Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KONSEP REDOKS
Oleh:
JULINE MARADUNG
16 506 003
VIII/B
TONDANO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
belajar bermakna yang diusulkan oleh Ausubel. Belajar dapat bermakna jika siswa dapat
siswa. Ilmu kimia terkadang memiliki konsep-konsep abstrak yang sulit untuk dipahami,
sementara dan tidak akan permanen dipikiran siswa. Penelitian yang dilakukan oleh
konsep dapat meningkatkan pemahaman siswa. Menurut Turan N and Ekmekci G (2016)
penggunaan peta konsep menghasilkan peningkatan dalam proses belajar siswa. Para
siswa menyatakan pendapat yang sangat positif tentang peta konsep sebagai alat
SMA NEGERI 1 KAKAS adalah salah satu sekolah di Sulawesi Utara yang
siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penelitian yang dilakukan
oleh Yunita L. dkk (2014) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan peta
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Pemberian tugas peta konsep sebelum
2
proses pembelajaran berlangsung dapat menumbuhkan kreativitas siswa dan kesiapan
siswa untuk belajar di kelas. Siswa merasa tidak jenuh dalam belajar serta mudah
memahami materi pelajaran yang telah diberikan. Menurut Jaafarpour M. dkk (2016)
Peta konsep memiliki efek positif terhadap prestasi akademik siswa dan penting untuk
melatih dan mendorong siswa menggunakan peta konsep sebagai strategi pembelajaran.
Materi konsep redoks pada umumnya sulit dimengerti oleh siswa karena materi
menerapkan cara belajar yang baik dan bermakna maka hasil belajar siswa dapat
meningkat. Menurut Asmaningruma H, dkk (2018) peta konsep dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 49,71
pada pra siklus menjadi 62,36 pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 68,07 di akhir
siklus II. Menurut Khairudin M dan Mitarlis (2016) Peta konsep dapat meningkatkan
ketuntasan siswa dari pre test sebesar 77,14% menjadi 94,28% persen saat post test.
Dengan adanya latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
3
1.2 Identifikasi Masalah
1. Pengetahuan yang diperoleh melalui hafalan hanya sementara dan tidak permanen
dipikiran siswa
Masalah pada penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode peta
konsep terhadap hasil belajar siswa pada materi konsep redoks di SMA Negeri 1 Kakas.
pengaruh penerapan metode pembelajaran peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dar penerapan metode peta
konsep terhadap hasil belajar siswa pada materi konsep redoks di SMA Negeri 1 Kakas.
1) Manfaat Akademis
peta konsep sebagai alat belajar siswa yang dapat dijadikan suatu alternatif dalam
4
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
b. Bagi Guru
konsep sebagai alat belajar siswa yang bisa dijadikan sebagai alternatif dalam
c. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa untuk dapat lebih memahami materi pelajaran kimia,
setelah menggunakan metode pembelajaran peta konsep sebagai alat belajar siswa
dan dapat memberikan bantuan kepada siswa dengan peta konsep untuk
bermakna.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Salah satu dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor paling penting yang mampu
mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal).
Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-
konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat
atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui
oleh para siswa. Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin mengemukakan bahwa cara
untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna
berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan Peta Konsep (Amri dan Iif, 2010).
concept map dapat digunakan sebagai cara untuk membangun struktur pengetahuan para
guru dalam merencanakan bahan ajar. Desain bahan ajar berdasarkan concept map ini
memiliki karakteristik yang khas. Pertama, ia hanya memiliki konsep-konsep atau ide-ide
pokok (sentral, mayor, utama). Kedua, ia memiliki hubungan yang mengaitkan antara
satu konsep dengan konsep yang lain. Ketiga, ia memiliki label yang menyembunyikan
arti hubungan yang mengaitkan antara konsep-konsep. Keempat, desain itu berwujud
sebuah diagram atau peta yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep atau
materi bahan ajar yang pentinng. Mengambil ide dari teori asimilasi Ausubel, Novak
concept map sebagai satu diagram yang berdimensi dua, yaitu analog dengan sebuah peta
6
jalan yang tidak hanya mengidentifikasi butir-butir utama (konsep-konsep), tetapi juga
dalam bidang studi tertentu, memiliki dampak visual yang hebat dengan menunjukkan
hubungan antara ide-ide utama dengan cara yang sederhana, menarik secara visual, dan
secara grafis menampilkan organisasi dan koneksi antara konsep dan ide. Peta konsep
untuk menjelaskan dengan kata-kata kita sendiri apa yang telah kita pelajari. Melalui
pengalaman peta konsep, siswa ditunjukkan bagaimana bekerja dengan konsep peta
dkk (2019) Peta konsep berkorelasi dengan peningkatan hasil belajar dalam pemahaman
konseptual.
Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1. Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan
siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi
7
2. Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi,
atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan
3. Tidak semua peta konsep mepunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep
4. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih
Berdasarkan pemaparan ciri-ciri peta konsep di atas maka sebaiknya peta konsep
dibuat secara hierarki yang artinya konsep yang lebih inklusif ditempatkan pada posisi
paling atas, sehingga semakin ke bawah konsep-konsep yang tersaji semakin kurang
inklusif.
Dalam bidang sains, peta konsep dapat membuat informasi yang dianggap bersifat
abstrak menjadi informasi yang bersifat konkret. Sehingga sangat bermanfaat untuk
peta konsep adalah sebagai berikut (Arends, 1997 yang dikutip oleh Trianto, 2009):
8
4. Kelompokkan ide-ide sekunder di keliling ide utama yang secara visual
(Munthe, 2009):
membuat suatu peta konsep langkah awalnya di mulai dari memilih suatu bahan bacaan,
tersebut secara hierarki dari yang inklusif sampai yang kurang inklusif dalam satu bagan.
Kemudian antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya dihubungkan dengan
Dalam pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, diantaranya:
belajar, baik guru maupun siswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”.
Dengan kata lain guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah
9
2. Belajar sebagai mana belajar, dengan meminta siswa menyusun peta konsep
dari isi bab tersebut. Dengan cara demikian ia telah berusaha benar untuk
memahami isi pelajaran itu. Sehingga peta konsep berfungsi untuk menolong
salah.
4. Alat evaluasi, Selama ini alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa
terutama bentuk tes objektif atau tes essai. Walaupun cara evaluasi ini akan
dihadapi dewasa ini. Salah satu bentuk evaluasi yang disarankan adalah peta
mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotor. Dimyati dan Mudjono (2006) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sisi siswa, hasil belajar merupakan
10
1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah di pelajari
yang di pelajari.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, di simpulkan bahwa hasil belajar adalah
Hasil belajar dapat di lihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan
data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
11
2.1.3 Konsep Redoks (Purba dan Sarwiyati, 2017)
Reaksi dengan oksigen lazim disebut reaksi redoks. Sebaliknya, reaksi pelepasan
oksigen disebut reaksi reduksi. Sebenarnya, reduksi dan oksidasi berlangsung secara simultan
(bersamaan) sehingga penamaan yang lebih tepat adalah reaksi reduksi oksidasi atau reaksi
redoks. Pada awalnya, reaksi reduksi oksidasi dikaitkan dengan pengikatan dan pelepasan
oksigen, kemudian dikembangkan menjadi proses serah terima elektron dan perubahan
bilangan oksidasi.
Contoh reduksi:
Fe2 O3 ( s ) +3 CO ( g ) →2 Fe ( s ) +3 CO2
CuO ( s ) + H 2 ( g ) → Cu ( s )+ H 2 O( g)
Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi disebut reduktor. Pada contoh tersebut
Contoh oksidasi:
4 Fe ( s )+ 3O 2 (g)→2 Fe2 O3
12
CH 4 ( g ) +2O 2 ( g ) → CO 2 ( g ) +2 H 2 O(g)
Sumber oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator. Pada contoh di atas oksidator yang
Dalam ikatan kimia, reaksi antara unsur logam dan nonlogam melibatkan pelepasan dan
penerimaan elektron.
.. ..
Ca: + O: + :O .. CaO
..
.. ..
Ca: + S:
.. + :S CaS
..
Menurut konsep oksidasi-reduksi terdahulu, reaksi (1) tergolong oksidasi karena merupakan
pengikatan oksigen, tetapi reaksi (2) tidak termasuk oksidasi. Padahal, dalam kedua reaksi itu
kalsium mengalami hal yang sama, yaitu melepas 2 elektron. Kelihatannya, pengertian
oksidasi-reduksi yang dikaitkan dengan oksigen terlalu sempit sehingga diperlukan definisi
oksidasi-reduksi yang lebih luas. Untuk itu, pengertian oksidasi-reduksi kemudian dikaitkan
13
Jadi, oksidasi dan reduksi tidak harus melibatkan oksigen. Dengan demikian, semua proses
kimia yang disertai pelepasan elektron digolongkan oksidasi. Pada reaksi (2) tersebut,
Reaksi reduksi dan oksidasi saja disebut setenga reaksi. Pemisahan reaksi redoks atas
setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi hanya dalam ide saja, tidak dalam
kenyataanya. Reaksi kalsium dengan belerang tersebut terdiri atas 2 setenga reaksi berikut.
Oksidasi :
Reduksi :
+
Redoks :
Pada contoh tersebut kalsium dioksida oleh belerang. Oleh karena itu belerang merupakan
pengoksidasi atau oksidator. Sementara itu, belerang direduksi oleh kalsium. Jadi, kalsium
. ..
.. ..
Reduktor Oksidator Hasil oksidasi Hasil reduksi
Oksidasi
Reduksi
14
Pelepasan elektron menyebabkan kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan penyerapan
. ..
.. ..
Oksidasi
Reduksi
Setelah melepas 2 elektron, bilangan oksidasi kalsium naik dari 0 menjadi +2. Sementara itu,
setelah menyerap 2 elektron, bilangan oksidasi S turun dari 0 menjadi -2. Jadi, dalam reaksi
mengalami reduksi (penurunan bilangan oksidasi). Jika dikaitkan dengan perubahan bilangan
oksidasi, oksidator dan reduktor dalam reaksi tersebut adalah sebagai berikut.
Bilangan oksidasi adalah besarnya muatan yang diemban oleh suatu atom dalam suatu
senyawa jika semua elektron ikatan didistribusikan kepada unsur yang lebih elektronegatif.
15
2) Fluorin, unsur yang paling elektronegatif dan membutuhkan tambahan 1 elektron,
4) Bilangan oksidasi suatu unsur dalam suatu ion tunggal sama dengan muatanya.
5) Bilangan oksidasi H umumnya = +1, kecuali dalam senyawanya dengan logam halida
Kecuali:
−1
c. Dalam superoksida, seperti KO 2, bilangan oksidasi O = .
2
Reaksi disproporsionasi adalah reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya merupakan zat
yang sama. Jadi, sebagian dari zat itu mengalami oksidasi dan sebagian lagi mengalami
reduksi.
0 -1 +1
Reduksi
Oksidasi
16
Sebagian dari gas Cl 2 (bilangan oksidasi = 0) mengalami reduksi menjadi NaCl (bilangan
oksidasi Cl = -1) dan sebagian mengalami oksidasi menjadi NaClO (bilangan oksidasi Cl =
+1).
Contoh: Reaksi antara hidrogen sulfide dengan belerang dioksida menghasilkan belerang dan
air.
-2 +4 0
Oksidasi
Reduksi
Pada contoh tersebut, hasil reduksi dan hasil oksidasinya merupakan zat yang sama, yaitu
belerang.
Banyak unsur yang dapat membentuk senyawa dengan lebih dari satu macam tingkat
oksidasinya. Salah satu cara yang disarankan IUPAC untuk membedakan senyawa-senyawa
seperti itu adalah dengan menuliskan bilangan oksidasinya dalam tanda kurung dengan angka
a. Senyawa Ion
17
Fe2 SO 4 ¿3 : besi (III) sulfat
b. Senyawa Kovalen
Namun demikian, tata nama senyawa kovalen biner yang lebih umum digunakan adalah
dengan cara menyebutkan angka indeksnya. Dengan cara ini, senyawa kovalen tersebut
N2 O : dinitrogen monoksida
N 2 O3 : dinitrogen trioksida
P2 O5 : difosforus pentaoksida
P2 O3 : difosforus trioksida
pengetahuan lama yang sudah ada dan permanen dalam pikirannya dengan informasih
baru atau pengetahuan baru yang akan dipelajarinya. Metode pembelajaran peta konsep
adalah salah satu cara yang dapat menjadi solusi dari masalah kurangnya penerapan
pembelajaran yang bermakna. Peta konsep adalah alat atau cara yang dapat membuat
siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran karena siswa dituntut untuk membuat peta
konsepnya sendiri. Dengan peta konsep siswa dapat menghubungkan konsep lama
dengan konsep baru dan dapat memahami hubungan antar konsep. Ketika siswa dapat
18
menghubungkan konsep lain dengan kata-katanya sendiri maka bisa dikatakan
Penelitian yang dilakukan oleh Turan N and Ekmekci G (2016) dengan judul The
effect of concept maps, as an individual learning tool, on the success of learning the
proses belajar siswa. Para siswa juga menyatakan pendapat yang sangat positif tentang
peta konsep sebagai alat pembelajaran individu. Pendapat tertulis mereka menyatakan
bahwa peta konsep memiliki pengaruh yang dapat meningkatkan kemampuan dan dapat
mencapai keberhasilan belajar suatu konsep. Selain itu Lestari F dkk (2019) menyatakan
bahwa peta konsep jaringan pohon yang diambil dari sistem pembelajaran Jepang,
memiliki efek yang sangat positif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian
yang dilakukan oleh Makarawung F dkk (2019) menyatakan bahwa terdapat pengaruh
2.3 Hipotesis
Metode pembelajaran Peta Konsep terhadap Hasil Belajar siswa pada SMA Negeri 1
Kakas”.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah One-Shot Case Study (Sugiyono, 2018)
X O
Dimana,
Populasi dalam penelitian ini adalah seluru siswa kelas X MIA SMA Negeri 1
Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak (random) dan terpilih kelas X
Konsep.
20
2. Variabel Terikat (Dependen)
1. Tahap Persiapan
Kakas
2. Tahap pelaksanaan
konsep redoks
21
h. Bila ada siswa yang masih kurang paham dengan pembuatan peta
3. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, peneliti memberikan tes hasil belajar yang dilaksanakan
1. Soal tes
Soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang ingin dicapai
22
3.7 Uji Instrumen
1) Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2018), pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item,
yaitu mengkorelasi tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu
sebagai berikut:
N Σ XY −(Σ X )(ΣY )
rxy = 2 2 2 2
(Sugiyono, 2018)
√ { NΣ X − ( Σ X ) } {N Σ Y −( Σ Y )}
Keterangan:
Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan harga kritis r product moment dengan taraf
kesalahan 5%. Jika rxy > rtabel, maka instrumen tersebut dikatakan valid.
2) Uji Reliabilitas
Belah Dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown.
2 rb
ri =
1+ r b
23
dimana,
Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen di belah menjadi dua kelompok,
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber
data lain terkumpul. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik.
Uji Hipotesis:
(Sugiyono, 2018)
Y=a+bX
Dimana :
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
b = Koefisien regresi
a=
∑ Y −b ⋅ ∑ X
n
n ∑ ( XY )−∑ x−∑ y
b=
n ∑ X 2−( ∑ X ) 2
Uji Korelasi
24
Menguji apakah data terdistribusi normal maka menggunakan rumus uji pearson
N Σ XY −(Σ X )(ΣY )
rxy = 2 2 2 2
√ { NΣ X − ( Σ X ) } {N Σ Y −( Σ Y )}
Berikut adalah pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi.
KP = r2 x 100%
Keterangan:
25
DAFTAR PUSTAKA
Amri S. dan Iif K.A. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta.
Oluk Turan N and Ekmekci G. 2018. The effect of concept maps, as an individual
learning tool, on the success of learning the concepts related to gravimetric
analysis. Chemistry Education Research and Practice. 19: 819-833.
Purba, Michael dan Sarwiyati, Eti. 2017. KIMIA 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga
Romero C, Cazorla M and Buzón O, 2017. Meaningful Learning Using Consept Maps As
A Learning Strategy. Universidad Internacional de la Rioja (Spain). Colegio
ValdeSerra (Spain). Journal of technology and science education.
26
Sudjana N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Yunita L, Sofyan A and Agung S. 2014. Pemanfaatan Peta Konsep (Concept Mapping)
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Senyawa Hidrokarbon.
EDUSAINS. Volume VI Nomor 01.
27