CBT Materi
CBT Materi
INFERTILE
1. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu
tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertile sekunder
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini
belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3
kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.
1. Pre-eklampsi Ringan
Ciri-cirinya:
1) Tekanan darah; idem.
2) Tanda lain; protein uri (+1).
2. PEB (Pre-Eklampsi Berat)
Cirri-cirinya:
1) Tekanan darah; tekanan diastolik >110 mmHg.
2) Tanda lain; protein uri (+2), oligouri, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium.
3. Eklampsia
Cirri-cirinya:
1) Tekanan darah; hipertensi.
2) Tanda lain; kejang.
4. Hipertensi Kronik (bukan karena kehamilan)
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1) Tekanan darah; hipertensi.
2) Tanda lain; kehamilan <20>
5. Superimposed Pre-eklampsia
Superimposed preeklampsia adalah gejala dan tanda-tanda hipertensi dan proteinuria yang
muncul setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya menderita hipertensi kronis
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1) Tekanan darah; hipertensi kronik.
2) Tanda lain; protein uri (+), tanda lain dari pre-eklampsia.
6. PEB dengan impending eclampsia dengan gejala-gejala impending di antaranya nyeri kepala,
mata kabur, mual dan muntah, nyeri epigastrium, dan nyeri abdomen kuadran kanan atas
ANTIHIPERTENSI
Hipertensi yang berasosiasi dengan eklampsia dapat dikontrol dengan adekuat dengan
menghentikan kejang. Antihipertensi digunakan bila tekanan diastolik >110 mmHg. untuk
mempertahankan tekanan diastolik pada kisaran 90-100 mmHg. Antihipertensi mempunyai 2
tujuan utama: (1) menurunkan angka kematian maternal dan kematian yang berhubungan dengan
kejang, stroke dan emboli paru dan (2) menurunkan angka kematian fetus dan kematian yang
disebabkan oleh IUGR, placental abruption dan infark
Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku Handayani W, dan
Haribowo A S, (2008) :
1. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%
2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
4. Berat Hb < 6,00 gr%
Gerakan bayi dalam kandungan yang kurang aktif atau tidak seperti biasanya
Apabila tidak ditangani dengan cepat, perdarahan ini dapat menyebabkan suatu
komplikasi yang mengancam nyawa, yakni syok hipovolemik. Selain itu,
komplikasi lain yang dapat ditimbulkan akibat plasenta previa antara lain:
Tromboemboli vena, biasanya disebabkan oleh durasi rawat inap yang
terlalu lama dan efek samping dari penggunaan obat antikoagulan (obat anti
pembekuan darah).
Perbedaan Plasenta previa dan Solusio plasenta dari Gejala Klinis # Plasenta Previa :
1. Terjadi perdarahan tanpa disertai rasa nyeri
2. Perdarahan dapat terjadi berulang
3. Perdarahan timbulnya perlahan-lahan
4. Darah yang keluar berwarna merah segar
5. Bisa terjadi anemia dan syok hipovolemik sesuai dengan keluarnya jumlah darah yang bisa kita
amati
6. Terjadi pada saat kehamilan
7. Rahim biasanya tidak berkontraksi
8. Rahim teraba biasa (tidak tegang)
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada pemeriksaan dalam vagina
11. Penurunan kepala masih belum masuk pintu atas panggul
12. Ada pengaruh dari presentasi janin yang mungkin abnormal.
Solusio Plasenta :
1. Terjadi perdarahan dengan disertai rasa nyeri
2. Perdarahan tidak terjadi berulang
3. Perdarahan timbulnya tiba-tiba
4. Darah yang keluar berwarna merah coklat
5. Bisa terjadi anemia dan syok hipovolemik meskipun keluarnya jumlah darah hanya
terlihat sedikit (pendarahan internal yang tak terlihat)
6. Terjadi saat kehamilan hingga menjelang kelahiran bayi
7. Rahim biasanya berkontraksi
8. Rahim teraba tegang
9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba ketuban pada pemeriksaan dalam vagina Penurunan kepala dapat masuk pintu atas
panggul Tidak berhubungan dengan presentasi janin
Sumber: 15 Perbedaan Plasenta Previa dan Solusio Plasenta – Mediskus