Anda di halaman 1dari 17

“ ASUHAN GIZI PADA PASIEN HIV AIDS “

Dibuat oleh :
Kelompok 2

Kelas : 2B Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

Jl. Rawa Buntu No.10, BSD City – Serpong

Kota Tangerang Selatan

2020
A. Asuhan nutrisi pada pasien HIV Aids

Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi
HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu
makan, gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh
akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan
umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan
sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi
dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan gizi dan terapi gizi medis sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-
obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat
infeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi.
Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya
tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.
Status gizi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang
tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang
bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi yang kronis dan drastis
yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal
tersebut penatalaksanaan gizi yang baik amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup
seseorang dengan HIV/AIDS.
1. Tujuan asuhan gizi
Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan kesehatan dan
status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.
2. Paket asuhan gizi

Asuhan gizi dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yang
terdiri dari :

a. Pemantauan status gizi


b. Intervensi gizi
c. Konseling gizi

3. Pemantauan status gizi

Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah mempunyai
status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:

a. Anamnesis diet

Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2 atau
3 hari sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi serta
mengetahui kemungkinan potensi kekurangan zat gizi.

b. Pengukuran antropometri

Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks
Massa Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk
mengetahui seberapa jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti Kurang
Energi Protein.

c. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb,
albumin dan prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar
zat gizi mikro dalam darah misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit
B12, vit A, dll.
 Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah menderita
anemia.
 Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada Odha dengan
penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan
atau penurunan kadar albumin.
 Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-enzim
hati, kadar besi, magnesium dan apabila mungkin asam folat, vitamin B12
dan vitamin A (retinol) dilakukan untuk mengetahui profil Lipid, fungsi
hati kekurangan vitamin serta mineral dalam tubuh. Kadar serum Ferritin
akan meningkat pada fase akut infeksi HIV.

4. Intervensi gizi
Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi yang terkait
dengan pelayanan Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah sakit, dan institusi
pelayanan kesehatan lainnya serta di keluarga. Di rumah sakit, pelayanan dilakukan
oleh Tim Asuhan Gizi.
Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk
menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang
optimal agar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS.
Yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI
terhadap fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat
mempengaruhi asupan gizi dan status gizi mereka.

5. Konseling gizi
Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi
yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga,
pendamping Odha dan masyarakat.
Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan
masyarakat lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan asupan
gizi yang cukup, aman, terjangkau.
Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi
HIV pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta
penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak dan
cara penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologis dan efek
samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan
1. Terapi gizi medis
Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-
obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui.
Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai,
protein yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek
antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang cukup.

Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:

a. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh


b. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
c. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan
d. Meningkatkan kualitas hidup
e. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal

2. Prinsip gizi medis


Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral
(melalui mulut). Kaya vitamin dan mineral, dan cukup air.

3. Syarat diet I pada orang dengan HIV:


a. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu
b. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya
c. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama sayuran
dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi
d. Minum susu setiap hari
e. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
f. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
g. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan
dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung
kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan
makanan
h. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah
mual)
i. Menghindari rokok, kafein dan alcohol

4. Syarat diet II pada pasien AIDS

a. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkan


b. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
c. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya
d. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna
e. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
f. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika
tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai
g. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
h. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
i. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan
dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung
kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan
makanan
j. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah
mual)
k. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan
l. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
m. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
n. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare,
sarkoma, oral kandidiasis)
o. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman
(Naso Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)

B. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan gangguan gizi


1. Anoreksi dan disfagia
Pada umumnya pasien AIDS mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini dapat
disebabkan oleh pengaruh obat-obatan ARV yang diminum. Di samping itu pasien AIDS
sering mengalami kesulitan menelan karena infeksi jamur pada mulut. Keadaan tersebut
memerlukan terapi diet khusus dengan memperhatikan kebutuhan asupan gizi pasien dan
cara pemberiannya.
2. Diare
Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam tubuh
seperti vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat, terutama
yang mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kalium dan
magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.

Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam tubuh
seperti vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat, terutama
yang mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kalium dan
magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.

3. Sesak nafas
Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk mengurangi CO2,
dengan porsi kecil tetapi sering. Bila asupan makan dalam sehari tidak mencukupi
kebutuhan kalori sehingga dapa menyebabkan pasien menjadi lemah, perlu diberikan
makanan tambahan dalam bentuk formula (makanan suplemen). Pemberian makanan
dapat dilakukan pada pasien dalam posisi setengah tidur agar aliran O 2 ke paru lebih
optimal.
a. Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)
Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak.
Dianjurkan menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung asam
lemak tak jenuh, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit. Perlu
tambahan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K).
4. Demam
Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan
kehilangan cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering
dengan jumlah lebih dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari 2 liter atau 8
gelas/hari.
5. Penurunan berat badan
Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari penyebabnya.
Pastikan apakah ada infeksi oportunistik yang tidak terdiagnosis. Bila pasien tidak dapat
makan secara oral maka diberikan secara enteral. Makanan yang dianjurkan adalah tinggi
kalori tinggi protein secara bertahap dengan porsi kecil tapi sering serta padat kalori dan
rendah serat.
6. Kebutuhan zat gizi makro

Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka hanya
mengkonsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh tubuh.
Konsumsi zat gizi yang demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang meningkat
karena peningkatan proses metabolisme sehubungan dengan infeksi akut.

Kebutuhan kalori Odha sekitar 2000-3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2


gram/kgBB/hari. Untuk mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan
memberikan makanan lengkap 3 kali ditambah makanan selingan 3 kali sehari.

Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total kalori
sehari, khusus pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari MCT agar
penyerapan lebih baik dan mencegah diare. Kebutuhan zat gizi makro tersebut di atas
harus dipenuhi untuk mencegah penurunan berat badan yang drastis.
7. Suplementasi zat gizi mikro

Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan sel-
sel dalam tubuh. Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut sehingga
terjadi suatu persaingan dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi penrusakan sel-sel
dalam tubuh terdapat pula kekurangan zat gizi maka fase AIDS akan terjadi lebih cepat.

Selain penurunan berat badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi
mikro, oleh karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung
vitamin B12, B6, A, E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada Odha
dengan anemia. Pada Odha yang mengalami infeksi oportunistik, pemberian Fe dilakukan
2 minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet
multivitamin dan mineral setiap hari.

Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar (megadosis)agar


berkonsultasi ke dokter karena pemberian yang berlebihan justru akan menurunkan
imunitas tubuh.

Kebutuhan air perlu diperhatikan dan mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi


paling sedikit 8 gelas cairan sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pada
penderita yang demam. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan
yang mengandung kafein dan alkohol serta zat lainnya yang dapat meningkatkan
pengeluaran air kencing. Diare kronis, mual dan muntah, keringat malam dan demam
berkepanjangan memerlukan penambahan cairan sehingga minum perlu diperbanyak
untuk menganti kehilangan cairan tersebut.
8. Keamanan makanan dan minuman

Untuk mengurangi kontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat


menimbulkan risiko keracunan atau tertular beberapa infeksi, maka perlu diperhatikan
hal-hal sbb:

 Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa kemasan/kaleng


untuk mengetahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma, tekstur, warna), periksa
tanggal kadaluwarsa dan buang makanan yang sudah kadaluwarsa
 Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam termasuk
unggas lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak dimasak dengan
benar
 Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah/lalapan
 Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk menghilangkan
pestisida dan bakteri
 Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi
 Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan
 Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
 Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan yang
sudah dimasak
 Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan
 Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol
 Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur
 Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan
sendiri karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Gizi pasien AIDS


A. Assessment
1. Riwayat Gizi/Makanan :
- Kebiasaan makan : Pola makan 3x sehari dan 1x makan selingan sebelum
mengalami luka di mulut; Mengkonsumsi 1-2 gelas bir atau segelas anggur
beberapa kali dalam seminggu; Makanan sumber karbohidrat yang biasa
dikonsumsi yaitu sereal, nasi, kentang atau pasta dan pizza; Makanan sumber
protein yang biasa dikonsumsi yaitu daging babi dan beberapa jenis daging
lainnya kecuali daging sapi; Sayuran tidak dikonsumsi kecuali salad; Buah-
buahan jarang kecuali apel berupa jus; Minuman atau soft drink yang biasa
dikonsumsi yaitu susu, teh, soda, dan bir atau anggur; Snack yang biasa
dikonsumsi yaitu pizza, candy bar, atau kue mentega; Dengan kesibukan dalam
pekerjaan pasien biasanya mengkonsumsi makanan cepat saji seperti pizza;
Pasien juga mengkonsumsi suplemen hampir setiap hari; Pasien alergi
makanan/intoleransi/ keengganan hanya dapat mentolerir sejumlah kecil susu
pada satu waktu; tidak suka daging sapi, kopi, atau sayuran (kecuali salad).
- Hasil Recall konsumsi makan 24 jam : sedikit sedikit meneguk jus apel, puding
1c, beras dan saus 1c, es teh dengan sedikit gula- sepanjang hari.
- Tabel hasil Recall konsumsi makan 24 jam terakhir :
Indikator Energi (Kal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr)
Asupan 2814,8 74,3 51,4 449,4
Kebutuhan 2860,325 143 47,67 464
% Tingkat 98,4 % 51,9 % 107,8 % 96,8 %
Kecukupan
- Kesadaran gizi dan kesehatan : Pasien tidak pernah mengikuti terapi diet
- Aktivitas fisik : Pasien biasanya tidak bangun sebelum tengah hari karena pasien
tinggal sampai benar-benar larut, pasien juga sudah tidak bekerja karena sakit
yang dideritanya.
- Kesimpulan : Nafsu makan pasien baik, namun untuk melaksanakan diet belum
pernah dilakukan pasien karena disebabkan pasien mengalami gangguan pada
mulut dan tenggorokan. Dilihat dari asupan makan dibandingkan dengan
kebutuhan sehari yaitu Energi 98,4 %, Protein 51,9 %, Lemak 107,8 % dan
Karbohidrat 96,8 %. Terdapat asupan protein yang kurang dari kebutuhan.

2. Biokimia
Pemeriksaan nilai normal Hasil Unit Keterangan
Prealbumin 16-35 15 mg/dl tidak normal
Bilirubin <0.3 0.9 mg/dl tidak normal
LDH 208-378 710 U/L tidak normal
MCH 26-32 34.2 pg tidak normal
ESR 0-15 18 mm/hr tidak normal
% GRANS 34.6-79.2 82 % tidak normal
% LYM 19.6-52.7 3 % tidak normal
LYMPHS 24-44 3 % tidak normal
MONOS 4-8 10 % tidak normal
Viral Load 0 29.00 mm tidak normal
T Cells 800-2.500 255 mm tidak normal
T Helper (CD4 +) 600-1.500 153 mm tidak normal
T Suppresor 300-1.000 102 tidak normal
(CD8 +)
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien mengalami peningkatan
beberapa nilai lab seperti Bilirubin, LDH, MCH, ESR, % GRANS, MONOS, Viral
Load, serta menurunnya Nilai T Helper (CD4 +), T Suppresor (CD8 +),
Prealbumin, % LYM, LYMPHS, dan T Cells.

3. Antropometri
BB : 68,5 kg
TB : 186 cm
IMT : 19,85 kg/m2 WHO 1998
status gizi pasien normal Underweight < 18.5 kg/m2
Normal (18.5 – 24.9) kg/m2
Overweight > 25 kg/m2
Obesitas 1 (30.0 – 34.9) kg/m2
Obesitas 2 (35 – 39.9) kg/m2
Obesitas 3 > 40.0 kg/m2
4. Fisik & Klinis
Tanda Vital Nilai Normal Nilai Keterangan
TD 120/80 mmHg 120/84 mmHg Normal
RR 16 – 20 x/menit 18 x/mnt Normal
T 100 oF 98,6oF Tidak Normal
Tanda fisik :
- Penampilan umum : Pria Amerika Afrika kurus namun, tidak stress akut
- Hati : Tingkat Reguler dan irama suara hati normal
- Mata : Tidak retinopati, PERRLA
- Telinga : Biasa-biasa saja
- Hidung: Mukosa merah muda tanpa pengeringan
- Tenggorokan: eritematosa dengan putih, eksudat tambal sulam
- Alat kelamin: ujian rektal normal, heme feses negativ
- Neurologis: Berorientasi x 3, ada motor atau sensorik defisit vokal, saraf kranial
yang utuh, DTR + 2 pada semua kelompok
- Ekstremitas: Baik, tidak ada edema
- Kulit: Hangat, kering, dengan berlapis-lapis
- Dada / paru-paru: bronki di paru-paru kiri bawah
- Abdomen: Nondistended, tidak nyeri tekan, suara hiperaktif usus

5. Riwayat Personal
- Riwayat obat : Pasien mengkonsumsi Multivitamin, vitamin E (1.500 IU), vitamin
C (500 mg dua kali sehari), ginseng (500 mg setiap hari), milk thistle (200 mg
dua kali sehari), echinacea (tiga kapsul setiap hari); St John; s wort (300 mg
setiap hari)
- Riwayat Penyakit :
o Dahulu : Seropositif HIV-1 dikonfirmasi dengan ELISA dan Western Blot 4
tahun sebelumnya. Etiologi kontraksi tidak diketahui tetapi dipekerjakan di
lingkungan berisiko tinggi. Mengaku hubungan seksual dengan banyak
pasangan tapi membantah hubungan sesama jenis.
o Sekarang : AIDS klinis C2 dengan sariawan; tidak ada bukti klinis
pneumonia; Rejimen ART dimulai dengan indinavir, stavudine, dan ddI.
o Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang sama seperti diderita
pasien
- Data umum :
Usia 32 tahun
Sex Laki-Laki
Pekerjaan perawat klinik dialisis
pendidikan sarjana
Agama African Methodist Episcopal
suku bangsa afro amerika

B. Diagnosa Gizi
1. Domain Asupan (Intake)
Makanan dan minuman melalui oral tidak adekuat berkaitan dengan kesulitan
menelan karena ada luka di mulut dan tenggorokan ditandai hasil recall asupan
energi kurang dari kebutuhan. (NI. 2.1.)
2. Domain Perilaku
Kurang pengetahuan tentang makanan dan gizi berkaitan dengan belum pernah
mendapatkan konsultasi gizi ditandai dengan kebiasaan makan yang kurang baik.
(NB 1.1.)

C. Intervensi Gizi
1. Tujuan Intervensi
- Memberikan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan daya
terimanya
- Memberikan makanan yang mudah dicerna
- Memberikan edukasi gizi dalam upaya perubahan sikap dan perilaku makan
yang sehat kepada pasien dan keluarganya
2. Syarat Diet
- Energi yang diberikan harus tinggi, dan melakukan tambahan energi sebanyak
13% untuk setiap kenaikan suhu 10C
- Protein yang diberikan tinggi yaitu 1,1-1,5 gr/kg BB untuk memelihara dan
mengganti sel tubuh yang rusak
- Lemak diberikan cukup 20-30 % dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral yang diberikan harus tinggi (1,5 x AKG) terutama vitamin A,
B12, C, E, folat kalsium, mg, Zn, Se
- Berikan cukup serat yang mudah dicerna dan cairan yang cukup
- Bentuk makanan yang diberikan yaitu sesuai dengan keadaan pasien
- Makanan diberikan dengan porsi kecil, tapi sering
- Hindari makanan yang merangsang pencernaan, seperti makanan pedas dan
berbumbu tajam

3. Preskripsi Diet
- Jenis diet : Diet AIDS
- Bentuk makanan : Cair Sonde
- Frekuensi makan : Setiap 3 jam dalam porsi kecil disesuaikan dengan kondisi
pasien
- Cara pemberian : oral
- Komposisi diet :
Kebutuhan energi menurut metode Miflin-St Jeor
REE = (10 X BBA) + (6,25 X TB) – (5 X U) + 5
= (10 X 68,5) + (6,25 X 186) – (5 X 32) + 5
= 685 + 1162,5 – 160 + 5
= 1692,5 K’kal
TEE = 1692,5 X 1,3 X 1,3
= 2860,325 K’kal
Kebutuhan Zat Gizi :
Karbohidrat = 65 % x 2860,325
= 1859 : 4
= 464 gr/hr
Protein = 20 % x 2860,325
= 572 : 4
= 143 gr/hr
Lemak = 15 % x 2860,325
= 429 : 9
= 47,67 gr/hr

4. Rencana Edukasi / Konseling Gizi


- Memberikan penjelasan menggunakan leaflet kepada pasien dan keluarganya
tentang tujuan, prinsip, dan syarat diet.
- Memberikan motivasi.
- Memberikan pengertian tentang makanan seimbang.
- Memberikan informasi tentang pemilihan makanan yang baik terutama yang
aman untuk penyakit yang diderita.

D. Rencana Monitoring dan Evaluasi


1. Monitoring
- Asupan Makan : Pasien harus mencapai 100 % dari kebutuhan
- Antropometri : Pasien dapat mempertahankan berat badan normal
- Biokimia : LDH MCH ESR dan semua nilai lab yang bermasalah
dapat menjadi normal
- Fisik klinis : Pasien dengan tekanan darah dan suhu tubuh normal
- Keluhan : Pasien tidak mengalami sakit mulut dan tenggorokan
- Sikap dan Perilaku : Pasien diharapkan mau menerima dan melaksanakan
diet yang diberikan
2. Evaluasi
- Asupan Makan : melihat apakah asupan pasien mencapai 100 % dari
kebutuhan
- Antropometri : melihat apakah pasien dapat mempertahankan berat
badan normal
- Biokimia : melihat hasil laboratorium LDH MCH ESR dan semua
nilai lab yang bermasalah apakah mengalami
perubahan yang baik
- Fisik klinis : melihat apakah suhu tubuh pasien berubah normal
- Keluhan : melihat pakah pasien sudah tidak mengalami sakit
mulut dan tenggorokan
- Sikap dan Perilaku : melihat apakah pasien mau menerima dan
melaksanakan diet yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai