Anda di halaman 1dari 12

Pengembangan H-Brick Sebagai

Smart Material Dalam Sistem


Bangunan Tahan Gempa

Indonesia merupakan wilayah rawan gempa karena terletak diantara empat


plat tektonik yaitu plat eurasia, plat australia, plat filipina dan plat carolina. Keempat
lempeng tektonik ini termasuk dalam lempeng tektonik muda yang membuat
lempeng-lempeng ini aktif bergerak sepanjang tahun. Keadaan ini membuat Indonesia
sering mengalami gempa dengan skala yang besar (>5 SR).

Gempa besar selalu menimbulkan dampak kerusakan infrastruktur yang luas


dan memakan korban jiwa yang banyak. Akibat gempa Padang 30 September 2009,
tercatat 114.797 rumah rusak parah, 67.198 rusak sedang, dan 67.838 rumah rusak
ringan.  Sementara dari gempa Tasikmalaya diperoleh data rumah yang rusak di
Kabupaten Sukabumi sebanyak 11.214 rumah dengan 3.466 rumah rusak berat.
Korban yang timbul sebagian besar diakibatkan karena tertimpa dinding yang
runtuh. Pada gempa yang terjadi tanggal 28 Januari 2010 di Aceh, sebagian besar
rumah mengalami kerusakan retak-retak pada dinding. Hal yang serupa juga dialami
sebagian besar rumah di Kecamatan Cigalantong, Tasikmalaya. Hal ini disebabkan
karena material penyusun dinding (batu bata dan batako) yang kualitasnya buruk.
Produksi yang masih menggunakan cara tradisional dan tanpa kontrol kuailtas yang
ketat membuat kualitas material dinding tidak bisa seragam.

Pada struktur bangunan tahan gempa, kekakuan bangunan untuk menahan


gaya gempa diperoleh dari sambungan balok-kolom yang baik serta dinding yang
kaku. Selama ini batu bata ataupun batako hanya difungsikan sebagai pengisi rongga
struktur dan sekat antar ruang. Optimalisasi fungsi dinding sebagai penahan gaya
gempa hanya diterapkan pada bangunan tinggi (high rise building) dalam bentuk
dinding geser (shearwall maupun corewall) dengan perhitungan yang rumit dan biaya
yang mahal. Oleh karena itu, untuk bangunan rumah tinggal, penerapan dinding geser
tidak mungkin dilakukan.

Di beberapa negara sudah banyak diperkenalkan material dinding yang


diklaim dapat menahan gaya gempa yang sering disebut dengan interlock block.
Beberapa produk bahkan dirancang untuk mampu disusun langsung tanpa mortar
(mortarless) sehingga hemat dalam pemakaian semen. Namun, kebanyakan dari
produk-produk yang tersedia hanya memiliki sistem interlock untuk menahan gaya
yang tegak lurus dengan dinding. Hanya sedikit yang dirancang untuk mampu
menahan gaya gempa dari dua arah, yaitu gaya tegak lurus dinding dan sejajar dengan
dinding. Kalaupun ada, lips yang dirancang sebagai kunci terlalu rendah sehingga
tidak mampu untuk menahan gaya yang terjadi.

Pada tahun-tahun belakangan, pertimbangan estetika dalam perencanaan


bangunan juga menjadi faktor penting dalam pemilihan materail penyusun bangunan.
Masyarakat cenderung memilih produk yang memiliki tampilan estetika yang bagus
tanpa mempertimbangkan faktor kekuatan bahan.
Struktur Bangunan tahan gempa

Pada dasarnya, prinsip bangunan tahan gempa adalah membuat bangunan


menjadi sangat kaku. Bangunan yang kaku akan membentuk suatu bangunan yang
solid, sehingga pada saat gaya-gaya dikenakan pada tiap bidang bangunan tidak
terjadi perubahan bentuk yang besar.

Kunci untuk menciptakan bangunan yang kaku terletak pada detail sambungan
balok-kolom dan dinding.

Balok dan kolom pada struktur bangunan berfungsi sebagai penahan beban
gravitasi untuk disalurkan ke tanah. Beberapa jenis sambungan Balok-kolom dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Dinding difungsikan sebagai penahan gaya horisontal baik gaya akibat angin
maupun gempa. Untuk itu pada struktur bangunan tahan gempa, dinding tidak
diperbolehkan mengalami perubahan bentuk. Apabila dinding tidak mampu menahan
gaya lateral, maka akan terjadi pergeseran yang akan mengakibatkan gangguan pada
balok maupun kolom. Gangguan ini kemudian bisa berakibat pada kegagalan struktur
jika balok maupun kolom pada bangunan berkualitas jelek.
Bata kait (Interlock Block)

Bata kait (Interlock block) adalah material penyusun dinding yang mempunyai
pengait untuk mengunci pergerakan akibat gaya. Interlock block merupakan
pengembangan dari batako dengan menambahkan lips pada sisi-sisi tertentu sebagai
pengunci.

Interlock block telah dikembangkan dan banyak digunakan di luar negeri. Di


Amerika dan Kanada dikenal beberapa jenis interlock block, diantaranya CMUs,
Haener Block yang dirancang sebagai mortarless interlock block. Kemudian Verot
Oaks Building Blocks, Inc. (VOBB), interlock block bebrbentuk segi empat berukuran
enam kali enam inchi yang disusun membentuk grid

Di Thailand terdapat SMART iBlock yang berbentuk mirip mainan bongkar


pasang. SMART iBlock tidak dirancang sebagai material mortarless, untuk
pemasangannya digunakan mortar cair dengan komposisi 1 bagian semen, 2 pasir, dan
3 bagian air

Sementara di Indonesia –walaupun masih jarang- terdapat beberapa produk


interlock block, diantaranya DURABLOCK dan kiblock. DURABLOCK didesain
untuk menggunakan sedikit mortar, sedangkan kiblock sudah didesain sebagai
material mortarless.

Hampir semua produk menawarkan keunggulan yang sama, diantaranya


adalah 1) Kemampuan meredam panas dan suara, 2) Ketahanan terhadap api yang
lebih baik, 3) Kecepatan dan kemudahan instalasi, 4) Hemat penggunaan semen, 5)
Berat jenis yang lebih ringan daripada batu bata, 6) Dan Non finishing.

Namun, produk-produk yang sudah ada dipasaran belum ada yang secara
optimal mampu menahan gaya gempa dari dua arah, tegak lurus dinding dan sejajar
dinding.
Bata Arsitektural

Bata arsitektural adalah material penyusun dinding yang dibuat selain sebagai
pengisi rongga struktur, juga untuk menambah nilai estetika suatu bangunan. Bata
jenis ini biasanya berbentuk unik dengan warna yang menarik. Kualitas finishing
permukaan yang baik membuat material jenis ini tidak memerlukan finishing akhir.
Kelemahan dari produk bata arsitektural terletak pada desain yang hanya menekankan
pada sisi estetika tanpa memperhatikan faktor kekuatan bahan, sehingga bata
arsitektural tidak cocok digunakan untuk struktur bangunan tahan gempa.

H-Brick

H-Brick adalah pengembangan jenis Interlock block yang dikembangkan oleh


beberapa mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Interlock block ini
dirancang agar mampu menahan gaya gempa dari dua arah, tegak lurus dinding dan
sejajar dinding terdiri dari tiga lapis yang saling overlap. Lapis pertama dan ketiga
berbentuk persegi panjang berukuran 20 x 40 cm dengan tebal 3 cm. Lapis kedua
berada diantara lapis satu dan tiga berbentuk huruf H dengan ukuran 40 x 25 cm
dengan tebal 4 cm. Lapis pertama dan ketiga diletakkan sejajar, sedangkan lapis
kedua diletakkan 2.5 cm lebih tinggi, dan 5 cm lebih menyamping untuk menciptakan
lips.
Bentuk huruf H bertujuan untuk menciptakan sistem interlocking terhadap
gaya yang sejajar dengan arah dinding. Bentuk H membuat tiap segmen dinding
saling mengunci sehingga bentuk dinding tidak berubah saat menahan gaya gempa
yang terjadi bolak-balik.
Sedangkan lips difungsikan untuk menahan gaya tegak lurus arah dinding.

Kedua sistem interlocking ini akan menciptakan dinding yang kaku dan solid.
Dinding yang kaku dan solid yang dikombinasi dengan struktur rangka akan
menghasilkan bangunan dengan ketahanan gempa yang baik. Sistem Interlocking
dinding H-Brick juga dapat meminimalisasi kemungkinan kegagalan bangunan karena
runtuhnya sistem rangka akibat material struktur rangka bangunan yang jelek.

H-Brick didesain mortarless sehingga semen tidak diperlukan dalam


pemasangannya. Kait serta lips yang dalam memungkinkan pemasangan dengan
metode mortarless. Terdapat tiga macam H-Brick, yaitu H-Brick standar, Arsitektural
H-Brick, dan Half H-Brick. Detail H-Brick dapat dilihat pada gambar berikut:
Tahapan Pembuatan H-Brick

Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan H-Brick adalah:

1. Semen.
2. Pasir.
3. Kerikil.
4. Air.

Alat yang dibutuhkan adalah:

1. Cetakan H-Brick, terbuat dari plat besi 3 mm yang dibentuk sesuai dengan
bentuk H-Brick.
2. Alat takar berbentuk kubus berukuran 20 x 20 x 20 cm.
3. Sendok semen.
4. Oli/minyak.

Tahapan pembuatan:

1. Membuat campuran beton dengan perbandingan 1 semen: 2 pasir: 3 kerikil,


kemudian tambahkan air dengan Water-Cement Ratio 0.4.
2. Siapkan alat cetak yang sudah diolesi oli/minyak pada permukaan dalamnya.
3. Sebelum dimasukkan ke dalam cetakan, adukan beton dimasukkan dulu ke
dalam alat takar sebagai kontrol volume.
4. Masukkan adukan beton dari alat takar ke cetakan H-Brick, kemudian lakukan
pemadatan secukupnya.
5. Keluarkan adukan beton dari cetakan, dan letakkan pada tempat yang bersih
dan terlindung dari sinar matahari langsung.
6. Diamkan H-Brick yang baru jadi selama satu hari, setelah itu dilakukan curing
terus-menerus selama seminggu dengan cara menyemprot dengan air
secukupnya untuk menjaga kelembaban beton sehingga tidak terjadi crack.
7. Untuk arsitektural H-Brick, langkah pembuatan yang dilakukan sama persis,
hanya saja semen yang digunakan adalah semen warna.
Ditinjau dari sisi safety, H-Brick lebih menguntungkan karena H-Brick
memang diperuntukkan untuk bangunan tahan gempa. Dari sisi estetika, H-Brick
memberikan tampilan bangunan yang lebih baik. Dari sisi kecepatan pengerjaan,
produk ini tidak memerlukan waktu pemasangan yang lama dan tidak perlu waktu
tunggu sampai semen/perekat kering.

Kedepan, diharapkan H-Brick mampu dikembangkan agar menjadi smart


material yang ikut berperan dalam dunia konstruksi nasional, terutama yang
diperuntukkan untuk rakyat.

Anda mungkin juga menyukai