Anda di halaman 1dari 3

Farah Diba

1506743555
What is a plaza ?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, plaza berarti: [n] (1) alun-alun di kota; (2)
pusat pertokoan dng tempat parkir; (3) tempat yg luas dan beraspal untuk mobil.
Plaza yang dinilai bagus dan bermutu adalah plaza yang dapat bernilai sebagai tempat untuk
melakukan interaksi sosial, semakin banyak orang yang berkumpul dalam jumlah grup,
semakin banyak orang yang saling menukarkan kata perpisahan, dinilai sudah menjadi
kriteria yang bagus untuk sebuah plaza, tingginya proporsi dari orang-orang yang datang
dalam grup bisa dijadikan index dari selektivitas sebuah plaza. Plaza biasa digunakan oleh
pegawai muda kantoran, atau sesuai dengan konteks lingkungan sekitar yang ada di plaza
tersebut, tempat yang efektif untuk membangun atau mendirikan sebuah plaza adalah
kurang lebih berada diantara tiga blok. Selain itu, variabel yang juga penting sebagai
referensi untuk mendirikan sebuah plaza adalah ukuran kota itu sendiri, dimana nantinya
perbandingan dari demografi kota tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk membentuk
suatu urban space yang baik, yang mana akhirnya jika plaza tersebut sukses maka akan
membentuk kebiasaan baru dari masyarakat dan menyebabkan beberapa efek, salah
satunya membludak nya plaza dan kebutuhan akan space yang baru. Tidak hanya sebagai
tempat berkumpul bagi sekelompok orang, plaza juga sebagai tempat persinggahan bagi
individual, dimana biasanya tempat-tempat tertentu diisi oleh seseorang yang datang
sendiri, seperti bagian dari plaza yang jarang digunakan atau tempat yang terasa lebih hidup
dan dinamis. Selain itu, wanita juga dirasa bisa dijadikan sebagai tolak ukur dalam
menentukan kualitas plaza yang baik dan buruk, jika di dalam plaza jumlah wanita nya sudah
mendominasi, maka plaza dapat dikatakan baik, karena wanita bersifat lebih peka dan lebih
selektif daripada pria, seperti mempertimbangkan dimana mereka harus duduk, lebih
sensitif terhadap gangguan, dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memfikirkan
beberapa kemungkinan.

Ritme tingkat kepadatan plaza berbeda dari waktu ke waktu, ada jam sibuk, maupun
jam sepi. Selain itu, pengaruh cuaca dan iklim juga mempengaruhi tingkat kepadatan dari
sebuah plaza. Namun, waktu yang paling esensial adalah ketika plaza masih cenderung sepi,
karena ketika memilih tempat duduk dan istirahat, ketika sepi, masyarakat akan lebih
memfikirkan dimana posisi paling nyaman untuk duduk dan singgah, dibandingkan ketika
jam padat dan ramai, masyarakat akan cenderung duduk di berbagai tempat yang
memungkinkan, karena mereka tidak bisa memilih dengan leluasa lagi. Referensi pemilihan
tempat antara wanita dan pria pun cenderung berbeda, dimana pria akan lebih memilih
bagian terluar dan bagian yang bisa menampilkan dirinya, lain halnya dengan wanita, wanita
akan cenderung lebih memilih tempat yang terisolasi dan tempat yang tidak menarik
perhatian. Apa yang dilakukan oleh setiap individu menggambarkan adanya perbedaan
prioritas dalam memilih sesuatu. Masyarakat tidak datang ke plaza untuk berhenti dan
sekedar mengobrol, namun mereka datang ke plaza untuk tujuan tertentu, seperti piknik,
berkumpul bersama kelompok-kelompok tertentu dan sebagainya. Namun, bagaimana agar
masyarakat yang mengobrol sambil berjalan, atau yang bertemu di lampu merah dan
memulai pembicaraan dapat berhenti dan melanjutkan obrolan mereka di plaza? Ternyata,
masyarakat yang bisa dibilang sibuk tersebut lebih memilih untuk mengambil alih trotoar
yang berpotongan dengan arah tujuan mereka, dan berhenti sejenak untuk melanjutkan
pembicaraan, kenapa citizens tersebut tidak berhenti di plaza tanpa menganggu
penggunaan trotoar?

Dalam buku what is a city? Lewis mumford menyatakan bahwa terdapat tiga elemen
dasar dari pembentukan sebuah kota, yaitu tinggi nya volume pejalan kaki, terdapat
aktivitas citizens yang beragam, dan perlakuan antara satu individu dengan individu lainnya
pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama. Pengalaman urban, salah satunya berupa
plaza, merupakan integral dari pengembangan kebudayaan dan kepribadian manusia.
Bentuk fisikal, maupun aspek ekonomi merupakan prioritas kedua setelah memperhatikan
lingkungan natural tersebut. Kota merupakan teater atau panggung dari kehidupan sosial, di
kota lah masyarakat bisa tampil dan menonjolkan diri mereka, salah satu fasilitas yang
dihadirkan adalah plaza.

Menurut Allan jacobs dan donald A. (p.491)

“urge planners to fullfill human needs for “fantasy and exoticism”, the
city has always been a place of excitement; it is a theater, a stage upon which
citizens can display themself and be seen by others”

Untuk studi kasus, pada tingkat Fakultas Teknik di Universitas Indonesia, terdapat
Lobby K yang dapat dikatakan sebagai salah satu plaza dari fakultas teknik, dimana semua
aktivitas terjadi, yang mana lobby K bersifat sebagai nodes, namun jika dikembangkan lagi
bisa menjadi sebuah plaza, lobby K ini sendiri memiliki pengunjung beragam, dan dapat
dikatakan sebagai plaza yang memiliki kualitas yang baik, karena ketika jam sibuk, hampir
setengah dari jumlah penduduk FT berada di lobby K ini untuk berkumpul ataupun
mengerjakan tugas, dan juga jika dihitung dari proporsi antara pria dan wanita, plaza ini di
dominasi oleh wanita. Namun, sama dengan masalah yang sudah dijelaskan di atas, jarang
sekali ditemukan warga FT yang sedang mempunyai percakapan sambil berjalan, datang dan
berhenti di Lobby K untuk melanjutkan pembicaraan mereka, malah sebaliknya mereka
berhenti di trotoar yang memiliki potongan dengan lokasi tujuan mereka. Secara
keseluruhan, lobby K sudah dinilai baik jika diperhitungkan sebagai sebuah plaza, selain
karena kriteria yang telah disebutkan di atas, Lobby K juga bisa dialih fungsikan oleh warga
FT sebagai tempat mereka tampil dan unjuk bakat dengan membuka beberapa stand-stand
jika ada acara-acara tertentu.

Daftar pustaka:

 http://kamusbahasaindonesia.org/plaza, diakses pada 28 februari, pukul 23.00 WIB


 Whyte, W.H., Urban design reader-the life of plazas,

Anda mungkin juga menyukai