Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MANDIRI SEMESTER IV LABORATORIUM REKAM MEDIS

STUDY KASUS SISTEM GENITOURINARY, REPRODUKSI

DAN NEOPLASMA

Disusum Oleh :

Nama Mahasiswa : TRISTIANTI NUR KHASANAH

NIM : 180205136

Semester/Kelas : 4/18A3

PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMATIKA KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA
2020

1
TUGAS MANDIRI SEMESTER IV LABORATORIUM REKAM MEDIS

STUDY KASUS SISTEM GENITOURINARY, REPRODUKSI

DAN NEOPLASMA

Disusum Oleh :

Nama Mahasiswa : TRISTIANTI NUR KHASANAH

NIM : 180205136

Semester/Kelas : 4/18A3

Surakarta, ……..………..………

Mengesahkan,
Kepala Lab Rekam Medis

Eni Nur Rahmawati, A.Md.RMIK., S.KM


I. SISTEM GENITORIUM

2
A. KASUS Atropi Vaginitis
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.N
Alamat : Karangasem Rt 01 Rw 01 Banaran Kalijambe
Sragen
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 30 Tahun

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


Pasien merasa gatal,iritasi,merasa tidak nyaman pada area yang
terinfeksi,rasa sakit saat melakukan hubungan intim,merasa sakit
saat buang air kecil,mengalami pendarahan atau ercak-bercak,kadar
cairan yang abnormal,cairan yang berada pada vagina bewarna aneh
(dr.Mikhael Yosia,2018).

3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Saras Elie,dkk(2019) pemeriksaan penunjang yang terjadi
pada atropi vaginitis yaitu :
1. Whiff Test : Sekret vagina diberi 10% KOH ke sampel.
2. Penilaian PH vagina
3. Kultur dan
4. Pewarnaan Gram
4. Diagnosa
Diagnosa Utama :
Atropi Vaginitis
Diagnosa Lain :
-
5. Komplikasi
-
6. Penatalaksanaan
Menurut Saras Elie,dkk(2018) yaitu :

3
Pengobatan Atrofi vagina bertujuan untuk meredakan gejala yang
engganggu ,megembalikan atau meminimalkan perubahan fisiologik
yang sudah terjadi..
1. Mengurangi penggunaan sabun,deodoran,bedak.
2. Terapi aktif secara seksual.
3. Penggunaan dilator ,alat khusus dengan berbagai ukuran yang
dimasukkan kedalam vagina sebelum berhubungan secara
bertahap dari kecil hingga besar.
Terapi hormonal yaitu:
1. Terapi estrogen vagina lokal.
2. Terapi hormonal sistemik
3. Ospemifene,obat-obatan oral non-estrogen
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
1. KOH (Kalium Hidroksida) : Suatu senyawa anorganik.
2. Whiff Test : Salah satu pemeriksaan yang khas
yang terjadi pada vaginitis.
3. PH : Satuan derajat kesamaan yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasamaan atau kebasaan
yang memiliki sutu larutan.
4. Vaginitis : Peradangan pada vagina yang
ditandai dengan rasa gatal divagina dan keputihan.
5. Atrofi : Proses fisiologi umum reabsorpsi
dan kerusakan jaringan yang melibatkan aptotosis.
6. Dilator : Tehnik dimana pasien wanita
melakukan pelebaran vagina menggunakan jarinya sendiri.
7. Ospemifene : Pil yang bertindak sepert estrogen
pada jaringan vagina untuk membuat lebih tebal dan tidak rapuh.
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Kode ICD 10 :

Buka pada ICD 10 Volume 3 halaman 422

4
Lead term : Menometrorrhagia N92.1

Rujuk pada ICD 10 Volume 1 halaman 639

N92.1 Excessive and frequent menstruation with irregular


cycle

Menometrorrhagia

b. Kode Tindakan
Kode ICD 9 CM

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 447

Scrotectomy 61.3

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 168

61.3 Excision or destruction of lesion or tissue of scrotum

9. Referensi
Saras Elie,dkk.2019.Penyakit Atropi Vaginitis.Jakarta
Yosia Mikhael.2020.Penyakit Vaginitis.Hello Health.Jakarta
Widiastuti.2018.Vaginitis.Bandung

5
II. SISTEM GENITORIUM
B. KASUS Sistitis Kronik disertai interstitial
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.X
Alamat : Karangasem RT 2 RW 3 Kacangan Kranganyar
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 35 Tahun

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


Pasien pada umumnya biasanya mengalami tekanan dan nyeri pada
kandung kemih yang semakin parah saat saat buang air kecil,nyeri
pada perut bagian bawah,punggung bawah,panggul atau uretra,sering
merasa ingin buang air kecil lebih dari 8 kali sehari.Biasanya pada
wanita mersakan nyeri pada vagina ,bibir vagina,dan belakang area
vagina. Sedangkan pada pria biasanya mengalam nyeri pada kantung
testis(zakar),penis atau area dibelakang testis.Rasa nyeri muncul
pada saat saat orgasme atau berhubungan seks (Patricia Lukas
Goentoro ,2020).
3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Patricia Lukas G,2020 pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Tes urine untuk memeriksa adanya darah ,sel darah putih,bakteri
atau nitrit didalam urine.
2. Kulture urine untuk mendeteksi jenis bakteri atau
mikroorganisme.
3. Sistoskopi untuk mengetahui kondisi dari kandung kemih dan
mendeteksi ada tidaknya radang kandug kemih.
4. USG untuk melihat struktur kandung kemih dan menyingkirkan
penyebab lain.
4. Diagnosa
Diagnosa Utama :
Sistitis Kronik disertai intertinal

6
Diagnosa Lain :
-
5. Komplikasi
Menurut Patricia Lukas G(2020) komplikasi yang terjadi yaitu :
1. Pielonefritis
2. Hematuria
6. Penatalaksanaan
Menurut Patricia Lukas G (2020) yaitu :
1. Obat-obatan
Obat-obatan yang bisa mengatasinya yaitu :
a. Ibuprofen atau Naproxen sodium
b. Amitrypilin atau Imipramine
c. Loratadine
d. Pentosan Solisulfat Sodium
2. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) TENS dapat
digunakan untuk meredakan rasa nyeri panggul.
3. Rangsangan Saraf sakral
4. Distensi kandung kemih
5. Obat yang dimasukkan kedalam kandung kemih yaitu dimetil
sulfoxide
6. Operasi yang dilakukan adalah memasukkan alat lewat uretra
untuk membakar luka,memasukkan alat ke uretra untuk
memotong luka dan Pembesaran Kandung kemih.
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
1. Uretra : Saluran yang mengalirkan urine dari
kandung kemih untuk dikeluarkan dari tubuh.
2. Testis : Kelenjar kelamin jantan pada hewan dan
manusia.
3. Mikroorganisme : Organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.

7
4. Sitoskopi : Suatu prosedur medis yang bertujuan untuk
memeriksa saluran kemih.
5. USG : Ultrasonography merupakan alat bantu atau
pemeriksaan penunjang dalam bidang kedokteran.
6. Ibuprofen : Obat yang digunakan untuk meredakan
rasa nyeri.
7. Loratadine : Obat yang berguna untu mengatasi alergi
seperti bersin-bersin,pilek,batuk dan ruam pada kulit yang gatal.
8. Amitripylin : Obat antidepresan yang bermanfaat untuk
mengatasi depresi
9. TENS : Terapi dengan mengantarkan sinyal listrik
melalui dua elektroda dimana rasa sakit atau nyeri terasa.
10. Dimetil sulfoxide : Suatu senyawa organosulfur dengan rumus
kimia CH3(S02).

8 Kode Penyakit dan Tindakan


a. Kode Penyakit
Kode ICD 10 :

Buka pada ICD 10 Volume 3 halaman 170

Lead term : Cystitis

-interstitial (chronic) N30.1

Rujuk pada ICD 10 Volume 1 halaman 620

N30.1 Interstitial cystitis (chronic)

b. Kode Tindakan
Kode ICD 9 CM

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 4867

Varicocelectomy 63.1

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 170

8
63.1 Excision of varicocele and hydrocele of spermatic cord
Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 308
Cystoscopy 57.32
Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 159
57.32 Other cystoscopy
Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 465
Ultrasonography
Adomen 88.76
Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 240
88.76 Diagnostic utrasound of abdomen and
retroperitoneum

11. Referensi
Merry Dame ,C.2020.Interstitial Cystitis
NHS Choiches.2018.Healt A-Z.Cystitis.
Diah Ayu.2020. Interstitial Cystitis (sistitis).

9
III.SISTEM REPRODUKSI
A. KASUS Hiperplasi Prostat
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Ar
Alamat : Karangjati RT 06 RW 08 Banaran Sragen
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 33 Tahun

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


Dengan kelenjar prostat yang mengelilingi uretra maka akan terjadi
pembesaran prostat dapat menyebabkan penyumbatan saluran kemih.
Biasanya pasien mengalami aliran kencing yang tersumbat atau
putus-putus ,kesulitan memulai buang air kecil,sering buang air
kecil,perasaan urgensi.Pada malam hari selalu bangun untuk buang
air kecil. Saat gejalanya berkembang dapat mengalami batu kandung
kemih,infeksi kandung kemih,muncul darah di urine,kerusakan pada
ginjal dan tidak bisa buang air kecil sama sekali (HonestDocs,2019).
3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Josephin Dermawan (2017)) Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada penyakit hiperplasi prostat berupa :
1. Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan adalah Tes
darah lengkap,urinalis,serum kreatinin.
2. Pemeriksaan Radiologi yang membantu dalam menentukan
ukuran atau volume prostat.Modalitas yang dapat dilakukan yaitu
Ultrasonography,Ct-Scan,MRI dan Histologi.
4. Diagnosa
Diagnosa Utama :
Hiperplasi Prostat
Diagnosa Lain :
-

5. Komplikasi

10
Menurut Tjin Willy (2019) komplikasi yaitu :
1. Kerusakan kandung kemih
2. Tidak bisa buang air kecil
3. Infeksi Saluran Kemih
6. Penatalaksanaan
Menurut (2019) Obat-obatan yang dapat meredakan penyakit
hiperplasi prostat yaitu :
1. Pengambat alfa seperti tamsulosin utuk memudahkan buang air
kecil
2. Penghambat 5-alpha reductade seperti finasteride atau
dutasteride untuk menyusutkan ukuran prostat.
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
1. Urine : Cairan sisa metabolisme yang
diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari tubuh.
2. Pemeriksaan Laboratorium : Suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari
pasien dalam bentuk darah,sputum,urine,kerokan kulit dan cairan
tubuh lainnya.
3. Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan dengan menggunakan
teknologi pencitraan untuk mendiagnosa dan mengobati suatu
penyakit.
4. Ultrasonography : Alat bantu atau pemeriksaan
penunjang dalam bidang kedokteran yang memanfaatkan
gelombang suara ultrasound .
5. CT-Scan : Prosedur yang menggabungkan
serangkaian gambar x-ray yang diambil dari berbagai sisi sekitar
tubuh
6. MRI : Magnetic Resonance Imaging
merupakan pemeriksaan organ tubuh yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi magnet dan gelombang.

11
7. Histologi : Ilmu yang mempelajari tentang
struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada
sediaan jaringan yang dipotong tipis.
8. Penghambat alfa : Golongan obat yang digunakan
untuk menangani hipertensi atau tekanan darah tinggi.
9. Tamsusolin : Obat golongan penghambat alfa
yang bermanfaat untuk meredakan gejala pembesaran kelenjar
prostat.
10. Finasteride : Obat golongan 5-alpha-reductase
inhibitors yang bermanfaat untuk mengatasi pembesaran prostat.
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Kode ICD 10 :

Buka pada ICD 10 Volume 3 halaman 332

Lead Term : Hyperplasia

-prostate N40

Rujuk pada ICD 10 Volume 1 hal 624

N40 Hyperplasia of prostate

b. Kode Tindakan
Kode ICD 9 CM

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 303

Colposcopy 70.21

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 182

70.21 Vaginoscopy

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 465


Ultrasonography
Adomen 88.76

12
Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 240
88.76 Diagnostic utrasound of abdomen and
retroperitoneum
Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 352

Imaging

Magnetic resonance NEC 88.97

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 242

88.97 Magnetic resonance imaging of other and unspecified


sites ®

9. Referensi
HonestDocs.2019.Hiperplasia Prostat.
https://www.honestdocs.id/hiperplasia-prostat
Tjin Willy.2019.Prostat Hyperplasia.Ala doker.
https://www.alodokter.com/ prostatic-hyperplasia

13
IV. SISTEM REPRODUKSI
A. KASUS PRIAPISM
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Alamat : Banyudono RT 09 RW 10 Karanganyar
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 45 Tahun

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


Priapism muncul tergantung pada jenis penderita .Biasanya pasien
mengalami nyeri yang meningkat secara bertahap pada penis, ereksi yang
berlangsung selama lebih dari 4 jam,batang penis kaku dengan bagian
ujung lunak (Tjin Willy ,2019).

3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Eko Budhidarmaja (2020) yaitu :
1. Analisis Gas Darah
2. Tes Darah
3. Tes Toksikologi
4. Ultrasonography
4. Diagnosa
Diagnosa Utama :
Priapism
Diagnosa Lain :
-.
5. Komplikasi
Menurut Eko Budhidarmaja (2020) komplikasi yang biasanya terjadi
pada priapisum yaitu :
1. Kerusakan Saraf Permanen

14
2. Disfungsi Ereksi
6. Penatalaksanaan
Menurut Tjin Willy (2019) untuk dapat meredakan penyakit priapisum
yaitu :
1. Phenylephrine
Menurut Eko Budidharmaja (2020) untuk dapat meredakan penyakit
priapisum yaitu :
1. Alprostadil
2. Sertaline
3. Prazosin
4. Hydroxzine
5. Heparin
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
1. Priapism : Suatu kondisi ketika pria mengalami ereksi
berkepanjangan tanpa adanya rangsangan seksual.
2. Ereksi :Kejadian yang menjadi persyaratan
berhasilnya korpulasi atau hubungan seksual pada hewan yang
memiliki penis.
3. USG : Alat bantu atau pemeriksaan penunjang
dalam bidang kedokteran yang memanfaatkan gelombang
suara/ultrasound
4. Phenylephrine : Obat yang digunakan untuk meredakan
gejala hidung tersumbat secara sementara.
5. Alprostadil : Obat untuk mengobati disfungsi ereksi
pada pria, atau dikenal dengan nama impotensi
6. Sertraline : Obat untuk menangani depresi, OCD
(obsessive compulsive disorder), gangguan panik, gangguan
kecemasan sosial, PTSD (post traumatic stress disorder), serta
premenstrual dysphoric disorder.
7. Prazosine : Kelompok obat yang disebut alpha-
adrenergic blockers.

15
8. Hydroxzine : Obat untuk membantu mengobati gatal-
gatal yang disebabkan oleh alergi
9. Heparine : Obat yang digunakan untuk mengobati dan
mencegah penggumpalan darah
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Kode ICD 10 :

Buka pada ICD 10 Volume 3 halaman 534

Lead Term : Priapism N48.3

Rujuk pada ICD 10 Volume 1 hal 626

N48.3 Priapism

b. Kode Tindakan
Kode ICD 9 CM

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 351

Hysterectomy 68.9

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 680

68.9 Other and unspecified hysterectomy

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 465


Ultrasonography
Adomen 88.76
Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 240
88.76 Diagnostic utrasound of abdomen and
retroperitoneum
Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 325
Examination (for)
Microscopic 91.9
Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 247

16
91 Microscopic examinatiion-II
9 other microscopic examination
Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 304

Control

Hemorrhage 39.98

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 112

39.98 Control of hemorrhage,not otherwise specified

10. Referensi
Nuramdani, M. (2020, Juli 1). Priapism.
Staff, M. C. (2019). Priapsm.
Wily, T. (2019, Februari 16). Priapism.

V. SISTEM NEOPLASMA

17
A. KASUS Tumor Ganas Retina
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. X
Alamat : Karangdono RT 6 RW 9 Boyolali
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 54 Tahun

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


Pada kasus penyakit kanker retina berbeda-beda tergantung pada
jenis kanker.Biasanya pada mata pasien terdapat bintik
gelap,penyempitan lapang pandang,melihat benda seperti
berterbangan atau bintik-bintik,melihat kilatan cahaya ,perubahan
ukuran dan bentuk pupil,rasa nyeri pada mata,mata merah dan
konjungtivitis (Merry Dame Cristy.,2019).

3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Merry Dame Cristy (2019) pemeriksaan penunjang pada
kanker retina yaitu :
1. Pemindaian seperti USG,CT scan atau MRI untuk mengetahui
sel kanker.
2. Biopsi untuk mengambil sampel pada jaringan mata yang diduga
mengalami kanker guna diperiksa di laboratorium.
3. Lumbal pungsi untuk mendeteksi apakah kanker limfoma
intraokular sudah menyebar otak atau saraf belakang.
4. Diagnosa
Diagnosa Utama :
Tumor ganas retina
Diagnosa Lain :
-
5. Komplikasi
Menurut Merry Dame Cristy (2019) komplikasi yang terjadi yaitu :
1. Glaukoma

18
2. Mestatis
6. Penatalaksanaan
Menurut Merry Dame Cristy (2019) untuk menghilangkan penyakit
kanker retina yaitu :
1. Pembrolizumab
2. Ipilimumab
Menurut American cancer (2019) untuk menghilangkan penyakit
kanker retina yaitu :
1. Kemoterapi
2. Brachyterapi
3. Radioterapi eksternal
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
1. Retina : Selapis tipis sel yang terletak pada bagian
belakang bola mata vertebrata dan cephalopoda.
2. Pupil : Bagian di tengah mata yang berbentuk
bulat dan berwarna hitam.
3. Konjungtivitis : Peradangan konjungtiva atau selaput
bening yang menutupi bagian putih mata (sklera) dan bagian
dalam kelopak mata.
4. Ultrasonography : Alat bantu atau pemeriksaan penunjang
dalam bidang kedokteran yang memanfaatkan gelombang
suara/ultrasound.
5. Ct-scan : Prosedur yang menggabungkan
serangkaian gambar X-ray yang diambil dari berbagai sisi di
sekitar tubuh seseorang.
6. MRI : Pemeriksaan organ tubuh yang dilakukan
dengan menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio.
7. Biopsi : Prosedur pengambilan sebagian kecil
jaringan dari tubuh pasien untuk diperiksa menggunakan
mikroskop.

19
8. Lumbar Pungsi : Prosedur pengambilan cairan tulang
belakang dan otak (serebrospinal).
9. Glaukoma : Jenis gangguan penglihatan karena adanya
kerusakan saraf mata, yang seringkali disebabkan oleh tekanan
tinggi pada mata.
10. Mestatis : Kanker yang sudah menyebar dari bagian
tubuh kanker itu berawal (tumor utama) ke bagian lain tubuh.
11. Pembrolizumab : Sebuah imunterapi untuk menghambat
PD-1 immune checkpoint.
12. Ipilimumab : Mematikan mekanisme penghambatan ini
dan meningkatkan respons kekebalan tubuh terhadap sel kanker.
13. Kemoterapi : Salah satu prosedur perawatan yang
paling umum diberikan untuk kanker.
14. Brachyterapi : Salah satu jenis terapi radiasi yang
digunakan untuk mengobati kanker.
15. Radioterpi Exsternal : Terapi radiasi yang dilakukan dengan
bantuan peralatan medis dengan mengarahkan pancaran energi
ke bagian tubuh yang ditumbuhi sel-sel kanker
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Kode ICD 10 :

Buka pada ICD 10 Volume 3 halaman 464

Lead Term : Neoplasm

-retina C69.2

Rujuk pada ICD 10 Volume 1 hal 190

C69.2 Retina

b. Kode Tindakan
Kode ICD 9 CM

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 380

20
Lumpectomy

breast 85.21

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 223

85.21 Local excision of lesion of breast

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 465


Ultrasonography
Adomen 88.76
Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 240
88.76 Diagnostic utrasound of abdomen and
retroperitoneum
Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 352

Imaging

Magnetic resonance NEC 88.97

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 242

88.97 Magnetic resonance imaging of other and unspecified


sites ®

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 288

Biopsy

Eye 16.23

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 49

16.23 Biopsy of eyeball and orbit

9. Referensi
Cancer, A. (2019, September 12). Cancer Eye.
Cristy, M. D. (2019, Mei 10). Cancer Retina.

21
VIII.SISTEM NEOPLASMA
A. KASUS Kanker Nasofaring Dinding Atas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.Y
Alamat : Gemolong RT 4 RW 7 Wonorejo Sragen
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 34 Tahun
2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa
Pada kasus penyakit kanker nasofaring dinding atas biasanya pasien
mengalamai kesulitan dalam membuka mulut,terdapt benjolan pada
tenggorokan ,infeksi telinga,telinga berdengung,sakit kepala,wajah terasa
nyeri atau mati rasa,mimisan,sakit tenggorokan,hidung tersumbat dan
penglihatan kabur (Tjin Willy,2018).
3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Fitriana Apriliana (2019) yaitu :
1. Foto rotgen
2. CT-Scan
3. MRI
4. Possitron Emission Tomography scan
4. Diagnosa
Diagnosa Utama :
Kanker Nasofaring Dinding Atas
Diagnosa Lain :
-
5. Komplikasi
-
6. Penatalaksanaan
Menurut Yusra Firdaus (2017) obat-obatan yang dapat meredakan
penyakit kanker nasofaring yaitu :
1. Terapi radiasi dengan menggunakan cahaya bersinar tinggi seperti
X-Ray.

22
2. Kemoterapi dengan cara meminum sebuah obat berbentuk pil dan
dan disuntikkan kedalam pembuluh darah.
3. Operasi untuk dapat mengangkat kelenjar getah benig dileher.
Menurut Fitriana Apriliana obat-obatan yang dapat meredakan penyakit
kanker nasofaring yaitu :
1. Radioterapi memancarkan sinar berenergi tinggi untuk
menghentikan pertumbuhan sel.
2. Kemoterapi dengan menggunakan prosedur radioterapi agar lebih
efektiv pengobatan lebih maksimal.
3. Pembedahan ini dilakukan apabila kanker sudah menyebar hingga ke
kelnjar geth bening dan perlu adanya pengangkatan.
4. Imunoterpi dengan memberikan obat seperti pembroizumab atau
cetuximab.
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
1. Foto Rontgen : Prosedur pemeriksaan medis
yang menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik untuk
mendapatkan gambaran bagian dalam tubuh.
2. Ct-Scan : Prosedur yang
menggabungkan serangkaian gambar X-ray yang diambil dari
berbagai sisi di sekitar tubuh seseorang.
3. MRI : Merupakan pemeriksaan
organ tubuh yang dilakukan dengan menggunakan teknologi
magnet dan gelombang radio.
4. Possitron Emission Tomography : Pemeriksaan diagnostik
dengan cara visualisasi fungsi tubuh menggunakan radioisotop
yang memancarkan positron .
5. Nasofaring : Merupakan salah satu bagian pada
tenggorokan bagian atas yang terletak di belakang hidung dan di
balik langit-langit rongga mulut.

23
6. X-ray : Jenis radiasi yang disebut
gelombang elektromagnetik. Pencitraan X-ray akan menciptakan
gambar bagian dalam tubuhmu.
7. Pembrolizumab : Sebuah imunterapi untuk
menghambat PD-1 immune checkpoint.
8. Cetuximab : Obat kanker untuk target terapi bagi
pasien kanker kolorektal stadium 4 grup 1 dan 2.
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Kode ICD 10 :

Buka pada ICD 10 Volume 3 halaman 457

Lead Term : Neoplasm

-nasopharynx

--roof C11.0

Rujuk pada ICD 10 Volume 1 hal 172

C11.0 Superior wall of nasopharynx

b. Kode Tindakan
Kode ICD 9 CM :

Buka pada ICD 9 CMAlphabetic halaman 329

Excision

lesion

adrenal gland 07.21

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 34

07.21 Excision of lesion of adrenal gland

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 352

24
Imaging

Magnetic resonance NEC 88.97

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 242

88.97 Magnetic resonance imaging of other and unspecified


sites ®

Buka pada ICD 9 CM Alphabetic halaman 409

Radiography 88.39

Rujuk pada ICD 9 CM Tabular list halaman 237

88.39 -ray,other and unspecified

9. Referensi
Apriliana, F. (2019). Pemeriksaan untuk Deteksi Karsinoma
Nasofaring.
Sabina, A. (2017, Desember 24). Kanker Nasofaring. Retrieved
Agustus 10, 2020, from Hello Sehat.
Willy, T. (2018, Agustus 9). Karsinoma Nasofaring. Retrieved
Agustus 10, 2020

25

Anda mungkin juga menyukai