Psik 4B1 - Laporan Tutor Maternitas - Kasus1
Psik 4B1 - Laporan Tutor Maternitas - Kasus1
PRENATAL BERESIKO I
Disusun Oleh :
KELOMPOK B1
KELAS B
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Laporan yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Prenatal Beresiko
I” ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Maternitas II
di Jurusan S1 Ilmu Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Kami menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan
semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan
para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
Wassalamualaikum. Wr.Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Skenario....................................................................................... 10
B. Pengkajian ................................................................................... 10
C. Analisa Data ................................................................................ 12
D. Prioritas Diagnosa ....................................................................... 14
E. Rencana Asuhan Keperawatan .................................................... 15
F. Implementasi dan Evaluasi ......................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................. 26
iii
B. Saran ............................................................................................ 26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
ibu dan bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang. Di
Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian
ibu berkisar 1,5 persen sampai 25 persen, sedangkan kematian bayi antara 45
persen sampai 50 persen. Kematian preeklampsia merupakan kematian
obsetrik langsung, yaitu kematian akibat langsung dari kehamilan, persalinan
atau akibat komplikasi tindakan pertolongan sampai 42 hari pascapersalinan.
Preeklampsia adalah suatu sindrom spesifik pada kehamilan yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, pada wanita yang sebelumnya
normotensi. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan tekanan darah (≥ 140/90
mmHg) yang disertai oleh protein uria (Cunningham, et.all, 2010, p.706).
Preeklampsia merupakan sindrom yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua kehamilan yang
selalu pulih diperiode postnatal. Preeklampsia dapat terjadi pada masa
antenatal, intranatal, dan postnatal. Ibu yang mengalami hipertensi akibat
kehamilan berkisar 10%, 3-4 % diantaranya mengalami preeklampsia, 5%
mengalami hipertensi dan 1-2% mengalami hipertensi kronik (Robson dan
Jason, 2012).
Faktor resiko preeklampsia meliputi usia, nulipara, lingkungan, kondisi
sosial ekonomi, seasonal influences, obesitas, kehamilan ganda, usia ibu,
hiperhomocysteinemia, gangguan metabolis dan preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya (Cunningham, 2014.h.731).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Preeklampsia ?
2. Apa faktor resiko Preeklampsia ?
3. Bagaimana gejala-gejala dari Preeklampsia ?
4. Apa saja klasifikasi dari Preeklampsia ?
5. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul pada Preeklampsia ?
1
6. Bagaimana patofisiologi Preeklampsia ?
7. Bagaimana pathways preeklampsia ?
8. Bagaimana penanganan pada pasien Preeklampsia ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Preeklampsia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Preeklampsia.
2. Mahasiswa mampu mengetahui faktor resiko dari Preeklampsia.
3. Mahasiswa mampu mengetahui gejala dari pasien Preeklampsia.
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi Preeklampsia.
5. Mahasiswa dapat mengethaui komplikasi dari Preeklampsia.
6. Dapat mengetahui tentang patofisiologi Preeklampsia.
7. Dapat mengetahui tentang pathways dari Preeklampsia.
8. Mahasiswa dapat mengetahui penanganan pada pasien Preeklampsia.
9. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
Preeklampsia.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Preeklampsia
Preeklampsia merupakan sindrom yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua kehamilan yang
selalu pulih diperiode postnatal.
Preeklampsia adalah suatu sindrom spesifik pada kehamilan yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, pada wanita yang sebelumnya
normotensi. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan tekanan darah (≥ 140/90
mmHg) yang disertai oleh protein uria (Cunningham, et.all, 2010, p.706).
Preeklampsia merupakan keadaan yang khas pada kehamilan yang
ditandai dengan gejala edema, hipertensi, serta proteinuria yang terjadi setelah
usia kehamilan 28 minggu dan belum diketahui penyebabnya. Tetapi ada
faktor tertentu sebagai predisposisi yaitu kekhasan pada kehamilan terutama
pada primigravida, overdistensi uterus (kehamilan kembar, poihidramnion,
abnormalitas janin), penyakit ginjal, hipertensi essensial, diabetes, dan
disfungsi plasenta.
Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Preeklampsia
merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan
postpartum.
3
4. Kehamilan ganda, diabetes mellitus, hydrops foetalis, mola hidatidosa dan
antiphospolipid antibodies, infeksi saluran kemih.
5. Riwayat penderita hipertensi dan penyakit ginjal.
6. Multipara dengan umur lebih dari 35 tahun.
C. Gejala-gejala Preeklampsia
Gambaran klinis penderita preeklampsia sangat bervariasi, dari
penderita tanpa gejala klinik sampai penderita dengan gajala klinik yang
sangat progresif, berkembang dengan cepat dan membahayakan nyawa
penderita. Pada preeklampsia umumnya perubahan patogenik telah lebih
dahulu terjadi mendahului manifestasi klinik.
Terjadinya peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg
atau peningkatan tekanan distolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya
tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik
sekurang-kkurangnya 90 mmHg atau lebih atau dengan kenaikan 30 mmHg
atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnosa. Berikut ini merupakan
tanda-tanda atau gejala preeklampsia : (Rozikhan, 2007)
1. Sakit kepala yang keras karena vasopasmus atau oedema otak.
2. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorrhagiaatau
edema, atau sakit karena perubahan pada lambung.
3. Gangguan penglihatan: penglihatan menjadi kabur malahan kadang-
kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan vasopasmus, edema atau
ablatio retinae. Perubahan ini dapat dilihat dengan ophtalmoscop.
4. Gangguan pernafasan sampai sianosis.
5. Pada keadaan berat akan diikuti gangguan kesadaran.
D. Klasifikasi Preeklampsia
Preeklampsia ini dibagi dalam preeklampsia ringan dan preeklampsia
berat. Preeklampsia ringan masih dapat berobat jalan dengan diet rendah
garam dan kontrol setiap minggu. Disamping itu diberikan nasihat bila
keluhan makin meningkat disertai gangguan subjektif maka disarankan untuk
segera kembali memeriksakan diri. Preeklampsia berat merupakan kelanjutan
4
preeklampsia ringan (Armagustini,2010). Preeklampsia dibagi menjadi
beberapa golongan yaitu : (Indriani,2012)
1. Preeklampsia ringan, bi;a disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamilan 20 minggu dengan
riwayat tekanan darah sebelumnya normal.
b. Proteinuria ≥ 0,3 gr per liter atau kuantitatif 1+ atau 2+ pada urine
kateter atau midstream.
2. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr per liter atau lebih dalam 24 jam atau kuantitatif 3+
atau 4+.
c. Oliguria, yaitu jumlah urin <500cc per 24 jam .
d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatandan rasa nyeri di
epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis hati.
f. Pertumbuhan janin terlambat
3. Eklampsia
Pada umumnya gejala eklampsia didahului dengan semakin
memburuknya preeklampsia. Apabila keadaan ini tidak dikenalidan diobati
segera maka akan timbul kejang terutama pada saat persalinan. Eklampsia
merupakan keadaan langka yang tidak dapat terjadi mendadak tanpa
didahului preeklampsia, yang ditandai dengan terjadinya kejang. Kejang
biasanya didahului adanya peningkatan intensitas preeklampsia, gejala
majemuk yang bertambah, mata yang berputar-putar,kedutan, dan
pernapasan yang tidak teratur (Retnowati,2010)
E. Komplikasi Preeklampsia
Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan
kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan
atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia
(Prawirohardjo, 2010).
5
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada
akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika
eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung,
kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian
(Natiqotul, 2016).
Komplikasi preeklamsiamenurut (Aspiani, 2017) sebagai berikut :
a. Solusio plasenta (lepasnya plasenta dari dinding rahim)
Terjadi karena adanya vasospasme pada pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke plasenta terganggu.
b. Hemolysis
Gejala klinisnya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal hati
pada penderita preeklamsia.
c. Pendarahan otak
Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklamsi.
d. Kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara).
e. Edema paru
Paru-paru menunjukan sevbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopnemonia sebagai akibat aspirasi.
f. Nekrosis hati
Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol umum.
g. Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated liver enzymes dan Low
Pletelet).
Merupakan sindrom kulpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi
hati, hepato seluler (peningkatan enzim hati (SGPT, SGOT)), gejala
subyektif seperti cepat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium.
Hemolysis akibat kerusakan membrane eritosit oleh radikal bebas asam
lemak jenuh dan tak jenuh.
h. Kelainan ginjal
Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
indotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
i. DIC ( Disseminated Intravascular Coagulation)
6
DIC adalah gangguan serius yang terjadi pada mekanisme
pembekuan darah pada tubuh. Pada penderita
preeklamsiaproteurinia yaitu protein yang keluar bersama urine akibat
dari kerusakan ginjal.
j. Komplikasi dengan janin berhubungan dengan akut atau kronisnya
insufiensi uteroplasental misalnya pertumbuhan janin terhambat dan
prematuritas.
F. Patofisiologi Preeklampsia
Patofisiologi preeklamsia setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan
meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi penurunan
resentesi vaskuler sistemik/ Systemic Vascular Resistence (SVR).
Penurunn curah jantug dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada pre
eklamsia volume plasma yang beredar menurun. Sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hemotoksit maternal. Perubahan ini
membuat perfusi organ maternal menurun termasuk perfusi ke unit janin.
Uteroplasenta vasospasme siklik lebih lanjut menurun perfusi organ
dengan menghancurkan sel sel darah merah sehingga kapasitas
okseigen maternal menurun. Vasospasme merupakan sebagian
mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklamsi.
Vasospasme merupakan akibat peningkatan sentivitas terhadap
tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan selain
ketidakseimbangan antara prostasiklin, prostaslandin dan tromboksan.
Selain kerusakan endoterial vasospasme ateriol turut menyebabkan
peningkatan perniabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan
lebih lanjut menurunkan volume intravaskuler mempredisposisi pasien
yang mengalami preeklamsi mudah menderita edema paru. Preeklamsi
merupakan suatu keadaaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan
proteurinia merupakan suatu akibat hiperfungsi ginjal. Untuk
mengendalikan sejauh mana besar darah yang berferfusi di ginjal, timbul
reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif tetapi hal
7
ini akhirnya akan mengakibatkan proteurinia dan hipertensi yang khas
untuk preeklamsi.
G. Pathways
hemokonsentrasi Hematokrit
Angiotensin II Ketidakseimbangan
maternal meningkat
prostasiklin dan
tromboksan
Perfusi organ
maternal menurun
Gangguan Kelebihan
pertukaran volume cairan
gas
8
H. Penatalaksanaan
Konsep pengobatan harus dapat mematahkan rantai iskemia regio
utteoplasenter sehingga gejala hipertensi dalam kehamilan dapat diturunkan
(Manuaba, 2017). Berikut merupakan penanganan preeklampsia:
1. Preeklamsi ringan
a. Penderita preeklamsi ringan biasanya tidak dirawat dan harus lebih
sering melakukan pemeriksaan antenatal dengan memantau tekanan
darah, urine (untuk protein uria), dan kondisi janin.
b. Pasien harus istirahat dan konseling pasien dengan keluarganya
tentang tanda-tanda bahaya
c. Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat anti hipertensi dan
diuretik bagi penderita preklamsi ringan, kecuali jiuka terdapat edema
paru, dekompensatio atau gagal ginjal akut (Artikasari,2009).
2. Preeklamsia berat
Penanganan pada preeklamsia berat mencakup pencegahan kejang,
pengobatan hipertensi, pengolaan cairan, pelayanan supportif terhadap
penyakit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.
Penggolaan cairan pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah
terjadinya edema paru dan oliguria. Selain ini pemberian dieuretik
diberikan jika edema paru dan gagl jantung. Pemberian obat anti kejang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang (eklampsia). Obat yang
digunakan diazepam, fenitio, diberikan melalui intravena. (Kemenkes
RI,2013).
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Skenario
Ibu hamil berusia 36 tahun G1P0A0 hamil 32 minggu, berat badan 80 kg
(BB sebelum hamil 50 kg), wajah, tangan dan kakinya tampak udema.
Mengeluh lemas, headache, sering mual dan kadang-kadang muntah, sesak
nafas terutama dengan posisi tidur terlentang. Pemeriksaan klinis didapatkan
tekanan darah 180/110 mmHg, peningkatan tekanan darah terjadi sejak usia
kehamilan 20 minggu. Respirasi : 32 x/menit, Denyut Nadi: 88 x/menit dan
suhu: 36,5 derajat ccelcius. Pemeriksaan urine tampung didapatkan 350 mg/24
jam. Proteinuria 5 g/24 j, HB : 9 mg/dl. Pemeriksaan refleks patela
menunjukkan hasil hiperekstensi. Ibu tampak lemah, pucat dab sesak nafas.
Tidak terdapat riwayat tekanan darah tinggi pada penderita sejak sebelum
kehamilan. Klien pernah melakukan pemeriksaan kehamilan 2 kali yaitu pada
saat terlambat menstruasi dan pada usia kehamilan 20 minggu. Hal ini karena
kesibukannya sebagai karyawati swasta dengan jam kerja: 07.00 – 17.00 WIB
dan suaminya bekerja di luar kota, pulang setiap 1 bulan sekali.
B. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. X
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Moyudan, Sleman, DIY
Ruang Rawat : Bangsal Mawar RSUD ‘Aisyiyah Yogyakarta
No RM : 16-41-XX
Dx Medis : Preeklampsia
Tanggal Pengkajian : 08 Mei 2020 / 15:00 WIB
2. Keluhan Utama
a. Alasan utama dibawa ke RS
Pasien lemas, headache,sering mual muntah.
b. Keluhan saat pengkajian
10
Pasien mengeluh lemas, headache, sering mual dan kadang-kadang
muntah, sesak nafas terutama dengan posisi tidur terlentang.
Pemeriksaan refleks patela menunjukkan hasil hiperekstensi. Ibu
tampak lemah, pucat dan sesak nafas.
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
a. Riwayat sebelumnya
Tidak terdapat riwayat tekanan darah tinggi pada penderita sejak
sebelum kehamilan. Klien pernah melakukan pemeriksaan kehamilan 2
kali yaitu pada saat terlambat menstruasi dan pada usia kehamilan 20
minggu.
b. Tindakan operasi
-
4. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa medis: Preeklampsia
b. Status nutrisi: sering mual dan kadang-kadang muntah
c. Status cairan: Pemeriksaan urine tampung didapatkan 350 mg/24 jam.
Proteinuria 5 g/24 j, HB : 9 mg/dl, udem.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: lemah
b. Kesadaran: CM
c. TD: 180/110 mmHg, peningkatan tekanan darah terjadi sejak usia
kehamilan 20 minggu.
d. RR: tidak ada bunyi napas tambahan, tidak ada retraksi dinding dada,
frekuensi 32 x/menit
e. Nadi: irama regular, frekuensi 88 x/menit
f. Suhu: 36,5°C
g. Berat badan : 50 kg (sebelum hamil), 80 kg (saat ini)
h. Konjungtiva: anemis, tidak ikterik
i. Abdomen: tidak ada jejas.
j. Ekstremitas: ektremitas atas dan bawah edema grade 1
11
C. Analisa Data
TD : 180/110 mmHg
RR : 32 x/menit
N : 88 x/menit
T : 36,5°C
12
kadang kadang muntah intrakranial Kode diagnosa : 000134
DO: pasien tampak lemas dan “ Mual“
pucat
Pemeriksaan klinis didapatkan:
TD : 180 / 110 mmHg
Respirasi : 32x / menit.
Denyut Nadi : 88 x / menit
Suhu : 36, 5 ˚C
Pemeriksaan reflek patella
menunjukkan hasil hiperekstensi.
TD : 180/110 mmHg
RR : 32 x/menit
N : 88 x/menit
T : 36,5°C
13
Pemeriksaan klinis didapatkan: perfusi jaringan otak“
- TD : 180 / 110 mmHg
- Respirasi : 32x / menit.
- Denyut Nadi : 88 x / menit
- Suhu : 36, 5
- Pemeriksaan reflek patella
menunjukkan hasil
hiperekstensi.
14
E. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasionaliasi
Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam Manajemen Nyeri (1400)
Nyeri akut bd
pasien dapat menunjukkan tingkat nyeri
agen cedera 1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif 1. Untuk mengkaji
yang sesuai dengan kriteria hasil :
yang meliputi karakteristik, lokasi, karakteristik, lokasi, onset,
biologis
Indikator Awal Target onset/durasi, frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
(Hipertensi)
Nyeri yang 2 5 intensitas, atau beratnya nyeri dengan intensitas, bertanya, dan
dilaporkan faktor pencetus faktor nyeri
Mual 3 5 2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik 2. Untuk mengetahui status
Frekuensi 3 5 untuk mengetahui pengalaman nyeri dan nyeri
nafas sampaikan penerimaan pasien terhadap
Tekanan 2 5 nyeri
darah 3. Gunakan metode penilaian yang sesuai 3. Untuk memonitor
terhadap perkembangan yang perubahan dan
memungkinkan untuk memonitor mengidentifiksi faktor
perubahan nyeri dan akan dapat pencetus nyeri
membantu mengidentifikasi faktor-
15
faktor pencetus aktual dan potensial
4. Ajarkan prinsip menejemen nyeri 4. Untuk membantu
mengurangi rasa nyeri
5. Libatkan keluarga dalam modalitas 5. Untuk membantu dalam
penurun nyeri proses dan pemberi
pelayanan pada pasien
dalam memberikan asuhan
menejemen nyeri
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Bantuan ventilasi : 3390 - Untuk memantau
pola nafas bd selama 1x 24 jam diharapkan pasien 1. Monitor pernafasan dan status pernafasan pasien
Keletihan otot mampu berpakaian secara mandiri dengan oksigenasi - Untuk memantau kekuatan
pernafasan kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan otot pernafasan. otot pernafasan pasien.
Status pernafasan : Ventilasi 0403 3. Ajarkan teknik pernafasan, dengan - Agar pasien dapat
indikator awal target tepat. mengetahui teknik bernafas
Frekuensi pernafasan 1 3 4. Kolaborasi pemberian obat misalnya yang tepat.
Penggunaan otot bantu 1 3 brakodilator dan inhaler yang - Untuk meningkatkan
16
nafas meningkatkan patensi jalan nafas dan patensi jalan nafas dan
pertukaran gas. pertukaran gas.
5. Bantu dalam hal perubahan posisi - Agar pasien dapat nyaman
yang tepat dengan posisinya dan
dapat bernafas dengan
baik.
Mual Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen mual : 1405 - Untuk memantau asupan
berhubungan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien 1. Monitor asupan makanan teradap nutrisi pasien
dengan mampu berpakaian secara mandiri dengan kandungan gizi dan kalori. - Untuk meningkatkan
peningkatan kriteria hasil: 2. Dorong pasien untuk belajar strategi pengetahuam pasien terkait
tekanan Kontrol mual dan muntah 1618 mengatasi mual sendiri. strategi mual.
intrakranial indikator awal target 3. Ajari pasien teknik nonfarmakologi - Agar pasien mengetahui
Melaporkan mual, 4 1 untuk mengatasi mual misalnya : cara mengatasi mual tanpa
muntah yang tidak biofeedback, hypnosis, relaksasi, obat
terkontrol imajinasi terbimbing, terapi - Untuk memmberikan
Menggunakan langkah 1 4 music,distraksi, akupresur ) untuk dukungan emosional.
– langkah pencegahan mengatasi mual. - Untuk mengawasi
Mengenali pencetus 2 4 4. Bantu untuk mencari dan memberikan perawatan nonfarmakologi
dukungan emosional. pada pasien
17
stimulus (mual ) 5. Informasikan professional perawatan - Untuk memastikan obat
kesehatan lainnya dan keluarga dari antiemetic yang sesuai
setiap strategi nonfarmakologi yang dengan kondisi klien.
diberikan oleh pasien.
6. Pastikan bahwa obat antiemetic yang
diberikan sesuai
Kelebihan Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam Manajemen Cairan (4120)
volume cairan pasien dapat menunjukkan tingkat
bd gangguan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui
keseimbangan cairan yang sesuai
mekanisme perubahan pada fungsi
regulasi
dengan kriteria hasil : 2. Monitor status hidrasi organ tubuh
3. Catat intake/asupan yang akurat dan 2. Untuk mengetahui status
Indikator Awal Target
output hidrasi
Tekanan 3 5
3. Untuk menghitung balance
darah
4. Berikan diuretik yang diresepkan cairan selama 24 jam
Denyut 3 5
4. Membantu mengobati
nadi radial
penumpukan cairan dalan
Keseimba 3 5 5. Kolaborasikan dengan dokter jika
tubuh (edema)
ngan tanda-tanda dan gejala kelebihan
5. Untuk membantu dalam
intake dan volume cairan menetap atau
18
output memburuk proses dan pemberi
dalam 24 pelayanan pada pasien
jam dalam meningkatkan
keseimbangan cairan
Risiko Perfusi Jaringan : Serebral ( 0406 ) Manajemen Edema Serebral ( 2540 ) - Agar pasien dapat
ketidakefektifan Setelah di lakukan tindakan keperawatan - Monitor adanya kebingungan, menceritakan keluhan yang
perfusi jaringan selama 1x 24 jam pasien dapat perubahan pikiran, keluhan pusing, di rasakan.
otak b/d menunjukan tingkat pemenuhan pingsan. - Untuk mengetahui
hipertensi kebutuhan nutrisi yang sesuai dengan - Monitor status neurologi dengan ketat perkembangan status
kriteria hasil : dan bandingkan dengan nilai normal. neurologis pasien saat ini.
Indikator Awal Target - Monitor tanda – tanda vital. - Untuk mengetahui keadaan
Tekanan darah 1 3 - Rencanakan asuhan keperawatan umum pasien dan
sistolik untuk memberikan periode istirahat. menentukan intervensi
Tekanan darah 1 3 - Berikan sedasi , sesuai kebutuhan. yang tepat.
diastolik - Posisikan tinggi kepala tempat tidur - Untuk meningkatkan
Sakit kepala 1 3 30° atau lebih. kualitas istirahat.
- Lakukan latihan ROM pasif. - Untuk membantu
- Dorong keluarga / orang yang penting memberikan rasa nyaman.
untuk bicara pada pasien. - Untuk memberikan rasa
19
nyaman pada pasien.
- Untuk meningkatkan
kemampuan latihan
aktivitas.
- Untuk meningkatkan
komunikasi keluarga .
1. Nyeri akut bd Jum’at, 08 Mei 2020 S : pasien mengatakan headache, mual dan muntah, serta sesak
nafas saat posisi tidur terlentang
agen cedera Pukul 08.00
20
nyeri A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
21
1. Memonitor tanda – tanda vital
2. Memonitor pernafasan dan status oksigenasi
3. Memonitor kelelahan otot pernafasan.
4. Mengkolaborasi pemberian obat misalnya brakodilator dan
inhaler yang meningkatkan patensi jalan nafas dan
pertukaran gas.
22
5. Menginformasikan professional perawatan A : Masalah teratasi sebagian
kesehatan lainnya dan keluarga dari setiap strategi P : Melanjutkan intervensi keperawatan dengan indicator
nonfarmakologi yang diberikan oleh pasien. 5. Memonitor tanda – tanda vital
6. Memonitor asupan makanan teradap kandungan gizi dan
13.00 kalori.
6. Mendorong pasien untuk belajar strategi mengatasi 7. Mendorong pasien untuk belajar strategi mengatasi mual
mual sendiri. sendiri.
7. Memastikan bahwa obat antiemetic yang diberikan 8. Membantu untuk mencari dan memberikan dukungan
sesuai. emosional.
9. Pastikan bahwa obat antiemetic yang diberikan sesuai.
4. Kelebihan Jum’at, 08 Mei 2020 S : pasien mengatakan lemas, mual dan muntah, serta sesak
volume cairan nafas dengan posisi tidur terlentang
bd gangguan Pukul 08.00
mekanisme O : wajah,tangan dan kakinya tampak udema.
4. Memonitor tanda-tanda vital
regulasi 5. Memonitor status hidrasi - TD : 180/110 mmHg
6. Mencatat intake/asupan yang akurat dan output - RR : 32 x/menit
- N : 88 x/menit
- T : 36,5°C
23
Pukul 13.00 - Urine tampung : 350 mg/24 jam
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3. Memberikan diuretik yang diresepkan
4. Mengkolaborasikan dengan dokter jika tanda- 3. Memonitor status hidrasi
tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap 4. Mencatat intake/asupan yang akurat dan output
atau memburuk
24
- Suhu : 36, 5
- Pemeriksaan reflek patella menunjukkan hasil
hiperekstensi.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu
dan bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia
preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu berkisar
1,5 persen sampai 25 persen, sedangkan kematian bayi antara 45 persen
sampai 50 persen. Kematian preeklampsia merupakan kematian obsetrik
langsung, yaitu kematian akibat langsung dari kehamilan, persalinan atau
akibat komplikasi tindakan pertolongan sampai 42 hari pascapersalinan.
Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Preeklampsia
merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan
postpartum.
Gambaran klinis penderita preeklampsia sangat bervariasi, dari
penderita tanpa gejala klinik sampai penderita dengan gajala klinik yang
sangat progresif, berkembang dengan cepat dan membahayakan nyawa
penderita. Pada preeklampsia umumnya perubahan patogenik telah lebih
dahulu terjadi mendahului manifestasi klinik.
B. Saran
6. Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat dijadikan sebagai kerangka
acuan dan dapat membantu dalam melakukan tindakan pencegahan pada
preeklampsia
7. Tenaga kesehatan memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga
pola hidup sehat dan menjaga berat badan pada masa kehamilan.
8. Masyarakat lebih peduli dan belajar mengenali faktor resiko terjadinya
preeklampsia dan mencegah terjadinya preeklampsia maupun eklampsia.
9. Selalu memeriksakan diri rutin pada masa kehamilan untuk mengetahui
keadan ibu dan juga bayi.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
11. Dharma, Rahajuningsih, Noroyono Wibowo, and Hessyani PT Raranta.
"Disfungsi endotel pada preeklampsia." Makara Kesehatan 9.2 (2005): 63-
69.
28