Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

TENTANG HIPO-HIPERTIROID

DISUSUN OLEH :

1. MILA RAHMA RAMADANI 1810201125


2. RATRI KUSRINI 1810201126
3. SISKA HANDAYANI 1010201127
4. NURYANI MARKUAT 1810201128
5. DESI APRILIA 1810201129
6. XFIN WULAN SAYEKTI 1810201130
7. WIDYA ANISA MIFTAHULHUSNA 1810201131
8. ADITYA NUGRAHA 1810201155
9. GAGAS PANDU WICAKTAMA 1810201156
10. IBNU ALGHAZALI 1810201157
11. ALDI RAMANDA 1810201158
12. TOMMY BAYU PRATAMA 1810201159

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan Asuhan Keperwatan Pasien dengan hipertiroid dapat
terselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar perkuliahan bidang mata ajar
Keperawatan Medikal Bedah di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Dengan penulisan asuhan keperawatan ini kami berharap dapat memberikan informasi
yang berguna bagi para pembacanya.
Kami menyadari dalam pembuatan asuhan keperawatan ini masih banyak kekurangan di
banyak bagian, untuk itu kami sangat berterimakasih bila ada pihak-pihak yang mengkoreksi dan
memberikan kritik dan saran supaya kami dapat memperbaikinya.

Yogyakarta, 08 Maret 2020

Tim Penulis
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di
berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormone tiroid
merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel ditubuh, mebantu mengatur
metabolism lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan serta pematangan
normal.
Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadannya menyebabkan
perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin
serta pada anak-anak timbul retardasi (keterbelakangan) mental dan fisik, dan kecebolan.
Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus,gelisah,
takikardia, tremor dan kelebihan pembentukan panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior.
Sebaliknya,sekresi hormone ini diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar
hormone tiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui
hipotalamus. Dengan cara ini perubahan-berubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan
sebagian lagi melalui hipotalamus.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat professional dalam menangani hal-hal
yang terkait dengan hipotiroid dan hipertiroid misalnya saja dalam memberikan asuhan
keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi
akibat hipertiroid dan hipotiroid.

B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
2. Bagaimana etiologi dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
4. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari kelenjar tiroid?
5. Bagaimana patofisiologi pada hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
6. Bagaimana pathways pada hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
7. Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada hipertiroidisme dan hipotiroidisme?

C. Tujuan penulisan
1. Mampu menjelaskan definisi dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
2. Mampu menjelaskan penyebab dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
3. Mampu menjelaskan tanda dan gejala dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
4. Mampu menjelaskan patofisiologi pada hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
5. Mampu menjelaskan pathways pada hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
6. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan penyakit hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.

D. Manfaat penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang definisi hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
2. Mendapatkan pemahaman tentang penyebab penyakit hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
3. Mendapatkan pemahaman tentang tanda dan gejala hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
4. Mendapatkan pemahaman tentang patofisiologi tentang penyakit hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
5. Mendapatkan pemahaman tentang pathways penyakit hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
6. Mendapatkan pemahaman tentang asuhan keperawatan pasien penyakit
hipertiroidisme dan hipotiroidisme
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon
tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid.
Kekacauan-kekacauan ini mungkin ini lagsung atau tidak langsung melibatkan
pengertian. Karena hormone tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan
banyak proses-prosessel, hormone tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-
konsekuensi yang meluas untuk tubuh. Hipotiroidisme suatu sindrom klinis akibat dari
defisiensi hormone tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik.
Hipotiroidisme pada bayi dan anak-anak berakibat perlambatan pertumbuhan dan
perkembangan dengan akibat retardasi mental (keterblakangan mental) dan fisik yang
irevesibel apa bila tidak diberi pengobatan segera setelah lahir.
Hipertiroidisme merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas
fungsi kelenjar tiroid dimana sekresi hormone yang berlebihan dimanifestasikan melalui
peningkatan kecepatan metabolisme. Banyak ciri khas lain yang terjadi pada pasien
hipertiroidisme akibat peningkatan stressor terhadap katekolamin (epinefrin dan
norepinephrine) dalam darah. Hipertiroidisme merupakan suatu keadaaan dimana
didapatkan kelebihan hormone tiroid karena ini berhubungan suatu kompleks fisiologis
dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormone tiroid
berlebihan. Adapun definisi hipertiroidisme menurut para ahli yautu :
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap
pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price dan Wilson: 337)
Hipertiroidisme adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormone tiroid yang berlebih didalam darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersikulasi berlebih. Gangguan ini dapat terjadi
akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin :296)
B. Etiologi
Hipotiroid
Hipotiroid adalah kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3%-5% dari
populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid kondisi yang lebih umum terjadi pada
wanita daripada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur. Dibawah
adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang
dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kindisi-kondisi ini
a. Hasimot's thyroiditis,disebut tiroiditisotoimun, trrjadi akibat destruksi autoantibodi
jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunanTH, disertai peningkatan kadar
TSH, dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal. Penyebab tiroiditisotoimun
tidak diketahui namun tampak terdapat kecenderungan genetik untuk terjadinya penyakit
ini.
b. Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipotiroid)
Tiroiditis limfositik subakut merupakan peradangan tiroid dengan hipertiroid sementara
yang disusul hipotiroidisme sementara, kemudian terjadi penyembuhan. Hipotiroidisme
sementara juga terjadi pada tiroiditis post-partum yang berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa bulan.

Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menghambat sintesis hormon dan menimbulkan
hipotiroidisme dengan goiter(goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid) misalnya litium
karbonas erupakan penyebab farmakologis tersering dari hipotiroidisme yang digunakan
dalam terapi keadaan manik depresif dan amiodaron. Terapi kronis dengan obat-obat
anti-tiroid propiltiouasil dan metimazol akan berakibat sama.
a. Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
b. Penyakit pituitari atau hipotalamus
c. Kekurangan yodium yang berat
Hipertiroidisme
Banyak faktor yang bertanggung jawab dalam menimbun syndrome klinis ini, yakni
tambapak bahwa pusat kelainan penyakit ini adalah perubahan mekanisme homeostatic
yang dalam keadaan normal sekresi hormonnya disesuaikan dengan kebutuhan jaringan
perifer. Gangguan homeostatic ini disebabkan oleh produksi TSH (Thyroid stimulating
hormone) yang berlebihan atau adanya perubahan autonomic kelenjar tiroid menjadi
hiperfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat
malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRH karena umpan balik
negative TH terhadap pelepasan keduanya. Penyakit graves yaitu penyebab terserang
penyakit hipertiroidisme, yaitu gangguan autoimun yang biasanya ditandai dengan
produksi autoantibodi yang mirip kerja TSH pada kelenjar tiroid. Autoantibodi IgG (The
immunoglobulin) ini, yang disebut tyriod stimilating immunoglobulin, menstimulasi
produksi TH, namun tidak dihambat oleh kadar TH yang meningkat. Kadar TSH dan
TRH rendah karena keduanya ditambah oleh kadar TH yang tinggi. Penyebab penyakit
graves diduga disebabkan oleh factor emosi atau stress yang dapat dipengarusi system
imunitas sehingga tampak terdapat predisposisi genetic pada penyakit autoimun. Wanita
yang berusia 20-an dan 30-an paling sering terdiagnosa penyakit ini walaupun penyakit
ini mulai terjadi selama usia belasan. Penyebab lain dari hipertiroidisme yaitu :
1. Struma nodusa
Struma endemis, biasanya dalam bentuk stura nodusa terutama ditemukan didaerah
pegunungan yang airnya kurang yodium. Etiologi umumnya multifactor, biasanya
tiroid sudah mulai membesar pada usia muda, awalnya difus, dan berkembang
menjadi multinodular.
2. Karsinoma tiroid
Berasal dari sel folikel tiroid. Keganasan tiroid dikelompokan menjadi, karsinoma
tiroid berdiferensiasi baik, yautu bentuk papiler, folikuler atau campuran keduanya.

C. Tanda dan gejala


Hipotiroid
Gejala-gejala hipotiroid seringkali tidak terlihat mereka tidak spesifik (yang
berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi lain)dan seringkali
dihubungkan dengan penuaan. Pasien-pasien denfmgan hipotiroid ringantidak
mempunyai tanda dan gejala. Gejala-gejala umumnya menjqdi lebih nyata ketika
kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan dengan
perlambatan metabolisme tubuh. Gejala-gejala umum sebagai berikut
a. Kelelahan
b. Depresi
c. Kenaikn barat badan
d. Ketidak toleranan dingin
e. Ngantuk yang berlebihan
d. Rambut yang kering dan kasar
e. Sembelit atau konstipasi
f. Kulit kering
g. Kejang kejang
h. Tingkat kolesterol yang meningkat
i. Komsentrasi menurun, berfikir lambat dan gerakan canggung dan lambat
j. Sakit dan nyeri yang samar-samar
k. Pembengkakan dan edema kulit, terutama dibawah mata dan dipergelangan kaki
Ketika penyakit menjadi lebih berat mungkin ada bengkak-bengkak disekeliling mata,
suatu denyut jantung yang meambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal
jantung. Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat menjurus pada suatu
koma yang mengancam nyawa(miksedema koma). Pada seseorang yang mempunyai
hipotiroid yang berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit
berat, operasi, stres atau luka trauma.

Hipertiroid
Penderita hipertiroidisme yang sudah berkembang lebih jauh akan memperlihatkan
kelompok tanda dan gejala yang khas (yang kadang-kadang tirotoksiktosis) gejala yang
sering ditemukan pada penderita hipertiroid yakni :
1. Umum : berat badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, dan tidak tahan panas
2. Kardiovaskuler : palpitasi, sesak nafas, angina, gagal jantung, sinustakikardi,
fibrilasi atrium, nadi kolaps
3. Neuromuscular : gugup, gelisah, agitasi, tremor, koreoatetosis, sikotis,kelemahan
otot, secara emosional mudah terangsang ( hipereksitabel), iritabel, dan terus
khawatir, serta tidak dapat duduk diam
4. Gastrointestinal : penderita mengalami peningkatan selera makan dan konsumsi
makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan otot yang abnormal,
perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare, serta muntah.
5. Reproduksi : oligomenorea, infertilitas
6. Kulit : warna kulit penderita biasanya agak kemerahan ( flushing ) dengan warna
slmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah. Namun
demikian, pasien yang berusia lanjut mungkin kulitnya agak kering, tangan
gemetar pruritus, eritema palmaris, miksedema pretidial rambut tipis.
7. Struma : difus dengan / tanpa bising, nodosa
8. Mata : lakrimasi yang meningkat, kemosis ( edema kongjungtiva), proptosis,
kornea, oktalmopledia, diplobia, edema pupil, penglihatan kabur.

D. Anatomi dan fisiologi


Kelenjar tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak dibagian bawah
depan leher yang memproduksi hormone tiroid dan hormon calcitonin, melekat pada
tulang sebelah kanan trakea dan melekat pada dinding laring. Kelnjar ini terdiri atas dua
lobus yaitu lobus dekstra dan sinistra yang saling berhubungan, masing- masing lobus
yang terbalnya 4 cm dan lebarnya 2,5 cm.
Kelnjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin. Pembentukan hormone tiroid tergantung
dari jumlah yodium eksogen yang masuk kedalam tubuh. Sumber utama untuk menjaga
keseimbangan yodium adalah yodium dalam makanan dan minuman.

Stuktur mikroskopis
Kelenjar ini terdiri atas volikel seperti kelenjar asiner berdinding selapis sel jika
sedang beraktivitas kenjar ini berbentuk kuboid yang tinggi, sedangkan bila sedang
istirahat sel ini berbentuk pipih dan bagian tengah asinernya berisi koloid senyawa
tiglobulin, tiroksin, dan hormone kenjar tiroid.
Hormone tiroid
Hormone yang terdiri dari asam amino yang mengawal kadar metabolism
penyakit grave, penyebab tersering hipertiroidisme, adalah suatu penyakit autoimun yang
biasanya ditandai oleh roduksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip FSH pada kelenjar
tiroid. Autoantibodi igG ini, yang disebut imunoglobin terangsang tiroid ( thyroid-
stimulating imunoglobin) meningkatkan pembentukan HT, tetapi tidak mengalami umpan
balik negative dari kadar HT yang tinggi, kadang TSH dan TRH rendah karena keduanya
berespon terhadap peningkatan kadar HT.
Sekresi hormone tiroid
Hormone tiroid dari sel kelenjar memerlukan bantuan FSH untuk endositosis
koloid untuk mikrofil enzin proteliotik berfungsi untuk memecahkan ikatan hormone T3
dan T4 dari tiglobulin kemudian melepasnya keperedaran darah saat didistribusikan
melalui plasma akan terkait oleh PBI. PBI kecil dan besar akan terkait oleh protein yang
bebas dalam keseimbangan.
Pembuluh darah
Kapiler darah dan limfe membentuk pleksus yang erat dalam mengitari folikel
sehingga membantu melintasnya hormone kedalam lumen kapiler. Susunan pembuluh
darah menunjukan bahwa terdapat gelombang dalam darah yang disuplai kedaerah pada
kelenjar persyarafan
sejumlah besar saraf- saraf takbermielin terdapat pada dinding arteri tiroid dan sebagian
besar mempunyai fungsi fasomotor. Beberapa syaraf simpatis berakhir pada lamina asal
folikel yang menunjukan rangsangan syaraf dalam mempengaruhi fungsi tiroid melalui
pengaruh langsung pada sel folikel yang menujukan rangasangan syaraf dalam
mempengaruhi fungsi tiroid

E. Patofosiologi
Hipotiroid
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi.
Hipotiroidisme ditandai dengan miksedema, edema non piting dan boggy yang terjadi
disrkitar mata, kaki, tangan, dan juga menginfiltrasi jaringan lain. Hipotiroidisme dapat
terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
hipotiroidisme disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, kadar TH yang rendah disertai
oleh kadar TSH dan TRH yang tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif oleh TH
pada hipofisis dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis,
kadar TH yang rendah disebabkan oleh kadar TSH yqng rendah. TRH dari hipotalamus
tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif ada pelepasannya oleh TSH atau TH.
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus menyebabkan kadar TH,
TSH, dan TRH yang rendah. Hipotiroidisme akibat pengobatan dapat terjadi setelah
terapi atau pembedahan tiroid sebelumnya, terapi radioiodin, atau obat-obatan seperti
sitokinin, amiodaron dan litium.

Hipertiroid
Kelenjar tiroid pada penyakit hipertiroid (graves) membesar secara difus, lunak
dan hiperfaskularisasi. Parenkim kelenjar mengalami hipertrofi dan hiperflasia yang
secara khas terlihat dengan adanya peninggian epithelium dan redudansi dinding folikular
sehingga memberikan gambaran lipatan papilar dan tanda peningkatan aktivitas seluler.
Hiperplasi biasanya disertai dengan infiltrasi lifositik, sebagai adanya gambaran imunitas
seluler (CMI = cell mediated immunity) atau mugkin lebih menggambarkan
hubungannya dengan tirioditis kronik. Apabila penderita mendapat terapi yodium akan
terjadi penimbunan koloid graves seringkali berhubungan dengan pembesaran limfa atau
timus. Hipertiroidisme dapat menyebabkan degenerasi serabut otot skelet dan
pembesaran jantung. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar 2-3 kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hyperplasia dan
lipatan - lipatan sel -sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel - sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelejar. Juga, setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat ; dan penelitian ambilan iodium
radioaktif menunjukan bahwa kelenjar - kelenjar hiperplastik ini mensekresi hormone
tiroid dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal. Perubahan pada kelenjar
tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Akan tetapi, dari penelitian
dengan pengukuran radioimunologik dapat ditunjukan bahwa pada sebagian besar
penderita besarnya konsentrasi TSH dalam plasma adalah lebih kecil dari normal, dan
sering kali nol. Sebaliknya, pada sebagian besar penderita dijumpai adanya beberapa
bahan yang mempunyai kerja mirip dengan kerja TSH yang ada dalam darah. Biasanya
bahan-bahan ini adalah antibodi imunoglobin yang berkaitan dengan reseptor membrane
yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut menrangsang
aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Antibodi ini
disebut imunoglobin perangsang tiroid dan disingkat TSI bahan ini mempunyai
perangsang yang panjang dan pada kelenjar tiroid yakni selama 12 jam, berbeda dengan
TSH yang hanya berlangsung 1 jam. Tingginya sekresi hormone toroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis.

Hipertiroid
Penyebab hipertiroid biasanya adalah penyakit graves goiter, toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroid, kelenjar tiroid membesar 2-3 kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyak hiperparsia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel,
sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar, juga setiap sel meningkat sel ekskresinya beberapa kali lipatan
dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal. Pada hipertiroid, konsentrassi
TSH (tiroid stimulating hormone) plasma menurun, karena ada sesuatu yang menyerupai
TSH biasanya bahan-bahan ini menyerupai antibody imunoglobulin yang disebut TSI
(tiroid stimulating immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membrane yang
sama reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroid kossentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung 1 jam. Tingginya sekresi hormone
yang disebabkan oleh TSI selanjutnya pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormone hingga diluar batas,
sehingga memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar, gejala
klinis yang sering berkeringan dan suka hawa dingin termasuk termasuk akibat sifat
hormone tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolism tubuh yang diatas
normal, bahkan akibat metabolism yang menyimpang ini kadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek tiroid. Ekspotalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periabital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya
bola mata terdesak keluar.
F. Pathways
Hipertiroidisme
G. Pengkajian

Hipotirodisme

a. pengkajian

Data Subjektif Data Objektif


1. Riwayat pengalaman perubahan status 1. Status mental: perhatian pendek,
social / mental. emosi labil, tremor, dan hyperkinesia.
2. Mengalami sakit dada atau palpitasi. 2. Perubahan kardiovaskular: tekanan
3. Mengalami dipsnea ketika melakukan darah sistolik meningkat, tekanan
aktivitas dan istirahat. diastolic menurun, takikardia
4. Riwayat perubahan pada kuku,rambut, walaupunwaktu istirahat, disritmia dan
kulit, dan banyak keringat. murmur.
5. Mengeluh gangguan penglihatan dan 3. Perubahan pada kulit: hangat,
mata cepat lelah. kemerahan dan basah.
6. Perubahan asupan makanan dan berat 4. Perubahan pada rambut: halus dan
badan. menipis.
7. Perubahan eliminasi feses, frekuensi 5. Perubahan pada mata: lidlag, glovelag,
dan banyaknya. diplopia, dan penglihatan kabur.
8. Intoleransi terhadap cuaca panas. 6. Perubahan nutrisi / metabolic: berat
9. Memgeluh cepat lelah dan tidak badan menurun, nafsu makan dan
mampu melakukan semua aktivitas asupan makan bertambah serta
hidup sehari-hari. kolesterol dan trigliserida menurun.
10. Perubahan menstruasi atau libido. 7. Perubahan muskoloskeletal: otot
11. Pengetahuan tentang sifat lemah, tonus otot kurang dan sulit
penyakit,pengobatan, serta efek berdiri dari posisi duduk.
samping obat
b. diagnose keperawatan hipotiroidisme

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif


 Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
 Perubahan pola berfikir berhubungan dengan gangguan metabolism dan perubahan status
kardiovaskular dan pernapasan

Hipertiroidisme

a. Pengkajian

Data subjektif Data objektif


1. Riwayat pengalaman perubahan status 1. Status mental : perhatian pendek, emosi
emosional atau mental labil, tremor dan hiperkinesia
2. Mengalami sakit dada atau palpitasi 2. Perubahan kardiovaskular : tekanan darah
3. Mengalami dipsnea ketika melakukan sistolik meningkat, tekanan distolik menurun,
aktivitas atau istirahat takikardia walaupun istirahat, distretmia dan
4. Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, murmur
dan banyak keringat 3. Perubahan pada kulit : hangat, kemerahan,
5. Mengeluh gangguan penglihatan dan mata dan basah
cepet lelah 4. Perubahan pada rambut : halus dan tipis
6. Perubahan asupan makanan dan berat badan 5. Perubahan pada mata : lid, lad, glove, lag,
7. Perubahan eliminasi feses, frekuensi serta diplopia, dan penglihatan kabur
banyaknya 6. Perubahan nutrisi dan metabolik, berat
8. Intoleransi terhadap cuaca panas badan menurun, nafsu makan bertambah serta
9. Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu kolestrol dan trigeselida serum menurun
melakukan semua aktivitas sehari-hari 7. Perubahan muskoleskeletal : otot lemah,
10. Perubahan menstruasi atau libido tonus otot kurang, dan sulit berdiri dari posisi
11. Pengetahuan tentanh sifat penyakit, duduk
pengobatan serta efek sampingnya

b. Diagnose keperawatan hipertiroidisme


1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakit.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsobsi makanan.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantun.

4. Kelelahan berhubungan dengan ketidakseimbangan energy dengan kebutuhan tubuh.

BAB III SKENARIO DAN PEMBAHASAN


A. skenario
 Kasus Hipotirodisme
Ny.N 45 tahun dirawat dengan keluhan tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini, suka
sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir, suaranya sudah seminggu ini
parau, kuku juga mudah rapuh, dia tidak mengerti kenapa ini terjadi. Keluhan lainnya
suka merasa dingin walaupun udara dilingkungan sangat panas. Perawat melakukan
pemeriksaan fisik didapat TD: 90/60 mmHg, nadi: 64x per menit, suhu: 37,3 0 Celcius,
miksedema, hasil rongsen toraks: efusi pleura.
 Kasus Hipertiroidisme
Ny.M umur 20 tahun dirawat dengan keluhan tubuh terasa lemas, badan terasa panas,
sering berkeringat dimalam hari, sering terasa sesak nafas, jantung terasa berdebar-debar.
Keluhan lainnya nafsu makan menuran, mual, dan penglihatan kabur.perawat melakukan
pemeriksaan fisik didapat TD : 130/80 mmHg, N : 110x per menit,RR : 27x per menit
dan suhu 38 0 Celcius

B. Asuhan keperawatan (disertai jurnal)

1. Hipotiroidisme

a. Pengkajian
o Data pasien
Nama : Ny. N
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 23 februari 1968
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Suku : jawa
Pekerjaan : IRT
Status perkawinan : menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnose medis : hipotiroid
o Riwayat penyakit
Keluhan utama : klien datang ke rs hari senin, 10 maret 2020 dengan
keluhan tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini, suka sesak, rambutnya
banyak sangat banyak setiap kali menyisir, suaranya sudah seminggu ini parau,
kuku juga mudah rapuh.
Riwayat penyakit sekarang: klien mengalami hipotiroid
Riwayat penyakit dahulu: klien tidak memiliki riwayat penyakit hipotiroid
Riwayat kesehatan keluarga : keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit
hipotiroid
o Pemeriksaan fisik
Pola istirahat dan tidur: sangat malas beraktivitas dan ingin tidur
sepanjang hari.
System pencernaan : lidah tampak menebal, nafsu makan berkurang, anoreksia,
peningkatan berat badan , konstipasi, distensi abdomen.
System kardiovaskular: pembesaran jantung, disritmia, hipotensi, nadi lambat,
penurunan frekuensi denyut jantung, penurunan curah jantung.
System muskoloskeletal: parastesia dan reflex tendon menurun, gerak-gerik klien
sangat lamban, lemah, cepat lelah, sakit pada sendi dan otot, gerakan yang
canggung dan lamban.
System neurologis: berbicara lambat, kelopak mata turun,wajah bengkak,
pusing, pucat, perlambatan daya pikir, berbicara lambat dan terbata-bata dan
memori, perhatian turun, latergi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran.
System reproduksi: terjadi perubahan menstruasi seperti amenore atau masa
menstruasi yang memanjang.
System integument: kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin dan pucat, ,
tidak tahan terhadap dingin, Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah
mata dan di pergelangan kaki, pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut
kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk.
Emosi/psikologis: Klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan
lingkungannya, mengurung diri, depresi, apatis, agitasi, depresi, paranoid,
menarik diri.
b. Data Fokus

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1.  1. Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
1.      Tanda-tanda vital :
sudah seminggu ini TD : 90/60 mmHg
2.  2. Klien mengeluh suka sesak Nadi : 64 x/menit
3.  3. Klien mengeluh rambutnya rontok sangat Suhu : 37,3oC ,
banyak setiap kali menyisir RR : 25 x/menit kedalaman nafas dangkal,
4.  4. Klien mengatakan suaranya sudah suara tambahan wheezing
seminggu ini parau T3 :
5.  5. Klien mengatakan kuku juga mudah rapuh T4 :
6.  6. Klien tidak mengerti kenapa ini terjadi 2.      Miksedema
7.  7.Klien mengeluh suka merasa dingin
3.      Hasil rontgen thorax : efusi pleura.
walaupun udara dilingkungan sangat panas.
4.      Kemungkinan klien terlihat malas
8.  8.Kemungkinan klien mengeluh malas beraktivitas
beraktivitas 5.      Kemungkinan lidah klien tampak
9.  9.Kemungkinan klien ingin tidur sepanjang menebal
hari 6.      Kemungkinan klien terlihat penurunan
10.10.Kemungkinan klien mengeluh konstipasi, reflek tendon
11.11.Kemungkinan klien mengatakan
7.      Kemungkinan klien terlihat gerak-gerik
mengalami penurunan berat badan sangat lamban,
12. 12.Kemungkinan klien mengeluh sakit pada
8.      Kemungkinan klien terlihat lemah, cepat
sendi dan otot lelah,
13.13. Kemungkinan klien mengeluh pusing 9.      Kemungkinan klien terlihat gerakan yang
14.14.Kemungkinan klien mengatakan canggung lamban
perubahan menstruasi, masa menstruasi
10.  Kemungkinan klien terlihat berbicara
yang memanjang lambat dan terbata-bata
15. 15.Kemungkinan klien mengatakan tidak
11.  Kemungkinan klien terlihat kelopak mata
tahan terhadap dingin, turun dan wajah bengkak,
12.  Kemungkinan klien terlihat mengalami
perlambatan daya pikir
13.  Kemungkinan klien terlihat mengalami
gangguan memori
14.  Kemungkinan klien terlihat perhatian
kurang, letargi atau somnolen, bingung
15.  Kemungkinan kulit klien teraba kasar,
tebal, bersisik, dingin dan pucat
16.  Kemungkinan klien terlihat adanya
pembengkakkan dan edema kulit, terutama
di bawah mata dan di pergelangan kaki
17.  Kemungkinan klien terlihat pertumbuhan
kuku buruk, kuku menebal
18.  Kemungkinan terlihat rambut klien kering,
kasar; dan pertumbuhannya buruk

c. Analisa Data
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS : Pola napas tidak Depresi ventilasi
      Klien mengeluh suka sesak efektif
      Klien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parau
      Kemungkinan klien mengatakan
kesulitan saat bernapas
DO:
      Tanda-tanda vital :
RR : 25 x/menit kedalaman nafas
dangkal, suara tambahan wheezing
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
      Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi pleura
      Klien terlihat sesak napas
      Kemungkinan klien terlihat
menggunakan otot bantu pernapasan
      Kemungkinan klien terlihat
memegangi dada
      Kemungkinan klien terlihat cemas
dan gelisah
DS : Penurunan curah Degenerasi otot
      Klien mengeluh suka sesak jantung jantung (miokarditis)
      Klien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parau
      Kemungkinan klien mengeluh
pusing
DO:
      Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
T3 :
T4 :
      Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi pleura
      Klien terlihat pucat
      Kemungkinan klien terlihat lemah,
cepat lelah,
      Kemungkinan klien mengalami
perbesaran jantung
      Kemungkinan klien terlihat
memegangi dada
DS : Perubahan  nutrisi Peningkatan
      Klien mengeluh tidak ada nafsu kurang dari metabolisme
makan sudah seminggu ini kebutuhan
      Klien mengeluh suka sesak
      Klien mengeluh rambutnya rontok
sangat banyak setiap kali menyisir
      Klien mengatakan kuku juga mudah
rapuh
      Kemungkinan klien mengeluh
malas beraktivitas
      Kemungkinan klien mengeluh
pusing
DO :
      Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
      Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi pleura
      Kemungkinan klien terlihat malas
beraktivitas
      Kemungkinan lidah klien tampak
menebal
      Kemungkinan klien terlihat lemah,
cepat lelah,
      Kemungkinan kulit klien teraba
kasar, tebal, bersisik, dingin dan pucat
DS : Perubahan  proses Perubahan
      Klien mengatakan tidak mengerti berpikir fisiologis :
kenapa ini terjadi penurunan stimulasi
      Kemungkinan klien mengeluh SSP
pusing
      Kemungkinan klien mengeluh
tentang sakit dan gejala yang dialami
      Kemungkinan klien mengatakan hal
yang sama berulang
DO:
      Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC ,
      Miksedema
      Hasil rontgen thorax : efusi pleura.
      Kemungkinan klien terlihat
mengalami perlambatan daya pikir
      Kemungkinan klien terlihat
mengalami gangguan memori
      Kemungkinan klien terlihat kurang
perhatian, letargi atau somnolen,
bingung

d. Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TERATASI
KEPERAWATAN DITEMUKAN
1.      Pola napas tidak efektif 11 – 03 – 2013 14 – 03 – 2013
b.d depresi ventilasi

2.      Penurunan curah jantung


b.d miokarditis, pembesaran 11 – 03 – 2013 14 – 03 – 2013
jantung
3.      Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan b.d
peningkatan metabolisme 11 – 03 – 2013 14 – 03 – 2013

4.      Perubahan proses berpikir


b.d perubahan fisiologis :
penurunan stimulasi SSP

11 – 03 – 2013 14 – 03 – 2013

e. Intervensi
NO TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
DX HASIL
1 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3 x 241.     Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan
jam diharapkan masalah ekspansi dada. Catat upaya pernapasan,
keperawatan pola napas tidak termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran
efektif dapat teratasi dengan nasal.
kriteria hasil : Rasional : kecepatan biasanya meningkat.
         Menunjukkan pola napas Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas.
efetif Kedalam pernapasan bervariasi tergantng
          Frekuensi dan derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas
kedalaman dalam keadaan yang berhubungan dengan atelektasis atau
normal nyeri dada pleuritik.
         Paru-paru jelas/bersih 2.     Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
         Berpartisipasi dalam bunyi napas adventisius, seperti krekels,
aktivitas meningkatkan fungsi mengi, gesekan pleural.
paru Rasional : bunyi napas menurun ada bila jalan
napas obstruksi sekunder terhadap perdarahan,
bekuan atau kolaps jalan napas kecil
(atelektasis). Ronki dan mengi menyertai
obstruksi jalan napas / kegagalan pernapasan
3.     Tinggikan kepala dan bantu mengubah
posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur
dan ambulasi sesegara mungkin
Rasional : duduk tinggi memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
Pengubahan posisi dan ambulasi
meningkatkan pengisisan udara segmen paru
berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
4.     Dorong / bantu pasien dalam napas dalam
dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/ banyaknya
sputum dimana gangguan ventilasi dan
ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.
Kolaborasi
5.     Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi serebral dan
tekanan  meningkat/terbentuknya edema
6.     Berikan humidifikasi tambahan misalnya :
nebuliser ultrasonik
Rasional : memberikan kelembaban pada
membra mukosa
2 Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama 3 x 24
1.      Pantau frekuensi / irama jantung
jam diharapkan masalah Rasional : takikardi atau disritmia dapat terjadi
keperawatan penurunan curah saat jantung berupaya untuk menigkatkan
jantung dapat teratasi dengan curahnya berespons pada demam, hipoksia dan
kriteria hasil : asiodosis karena iskemia
         Penurunan episode 2.      Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak
dispnea, angina dan disritmia tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4
         Mengidentifikasi Rasional : memeberikan deteksi dini dan
perilaku untuk menurunkan terjadinya komplikasi misalnya gagal jantung,
beban kerja jantung tamponade jantung
3.      Dorong tirah baring dalam posisi semi-
fowler
Rasional : menurunkan beban kerja jantung,
memaksimalkan curah jantung
4.      Berikan tindakan kenyamanan misalnya
gosokan punggung dan perubahan posisi dan
kativitas hiburan dalm toleransi jantung
Rasional : meningkatkan relaksasi dan
mengarahkan kembali perhatian
5.      Dorong penggunaan teknik manajemen stres
misalnya bimbingan imajinasi, latihan
pernapsan.
Rasional : perilaku yang bermanfaat
mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi,
menurunkan beban kerja jantung
6.      Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan
tekanan nadi, peningkatan CVP, perubahan
tonus jantung, penurunan tingkat kesadaran.
Rasional : manifestasi klinis dari tamponade
jantung yang dapat terjadi pada perikarditis
bila akumulasi cairan dalam kantung
perikardia membatasi pengisian curah jantung
7.      Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palpitasi,
nyeri dada kontinu
Rasional : manifestasi klinis dari GJK yang
dapat menyertai endokarditis atau miokarditis
Kolaborasi :
8.      Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan kesediaan oksigen
untuk fungsi miokard dan menurunakn efek
metabolisme anaerob yang terjadi sebagai
akibat dari hipoksia dan asiodosis
9.      Berikan obat-obatan sesuai indikasi misalnya
digitalis atau diuretik
Rasional : dapat diberikan untuk
meningkatkan kontraktilitas miokard dan
menurunkan beban kerja jantung pada adanya
miokarditis
3 Setelah dilakukan tindakan Mandiri 
keperawatan selama 3 x 241.     Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada
jam diharapkan masalah nyeri perut, mual atau muntah
keperawatan perubahan Rasional : kekuarangan kortisol dapat
nutrisi kurang dari kebutuhan menyebabkan gejala gastrointestinal berat
dapat teratasi dengan kriteria yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi
hasil : dari makanan
         Menunjukkan berat 2.     Catat adanya kulit yang dingin atau basah,
badan stabil atau meningkat perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat,
         Peningkatan kekuatan peka rangsang, nyeri kepala, sempoyongan
otot Rasional : gejala hipoglikemia dengan
timbulnya tanda tersebut mungkin perlu
pemberian glukosa dan mengidentifikasikan
pemberian tambahan glukokortikoid
3.     Pantau pemasukan maknaan dan timbang
berat badan setiap hari
Rasional : anoreksia, kelemahan dan
kehilangan pengaturan metabolisme oleh
kortisol terhadap maknana dapat
megakibatkan penurunan berat badan dan
terjadinya malnutrisi
4.     Catat muntah mengenai jumlah kejadian atau
karakteristik lainnya
Rasional : ini dapat membantu untuk
menentukan derajat kemampuan pencernaaan
atau absorpsi makanan.
5.     Berikan atau bantu perawatan mulut
Rasional : mulut yang bersih dapat
meningkatkan napsu makan
6.     Berikan lingkungan yang nyaman untuk
makan contoh bebas dari bau tidak sedap,
tidak terlalu ramai, udara yang tidak nyaman
Rasional : dapat meningkatkan napsu makan
dan memperbaiki pemasukan makanan.
7.     Berikan informasi tentang menu pilihan
Rasional : perencanaan menu yang disukai
pasien dapat menstimulasi napsu makan dan
meningkatkan pemasukan makanan.
Kolaborasi
8.     Berikan cairan IV
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan/nutrisi
sampai masukan oral dapat dimulai.
9.     Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya
Hb/Ht dan elektrolit
Rasional : indikator kebutuha cairan / nutrisi
dan keefktifan terapi dan terjadinya
komplikasi
10. Berikan obat sesuai indikasi
Antikolinergik : atropin, propantelin bromida
Vitamin larut dalam lemak : B12, Kalsium
Rasional : mengontorl dan meningkatkan
pencernaan dan absorpsi nutrien.
4 Setelah dilakukan tindakan1.    Orienteasikan pasien terhadap waktu, tempat,
keperawatan selama 3 x 24 tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
jam diharapkan masalah Rasional :meningkatkan pola pikir dan daya
keperawatan perubahan ingat klien tentang sesuatu
proses berpikir mengenai2.    Berikan stimulasi lewat percakapan dan
kondisi dan pengobatan dapat aktivitas yang tidak bersifat mengancam
teratasi dengan kriteria hasil : Rasional : memudahkan stimulasi dalam batas-
         Berpartisipasi dalam batas toleransi pasien terhadap stres
proses belajar 3.    Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa
         Mengungkapkan perubahan pada fungsi kognitif dan mental
pemahaman tentang kondisi / merupakan akibat dan proses penyakit
prognosis dan aturan Rasional : meyakinkan pasien dan keluarga
terapeutik tentang penyebab perubahan kognitif dan
         Memulai perubahan gaya mental merupakan akibat dan proses penyakit
hidup yang diperlukan Kolaborasi :
4.    Konsultasikan dengan ahli Psikologi tentang
therapy yang cocok untuk masalah klien
Rasional : memperbaiki proses berpikir

f. Implementasi Keperawatan
Hari/ No.DX Implementasi dan Hasil Paraf
Tanggal
1 1.      Mengkaji frekuensi, kedalaman
pernapasan dan ekspansi dada.
Catat upaya pernapasan, termasuk
penggunaan otot bantu / pelebaran
nasal.
2.      Mengauskultasi bunyi napas dan
catat adanya bunyi napas
adventisius, seperti krekels, mengi,
gesekan pleural.
3.      Meninggikan kepala dan bantu
mengubah posisi. Bangunkan
pasien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegara mungkin
4.      Mendorong atau membantu
pasien dalam napas dalam dan
latihan batuk.
5.      Memberikan oksigen sesuai
indikasi
6.      Memberikan humidifikasi
tambahan misalnya : nebuliser
ultrasonic
2 1.      Memantau frekuensi / irama
jantung
2.      Mengauskultasi bunyi jantung.
Perhatikan jarak tonus jantung,
murmur, gallop S3 dan S4
3.      Mendorong tirah baring dalam
posisi semi-fowler
4.      Memberikan tindakan
kenyamanan misalnya gosokan
punggung dan perubahan posisi
dan kativitas hiburan dalm
toleransi jantung
5.      Mendorong penggunaan teknik
manajemen stres misalnya
bimbingan imajinasi, latihan
pernapsan.
6.      Menyelidiki nadi cepat,
hipotensi, penyempitan tekanan
nadi, peningkatan CVP, perubahan
tonus jantung, penurunan tingkat
kesadaran.
7.      Mengevaluasi keluhan lelah,
dispnea, palpitasi, nyeri dada
kontinu
8.      Memberikan oksigen sesuai
indikasi
Berikan obat-obatan sesuai
indikasi misalnya digitalis atau
diuretic
3 1.      Mengauskultasi bising usus dan
kaji apakah ada nyeri perut, mual
atau muntah
2.      Mencatat adanya kulit yang
dingin atau basah, perubahan
tingkat kesadaran, nadi yang cepat,
peka rangsang, nyeri kepala,
sempoyongan
3.      Memantau pemasukan maknaan
dan timbang berat badan setiap
hari
4.      Mencatat muntah mengenai
jumlah kejadian atau karakteristik
lainnya
5.      Memberikan atau membantu
perawatan mulut
6.      Memberikan lingkungan yang
nyaman untuk makan contoh bebas
dari bau tidak sedap, tidak terlalu
ramai, udara yang tidak nyaman
7.      Memberikan informasi tentang
menu pilihan
8.      Memberikan cairan IV
9.      Mengawasi pemeriksaan
laboratorium, misalnya Hb/Ht dan
elektrolit
10.  Memberikan obat sesuai indikasi
Antikolinergik : atropin,
propantelin bromide
4 1.      Orienteasikan pasien terhadap
waktu, tempat, tanggal dan
kejadian disekitar dirinya.
2.      Berikan stimulasi lewat
percakapan dan aktivitas yang
tidak bersifat mengancam
3.      Jelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa perubahan pada
fungsi kognitif dan mental
merupakan akibat dan proses
penyakit
4.      Konsultasikan dengan ahli
Psikologi tentang therapy yang
cocok untuk masalah klien.

g. Evaluasi
Hari / Tanggal No. DX Evaluasi Paraf
1 S :  Klien mengatakan sudah tidak sesak
O : Tanda-tanda vital dalam keadaan normal
Klien tidak terlihat memegangi dada
Klien terlihat napas tanpa bantuan otot
tambahan
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 S : Klien tidak mengeluh sesak
Klien mengatakan tidak pusing
Klien mengatakan tidak cepat lelah
O : Klien terlihat tidak sesak
Klien terlihat mukosa dan membran lembab
Klien terlihat tidak pucat dan tonus otot baik
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 S : Klien mengatakan sudah napsu makan
kembali
O : Klien terlihat menghabiskan porsi
makan
Klien terlihat tobus otot membaik
Klien terlihat rambut rontok berkurang
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
4 S : Klien memahami tentang kondisi
penyakit klien, proses pengobatan
O : Klien terlihat tidak apatis
Klien terlihat tidak letargi
Klien dan keluarga mampu menersukan
program dari pendidikan kesehatan yang di
ajarkan di rumah
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Hipertiroidisme

a. Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan di SDMC, tanggal 29 Desember 2007.
1. BIODATA
a) Identitas Penderita
Nama : Ny.M
TTL : Aceh Timur, 13 April 1987
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tegal turi Giwangan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Mahasiswa
Diagnosa : Hypertiroid

b) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Sdr. N
TTL :-
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tegal turi Giwangan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Mahasiswa
Hubungan dengan klien : Teman klien

2. RIWAYAT KESEHATAN
a) Keluhan utama
Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemas.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Setahun yang lalu klien mengeluh nafsu makan meningkat rasa lemas, banyak
berkeringat meskipun dimalam hari. Kemudian terjadi penurunan berat badan secara
beransur. Dan sebulan yang lalu pasien memeriksakan diri kedokter dengan diagnosa
medis Hipertiiroid. Pada tanggal 29 Desember 2007 pasien memriksakan dieri ke SDMC
karena badannya semakin lemas dan pusing.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah menderita penyakit maag, panas, batuk.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien pernah menderita hipertensi, asam urat dan ayah klien pernah menderita
penyakit gatal – gatal.
3. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Nafsu makan klien bertambah tetapi berat badan klien berkurang, klien sering beli makan
diluar dan klien mengalami gangguan pada sistem metabolisme.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan 

Mandi 

Berpakaian 

Eliminasi 

Mobilisasi di tempat tidur 

Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien hipertiroid terjadi gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
d. Pola nutrisi metabolik
Pada pasien hipertiroid terjadi gangguan metabolik yaitu berta badan menurun
meskipun nafsu makan meningkat.
e. Pola eliminasi
Klien mengatakan terkadang eliminasi klien terganggu, terkadang klien mengalami
diare.
f. Pola kognitif perseptual
Saat pengkajian klien dalam keadaan sadar, bicara kurang jelas, pendengaran dan
penglihatan normal
g. Pola peran hubungan
1. Status perkawinan : belum menikah
2. Pekerjaan : mahasiswa
3. Kualitas aktivitas : sebelum sakit klien kuliah seperti biasa
4. Sistem dukungan : teman kos
h. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama Islam, ibadah dilakukan secara rutin.
i. Pola konsep diri
1. Harga diri : tidak terganggu
2. Ideal diri : tidak terganggu
3. Identitas diri : tidak terganggu
4. Gambaran diri : tidak terganggu
5. Peran diri : terganggu, karena klien kurang mengetahui tentang penyakitnya.
j. Pola seksual reproduksi
Pada klien hipertiroid tidak mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
k. Pola koping
l. Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klein sering lemas dan capek sehingga
tidak mampu mengerjakan pekerjaan secara menyeluruh.
2. Kehilangan atau perubahan yang terjadi
Perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari – hari.
3. Takut terhadap kekerasan : tidak
4. Pandangan terhadap masa depan : klien optimis untuk sembuh.

4.PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda – tanda vital
Suhu : 39ºC
Nadi : 110 x / menit
RR : 27 x / menit
BB / TB : 48 kg / 150 cm
TD : 130/80 mmHg
b. Keadaan umum
Keadaan umum tergantung berat ringannya penyakit yang dialami oleh pasien.
c. Pemeriksaan Head to toe
1. Kulit dan rambut
 Inspeksi
Warna kulit : merah muda (normal), tidak ada lesi
Jumlah rambut: sedikit, rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut: bersih
 Palpasi
Suhu >37ºC
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kulit kering tidak ada edema, tidak ada lesi.
2. Kepala
 Inspeksi : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
Bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
3. Mata
 Inspeksi : Bentuk bola mata lonjong, simetris antara kanan dan kiri, sclera
berwarna putih, mata normal.
4. Telinga
 Inspeksi : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri,
Tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak ada
Benjolan.
5. Hidung
 Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
 Palpasi : Tidak ada benjolan.
6. Mulut
Inspeksi: Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih.
7. Leher
Inspeksi: Bentuk leher simetris
Palpasi : Ada pembesaran kelenjar tyroid
8. Paru
Inspeksi: simetris antara kanan dan kiri
Palpasi : getaran lokal femitus sama antara kanan dan kiri
Auskultasi : normal
Perkusi : resonan
9. Abdomen
Inspeksi: perut datar simetris antara kanan dan kiri.
Palpasi : tidak ada nyeri
Perkusi : resonan
10. Ekstremitas
Inspeksi: tangan kanan dan kiri normal
Pemeriksaan Penunjang
TSH – S
Free – T4
Obat – obatan yang digunakan :
Propanoloi
Digoxin
PTU
Neomercazole Carbimazol
New diabets
Metimazol 30 – 60 mg / hari
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DATA FOKUS
Data objektif :
 Klien mengatakan banyak keringat walaupun di malam hari
 Klien mengatakan tak tahan panas
 Klien sering buang air besar, kadang diare
 Jari tangan klien gemetar (tremos)
 Klien tampak tegang
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak cemas
 Klien mudah tersinggung
 Jantung klien berdebar cepat
 Klien tampak capek
 Berat badan klien turun meski nafsu makan bertambah
 Otot klien lemas, terutama lengan atas dan paha
 Rambut klien rontok
 Kulit klien halus dan tipis
 Klien mengatakan sukar berkonsentrasi
 Klien mengatakan haid tidak lancar
 Kelenjar tyroid klien mengalami pembesaran
 Klien mengatakan mata klien peka terhadap cahaya / tidak tahan terhadap cahaya.
 Klit klien teras hangat
 Kulit klien memerah
 Wajah dan muka klien tampak pucat
 Klien mengatakan sering terbangun
 Klien tampak lemas
 Klien mengatakan mual
 Mata klien tampak bengkak
 Klien mengatakan penglihatan agak kabur
 Nafas klien pendek
 Klien mengatakan sering gugup.
Suhu : 39ºC
Nadi : 110 x / menit
RR : 27 x / menit
BB / TB : 48 kg / 150 cm
TD : 130/80 mmHg

ANALISA DATA

Nama : N
Umur : 20 tahun

No Symtom Problem Etiologi


1 Do : Suhu : 38ºC RR :27x/ menit Hypertermi Peningkatan
-    Klien teraba panas metabolik
-    Kulit klien memerah
Ds : Klien mengatakan badannya
terasa panas
2 Do : - Suhu 38ºC Kekurangan Kehilangan
-    Turgor jelek volume cairan volume cairan
-    Klien tampak lemas
Ds : - Klien mengatakan banyak
keringat meskipun di malam
hari
-    Klien mengatakan tak tahan
terhadap panas
-    Klien mengatakan kadang-
kadang diare.
3 Do : RR : 27x /menit Pola nafas tidak Hiperventilasi
Nafas klien pendek efektif
Ds : Klien mengatakan sering
sesak nafas (dispnea)
4 Do :- TD : 130/80 mmHg Penurunan curah Perubahan
-    ND : 110 x / menit Jantung denyut/irama
-    Nafas klien pendek jantung
-    Klien cemas dan tegang
Ds:- Klien mengatakan jantungnya
berdebar – debar
- Klien mengatakan lelah
5 Do :- Berat badan klien turun Ketidakseimbangan Tidak mampu
meskipun nafsu makan ber- nutrisi kurang dari mengabsorbsi
tambah kebutuhan tubuh makanan
- Klien tamapak lemah
Ds :- Klien mengatakan terkadang
mual
-    Klien mengatakan badannya
lemah
6 Do :- Klien tampak gelisah Gangguan sensori Perubahan
-    Klien tampak tegang persepsi sensori persepsi
-    Klien tampak sering menonjolkan
mata
Ds :- Klien mengatakan
penglihatannya kabur
-    Klien mengatakan sukar
berkonsentrasi
7 Do : Wajah dan mata klien pucat, Gangguan pola Cemas
mata klien tampak bengkak tidur
Ds : - Klien mengatakan sering
Terbangun di malam hari
-    Klien mengatakan cemas dan
ketakutan

Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah

1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan tidak
mampu mengabsorbsi makanan.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas
7. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan perubahan sensori persepsi.
PERENCANAAN

No Tujuan Intervensi Rasional


1 Setelah dilakukan tindakan -    Monitor suhu sesering
asuhan keperawatan selama mungkin
…..x 24 jam diharapkan -    Monitor TD, Nadi dan
klien : RR
-    Kolaborasi pemberian
t diraba tidak hangat anti piretik
-    Berikan kompres hangat
pada lipat paha dan
tangan
-    Selimuti pasien
-    Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
-    Anjurkan klien untuk
mengkonsumsi air
minum.
2 Setelah dilakukan tindakan -   Kaji TTV
asuhan keperawatan selama -   Anjurkan klien untuk - air sebagai
…..x 24 jam diharapkan banyak minum air putih. pengganti
klien : cairan tubuh
-   Observasi yang hilang
u normal : 36,5-37ºC kulit/membran mukosa
t klien tidak memerah dan turgor
-   Kolaborasi pemberian
plasma/darah, cairan - Mempertahankan
elektrolit volume sirkulasi
dan kesimbangan
elektrolit, plasma
darah membantu
menggerakkan
air ke dalam area
-   Menganjurkan klien intrvaskuler
untuk mengurangi
aktivitas
-   Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat.
3 Setelah dilakukan tindakan -    Anjurkan klien untuk
asuhan keperawatan selama meningkatkan konsumsi
…..x 24 jam diharapkan : vitamin C, protein dan Fe
-    Klien tidak mual -    Berikan makanan yang
-    Klien tidak lemah dan terpilih
lemas -    Kolaborasi dengan ahli
-    Berta badan menunjukkan gizi untuk menentukan
peningkatan jumlah kalori yang
dibutuhkan klien
-    Kolaborasi pemberian
obat anti mual
-    Berikan makanan
kesukaan
4 Setelah dilakukan tindakan -    Monitor frekuensi,
asuhan keperawatan selama ritme, kedalaman
…..x 24 jam diharapkan pernafasan
klien : -    Monitor pola nafas
-    RR : 18-24 x/menit -    Posisikan pasien ntuk
-    Bernafas mudah memaksimalkan ventilasi
-    Tidak ada dispnea -    Monitor suhu, warna
-    Tidak didapat nafas pendek dan kelembaban kulit
-    Catat adanya fluktasi
tekanan darah
5 Setelah dilakukan tindakan -    Evaluasi adanya nyeri
asuhan keperawatan selama dada
…..x 24 jam diharapkan -    Monitor status
klien : Kardiovaskular
-     Pompa jantung efektif -    Monitor status
dengan kriteria pernafasan yang
-     Td : Sitole>105 dan menandakan gagalnya
Diastole <60 mmHg jantung
-     ND >100x /menit -    Monitor adanya
-     Tidak kelelahan perubahan TD
-    Anjurkan klien untuk
menurunkan stress
-    Monitor TTV
-    Identifikasi penyebab
perubahan TTV
-    Monitor jumlah dan
irama jantung
6 Setelah dilakukan tindakan -    Kaji tidur klien
asuhan keperawatan selama -    Berikan kenyamanan
…..x 24 jam diharapkan pada tidur
klien : -    Catat banyaknya klien
-     Tidak terbangun di malam terbangun di malam hari
hari -    Berikan di malam hari
-     Mata klien tidak bengkak -    Berikan minum susu
-     Wajah dan mata klien hangat sebelum tidur
tidak pucat -    Hindarkan dari
lingkungan bising
-    Tenangkan klien
terhadap kecemasannya

7 Setelah dilakukan tindakan -      Kurangi penglihatan


asuhan keperawatan selama yang berlebihan
…..x 24 jam diharapkan -      Bicarakan tentang
klien : kebutuhan untuk
Mendemonstrasikan mengurangi kebisingan
penurunan gejala berlebihan -      Berikan periode
sensoris istirahat yang tidak
terganggu
-      Usahakan penjelasan
yang sederhana
           

Anda mungkin juga menyukai