Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang wanita usia 37 tahun datang dengan keluhan mulut mengot saat bangun tidur
pagi, penderita merasakan mata sebelah kiri tidak dapat menutup rapat. Keluhan sakit kepala,
muntah kejang tidak ada, kehilangan kesadaran tidak ada, gangguan sensibilitas dan komunikasi
tidak ada. Riwayat hipertensi tidak ada, riwayat kencing manis tidak ada, riwayat stroke tidak
ada. Penyakit ini diderita untuk pertama kalinya.
Pasien datang dengan keluhan mulut mengot dan mata kiri tidak dapat menutup rapat,
dari keluhan ini bias dipikirkan beberapa diagnosis seperti Bell’s Palsy, tumor yang menekan
tulang temporal, infeksi saluran pendengaran dan stroke. Selanjutnya untuk menyingkirkan
diagnosis-diagnosis berikut dalam anamnesis dapat digali lebih lanjut mengenai onset keluhan
utama, apakah muncul secara tiba-tiba atau perlahan, serangan terjadi saat sedang beraktifitas
atau istirahat. faktor yang memperberat dan memperingan keluhan. Tanyakan adanya gejala
tambahan seperti demam sebelum gejala muncul, flu, sakit kepala hebat, sering mengeluarkan air
mata, mual, muntah, kesulitan mengunyah, air liur yang sering keluar dari sudut mulut, telinga
berdenging atau gangguan pendengaran, kejang, kelemahan sesisi tubuh, jantung bedebar-debar
disertai sesak napas dan bicara pelo. Perlu juga ditanyakan adakah kejadian sebelum gejala
utama muncul baik yang memperingan atau memperberat. Selain itu, perlu juga ditanyakan
mengenai riwayat penyakit terdahulu seperti riwayat sakit jantung, riwayat merokok, riwayat
terpapar kipas angina atau AC secara langsug, riwayat bergadang, riwayat adanya keluar cairan
berbau dari telinga, riwayat bengkak pada telinga bagian belakang, riwayat gangguan
pendengaran, riwayat keluarga, dan apakah penyakit ini telah terjadi sebelumnya.
Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan status generalis normal, pada pemeriksaan fisik
jantung tidak ditemukan tanda-tanda pulsus defsit atau kelainan lainnya. Pada status neurologi
didapatkan plica nasolabialis kiri datar, lagophtalmus mata kiri (+), yang menunjukkan adanya
parese n.VII tipe perifer bukan sentralis, karena seluruh otot mimik ipsilateral lesi mengalami
kelumpuhan hal ini mengarah ke Bell’s Palsy dan kemungkinan stroke dapat disingkirkan.
Diagnosis yang didapatkan adalah:
Diagnosis klinik: parese n. VII sinistra perifer
Diagnosis topik: N. VII di Proc. Stylomastoideus sinistra
Diagnosis etiologi: idiopatik
Dasar penegakan diagnosis tersebut adalah adanya paralisis N.VII perifer, tidak ditemukan
adanya gangguan mendengar, tidak ditemukan adanya kelumpuhan dibagian lain, gejala timbul
mendadak, dan untuk etiologi masih belum dapat dipastikan apakah dikarenakan virus ataupun
idiopatik namun sementara ditetapkan idiopatik.

Tatalaksana yang diberikan berdasarkan diagnosis sementara adalah kortikosteroid


berupa prednisolone 1mg/kgbb maksimal 60mg/hari diberikan selama 10 hari, di tappering off
pada hari ke-3. Pemberian kortikosteroid bertujuan untuk mengatasi inflamasi untuk menurunkan
kompresi nervus fasialis di kanalis fasialis. Lalu, anti viral seperti Acyclovir 15mg/kgbb
maksimal 400 mg dapat diberikan apabila terbukti pasien mengalami infeksi virus HSV.
Acyclovir akan menghambat aktivitas HSV-1, HSV-2 dan melawan sel yang terinfeksi secara
selektif. Lalu terapi simptomatis dapat diberikan seperti analgesik apabila nyeri, artificial tears
untuk mengurangi dry eye dan salep mata apabila ada konjungtivitis eksposure. Prognosis pasien
ini adalah dubia ad bonam tergantung dari etiologi penyebabnya.

Anda mungkin juga menyukai