Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan harus dengan
pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan dapat memperburuk sifat
beton.
Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari penggunaan bahan
tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan agregat dan jenis semen yang
sama dengan bahan yang akan dipakai di lapangan. Dalam hal ini bahan yang dipakai
sebagai bahan tambah harus memenuhi ketentuan yang diberikan oleh SNI. Untuk bahan
tambah yang merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi syarat yang diberikan
dalam ASTM C.494, “Standard Spesification for Chemical Admixture for Concrete”.
Chemical Admixture:
Biasanya digunakan dalam jumlah yang sedikit pada campuran beton. Tujuan
penggunaannya adalah untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari campuran.
Penggunaan admixture harus mengikuti spesifikasi yang ditetapkan produsennya.
Trial Mix sebelum penggunaan sangat dianjurkan.
Menurut standar ASTM. C. 494 (1995: .254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989
(Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan tambah dibedakan menjadi tujun tipe
bahan tambah, yaitu :
Dengan menggunakan jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal,
yaitu :
Bahan tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organic ataupun campuran
anorganik untuk beton tanpa udara (non-air-entrained) atau dengan udara dalam hal
mengurangi kendungan air campuran. Selain itu bahan tambah ini dapat digunakan
untuk memodifikasi waktu pengikatan beton atau mortar sebagai dampak perubahan
factor air semen.
Bahan tambah ini biasa disebut water reducer atau plasticizer. Komposisi dari
campuran bahan tambah ini diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas :
a. Plastiment NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat.
Plastiment NS memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO M-
194 Tipe A. Plastiment NS direkomendasikan untuk digunakan pada
aplikasi beton kualitas tinggi dengan peningkatan kuat tekan awal dan
waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi air sampai dengan 10%
untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat tekan dan
kuat lentur yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 – 265 ml
untuk tiap 100 kg semen.
b. Plastocrete 161W
c. Plastocrete 169
Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder.
Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A. Digunakan untuk
beton normal dan memerlukan retarder. Tujuan ganda Plastocrete 169
sebagai water reducer normal dan set retarder memberikan fleksibilitas
yang tinggi pada penggunaannya dan dapat dikombinasikan untuk
meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila digunakan untuk
reducer, digunakan dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila digunakan
sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100 kg berat semen.
d. Viscocrete 4100
Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer
dan superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe
A dan F. Bahan tambah ini dapat digunakan dengan dosis rendah untuk
mengurangi air antara 10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi
mampu mengurangi air hingga 40%. Produk ini dapat digunakan untuk Self
Compacting Concrete (SCC) karena dapat memberikan workabilitas yang
tinggi. Viscocrete 4100 tidak mengandung formaldehid dan kalsium klorida
serta tidak menyebabkan korosi pada tulangan baja. Untuk tujuan umum
dosis yang direkomendasikan sebanyak 195-520 ml/100 kg semen. Apabila
diinginkan pengurangan air secara maksimum, dosisnya dapat mencapai
780 ml/100 kg semen.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini adalah air
yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding, dan kehilangan air pada saat
beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan, dan lentur, ketahanan terhadap
perubahan volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi
hal penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran
terhadap bahan tambah tersebut.
Bahan tambah dengan fungsi retarding digunakan dengan tujuan utama menunda
waktu initial dan final setting dari adukan beton segar, dan mempertahankan
workability beton pada cuaca panas, pada umumnya digunakan jika :
kondisi lalu lintas yang dilalui oleh mobile mixer tidak lancar
proses finishing yang memerlukan waktu yang lebih lama sehingga waktu
setting beton yang lebih lama diperlukan
Efek dari penggunaan retarding admixture yang perlu diwaspadai, antara lain :
Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan kadar ion klorida terlarut
dalam beton keras yang disyaratkan, tidak boleh terlewati -- karena beresiko
menimbulkan korosi pada besi atau baja tulangan.
Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan dengan seksama waktu setting
yang lebih cepat dan curing yang dilakukan harus sesempurna mungkin untuk
mencapai kekuatan awal yang diinginkan lebih tinggi.
Yang termasuk jenis accelerator adalah : kalsium klorida, bromide, karbonat dan
silikat. Pada daerah-daerah yang menyebabkan korosi tinggi tidak dianjurkan
menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis maksimum yang dapat
ditambahkan pada beton adalah sebesar 2 % dari berat semen.
CaCl 2 mungkin bertindak sebagai katalisator di dalam proses hidrasi C3S dan C 2
S atau berfungsi sebagai pereduksi sifat alkalinitas dari larutan sehingga
mempercepat hidrasi silikat. Dengan menggunakan CaCl 2 proses hidrasi C 3A
diperlambat , tetapi proses hidrasi normal dari semen tidak berubah. CaCl 2 dapat
ditambahkan untuk digunakan bersama semen tipe III (rapid hardening) dan juga
semen biasa/ Ordinary Portland Cement (tipe I). CaCl 2 tidak boleh digunakan
dengan semen yang mempunyai kandungan alumina yang tinggi. Jumlah CaCl 2
yang ditambahkan pada campuran harus dikontrol secara hati-hati. Asumsi :
Superplasticizer adalah zat-zat polymer organik yang dapat larut dalam air yang
telah dipersatukan dengan menggunakan proses polymerisasi yang komplek untuk
menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa molecular yang tinggi.
Molekul-molekul panjang ini akan membungkus diri mengelilingi partikel semen
dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel semen akan
saling menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian partikel
semen sehingga mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan workabilitas.
Perbaikan workabilitas ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan
workability yang tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.
Bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi
pemisahan (segregasi/ bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah
air yang besar, maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat
yang sulit seperti tempat pada penulangan yang rapat.
Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak terpengaruh besar
dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan.
Namun kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat
berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan
ini tergantung dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe dari
superplasticizer yang dipakai. (L.J. Parrot, 1998).
Superplasticizer tidak akan menjadikan “encer” semua campuran beton dengan
sempurna, oleh karenanya campuran harus direncanakan untuk disesuaikan.
Untuk meningkatkan workability campuran beton, penggunaan
dosis superplasticizer secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik
beton. Larutan superplasticizer terdiri dari 40% material aktif. Ketika
superplasticizer digunakan untuk mengurangi jumlah air, dosis yang digunakan
adalah lebih besar, 5 sampai 20 liter tiap 1 meter kubik beton. (Neville, 1995)
Menurut (Edward G Nawy, 1996). Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis:
1. Koondensasi sulfonat melamin formaldehyde (SMF) dengan kandungan
klorida sebesar 0,005%.
2. Sulfonat nafthalin formaldehid (SNF) dengan kandungan klorida yang dapat
diabaikan.
3. Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
4. Carboxyl acrylic ester copolymer.
Keempat jenis bahan tambahan ini terbuat dari sulfonat organik dan disebut
superplasticizer karena bahan ini dapat mengurangi air pada campuran beton
sementara slump beton bertambah sampai 8 in (208 mm) atau lebih. Bahan-bahan
ini digunakan untuk menghasilkan beton “mengalir” tanpa terjadinya pemisahan
yang tidak diinginkan dan umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang
besar untuk meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan pengurangan
kadar air guna mempertahankan workabilitas yang sama.
Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena
lebih efektif dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur
yang memperlambat pengerasan.
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang
ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk
mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beto, SK SNI
S-18-1990-03).
Berdasarkan ACI (American Concrete Intitute), bahan tambah adalah material
selain air, agregat, dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang
ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.
Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah
komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung
merupakan pengganti atau substitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena
tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau
mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-
volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa
bahan tembah.
Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan pengunaan zat kimia
diantaranya yaitu:
a. Water Reduction. (Zat Kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton)
hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan
kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton yang
lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, engan
tidak mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang
sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan dalam
penuangan.
c. Accelerators (zat kimia untk mempercepat ikatan dan pengerasa campuran beton)
Diperlukan untuk mempercepat proses pengerjaan konstruksi beton, pencampuran
beton dilakukan di tempat atau dekat dengan penuangannya. Zat tambahan yang
diperlukan adlah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian lebih dianjurkan
menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat
terjadinya karat pada penulangan.
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga
perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air
dan memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk menguarangi air dan
mempercepat waktu pengikatan serta pengerasan campuran beton.
Bahan mineral pembantu saat ini banyak ditambahkan ke dalam campuran beton dengan
berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen, mengurangi temperatur
akibat reaksi hidrasi, mengurangi atau menambah kelecakan beton segar. Cara
pemakaiannya pun berbeda-beda, sebagai bahan pengganti sebagian semen atau sebagai
tambahan pada campuran untuk mengurangi pemakaian agregat. Pembuatan beton dengan
menggunakan bahan tambah akan memberikan kualitas beton yang baik apabila pemilihan
kualitas bahannya baik, komposisi campurannya sesuai dan metode pelaksanaan
pengecoran, pemeliharaan serta perawatannya baik.
Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan
untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta
keawetannya meningkat.
2. Water-Reducing
Penerapan:
o Untuk meningkatkan workabilitas
o Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
o Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek
Pengaruh:
o Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
o Mengurangi kebutuhan air pencampur
o Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan
penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi
kekuatan dan porositas beton.
3. High Range water Reducer Superplasticizers (HRWR)
Penerapan:
o Untuk memfasilitasi penempatan dan pemadatan (contoh pada elemen beton
bertulang yang ditulangi dalam jumlah banyak)
o Untuk meningkatkan kekuatan
o Untuk menghasilkan bentuk permukaan yang berkualitas tinggi
o Untuk memfasilitasi pumping
Pengaruh:
o Meningkatkan fluiditas beton dengan pengaruh yang kecil pada waktu setting
Keterangan:
Kecocokan dengan zat tambahan lain dalam campuran harus diperiksa, penambahan
kembali air pada beton lebih dari sekali untuk mengembalikan slump dapat
menyebabkan reduksi kekuatan ultimate.
4. Permeability Reducing
Penerapan:
o Untuk mengurangi perpindahan uap air
Pengaruh:
o Mengisi pori-pori dengan bahan-bahan yang reaktif, atau bahan penolak air
(water-repellent)
Keterangan:
Tidak akan mengubah beton kualitas rendah menjadi beton kedap air. Pengurangan
permeabilitas disebabkan oleh meningkatnya workabilitas dan pengerjaan yang lebih
baik
Sebenarnya masih ada tipe additive-additive lain, tapi pemanfaatannya sendiri untuk
industri readymix di Indonesia belum maksimal. Additive-additive tersebut yaitu:
a. VMA (viscosity-modifying admixtures)
b. SRA (shrinkage reducing admixture)
c. AWA (anti washout agent)
1. Pozzolan
a. Pozzolan Alam (Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah Diatomae. Di Indonesia
Pozzolan alam dikenal dengan nama TRASS.
b. Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini adalah hasil
pembakaran tanah liat dan hasil pembakaran batu bara (Fly Ash)
Mineral pembantu yang digunakan umumnya mempunyai komponen aktif yang bersifat
pozzolanik (disebut juga mineral pozzolan). Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang
sebagaian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif (Persyaratan
Umum Bahan Bangunan di Indonesia, PUBI-1982). Pozzolan sendiri tidak memiliki sifat
semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur
padam pada suhu normal 24-27oC menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air.
Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambah atau pengganti sebagai semen portland. Bila
pozzolan dipakai sebagai bahan tambah akan menjadikan beton lebih mudah diaduk, lebih
rapat air, dan lebih tahan terhadap serangan kimia. Beberapa pozzolan dapat mengurangi
pemuaian akibat proses reaksi alkali-agregat (reaksi alkali dalam semen dengan silika
dalam agregat), dengan demikian mengurangi retak-retak beton akibat reaksi tersebut.
Pada pembuatan beton massa pemakaian pozzolan sangat menguntungkan karena
menghemat semen, dan mengurangi panas hidrasi (Kardiyono, 1996)
Berlawanan dengan reaksi hidrasi dari semen dengan air yang berlangsung cepat dan
kemudian membentuk gel kalsium silikat hidrat dan kalsium hidroksida, reaksi pozzolanik
ini berlangsung dengan lambat sehingga pengaruhnya lebih kepada kekuatan akhir dari
beton. Panas hidrasi yang dihasilkan juga jauh lebih kecil daripada semen portland
sehingga efektif untuk pengecoran pada cuaca panas atau beton masif.
Material pozzolan dapat berupa material yang sudah terjadi secara alami ataupun yang
didapat dari sisa industri. Masing-masing mempunyai komponen aktif yang berbeda.
komponen aktif mineral pembantu yang berasal dari material alami dan material sisa
proses industri. Umumnya material pozzolan ini lebih murah daripada semen portland
sehingga biasanya digunakan sebagai pengganti sebagian semen. Persentase maksimum
pengantian ini harus diperhatikan karena dapat menyebabkan penurunan kekuatan beton.
Kebutuhan air pada beton dapat meningkat untuk kelecakan yang sama karena ukuran
partikel meterial pozzolan yang halus. Namun bentuk partikel material ini akan
mempengaruhi kebutuhan akan airnya.
Dengan semakin banyaknya pemakaian beton di dalam industri konstrukstermasuk jalan
beton maka semakin banyak pula usaha untuk membuatnya semakin canggih dan semakin
ekonomis. Namun, seiring meningkatnya industri beton juga berdampak pada lingkungan
karena meningkatnya pemakaian energi untuk produksi beton.
Mineral pada campuran beton biasanya berupa pozzolan dan material lain pengganti
agregat, seperti agregat ringa dan berat, serat. Pozzolan merupakan bahan alami atau
buatan yang mempunyai sifat pozzolanik dengan unsure silika dan aluminat yang aktif.
Silika dan aluminat aktif ini akan bereaksi dengan kapur bebas, yang merupakan sisa
reaksi hidrasi air dengan semen, untuk menjadi tubermorite lagi yang sama dengan hasil
hidrasi air dengan semen sebelumnya, sehingga akan meningkatkan kuat tekan beton.
Fly-ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara, yang
dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang telah
digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Fly-ash atau abu terbang di kenal di
Inggris sebagai serbuk abu pembakaran. Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan
mengikat seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang
halus, oksida silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang
memiliki kemampuan mengikat.
Menurut ACI Committee 226 dijelaskan bahwa, fly-ash mempunyai butiran yang
cukup halus, yaitu lolos ayakan N0. 325 (45 mili mikron) 5-27%, dengan spesific gravity
antara 2,15-2,8 dan berwarna abu-abu kehitaman. Sifat proses pozzolanic dari fly-ash
mirip dengan bahan pozzolan lainnya. Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu
terbang (fly-ash) didefinisikan sebagai butiran halus residu pembakaran batubara atau
bubuk batubara. Fly-ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal
yang dihasilkan dari pembakaran batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu terbang
kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumes. Abu terbang kelas C
kemungkinan mengandung zat kimia SiO2 sampai dengan dengan 70%.
Tingkat pemanfaatan abu terbang dalam produksi semen saat ini masih tergolong amat
rendah. Cina memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari lima persen, untuk
memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu terbang ini sendiri, kalau tidak
dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi lingkungan. Karenanya dapat dikatakan,
pemanfaatan abu terbang akan mendatangkan efek ganda pada tindak penyelamatan
lingkungan, yaitu penggunaan abu terbang akan memangkas dampak negatif kalau bahan
sisa ini dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi penggunaan semen Portland dalam
pembuatan beton.
Sebagian besar abu terbang yang digunakan dalam beton adalah abu kalsium rendah (kelas
”F” ASTM) yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau batu bara bituminous. Abu
terbang ini memiliki sedikit atau tida ada sifat semen tetapi dalam bentuk yang halus dan
kehadiran kelambaban, akan bereaksi secara kimiawi dengan kalsium hidrosida pada suhu
biasa untuk membentuk bahan yang memiliki sifat-sifat penyemenan. Abu terbang kalsium
tinggi (kelas ASTM) dihasilkan dari pembakaran lignit atau bagian batu bara bituminous,
yang memiliki sifat-sifat penyemenan di samping sifat-sifat pozolan.
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Poon dan kawan-kawan, memperlihatakan dua
pengaruh abu terbang di dalam beton, yaitu sebagai agregat halus dan sebagai pozzolan.
Selain itu abu terbang di dalam beton menyumbang kekuatan yang lebih baik dibanding
pada pasta abu terbang dalam komposisi yang sama. Ini diperkirakan lekatan antara
permukaan pasta dan agregat di dalam beton. More dan kawan-kawan, Mendapatkan
workabilitas meningkat ketika sebagian semen diganti oleh abu terbang.
Beton yang mengandung 10 persen abu terbang memperlihatkan kekuatan awal lebih
tinggi yang diikuti perkembangan yang signifikan kekuatan selanjutnya. Kekuatan
meningkat 20 persen dibanding beton tanpa abu terbang. Penambahan abu terbang
menghasilakan peningkatan kekuatan tarik langsung dan modulus elastis. Kontribusi abu
terbang terhadap kekuatan di dapati sangat tergantung kepada faktor air-semen, jenis
semen dan kualitas abu terbang itu sendiri.
Dalam suatu kajian, abu terbang termasuk ke dalam kategori kelas F dengan kandungan
CaO2 rendah sebesar 1,37 persen lebih kecil daripada 10 persen yang menjadi persyaratan
minimum kelas C. Namun demikian kandungan SiO2 sukup tinggi yaitu 57,30 persen. Abu
terbang ini, selain memenuhi kriteria sebagai bahan yang memiliki sifat pozzolan, abu
terbang juga memiliki sifat-sifat fisik yang baik, yaitu jari-jari pori rata-rata 0,16 mili
mikron, ukuran median 14,83 mili-mikron, dan luas permukaan spesifik 78,8 m2/gram.
Sifat-sifat tersebut dihasilkan dengan menggunakan uji Porosimeter.
Hasil-hasil pengujian menunjukkan bahwa abu terbang memiliki porositas rendah dan
pertikelnya halus. Bentuk partikel abu terbang adalah bulat dengan permukaan halus,
dimana hal ini sangat baik untuk workabilitas, karena akan mengurangi permintaan air atau
superplastiscizer.
Tidak semua fly ash memenuhi persyaratan ASTM C.618
3. Slag
Kerak (slag),Blast Furnace slag : adalah bahan non metalik hasil samping dari pabrik
pemurnian besi dalam tanur yang mengandung campuran antara kalsium silikat dan
kalsium alumina silikat dan beberapa pengotor.
g. Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dengan beton baru (bonding
agent for concrete)
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami kesulitan
dalam pengikatan (penyatuannya). Untuk mengatasinya, perlu ditambahkan suatu
bahan tambah agar terjadi ikatan yang menyatu atara permukaan yang lama dengan
permukaan yang baru, jenis bahan tambah tersebut biasanya disebut bonding agent
yang merupakan larutan polimer.