Valentino Kristian E.M - 20
Valentino Kristian E.M - 20
SOAL
JAWABAN
1. Bagaimana Analisa kasus suap Wali Kota Batu oleh Eddy Rumpoko?
2. Bagaimana Analisa Kasus Suap Tersebut?
TUJUAN
PENGERTIAN KORUPSI
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur
bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna yang
sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan
negara.Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi
keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata)
untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki
oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau
keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang
pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang
bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si
pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga
termasuk dalam korupsi.Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak
ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau
partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga
dapat dianggap sebagai korupsi.Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling
menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan
masyarakat.
PEMBAHASAN
Kronologi Kasus
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan, suap untuk Wali Kota Batu Eddy
Rumpoko terungkap dari laporan masyarakat yang menyebut akan terjadinya transaksi korupsi.
Keduanya bertemu di parkiran restoran di hotel milik Filipus, di daerah Batu, Malang,
Jawa Timur. “Saat itu diduga terjadi penyerahan uang sejumlah Rp 100 juta dari FHL kepada
EDS (Kepala Bagian Unit Layanan Pengadaan Pemkot Batu Edi Setyawan),” kata Syarif, dalam
jumpa pers di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Minggu (17/9/2017).
Selang 30 menit kemudian, Filipus bergerak menuju rumah dinas wali kota Batu untuk
menyerahkan suap Rp 200 juta dalam bentuk pecahan Rp 50.000. Uang suap ini diduga bagian
dari total nilai suap Rp 500 juta untuk Eddy. Uang suap tersebut dibungkus kertas koran dalam
tas kertas (paper bag).
Tim KPK kemudian mengamankan Eddy Rumpoko dan Filipus, serta supir Eddy
berinisial Y. “Tim KPK kemudian mengamankan keduanya bersama Y, supir wali kota beserta
uang Rp 200 juta,” ujar Syarif. Sekitar Rp 300 juta dari total nilai suap, sudah diterima Eddy
dalam bentuk potongan untuk pembayaran pelunasan mobil Toyota Alphard milik Wali Kota.
Ketiganya kemudian dibawa tim KPK ke Polda Jawa Timur untuk pemeriksaan awal.
Setelah itu pada pukul 16.00 WIB, tim KPK lainnya yang mengikuti Edi Setyawan
mengamankan yang bersangkutan di sebuah jalan di daerah Batu. “Dari tangan EDS diamankan
uang Rp 100 juta yang dibungkus kertas koran dalam paper bag,” ujar Syarif.
KPK sempat mengamankan pula Kepala BKAD Kota Batu berinisial ZE di rumahnya.
Namun, pada Minggu pukul 01.00 WIB, KPK hanya membaya Eddy, Edi, dan Filipus ke kantor
KPK di Jakarta, untuk pemeriksaan lebih lanjut.MSopir Wali Kota berinisial Y dan Kepala
BKAD Kota Batu ZE tidak ikut dibawa ke kantor KPK di Jakarta.
Menurut Syarif, setelah dilakukan pemeriksaan 1×24 jam dan dilanjutkan dengan gelar
perkara, KPK menemukan bukti permulaan yang cukup, untuk menetapkan tiga orang tersebut
sebagai tersangka.
Eddy Rumpoko dan Edi Setyawan menjadi tersangka terkait suap pengadaan barang dan
jasa di Pemerintah Kota Batu, yakni pada proyek belanja modal dan mesin pengadaan meubelair
di Pemkot Batu tahun 2017, dengan nilai proyek Rp 5,26 miliar.
Sementara Filipus menjadi tersangka karena selaku pihak pemberi suap kepada keduanya.
Proyek ini dimenangkan PT Dailbana Prima dan Filipus merupakan direktur di perusahaan
tersebut. Untuk kepentingan penyidikan, tim KPK telah menyegel sejumlah ruangan yakni ruang
kerja Wali Kota Batu, ruang ULP, ruang Kepala BKAD Kota Batu dan ruang lainnya di Pemkot
Batu, serta beberapa ruangan di kantor milik Filipus.
Akhir Kasus
Dalam kasus ini, Eddy dan Edi sebagai pihak yang diduga penerima suap, disangkakan
melanggar Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sementara Filipus sebagai pihak yang diduga pemberi suap, disangkakan melanggar
Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 Ayat (1) huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 ju 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Berdasarkan data yang disebutkan diatas penulis dapat menganalisa kasus suap yang
dilakukan “Walikota Batu”. Menurut penulis, Eddy selaku Walikota Batu (Kepala Bagian Unit
Layanan Pengadaan Pemkot Batu Edi Setyawan) yang menerima suap telah menyalahgunakan
kekuasaannya dengan semena-mena, menggunakan wewenang agar mendapatkan apa yang
diinginkan sehingga bertentangan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
KESIMPULAN
Dari banyak kasus korupsi yang terjadi didunia ini khususnya di Indonesia, maka dapat
disimpulkan bahwa tindak korupsi itu adalah bagaimana orang-orang tersebut memiliki
kesadaran, dan sejauh mana mereka mengatasi dan bekerja sesuai dengan tugasnya. Yang tidak
akan merugikan masyarakat luas diluar sana yang masih membutuhkan kinerja para pejabat
tinggi yang jujur, dan dengan ikhlas mengerjakan tugasnya tanpa mengharap keuntungan lain
selain gaji atau bayaran nya yang sesuai dengan jabatan dan kinerjanya. Dari permasalahan
tersebut dapat disimpulkan penyebabnya yaitu masalah yang kompleks yang ada pada
masyarakat dengan kurangnya pengetahuan pancasila oleh sebagian masyarakat Indonesia pada
umumnya.
Jika ditinjau dari sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab.Pancasila sesungguhnya
merupakan sumber nilai anti korupsi.Korupsi itu terjadi karena ada pertemuan dan
kesempatan.Akan tetapi, karena nilai-nilai kearifan semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai
kapitalitas, sehingga seseorang terdorong untuk bertindak korupsi.Saatnya pancasila kembali
direvitalisasi sebagai dasar filsafat negara.Sebagai dasar yang prima, maka nilai-nilai pancasila
dan norma-norma agama merupakan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia untuk berbuat
baik.
SARAN
Korupsi merupakan tindakan yang sangat meresahkan dan bahkan dapat merugikan orang
banyak, dimana para pelaku menggunakan wewenang dan kekuasaan yang seharusnya mereka
laksanakan dengan bijak dn penuh pertimbangan, walaupun melihat kesempatan yang selalu ada,
cobalah untuk tetap bersikap jujur, dan tingkatkan kinerja juga senantiasa selalu bertakwa
kepadaNya, agar dijauhkan dari tindak pidana korupsi tersebut, serta dimudahkan segala
urusannya.
Upaya pemberantasan korupsi tetap harus menjadi wajib sebab korupsi merupakan akar
dari segala masalah yang menyebabkan nama baik negeri ini terus terpuruk di dunia
Internasional. Dan sudah saatnya kita sebagai warga kembali pada nilai-nilai luhur pancasila dan
tidak sebatas istilah saja.Untuk itu pancasila harus menjadi ruh para penegak hukum dalam
upaya penegakan korupsi.
Masyarakat juga dapat ikut berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi. Peran masyarakat tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk :
1. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana korupsi.
2. Hak untukl memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi tindakan pidana korupsi kepada penegak hukum
yang menangan perkara tindak pidana korupsi.