BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pers yang menyangkut media massa kini memang sudah berkembang pesat,
dimulai dari media cetak sederhana pada era Romawi bernama Acta Diurma dan Acta
Senatus, sekarang sudah sangat mendunia dengan berbagai jenis, meliputi media cetak
dan elektronik. Media cetak meliputi koran, majalah, tabloid, sedang media elektronik
meliputi radio, televise, dan yang terakhir adalah e-news atau bisa disebut berita
online.
Perjalanan pers tersebut tentunya tidak berjalan sendiri, tetapi sangat terkait
dengan zaman dan negeri tempat pers itu berkembang. Bahkan konsep dan teori
pengembangan pers bia diteliti dengan seksama juga sesuai dengan masa tumbuh dan
berkembangnya pers tersebut. Dengan kata lain perjalanan pers sejak dulu memang
mengikuti perubahan dari zaman ke zaman.
Sepanjang perjalanan pers sejak awal hingga kini terdapat berbagai paham
yang dianut per situ sendiri, sehingga memunculkan teori yang memunculkan teori
pers. Salah satuya adalah teori pers otoriter.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan teori pers otoriter ?
2. Bagaimana karakteristik pers otoriter?
3. Bagaimana hubungan antara pers dan negaranya?
1
BAB I I
PEMBAHASAN
2
karena kekasaan raja sangat mutlak. Negara dengan raja sebagai kekuatan merupakan
pusat kegiatan. Oleh karena itu, individu tidak penting, yang lebih penting adalah
negara sebagai tujuan akhir individu. Benito Mussolini (Italia) dan Adolf Hitler
(Jerman) adalah dua penguasa yang mewarisi sistem pers otoriter.
Teori ini lahir pada abad ke-15 sampai ke-16 pada masa bentuk pemerintahan
bersifat otoriter (kerajaan absolut), hampir secara otomatis dipakai di semua negara
ketika masyarakat mulai mengenal surat kabar sebagai wahana komunikasi.
4
Didit Agus Triyono. The Four Press Media Theories: Authoritarianism Media Theory, Libertarianism
Media Theory, Social Responsibility Media Theory, and Totalitarian Media Theory. Ragam Jurnal
Pengembangan Humaniora Vol. 13 No. 3, Desember 2013: 195
3
Pers berfungsi secara vertikal dari atas ke bawah dan penguasa berhak
menentukan apa yang akan diterbitkan atau disebarluaskan dengan monopoli
kebenaran di pihak penguasa. Konsep ini didukung oleh teori Hegel, Plato dan Karl
Marx yang pada inti ajarannya (meskipun cenderung pada konsep sosialisme)
mengagungkan negara sedemikian rupa dan berpendapat bahwa negara memiliki hak
dan kewajiban untuk membela dan melindungi dirinya sendiri dengan segala cara
yang dipandang perlu.
Kekuatan pers yang diakui sebagai kekuatan keempat (fourth estate)
menyebabkan negara atau penguasa mengalami phobia terhadap pers yang selalu
menjadi pihak yang pertama tahu dan biang untuk menyebarkan kelemahan dan cela
atau hal-hal yang merugikan negara atau penguasa.
Kebergantungan sesorang pada negara untuk mencapai peradaban telah
menjadi unsur utama bagi sistem otoriter. Saat ini penyesoran, baik oleh pemerintah
maupun swasta, masih hidup dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk
yang yang menyatakan yang menganut demokrasi.
Misalnya, perselisihan yang sering terjadi antara wartawan dengan
pemerintahan Singapura yang terkenal dengan control media yang ketat dimana
petugas berwenang melakukan sensor atau pengeditan pada program dan pengeditan.
Harian seperti Asian Wall Sreet Journal, Far Eastem Economic Review, dan
International Herald Tribune merupakan harian yang pernah berselisih dengan
pemerintah Singapura, dan harus membayar denda serta mengahadapi control yang
ketat.5
5
Didit Agus Triyono. The Four Press Media Theories: Authoritarianism Media Theory, Libertarianism
Media Theory, Social Responsibility Media Theory, and Totalitarian Media Theory. Ragam Jurnal
Pengembangan Humaniora Vol. 13 No. 3, Desember 2013: 196
4
kebebadan penuh dalam mengekspresikan karya jurnalistiknya, terutama apabila tidak
seirama dengan keinginan penguasa 6
Santana (2005) mencoba menyimpulkan teori pers otoriter. Secara prinsipal ciri
teori ooritan adalah sebagai berikut.
a. Media tidak melakukan hal-ha diluar kewenangannya yang dapat merusak legitimasi
kewenangan dan kekuasaan pemerintah.
b. Media akhirnya atau selamanya tunduk kepada penguasa.
c. Media sebaiknya menghindari perbuatan yang menentang tata nilai moral dan politik
atau dominasi mayoritas.
d. Penyensoran dibenarkan untuk menjaga beberapa prinsip ini.
e. Kecaman yang tidakditerima penguasa, penyimpangan dari kebijakan resmi, atau
kegiatan pers yang menentang kode moral (etik) dianggap sebagai perbuatan pidana.
f. Wartawan atau pelaku media tidak memiliki kebebasan di organisasi medianya. 7
Penggunaan terori pers otoritarian ini tidak terbatas pada abad 15 sampai 17
saja, namun berlanjut hingga abad modern seperti negara Amerika Serikat, Spanyol,
Jerman, Rusia, Jepang dan beberapa negara yang ada di Asia. Tanpa disadari sekarang
ini teori ini juga banyak digunakan oleh negara-negara maju seperti Cina, Portugal,
Spanyol, dan banyak negara di Amerika selatan dan di Asia. Itu berarti teori pers
otoritarian cocok digunakan untuk dapat sejajar dengan negara-negara yang maju.8
Disamping itu, pers otoriter memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dan kekurangan pers otoriter yakni sebagai berikut:
a. Kelebihan pers otoriter
Konflik dalam masyarakat cenderung berkurang karena adanya
pengawasan hal-hal yang dianggap dapat menggoncangkan masyarakat
Mudah membentuk penyeragaman/integritas dan konsesus yang
diharapkan pada negara sedang membangun yang memerlukan kestabilan
b. Kekurangan pers otoriter
Adanya penekanan terhadap keinginan untuk bebas mengemukakan
pandangan/pendapat
6
https://kumparan.com/mediamadura/sistem-teori-dan-orientasi-pers
7
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik, Cet.1, Ed.II (Bogor:Ghalia Indonesia,2016), hlm
55
8
https://www.temukanpengertian.com/2016/02/pengertian-teori-pers-otoritarian.html
5
Mudah terjadinya pembredelan penerbitan media yang cenderung
menghancurkan suasana kerja dan lapangan penghasilan yang telah
mapan
Tertutupnya kesempatan untuk berkreasi
9
M. Fikri. Jurnalisme Kontekstual, (Malang:UB Press),2016, hlm.50
6
BAB III
KESIMPULAN
Teori pers yang pertama adalah teori pers otoriter atau teori otoritarian. Teori otoriter
merupakan pers yang mendukung dan menjadi berkepanjangan tangan kebijakan pemerintah
yang sedang berkuasa dan melayani Negara.
Santana (2005) mencoba menyimpulkan teori pers otoriter. Secara prinsipal ciri teori
otoritan adalah sebagai berikut.
1. Media tidak melakukan hal-ha diluar kewenangannya yang dapat merusak legitimasi
kewenangan dan kekuasaan pemerintah.
2. Media akhirnya atau selamanya tunduk kepada penguasa.
3. Media sebaiknya menghindari perbuatan yang menentang tata nilai moral dan politik atau
dominasi mayoritas.
4. Penyensoran dibenarkan untuk menjaga beberapa prinsip ini.
5. Kecaman yang tidakditerima penguasa, penyimpangan dari kebijakan resmi, atau kegiatan
pers yang menentang kode moral (etik) dianggap sebagai perbuatan pidana.
6. Wartawan atau pelaku media tidak memiliki kebebasan di organisasi medianya.
Hubungan antara negara dan pers tentu sangat erat. Dalam konteks komunikasi politik
dinegara demokrasi, misalnya media dapat menjalankan berbagai peran mediasi yang sangat
krusial yaitu dengan menjembatani “aspirasi” komunikasi antara warga negara dengan
pemerintah maupun sebaliknya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Hutagalung, Inge. 2013. Dianamika Sistem Pers di Indonesia . Jurnal Interaksi, Vol
II No.2
Mondry. 2016. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik, Cet.I, Ed.II. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Severin, J. Werner & James W. Tankard Jr. 2011. TEORI KOMUNIKASI : Sejarah,
Metode, dan di Dalam Media Massa Edisi Kelima. Jakarta: Kencana.
Triyono, Didit Agus. 2013. The Four Press Media Theories: Authoritarianism Media
Theory, Libertarianism Media Theory, Social Responsibility Media Theory, and Totalitarian
Media Theory. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 13 No. 3
https://kumparan.com/mediamadura/sistem-teori-dan-orientasi-pers
https://www.temukanpengertian.com/2016/02/pengertian-teori-pers-otoritarian.html