dimana salah satu cabang
perbedaan dalam penelitian ini adalah nervus vagus akan menginversi traktus
waktu pelaksanaan massage. Pada sebagian gastrointestinal. Nervus vagus merupakan
besar penelitian sebelumnya, intervensi komponen kunci dalam regulasi sistem saraf
field massage dilakukan dalam waktu 4-5 otonom dan fungsi sosioemosional yang
zona resiko rendah (zona aman) bagi bayi. and Development, 42, 22–26. https://doi.
Sehingga dapat menghindari resiko terjadi org/10.1016/j.infbeh.2015.10.009
rebound effect. Field massage dapat menjadi
salah satu intervensi keperawatan yang efektif Dalili, H., Sheikhi, S., Shariat, M., &
untuk menyelesaikan masalah keperawatan Haghnazarian, E. (2016b). Effects of baby
yang dialami bayi hiperbilirubinemia massage on neonatal jaundice in healthy
fisiologis. Field massage merupakan Iranian infants: A pilot study. Infant Behavior
intervensi yang mudah dilaksanakan, aman and Development, 42, 22–26. https://doi.
dan tanpa efek samping. Orangtua bayi org/10.1016/j.infbeh.2015.10.009
dapat dilatih agar dapat melaksanakan
massage secara mandiri. Field massage dapat Dewi, Kardana, & S. (2016). Efektivitas
dilanjutkan dirumah untuk mendapatkan Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar
manfaat lainnya, yaitu meningkatkan Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia
kualitas tidur, kemampuan bayi menetek, dan Neonatal di RSUP Sanglah. Sari Pediatri,
meningkatkan berat badan bayi. 18(2), 81–86.
Evidence Based Care Journal. Volume 5 (4): Muchowski, K. E., Hospital, N., Pendleton,
7-16 Available at http://ebcj.mums.ac.ir/ C., Medicine, F., Program, R., & Pendleton,
article_6057_616.html C. (2014). Evaluation and Treatment of
Neonatal Hyperbilirubinemia.
Keren, R., Luan, X., Friedman, S.,
Saddlemire, S., & Cnaan, A. (2008). A Murray, S.S. & McKinney, S. A. (2007).
Comparison of Alternative Risk-Assessment Foundation Of Maternal Newborn Nursing
Strategies for Predicting Significant Neonatal (4th Editio). Singapore: Elsevier.
Hyperbilirubinemia in Term and Near-Term
Infants. Pediatrics, 121(8), e170=e178. Naufal, A. F., & Widodo, A. (2016). THE
https://doi.org/10.1542/peds.2006-3499. EFFECT OF STIMULATING MASSAGE IN
DECREASING NEONATES ’ BILIRUBIN
Kianmehr, M., Moslem, A., Moghadam, LEVEL AT DR . MOEWARDI HOSPITAL
K. B., Naghavi, M., Noghabi, S. P., & SURAKARTA. In International Conference
Moghadam, M. B. (2014). The effect of on Health andWell Being (pp. 382–391).
massage on serum bilirubin levels in term Surakarta: Universitas Muhammadiyah
neonates with hyperbilirubinemia undergoing Surakarta.
phototherapy. Nautilus, 128(1), 36–41.
Retrieved from https://www.researchgate. Nurbaeti, I., & Lestari, K. B. (2013).
net/publication/260210325%0AThe. Efektivitas Comprehensive Breastfeeding
Education terhadap Keberhasilan Pemberian
Kolcaba, K., & DiMarco, M. A. (2005). Air Susu Ibu Postpartum. Jurnal Keperawatan
Comfort theory and its application to Padjadjaran, 1(2).
pediatric nursing. Pediatric Nursing. 31(3),
pp. 187-194 Polit., D.F., & Beck, C.T. (2008). Nursing
Research. Principles And Methods (Seventh
Kosim, M. S., Garina, L. A., Chandra, Ed). Philadelphia: Lippincot Williams &
T., & Adi, M. S. (2007). Hubungan Wilkins.
Hiperbilirubinemia dan Kematian Pasien
yang Dirawat di NICU RSUP Dr Kariadi Polit, D.F., & Beck C.T. (2014). Essentials of
Semarang. Sari Pediatri, 9(4), 270–273. Nursing Research. Appraising Evidence for
Nursing Practice (8th Edition). Philadelphia:
Kosim, M. S., Soetandio, R., & Sakundarno, Wolters Kluwer; Lippincot Willims &
M. (2008). Dampak Lama Fototerapi Wilkins.
Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total
pada Hiperbilirubinemia Neonatal. Sari Pramukti, I., Hill, M., & Isa, N. B. M. (2014).
Pediatri, 10(3), 201–206. Mother and Family’s View on Exclusive
Breastfeeding in Developing Country. Jurnal
Lin, C.-H., Yang, H.-C., Cheng, C.-S., & Yen, Keperawatan Padjadjaran, 2(3).
C.-E. (2015). Effects of infant massage on
jaundiced neonates undergoing phototherapy. Pudjiadi, Hegar, Handryastuti, Idris,
Italian Journal of Pediatrics, 41(1), 94. Gandaputra, Harmoniati, Yuliarti. (2011).
https://doi.org/10.1186/s13052-015-0202-y. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia (Edisi II). Jakarta: Badan
Maisels, M. J., & McDonagh, A. F. (2008). Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Phototherapy for neonatal jaundice. New
England Journal of Medicine, 358(9), 920– Rahmah, Yetti, K., & Besral. (2012).
928. Pemberian Asi Efektif Mempersingkat
Durasi Pemberian Fototerapi. Keperawatan
Montgomery C Douglas. (2001). Design And Indonesia, 15, 39–46.
Analysis of Experiments.pdf. (Arizona State
University, Ed.) (Fifth Edit). Newyork: John Regional Programme Champlain
Willey & Sons. INC. Maternal Newborn. (2015). Newborn
Hyperbilirubinemia. A Self Learning Module. Science and Public Health, 3(10), 4–7. https://
doi.org/10.5455/ijmsph.2014.010820141.
Robert, A., Princely Jeyaraj, R., & Kanchana,
S. (2015). Effectiveness of Therapeutic Shinta, Tina. (2015). Pengaruh Perubahan
Massage on Level of Bilirubin among Posisi Tidur Pada Bayi Baru Lahir
Neonates with Physiological Jaundice. Issue Hiperbilirubinemia Dengan Fototerapi
Anitha Robert, 2(212), 1–6. Retrieved from Terhadap Kadar Bilirubin Total. STIKes
http://ijcn.mainspringer.com. Santo Borromeus, 1–10.