0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan7 halaman
This document summarizes a study that examined the effect of including Indigofera zollingeriana flour at levels of 4%, 8%, 12%, and 16% in diets on the slaughter weight, carcass weight, and non-carcass weight of Peking ducks. The study found no significant differences in these weights between the treatment groups and the control group that did not receive Indigofera zollingeriana. This suggests that including Indigofera zollingeriana at levels up to 16% in diets resulted in similar slaughter, carcass, and non-carcass weights compared to the commercial diet without Indigofera zollingeriana. The document provides background on Peking duck farming
This document summarizes a study that examined the effect of including Indigofera zollingeriana flour at levels of 4%, 8%, 12%, and 16% in diets on the slaughter weight, carcass weight, and non-carcass weight of Peking ducks. The study found no significant differences in these weights between the treatment groups and the control group that did not receive Indigofera zollingeriana. This suggests that including Indigofera zollingeriana at levels up to 16% in diets resulted in similar slaughter, carcass, and non-carcass weights compared to the commercial diet without Indigofera zollingeriana. The document provides background on Peking duck farming
This document summarizes a study that examined the effect of including Indigofera zollingeriana flour at levels of 4%, 8%, 12%, and 16% in diets on the slaughter weight, carcass weight, and non-carcass weight of Peking ducks. The study found no significant differences in these weights between the treatment groups and the control group that did not receive Indigofera zollingeriana. This suggests that including Indigofera zollingeriana at levels up to 16% in diets resulted in similar slaughter, carcass, and non-carcass weights compared to the commercial diet without Indigofera zollingeriana. The document provides background on Peking duck farming
1 PENGARUH PEMBERIAN Indigofera zollingeriana DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT
2 POTONG BOBOT KARKAS DAN BOBOT NON KARKAS ITIK PEKING
3 4 THE EFFECT OF Indigofera Zollingeriana ON SLAUGHTER WEIGHT, CARCASS WEIGHT, 5 AND NON CARCASS WEIGHT OF PEKING DUCK 6 7 Mas Meidi, Rr Riyanti, Rudy Sutrisna, dan Dian Septinova 8 9 Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung University 10 Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145 11 e-mail : masmeidi1@gmail.com 12 13 14 15 ABSTRACT 16 17 18This study aimed to determine the effect of Indigofera zollingerianan on slaughter weight, carcass 19weight, and non carcass weight of peking duck. This study was conducted from February through April 202018 in Integrated Laboratory Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of 21Lampung. Ducks used in this study was 2 weeks old peking duck totaling 20 birds. This study used a 22completely randomized design (CRD), consisting of 5 treatments and 4 replicationses with flour treatment 23Indigofera zollingeriana R0: 0%; R1: 4%; R2: 8%; R3: 12%; and R4; 16%. Data were analyzed using 24ANOVA with a level of 5%, significantly different results in a further test using the least significant 25difference (LSD). The results showed that slaughter weight, carcass weight, and non carcass weight 26peking duck had no significant (P> 0.05) which means that the provision of Indigofera zollingerianan 4- 2716% in the diet resulted in slaughter weight, carcass weight, and non carcass weight relative same. 28 29Keywords: Iindigofera zollingeriana, pPeking duck, rations, , Sslaughter weight, Ccarcass weights, Nnon 30 carcass weights. 31 32 33 ABSTRAK 34 35 36Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Indigofera zollingerianan dalam ransum 37terhadap bobot potong, bobot karkas, dan bobot non karkas itik peking. Penelitian ini dilakukan pada 38bulan Februari- April 2018 di Laboratorium Terpadu Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas 39Lampung. Itik yang digunakan pada penelitian ini adalah itik peking berumur 2 minggu berjumlah 20 40ekor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 5 perlakuan dan 4 41ulangan dengan perlakuan tepung Indigofera zollingeriana R0: 0%; R1:4%; R2:8%; R3: 12%; dan R4; 4216%. Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan taraf 5%, hasil berbeda nyata diuji lanjut 43menggunakan beda nyata terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot potong, bobot 44karkas, dan bobot non karkas itik peking berbeda tidak nyata (P>0,05) yang bermakna bahwa pemberian 45Indigofera zollingerianan 4—16% dalam ransum menghasilkan bobot potong, bobot karkas, dan bobot 46non karkas yang relatif sama. 47 48Kata kunci: Indigofera zollingeriana, Itik pPeking, Ransum, Bobot Ppotong, Bobot Kkarkas, Bobot nNon 49 kKarkas. 50 51 PENDAHULUAN 56salah satunya yaitu berasal dari ternak itik 52 57peking. Usaha peternakan itik peking sangat 53 Sejalan dengan meningkatnya 58potensial untuk dikembangkan, itik peking 54kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi 59memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan 55seperti protein yang bersumber dari hewani, 60daging yang lebih enak serta sumber protein 61hewani yang baik dibanding jenis itik yang lain, 119Materi 62dimana masa pemeliharaan sampai tahap panen 120 Itik yang digunakan pada penelitian ini 63itik peking membutuhkan waktu 40 -- 45 hari. 121adalah 20 itik peking berumur 14 hari tanpa 64Salah satu yang memengaruhi produktivitas itik 122memisahkan jenis kelamin jantan dan betina 65peking adalah pakan yang berkualitas. 123dengan bobot rata-rata (313 ± 37 gram) dengan 66 Pakan yang berkualitas berguna untuk 124koefisien keragaman 8,6%. Peralatan yang 67pemenuhan gizinya, sebab pakan dengan 125digunakan dalam penelitian ini adalah kandang 68kandungan zat nutrisi yang seimbang akan 126postal ukuran 50x50 cm, timbangan kapasitas 3 69memberikan hasil yang optimal. Kenyataan 127kg, 5 kg, dan 100 kg, tempat pakan dan minum 70sekarang ini harga pakan komersial di pasaran 12820 buah, termohigrometer, sekop, peralatan 71sangat mahal, sehingga pakan merupakan 129analisis proksimat, ember, gelas ukur, , kompor, 72komponen terbesar dalam usaha peternakan 130panci, nampan, dan pisau serta alat tulis untuk 73unggas. Biaya pakan ini dapat mencapai 60- 131mencatat data. 7470% dari total biaya produksi (Tilman et al., 132 751991) sehingga sangatlah penting untuk dicari 133Rancangan Percobaan 76alternatif lain dalam ketersediaan bahan pakan 134 Penelitian ini adalah metode eksperimental 77untuk ransum. Upaya untuk mengatasi masalah 135dengan menggunakan metode Rancangan Acak 78pakan dengan jalan memanfaatkan potensi 136Lengkap (RAL) terdiri atas 5 perlakuan 4 79bahan pakan lokal yang ada, salah satunya 137ulangan. Masing-masing ulangan terdiri atas 80dengan memanfaatkan Indigofera zollingeriana. 138dua ekor itik. 81 Indigoferazollingeriana adalah jenis 139Adapun perlakuan yang digunakan yaitu 82tanaman leguminosa yang banyak tumbuh di 140R0 : ransum kontrol; 83Indonesia karena sifatnya yang tahan kering, 141R1 : ransum dengan tepung Indigofera 84tahan genangan air, dan tahan terhadap salinitas 142 zollingeriana 4%; 85(Hassen et al., 2007). Indigoferazollingeriana 143R2 : ransum dengan tepung Indigofera 86saat ini di wilayah Lampung terutama di daerah 144 zollingeriana 8%; 87pringsewu mulai diperkenankan dan 145R3 : ransum dengan tepung Indigofera 88dibudidayakan guna sebagai pakan alternatif 146 zollingeriana 12%. 89bagi ternak. 147R4 : ransum dengan tepung Indigofera 90 Indigofera zollingeriana dikenal 148 zollingeriana 16%. 91sebagai bahan pakan sumber protein yang tinggi 149 92(26--31%). Tarigan et al. (2010) menyatakan 150Peubah 93bahwa produksi bahan kering tanaman 151 Peubah pada penelitian ini yaitu : 94Indigofera zollingeriana yang dipotong umur 60 152 1. Bobot Potong setelah itik peking 95hari dengan tinggi 1 m adalah 31,2 ton/ha/tahun. 153 dipuasakan 8 jam dan sudah berumur 7 96Kemudian umur pemotongan 60 hari dihasilkan 154 minggu 97protein kasar yang lebih tinggi dibandingkan 155 2. Bobot karkas setelah dilakukan prosesing 98dengan umur pemotongan 90 hari atau 30 hari. 156 pemotongan tanpa kepala, ceker, dan 99Sampai saat ini pemanfaatan indigofera hanya 157 jeroan. 100sebatas sebagai pakan ternak ruminansia, 158 3. Bobot non karkas bobot bagian kepala, 101sebagian unggas seperti unggas petelur, dan 159 ceker, dan jeroan kosong 102belum banyak digunakan untuk bahan pakan 160 103ternak unggas pedaging. 161 104 Berdasarkan hal di atas maka perlu 162 105dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh 163 106penggunaan Indigofera zollingeriana dalam 164 107ransum terhadap bobot potong, bobot karkas, 165 108dan bobot non karkas itik peking. 166 109 MATERI DAN METODE 167 HASIL DAN PEMBAHASAN 110 168 111Waktu dan Tempat 169Pengaruh Pemberian Indigofera 112 Penelitian ini dilakukan pada Februari 170zZollingeriana dDalam Ransum tTerhadap 1132018 sampai dengan April 2018 di 171Bobot Potong 114Laboratorium Terpadu, dan analisis proksimat 172 115dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Jurusan 173 Berdasarkan hasil analisis ragam 116Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas 174menunjukkan bahwa pemberian Indigofera 117Lampung. 175zollingeriana dengan persentase kandungan 118 176dalam ransum sebesar 0%, 4%, 8%, 12%, dan 17716% berpengaruh tidak nyata (P>0,05) tehadap 228membedakan warna ransum yang ditimbulkan 178bobot potong itik peking umur 7 minggu. Hal 229oleh penambahan Indigofera zollingeriana 179ini bermakna bahwa pemberian Indgofera 230dalam ransum. Lewis dan Morris (2006) 180zollingeriana dalam ransum R1, R2, R3, dan 231menyatakan bahwa unggas sensitif terhadap 181R4 menghasilkan bobot potong yang sama jika 232panjang gelombang 415, 455, 508, dan 571 nm 182dibandingkan dengan pemberian ransum R0 233(warna kuning—merah). 183komersil. Pemberian Indigofera zollingerina 234 Aroma ransum pada perlakuan 184sampai dengan 16% dalam ransum itik peking 235Penambahan Indigofera zollingeriana (R1, R2, 185umur 2—7 minggu memiliki potensi untuk 236R3, dan R4) lebih harum sementara ransum R0 186meningkatkan bobot potong dengan kandungan 237beraroma ransum biasa karena tidak ada 187protein yang sama yaitu 18%. Hasil penelitian 238penambahan Indigofera zollingeriana di 188terhadap bobot potong itik peking umur 7 239dalamnya. Dalam penelitian ini aroma tidak 189minggu yang diberi pakan ransum berbentuk 240memengaruhi konsumsi ransum hal ini 190mash dengan kandungan Indigofera 241bermakna bahwa konsumsi ransum tidak 191zollingeriana disajikan pada Tabel 5. 242berbeda nyata sehingga bobot potong pun relatif 192 243sama pada setiap perlakuan. 193Tabel 5. Bobot potong itik peking 244 Hasil penelitian ini mengindikasikan 194 245bahwa pemberian Indigofera zollingeriana Perlakuan 246dalam ransum (R1, R2, R3, dan R4) Ulangan R0 R1 R2 R3 R4 247memberikan kontribusi yang relatif sama dalam ------------------------- g ------------------------- 248peningkatan bobot potong dibandingkan dengan 1 960 825 740 780 1515 2 815 1120 700 1290 1220 249ransum komersil (R0). Hal ini karena 3 - 930 1420 895 1130 250Indigofera zollingeriana memiliki kandungan 4 1115 1090 1240 990 1105 251asam amino esensial dan kandungan vitamin Rata-rata 963,33 991,25 1025 988,75 1242,5 252yang lengkap untuk kebutuhan pertumbuhan. ±122,49 ±138,70 ±360,13 ±218,41 ±188,25 195 253Seperti yang dinyatakan pada penelitian Palupi 196Keterangan : 254et. al. (2014) tepung Indigofera zollingeriana 197R0 : Ransum kontrol; 255memiliki kandungan viamin A, D, E, dan K 198R1 : Ransum dengan tepung Indigofera 256serta bahan aktif berupa β-karoten yang 199 zollingeriana 4%; 257berpotensi sebagai antioksidan bagi ternak. 200R2 : Ransum dengan tepung Indigofera 258Indigofera sp juga memiliki asam amino yang 201 zollingeriana 8%; 259lengkap. 202R3 : Ransum dengan tepung Indigofera 260 Penelitian ini didapatkan hasil rata- 203 zollingeriana 12%; 261rata bobot potong 963,33 -- 1242,50 gram pada 204R4 : Ransum dengan tepung Indigofera 262umur 7 minggu hasil ini di nilai lebi rendah 205 zollingeriana 16%. 263jika di bandingkan dengan peneltian Scott dan 206 264Dean (1991) yang menunjukkan hasil 3113-- 207 Pemberian Indigofera zollingeriana 2653279 gram pada minggu ke 7. Hal ini dapat 208dalam ransum menjadikan warna dan aroma 266terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa 209khas pada ransum. Warna pada ransum menjadi 267faktor yang ada seperti kesehatan, keadaan 210hijau pada perlakuan R1, R2, R3, dan R4, 268lingkungan, manajemen pemeliharaan, dan 211disebabkan adanya pigmen Indigofera 269kandungan pakan. Hal ini didukung oleh 212zollingeriana. Ransum R0 berwarna coklat 270pernyataan Wahju (1997) bahwa pertumbuhan 213karena tidak ada penambahan Indigofera 271ternak dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis 214zollingeriana. Hasil penelitian ini menunjukkan 272kelamin, umur, kualitas ransum, dan 215bahwa warna pada ransum tidak memengaruhi 273lingkungannya. 216konsumsi ransum itik peking. Dampaknya dari 274 217konsumsi yang relatif sama pada R0, R1, R2, 275 218R3, dan R4 menyebabkan bobot potong yang 276Pengaruh Pemberian Indigofera 219relatif sama. Murtidjo (2003) menyatakan 277Zzollingeriana dDalam Ransum tTerhadap 220bobot potong erat kaitannya dengan konsumsi 278Bobot Karkas 221ransum, dengan meningkatnya konsumsi maka 279 222bobot potong didapat semakin meningkat 280 Berdasarkan hasil analisis ragam 223demikian sebaliknya. Selanjutnya Amrullah 281pemberian Indigofera zollingeriana dalam 224(2004) menyatakan bahwa bobot potong 282ransum berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 225dipengaruhi oleh jumlah ransum yang 283karkas (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa 226dikonsumsi dan kualitas dari ransum. Hal ini 284seluruh kandungan nutrisi pada semua 227menunjukkan pula bahwa itik tidak 285perlakuan dialokasikan relatif sama terhadap 286bobot karkas. Rata-rata bobot karkas dari itik 337untuk pembentukan jaringan otot (NRC,1994). 287Peking yang diberikan ransum dengan 338Otot merupakan sumber daging yang utama, 288kandungan Indigofera zollingeriana dapat 339sehingga akan berpengaruh dominan pada 289dilihat pada Tabel 6. 340dada, paha dan sayap yang kemudian 290 341berpengaruh terhadap bobot karkas (Yuwanta, 291Tabel 6. Bobot Kkarkas iItik pPeking 3422004). 292 343 Pemberian protein 18% pada Perlakuan 344penelitian ini dinilai memiliki potensi yang Ulangan R0 R1 R2 R3 R4 345sama antara perlakuan satu dengan yang lain. ------------------------- g ------------------------- 346Maka jika dilihat dari penelitian ini pemberian 1 516 460 408 447 865 2 476 664 397 746 690 347Indigofera zollingeriana dalam ransum dengan 3 - 502 804 488 647 348protein yang sama menghasilkan bobot potong 4 656 671 748 507 618 349dan bobot karkas yang relatif sama. Ramina Rata-rata 549,33 574,25 589,25 547 705 350(2001) menyatakan bahwa dengan ±77,17 ±109,06 ±216,89 ±135,00 ±110,69 293 351meningkatkan kandungan protein dalam 294Keterangan : 352ransum secara nyata dapat meningkatkan berat 295R0 : Ransum kontrol; 353karkas 296R1 : Ransum dengan tepung Indigofera 354 297 zollingeriana 4%; 355Pengaruh Pemberian Indigofera 298R2 : Ransum dengan tepung Indigofera 356zZollingeriana dDalam Ransum tTerhadap 299 zollingeriana 8%; 357Bobot Non Karkas 300R3 : Ransum dengan tepung Indigofera 358 301 zollingeriana 12%; 359Hasil analisis ragam pada penambahan tepung 302R4 : Ransum dengan tepung Indigofera 360Indigifera zollingeriana terhadap bobot non 303 zollingeriana 16%. 361karkas itik peking berpengaruh tidak nyata 304 362(P>0,05). Hal ini diduga karena konsumsi 305 Ransum yang baik adalah ransum yang 363ransum itik pada setiap perlakuan yang sama. 306memiliki nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan 364Hasil penelitian terhadap bobot non karkas itik 307ternak. Protein adalah salah satu unsur utama 365peking yang diberi ransum dengan kandungan 308dalam ransum untuk memenuhi kebutuhan 366Indigofera zollingeriana dapat dilihat pada 309pertumbuhan dan produksi bagi ternak. 367Tabel 7. 310Kandungan protein yang tidak sesuai dengan 368 311kebutuhan akan menghambat pertumbuhan, 369Tabel 7. Bobot non karkas itik peking 312dalam penelitian ini ransum dengan campuran 370 313Indigofera zollingeriana menggunakan Perlakuan 314kandungan protein sebesar 18%. Ulangan R0 R1 R2 R3 R4 315 Protein dalam ransum sangat penting -------------------- g -------------------- 316untuk bobot karkas karena di dalam protein 1 339 298 269 240 388 2 244 332 255 380 328 317mengandung asam amino yang pentig bagi 3 - 308 394 355 333 318pertumbuhan seperti valin unuk membantu 4 301 301 297 343 314 319dalam pertumbuhan otot dan leusin yang Rata-rata 294,67 309,75 303,75 329,5 340,75 320meningkatkan sintesis hormone pertumbuhan. 371 ±39,04 ±15,41 ±62,64 ±61,62 ±32,51 321Namun pemberian protein dalam ransum tidak 372Keterangan : 322boleh lebih dari kebutuhan ternak karena protein 373R0 : Ransum kontrol; 323hanya akan terbuang lewat menur pada unggas 374R1 : Ransum dengan tepung Indigofera 324dan tidak di gunakan untuk pertumbuhan 375 zollingeriana 4%; 325maupun produksi. 376R2 : Ransum dengan tepung Indigofera 326 Bobot karkas berkaitan dengan bobot 377 zollingeriana 8%; 327potong, semakin tinggi bobot potong maka 378R3 : Ransum dengan tepung Indigofera 328bobot karkasnya tinggi dan semain rendah 379 zollingeriana 12%; 329bobot potong maka bobot karkas juga rendah. 380R4 : Ransum dengan tepung Indigofera 330Bobot karkas dapat dipengauhi oleh nutrisi 381 zollingeriana 16%. 331ransum yang diberikan salah satu nutrisi yang 382 332berperan dalam bobot karkas pada ransum yaitu 383 Armissaputri et al. (2013) berpendapat 333protein. Protein dalam pakan yang dikonsumsi 384bahwa besar dan panjangnya organ saluran 334akan dipecah dan dirombak di bagian 385pencernaan dipengaruhi oleh pakan yang 335proventiculus dan usus menjadi asam amino 386dikonsumsi. Hal lain yang berpengaruh 336(Wahju,1992). Asam amino akan digunakan 387terhadap bobot non karkas adalah aktivitas 388yang terjadi pada organ. Murawska et al. 446digunakan untuk pembentukan tulang dimasa 389(2011) menyatakan bahwa kondisi organ 447awal pertumbuhan unggas pedaging. Pada 390internal seperti gizzard dipengaruhi oleh 448penelitian ini kandungan Ca dan P dapat dilihat 391komposisi dan struktur pakan yang diberikan. 449pada (Tabel 4) dan Standar Nasional Indonesia 392 Ransum yang digunakan pada 450(2006) menentukan untuk itik pedaging 393penelitian ini berbentuk mash dalam hal ini 451kebutuhan Ca 0,90-1,20% dan P 0,40%. 394bentuk dan struktur ransum sama sehingga 452Namun, dapat kita ketahui jika dilihat pada 395kondisi organ intenal pada itik relatif sama. 453(Tabel 7) kandungan Ca dan P pada ransum 396kandungan serat kasar pada penelitian ini 454perlakuan tidak memengaruhi pembentukan 397semakin tinggi pada setiap perlakuan. Namun, 455tulang dan juga tidak berpengaruh terhadap 398dengan kandungan serat kasar pada kisaran 456bobot non karkas itik peking. 3993,22—4,95 tidak memengaruhi bobot non 457 400karkas itik peking antar perlakuan. Tidak ada 458 401perbedaan yang nyata pada bobot non karkas 459 KESIMPULAN DAN SARAN 402karena bobot potong dan bobot karkas antar 460 403perlakuan tidak berbeda nyata. 461Kesimpulan 404 Bobot non karkas terbagi menjadi 3 462 Berdasarkan hasil penelitian dapat 405komponen utama yaitu kepala, ceker, dan 463disimpulkan bahwa: 406jeroan. Pada penelitian ini berdasar hasil rata- 4641. pemberian tepung Indigofera zollingeriana 407rata bobot jeroan dari R4, R3, R2, R1, dan R0, 465 dalam ransum seluruh perlakuan yang 408relatif sama. Hasil penelitian menunjukkan 466 diberikan ke itik peking dari umur 2 -- 7 409bobot jeroan R1, R2, R3, dan R4 lebih tinggi 467 minggu dengan persentase 0%, 4%, 8%, 410dibandingkan dengan R0 diduga karena 468 12%, dan 16% tidak berpengaruh nyata 411kandungan serat kasarnya yang lebih tinggi 469 (P>0,05) terhadap bobot potong, bobot 412dibandingkan R0. Namun, dengan kandungan 470 karkas, dan bobot non karkas. 413serat kasar yang berbeda pada ransum setiap 4712. Penggunaan tepung Indigofera 414perlakuan menunjukkan hasil jeroan tidak 472 Zollingeriana sampai batas 16% 415berpengaruh terhadap bobot non karkas. 473 menghasilkan peningkatan bobot potong, 416 Kandungan serat kasar yang tingi pada 474 1242,50±188,25, bobot karkas 417ransum yang dberikan Indigofera zollingeriana 475 705,00±110,69, dan bobot non karkas itik 418R1, R2, R3, dan R4 mengakibatkan laju digesti 476 peking 340,75±32,51. 419menjadi lambat karena serat kasar yang tinggi 477 420pada ransum. Laju digesti yang lambat 478Saran 421memungkinkan enzim menghidrolisis zat 479 Penulis menyarankan untuk melakukan 422makanan lebih lama sehingga dapat 480peneltian lebih lanjut dengan tepung Indigofera 423meningkatkan kapasitas organ pencernaan 481zolingerianan dengan persentase 16% dan 424tetapi tidak berpengaruh terhadap bobot non 482kandungan protein lebih dari 18%. 425karkas. Strukie (1976) menyatakan bahwa 483 426unggas yang diberi ransum berserat kasar tinggi 484 427cendrung memiliki saluran pencernaan yang 485 DAFTAR PUSTAKA 428panjang dan besar. 486 429 Komponen yang lain dari non karkas 487Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. 430seperti kepala dan ceker berkembang sesuai 488 Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor. 431dengan genetik itik. Selain gen pakan juga 489Armissaputri, N.K., Ismoyowati dan S. 432berperan dalam pemenuhan mineral dalam 490 Mugiyono. 2013. Perbedaan Bobot dan 433pembentukan tulang seperti Ca dan P. Dalam 491 Persentase Bagian-Bagian Karkas dan 434penelitian ini Ca dan P yang terkandung dalam 492 non Karkas pada Itik Lokal (Anas 435ransum dapat dilihat pada (Tabel 4). Perlakuan 493 plathyrincos) dan Itik Manila (Cairina 436R0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan R1, 494 moschata). Jurnal Ilmiah Peternakan. 1 437R2, R3, dan R4 diduga karena kandungan Ca 495 (3) : 1086 -1094 438dan P pada ransum relatif sama. 496Hassen, A., N. F.G. Rethman., Van Niekerk., T. 439 Mineral seperti kalsium dan fosfor 497 J. Tjelele. 2007. Influence of 440pada ransum sangat berperan dalam 498 Season/Year and Species and 441pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan 499 Chemical Composition and in vitro 442Rasyaf (1992) bahwa unsur nutrisi yang penting 500 Digestibility of Five Indigofera 443dalam pertumbuhan seperti pada kaki dan 501 Accessions. Anim. Feed Sci. Technol. 444kepala yaitu mineral dimana didalamnya 502 136: 312—322. 445tekandung unsur kalsium dan fosfor yang 503Lewis,P., T. Morris. 2006. Poultry lighting the 504 theory and practice. Northcot, 505 Hampshire. journa J of Animal 506 Sciences. 144: 377-378. 507Murawska D, Kleczek, Wawro, Michalik. 2011. 508 Age-related changes in the percentage 509 content of edible and non-edible 510 components in broiler chickens. Asiaan- 511 Australasia journa J of Animal Sciences 512 Sci. 2011; 24: 532-539 513Murtidjo, B.A., 1996. Pedoman Meramu Pakan 514 Unggas. Kanisius, Yogyakarta. 515NRC. 1994. Nutrient requirement of poultry. 516 The 9 th ed. National Academic, 517 Washington D.C 518Palupi, R., Abdullah, Astuti, dan Sumiati. 2014. 519 Potensi dan Pemanfaatan Tepung 520 Pucuk Indigofera sp. sebagai Bahan 521 Pakan Substitusi Bungkil Kedelai 522 dalam Ransum Ayam Petelur. JITV 523 19 (3) : 210-219 524Ramina, I.K. 2001. Suplementasi Probiotik 525 dalam Ransum Berprotein Rendah 526 Terhadap Bobot dan Komposisi Fisik 527 Karkas. Karya Ilmiah. Majalah Ilmiah 528 Peternakan. Fakultas Peternakan. 529 Universitas Udayana. Denpasar. (3). 82- 530 86 531Rasyaf, M. 1992. Memelihara Ayam Buras. 532 Kanisius, Yogyakarta. 533Scott, M. L. and W. F. Dean,. 1991. Nutrition 534 and Management of Duck. , M. L. Scott 535 of Ithaca, Ithaca. 536Sturkie RD. 1976. Avian physiology.3rd ed. New 537 York (USA): Springer Verlag 538Tarigan, A, L. Abdullah., S.P. Ginting., I.G. 539 Permana. 2010. Produksi Dan 540 Komposisi Nutrisi Serta Kecernaan In 541 Vitro Indigofera sp Pada Interval dan 542 Tinggi Pemotongan Berbeda. JITV. 543 15;188-195 544Tillman, A. D. 1991. Komposisi Bahan 545 Makanan Ternak Uuntuk Indonesia. 546 Gadjah Mada University Press. 547 Yogyakarta. 548Van Der Muelen, S.J. and G.D. Dikken. 2004. 549 Duck keeping in the tropics. Second 550 edition. Agromisa Foundation. 551 Wageningen. Netherland. 552Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. 553 Gadjah Mada University Press, 554 Yogyakarta. 555Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. 556 Kanisius. Yogyakarta 557 558