Republik Indonesia
- Lampiran
2
01 Konsepsi Omnibus Law
A. Pengertian Omnibus Law
3
A. Pengertian Omnibus Law
Omnibus Law
Sebuah peraturan perundang-undangan yang mengandung lebih dari satu muatan pengaturan
Dalam satu buah Omnibus Bill atau Act terdapat banyak pengaturan yang dimana bertujuan untuk
menciptakan sebuah peraturan mandiri tanpa terikat (atau setidaknya dapat menegasikan) dengan
peraturan lain
1 Multi sektor: terdiri dari banyak muatan sektor dengan tema yang sama
3 Mandiri atau berdiri sendiri, tanpa terikat atau minimum terikat dengan peraturan lain
4
B. Praktek Omnibus Law
Praktek Omnibus Law telah dipraktekan di beberapa negara:
1. Transportation Equity Act for the 21st Century (TEA-21) TEA-21: UU pengganti dari Intermodal Surface Transportation
Efficiency Act (ISTEA). Dalam TEA-21 diatur mengenai jalan raya federal, keamanan jalan raya, transit dan program transportasi
lain. TEA-21 ini merupakan Peraturan terbesar dalam sejarah Amerika. Ada sekitar 9012 Section yang terangkum dalam 9 BAB
di TEA-21 ini. Di dalam TEA-21 ini diatur secara komprehensif terkait transportasi dan jalan raya Amerika sehingga sudah
lengkap dan tidak bergantung pada peraturan lain.
2. Omnibus Trade and Competitiveness Act of 1988 (OTCA): OTCA disusun dalam rangka untuk memperbaiki deficit neraca
perdagangan Amerika Serikat pada saat itu. OCTA tersusun atas 10 BAB, 44 Subbab, dan 10013 Pasal.
1. Civil Law and Justice (Omnibus Amendments) Act 2015. Undang-Undang ini membuat perubahan kecil terhadap undang-
undang keadilan sipil dalam beberapa undang-undang yang telah ada. Undang-Undang omnibus ini mengubah peraturan di
dalam 16 undang-undang yang memiliki muatan yang berbeda.
2. US Free Trade Agreement Implementation Act 2004 No. 120. Perjanjian internasional di Australia tidak dianggap sebagai
bagian dari hukum domestik tanpa transformasi hukum. Untuk menerapkan perjanjian tersebut ke dalam hukum domestik,
Australia kemudian menggunakan pendekatan omnibus. Salah satu pengalaman yang terbaru adalah penerapan U.S-Australia
FTA yang memiliki kekuatan hukum sejak Januari 2005.
1. Law Amending and Supplementing a Number of Articles of the Law on Value-Added Tax, the Law on Excise Tax and the
Law on Tax Administration: UU ini mengubah, menambahkan serta mencabut beberapa pasal yang pada UU Pertambahan
Nilai Pajak, UU Pajak& Cukai, dan UU Administrasi Perpajakan.
2. Law Amending and Supplementing a Number of Articles of the Laws on Taxes: UU ini mengubah, menambahkan serta
mencabut beberapa pasal yang pada UU Pajak Penghasilan Badan usaha, UU Pertambahan Nilai Pajak, UU Pajak Royalti, UU
Pajak Cukai, dan UU Administrasi Perpajakan, UU Pajak ekspor-impor.
5
B. Praktek Omnibus Law
1. Perpu Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan
jo UU Nomor 9 Tahun 2017, yang mencabut:
• Pasal 35 ayat (2) & Pasal 35A UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
• Pasal 40 & Pasal 41 UU Perbankan
• Pasal 47 UU Pasar Modal
• Pasal 17, Pasal 27, & Pasal 55 UU Perdagangan Berjangka Komoditi
• Pasal 41 dan Pasal 42 UU Perbankan Syariah
6
C. Kedudukan Omnibus Law
Catatan:
Omnibus Law pernah ditetapkan pada level TAP MPR RI, yaitu
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan
Terhadap Materi Dan Status Hukum Ketetapan MPRS Dan
Ketetapan MPR RI Tahun 1960 Sampai Dengan Tahun 2002:
a. Mencabut: 8 TAP MPRS/MPR
b. Menyatakan berlaku s.d. 2004: 8 TAP MPR
c. Menyatakan berlaku sampai dibentuk UU: 11 TAP
MPRS/MPR
d. Einmalig (final): 104 TAP MPRS/MPR
7
02 Substansi Omnibus Law Ekosistem Investasi (Kemudahan Berusaha)
A. Penyederhanaan Perizinan
B. Persyaratan Investasi
C. Administrasi Pemerintahan
8
2. Omnibus Law Ekosistem Investasi (Kemudahan Berusaha)
Tengah disusun Omnibus Law Penyederhaanaan Perizinan dan Kemudahan Berusaha, yang mencakup substansi pokok:
1. Penyederhanaan Perizinan :
a. Mengubah konsepsi kegiatan usaha dari berbasis izin (license approach) menjadi penerapan standar dan berbasis risiko (Risk-
Based Approach/RBA)
b. Kegiatan usaha yang tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan, keselamatan, dan lingkungan (termasuk SDA) tidak memerlukan
izin dan hanya melalui pendaftaran dan penggunaan standar.
c. Perubahan pada izin dasar:
1) Izin Lokasi untuk kegiatan usaha tidak diperlukan dengan Penggunaan Peta Digital RDTR
2) Penerapan standar untuk Izin Linkungan dan AMDAL hanya untuk kegiatan usaha yang risiko tinggi (norma waktu dan
prosedur yang lebih pendek dan ringkas)
3) Penerapan standar untuk mendirikan bangunan dan penilaian kelayakan bagunan (IMB & SLF) dan penialaian (comply)
dilakukan oleh profesi bersertifikat
4) Menghapus Izin Usaha dengan penerapan Izin Operasional/Komersial yang berbasis RBA
d. Perubahan pada perizinan sektor (izin usaha dan izin operasional/komersial)
1) Kegiatan sektor di tentukan dalam tingkatan risiko: rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan parameter kesehatan (health),
keselamatan (safety), dan lingkungan (environment)
2) Semakin tinggi potensi risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas bisnis tertentu, semakin ketat kontrol dari Pemerintah dan
semakin banyak perizinan yang dibutuhkan atau inspeksi yang dilakukan
3) Kelompok risiko sektor:
a) sektor risiko rendah hanya didaftarkan
b) sektor risiko menengah menggunakan standar
c) sektor risiko tnggi wajib mendapatkan izin.
9
2. Omnibus Law Ekosistem Investasi (Kemudahan Berusaha)
2. Persyaratan Investasi:
a. Mengubah konsepsi persyaratan investasi dari negative list (DNI) menjadi postif list, yaitu dengan menetapkan daftar kegiatan
usaha yang prioritas (priority list) dan daftar kegiatan usaha lainnya yang didorong untuk dikembangkan (white list), dengan
demikian akan fokus terhadap beberapa kegiatan usaha yang perlu mengundang modal asing
b. Daftar bidang usaha yang tertutup hanya untuk kegiatan usaha yang didasarkan untuk kepentingan nasional (national interest),
konvensi internasional, dan kepatutan
c. Menghapus ketentuan persyaratan investasi dalam UU sektor dan cukup diatur dalam UU Penanaman Modal (perlu mengubah
13 UU sektor yang mengatur persyaratan investasi
d. Mengubah konsepsi pembedaan PMA dan PMDAN dan hanya mengatur ketentuan dan batasan kepemilikan saham oleh asing
(share holding) yang ditetapkan oleh Presiden
3. Administrasi Pemerintahan:
a. Daam rangka penerapan perizinan yang berbasis standar dan RBA memerlukan adanya perubahan dan penataan kewenangan
perizinan yang saat ini tersebar diantara K/L dan daerah.
b. Presiden berwenang untuk melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan (c.q. peizinan) termasuk yang telah didelegasikan
oleh UU kepada Menteri/Kepala dan/atau Gubernur dan Bupati/Walikota.
c. Pelaksanaan UU oleh Menteri/Kepala dan Pemda merupakan pelaksanaan dari kewenangan Presiden (delegasi kewenangan
Presiden) dan dengan demikian Peraturan Menteri/Kepala dan Perda/Perkada merupakan pelaksanaan dari pendelegasian dari
PP atau Perpres dan NSPK
d. Penetapan NSPK oleh Presiden
e. Presiden berwenang membatalkan Perda dengan Peraturan Presiden.
f. Sanksi yang berkaitan dengan administrasi perizinan berbentuk sanksi administratif dan sanksi perdata dan menghapus sanksi
yang bersifat pidana (mengikuti ketentuan KUHP)
g. Penegakan hukum (sanksi pidana)
10
2. Omnibus Law Ekosistem Investasi (Kemudahan Berusaha)
4. Kemudahan dan Insentif:
a. Memberikan kemudahan dalam proses:
1) Keimigrasian: investasi dapat sebagai jaminan untuk Izin Tinggal Sementara (ITAS)/Izin Tinggal Tetap (ITAP) dan kemudahan
untuk mendapatkan visa untuk kegiatan maintenance dan kunjungan minat investasi
2) Paten: Fleksibilitas kewajiban membuat produk atau menggunakan proses paten di Indonesia
b. Perubahan persyaratan modal untuk mendirikan PT (menghapus modal minimal Rp 50 juta)
c. Penyederhanaan jenis Badan Usaha: menghapus CV, Persekutuan Perdata, UD (Perlu mempertimbangkan kedudukan Firma)
11
2. Omnibus Law Ekosistem Investasi (Kemudahan Berusaha)
Telah diIdentifikasikan 71 UU masuk dalam Omnibus Law dan UU tersebut dibagi dalam 6 Klaster Omnibus Law:
1. Persyaratan Investasi:15 UU
2. Kegiatan Usaha Berbasis Risiko:
a. Perizinan Dasar (Lokasi, Lingkungan,IMB & SLF): 9 UU
b. Perizinan Sektor:45 UU
3. Penataan Kewenangan:2 UU
4. Pembinaan dan Pengawasan:20 UU
5. Sanksi: 46 UU
6. Pedukung Ekosistem (Kemudahan dan Insentif):8 UU
o Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyelesaikan Draf Pertama Naskah Akademik RUU Omnibus Law Penyederhaanaan
Perizinan dan Kemudahan Berusaha beserta Lampiran Inventarisasi Pasal Klaster Perizinan Berusaha Omnibus Law.
o Penyampaian Laporan Draf Pertama Naskah Akademik beserta Lampiran dilakukan melalui surat kepada Presiden pada tanggal 17 Oktober 2019
12
Lampiran
13
Pengertian Omnibus Law
2
1 Duhaime Legal Dictionary
Bryan A.Garner (Black Law Dictionary Ninth Edition)
Omnibus is is a draft law before a legislature which contains more than
Omnibus: relating to or dealing with numerous object or item one substantive matter, or several minor matters which have been
at once; inculding many thing or having varius purpose combined into one bill, ostensibly for the sake of convenience
3 4
Glen Stuart Krutz Barbara Sinclair
Omnibus drafting is any piece of major legislation that: spans three or Legislation that addresses numerous and not necessarily related
more major topic policy areas or ten or more sub-topic policy areas, and is subjects, issues, and programs, and therefore is usually highly
greater than the mean plus one standard deviation of major bills in words complex and long, is referred to as omnibus legislation
Omnibus Law/Rancangan Omnibus adalah sebuah peraturan perundang-undangan yang mengandung lebih dari satu
muatan pengaturan. Dalam satu buah Omnibus Bill atau Act terdapat banyak pengaturan yang dimana bertujuan untuk
menciptakan sebuah peraturan mandiri tanpa terikat (atau setidaknya dapat menegasikan) dengan peraturan lain.
14
TUJUAN OMNIBUS LAW
menurut Firman Freaddy Busroh
1 2
menyeragamkan kebijakan
mengatasi konflik peraturan
pemerintah baik di tingkat pusat
perundangundangan secara
maupun didaerah untuk
cepat, efektif dan efisien menunjang iklim investasi
3 4
pengurusan perizinan
mampu memutus rantai
lebih terpadu, efisien dan
birokrasi yang berlama-lama
efektif
5 6
meningkatnya hubungan
adanya jaminan kepastian
koordinasi antar instansi terkait
hukum dan perlindungan
karena telah diatur dalam
kebijakan omnibus regulation
hukum bagi pengambil
yang terpadu kebijakan
15
Matriks Perbandingan Sistem Hukum Negara-Negara di dunia
No Nama Negara Sistem Bentuk Sistem Kepala Kepala Pemerintahan Omnibus Law
Hukum Pemerintahan Pemerintahan Negara Existing
1 Indonesia Civil Law Republlik Presidensial Presiden Presiden Ada
3 Korea Selatan - Republik Presidensial Presiden Presiden dibantu Perdana Menteri Belum
Campuran ditemukan
4 Filipina Anglo Saxon Republik Presidensial Presiden Presiden dibantu Perdana Menteri Ada
8 Vietnam Civil Law Republik Sosialis Parlementer Presiden Perdana Menteri Ada
16
PRAKTIK OMNIBUS LAW: AMERIKA SERIKAT
Australia atau secara resmi disebut Persemakmuran Jika dilihat secara historis, tidak dapat
Australia merupakan sebuah negara federal ditelusuri secara pasti sejak kapan omnibus bill 1. Civil Law and Justice (Omnibus Amendments) Act
beribukota di Canberra yang mempunyai 6 negara pertama muncul di Australia. Akan tetapi, jika 2015.
bagian dan dua teritorial daratan utama. Sistem Undang-Undang ini membuat perubahan kecil
melihat penerapan yang ada hingga saat ini, terhadap undang-undang keadilan sipil dalam
pemerintahan yang dianut adalah Sistem Australia masih menerapkan praktik beberapa undang-undang yang telah ada. Undang-
Pemerintahan Monarki Konstitusional penyusunan peraturan perundang-undangan Undang omnibus ini mengubah peraturan di dalam 16
Federal. Australia memiliki kepala negara yaitu Ratu melalui konsep omnibus law. undang-undang yang memiliki muatan yang berbeda.
Elizabeth II dan kepala pemerintahan yaitu Perdana
Menteri . 2. US Free Trade Agreement Implementation Act
Proses pembentukan undang-undang 2004 No. 120.
(termasuk omnibus law) di Australia dilakukan Perjanjian internasional di Australia tidak dianggap
Kekuasaan legislatif berada pada parlemen yang oleh parleme. RUU diajukan kepada HoR sebagai bagian dari hukum domestik tanpa
bersifat bikameral. Parlemen terdiri dari dua majelis pertama kali dan kemudian proses selanjutnya transformasi hukum. Untuk menerapkan perjanjian
yaitu Majelis Tinggi yakni adalah Senat dan Majelis diteruskan kepada senat. Rancangan pertama tersebut ke dalam hukum domestik, Australia
Rendah yakni adalah Dewan Perwakilan kemudian menggunakan pendekatan omnibus. Salah
dapat juga dimulai di senat, kecuali untuk satu pengalaman yang terbaru adalah penerapan U.S-
Rakyat/House of Representatives (HoR). Senat terdiri rancangan mengenai keuangan dan pajak. Australia FTA yang memiliki kekuatan hukum sejak
dari 76 Senator (12 dari masing-masing negara bagian Hampir semua RUU diajukan oleh menteri- Januari 2005.
dan dua dari masing-masing territorial daratan menteri pemerintahan.
utama). Sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat terdiri
dari 150 anggota.
20
PRAKTIK OMNIBUS LAW: INGGRIS
PEMERINTAHAN
SEJARAH EXISTING PERATURAN
Negara Inggris (United Kingdom) merupakan negara
kesatuan yang terdiri dari Skotlandia, Wales, Inggris, 1. Statute Law (Repeals) Act 2013.
dan Irlandia Utara yang memiliki bentuk pemerintahan Undang-Undang ini mencabut seluruh isi dari
monarki atau kerajaan. Inggris dikenal sebagai ibu atau undang-undang tertentu, beberapa bagian dari
pencetus sistem pemerintahan parlementer (the undang-undang-undang tertentu. Contoh
pencabutan seluruh isi undang-undang adalah
mother of parliament). Pemerintahan Inggris dijalankan
pencabutan Undang-undang Addenbrooke’s
oleh Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan Hospital Scheme Confirmation 1903 (3
dibantu para menteri. Parlemen atau Dewan _ Edw.7.c.clv). Sementara contoh pencabutan
Perwakilan terdiri dari dua ruang (bikameral), yakni beberapa bagian undang-undang adalah
House of Commons dan House of Lord. House of pencabutan Section 2 dari Criminal Law (Scotland)
Commons atau disebut juga Majelis Rendah adalah 1830 (11 Geo.4 & 1 Will.4c.37)
badan perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya
dipilih oleh rakyat diantara calon-calon partai politik. 2. Statute Law (Repeals) Act 2008.
House of Lord atau Majelis Tinggi adalah perwakilan Undang-undang ini sama seperti sebelumnya yang
mencabut ketentuan dalam undang-undang
yang berisi para bangsawan dengan berdasarkan
tertentu. Selain itu, undang-undang ini juga
warisan. mengubah dengan menambahkan ketentuan
pada undang-undang tertentu. Undang-undang
ini contohnya menambahkan ketentuan pada
Finance Act 1901 (c.7)
21
PRAKTIK OMNIBUS LAW: VIETNAM
Omnibus Law pertama kali dipraktekkan 1. Law Amending and Supplementing a Number of
Vietnam adalah negara dengan ibukota ketika Vietnam hendak mengadopsi hasil
Articles of the Law on Value-Added Tax, the Law on
Hanoi. Bentuk negara Vietnam adalah Excise Tax and the Law on Tax Administration
aksesi dengan WTO pada tahun 2006. Undang-Undang ini mengubah, menambahkan serta
kesatuan, bentuk pemerintahan adalah Untuk mengimplementasikan hal mencabut beberapa pasal yang pada UU
republik sosialis dan sistem tersebut Perdana Menteri Pertambahan Nilai Pajak, UU Pajak Cukai, dan UU
pemerintahannya adalah parlementer. Administrasi Perpajakan.
memerintahkan Kementerian Hukum 2. Law Amending and Supplementing a Number of
Vietnam dipimpin oleh seorang kepala untuk melakukan penelitian terkait Articles of the Laws on Taxes
negara yaitu Presiden dan kepala kemungkinan penerapan pendekatan Undang-Undang ini mengubah, menambahkan serta
pemerintahan yaitu Perdana Menteri. Omnibus di Vietnam. Hasil penelitian mencabut beberapa pasal yang pada UU Pajak
Penghasilan Badan usaha, UU Pertambahan Nilai
menunjukan bahwa dimungkinkan untuk Pajak, UU Pajak Royalti, UU Pajak Cukai, dan UU
Kekuasaan legislatif berada di tangan menerapkan pendekatan omnibus Administrasi Perpajakan, UU Pajak ekspor-impor.
National Assembly (Unikameral), sebagai mengingat tidak ada peraturan yang 3. Decree Amending and supplementing a number of
representasi tertinggi rakyat Vietnam. melarang. Selain itu, adanya tumpang articles of the Decrees guiding the implementation
National Assembly ini dijalankan oleh tindih peraturan dan panjangnya of the Land Law and Decree no. 187/2004/ND-
Standing Committee. prosedur legislasi untuk mengubah CP on transformation of state companies into joint-
stock companies
sebuah pasal, menjadi pertimbangan Dekrit ini mengubah dan menambahkan pasal pada
diadopsinya omnibus law di Vietnam. dekrit tentang panduan implementasi hukum
agraria dan perubahan BUMN menjadi perusahaan
holding
22
PRAKTIK OMNIBUS LAW: TURKI
Negara dengan ibukota Ankara ini, Omnibus Law pertama kali dipraktekkan 1. Association Law (Law No. 5253)
merupakan negara kesatuan sebagai di Turki pada tahun 2003 untuk Ketentuan article 10 pada undang-
bentuk negaranya. Sistem mengamandemen konstitusi agar undang ini mengesampingkan ketentuan
Pemerintahan Turki adalah harmonis dengan aturan Uni Eropa. pada Undang-Undang no. 5072
Setelahnya, metode omnibus law ini 2. The Law On Human Rights And Equality
Perlemen, sedangkan bentuk Institution Of Turkey (Law No. 6701)
pemerintahan adalah republik. digunakan untuk mengamandemen,
membuat atau mencabut peraturan- Ketentuan article 15 verse (6) pada
Turki dipimpin oleh Presiden sebagai peraturan di Turki. Pada mulanya undang-undang ini mengenyampingkan
kepala negara dan Perdana Menteri ketentuan Law No.657.
omnibus law hanya digunakan untuk 3. Law No. 5335 Tahun 2003
sebagai kepala pemerintahan. mengubah hukum dasar seperti KUHP, Merupakan undang undang yang
Kekuasaan legislatif dipegang oleh namun saat ini berbagai jenis hukum mulanya terdiri dari 36 Pasal. Undang-
parlemen yang disebut Majelis dapat digunakan. undnag ini merupakan rangkuman dari
Agung Nasional Turki (Unikameral). Di Turki banyak omnibus act yang 163 pasal dari 53 undang-undang
dibatalkan oleh pengadilan karena dalam 4. Law No. 6111 Tahun 2011
proses pembuatannya tidak melalui Merupakan undang-undang yang berisi
perundingan yang matang di parlemen. 234 pasal setelah diseleksi dari 66
undang-undang.
23
PRAKTIK OMNIBUS LAW: JERMAN
a. Kewenangan Pemerintahan
Pemerintahan dan Pembagian Wilayah berdasarkan UUD 1945:
UUD 1945 1. Presiden memegang kekuasaan Pemerintahan (Pasal 4).
2. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara (Pasal 17).
2. NKRI dibagi atas Daerah Provinsi yang terdiri dari Kabupaten dan Kota (Pasal 18).
3. Pemda provinsi dan kabupaten/kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
Legislatif Eksekutif Yudikatif
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan yang susunan dan tata
cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam UU (Pasal 18).
Presiden &
Wakil Presiden Prinsip dasar dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah:
Kementerian/ 1. Urusan Pemerintahan adalah kewenangan Presiden dan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga dan Pemda (K/L/P) (Pasal 1 angka 5).
Lembaga
2. Pemda adalah Kepala Daerah dan DPRD (Pasal 1 angka 2).
3. Presiden:
Pemda • menetapkan kebijakan penyelenggaraan urusan pemerintahan (Pasal 6).
• melakukan pembinaan dan pengawasan (Pasal 7 ayat 1).
KDH DPRD
• memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan urusan pemerintahan (Pasal
7 ayat 2).
4. Pemerintah Pusat berwenang menetapkan NSPK dan melaksanakan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan kewenangan daerah (Pasal 16)
25
A. Perizinan dan Persyaratan Investasi:
Jenis Perizinan Berusaha dengan Risk Based Approach
Semakin tinggi potensi risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas
Pengelompokkan risiko - bisnis tertentu, semakin ketat kontrol dari Pemerintah dan
SEKTOR semakin banyak perizinan yang dibutuhkan atau inspeksi yang
Kelompok risiko : dilakukan.
1. Sektor pemanfaatan
sumber daya alam Level Risiko Jenis Perizinan
2. Sektor industri pengolahan Berusaha
3. Sektor jasa RISK RISIKO IZIN
BASED TINGGI
APPROACH
RISIKO
STANDAR
SEDANG
Parameter risiko HSE
Parameter risiko*) :
1. Kesehatan (Health) RISIKO
2. Keamanan dan Keselamatan (Safety) RENDAH REGISTRASI
3. Lingkungan (Environment)
*) penerapan parameter risiko dibedakan untuk sektor jasa tertentu
26
B. Administrasi Pemerintahan:
Penataan Kewenangan
Eksisting Reform
UU mendelegasikan langsung kewenangan kepada Mengembalikan kewenangan pemerintahan dan pelaksanaan
Menteri/Kepala atau Pemda untuk melaksanakan UU dan UU kepada Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pengaturan pelaksanaanya (menegasikan kewenangan Presiden). pemerintahan.
Catatan:
• Menteri/Kepala atau Pemda mendapat kewenangan atribusi atau delegasi dari UU
Catatan:
untuk menjalankan UU dan aturan pelaksanaannya (obestitas & tidak sinkron)
• Pengaturan NSPK oleh Presiden akan mempertegas kewenangan dan
• NSPK sebagai bentuk pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab Presiden atas
sinkronisasi pelaksanaan kewenangan dan pelaksanaan UU → standar dan
pelaksanaan Pemerintahan → belum lengkap & standar dan belum mengacu
menghapus ego sektoral
kepada best practices.
• Pengaturan pelaksanaan UU dan NSPK ditetapkan oleh Presiden.
• Fungsi Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat belum berjalan efektif
(keterbatasan anggaran & aparat serta kurangnya pemahaman) 27
Status Kemajuan Omnibus Law
A. Naskah Akademik
1. Telah disusun Naskah Akademik (Draft I) Omnibus Law: RUU tentang Kemudahan Berusaha.
2. Naskah Akdemik disusun bersama oleh: Kemenko Perekonomian, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Sekretariat
Negara, dan Sekretariat Kabinet serta akademisi (Universitas Indonesia, Universitas Andalas, Universitas Tarumanegara)
3. Naskah Akdemik belum melibatkan K/L sektor terkait.
4. Muatan Naskah Akdemik:
a. Latar Belakang
b. Kajian Teoritis dan Praktek Empiris
c. Evaluasi dan Analisis UU terkait
d. Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis
e. Jangkauan Arah Pengaturan dan Ruang Lingkup Materi Muatan RUU
Catatan: Cakupan dan muatan Naskah Akademik perlu disempurnakan kembali sesuai arah dan tujuan Omnibus Law.
28
Klaster Undang-Undang (1)
Klaster
Klaster Kegiatan Usaha Berbasis Resiko
Penataan Kewenangan
UU Administrasi UU Penataan UU Pengelolaan UU Peternakan UU Perkeretaapian UU Kesehatan
UU Pemda
Pemerintahan Ruang Wilayah Pesisir dan Kesehatan
dan Pulau-Pulau Hewan UU Perumahan UU Narkotika
UU Pemda Kecil dan Kawasan
UU Sistem Budidaya Pemukiman UU Psikotropika
Klaster Tanaman
Persyaratan Insvestasi UU Perlindungan UU Kelautan UU Rumah Sakit
dan Pengelolaan UU Rusun
Lingkungan Hidup UU LLAJ UU Sistem UU Sisdiknas
Penyuluhan UU Penyiaran
UU Hortikultura UU Perkebunan
UU Bangunan UU Jasa Konstruksi Pertanian, UU Dikti
Perikanan, dan UU Pos
UU Peternakan UU Industri Gedung
dan Kesehatan Pertahanan UU Arsitek Kehutanan UU Pengelolaan
UU
Hewan UU Minyak & Gas Zakat
Telekomunikasi
UU Penyiaran Bumi UU Panas Bumi UU Perikanan
UU Pos UU Koperasi UU
UU Penerbangan UU Pertambangan UU UU Kehutanan Penyelenggaraan
Mineral & Batubara Ketenaganukliran UU UMKM Ibadah Haji dan
UU Pelayaran
UU Dikti UU Kelautan Umrah
UU UU Perindustrian
UU Sisdiknas UU Hortikultura UU Pengairan
UU Lembaga Ketenagalistrikan UU Industri
Keuangan Mikro UU Perdagangan Pertahanan
UU Jasa UU Kepariwisataan
UU Pangan UU Perkebunan
Konstruksi UU Metrologi Legal
UU Perbankan UU Kepolisian
Syariah UU Perlindungan dan Pemberdayaan UU Pelayaran
UU Perbankan UU Jaminan
Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak UU BPJS
UU Pers Garam UU Penerbangan Produk Halal