Anda di halaman 1dari 2

Cerita Dongeng – Misteri Dasi

Ayah Carlo pembuat dasi yang hebat. Berbagai corak dan motif dasi telah dibuatnya. Polos,
bergaris, polkadot, batik, dan lainnya. Banyak pula dasi yang dilukisnya sendiri. Carlo anak
yang rajin dan cerdas. Selain membantu ayahnya melayani pembeli di toko, Carlo pun
belajar melukis dasi. Sore ini, toko sedang sepi saat seorang laki-laki berwajah ramah
muncul. Carlo terkejut. Orang itu adalah Doktor Agam, seorang peneliti lingkungan yang
terkenal di kota Carlo. Hasil penelitiannya sangat bermanfaat bagi masyarakat.

“Ada yang bisa saya bantu,pak?” Carlo gugup.


“Tolong carikan dasi yang cocok buatku, nak…” kata Doktor Agam lembut. “Aku ada acara
besok malam.”
“Nama saya Carlo. Apa warna baju yang akan anda pakai besok?” tanya Carlo
bersemangat.
“ehmmmm…putih polos.”

Aha! Carlo tersenyum. Tidak sulit! Semua warna dan motif dasi akan cocok dengan baju
warna putih. Carlo teringat pada dasi buatanya. Alangkah bangganya jika dasi buatannya
dipakai oleh orang sehebat Doktor Agam. Dasi itu berwarna biru. Di dasi itu, Carlo melukis
gelombang laut, rumput laut, dan dua ekor ikan yang sedang berenang.

“Kehidupan di laut harus selalu dijaga. Itulah makna lukisan dasi buatan saya ini, pak,” jelas
Carlo sambil menunjukkan dasi buatannya.
“Oh, luar biasa! Aku akan membelinya.”
Carlo senang sekali. Ia segera membungkus dasi itu, lalu menyerahkannya kepada Doktor
Agam.

“Carlo, kau anak yang mengagumkan. Datanglah besok malam ke rumahku,” undang Doktor
Agam.
Wow! Carlo terperangah. Kejutan yang hebat.
Esoknya, Carlo datang ke undangan Doktor Agam bersama ayahnya. Betapa bangganya
Carlo melihat dasi buatannya dipakai oleh peneliti yang ramah itu.

“Selamat datang,”sambut Doktor Agam. “Ssst, apa dasi ini benar-benar cocok untukku?”
“Tentu, pak,” bisik Carlo.
Rumah Doktor Agam ramai. Ternyata, malam ini ada acara penganugerahan penghargaan
untuk Doktor Agam. Terlihat beberapa polisi yang berjaga. Menurut ayah Carlo, Doktor
Agam akhir-akhir ini sering mendapat ancaman penculikan.

Ayah Carlo asyik mengobrol dengan tamu lain. Sementara itu, Carlo berkeliling di rumah
Doktor Agam yang luas. Tak sengaja, Carlo bertemu dengan empat penari topeng yang
akan memberi hiburan. Sayang, mereka sangat tidak ramah.

Acara dimulai. Para tamu berkumpul di ruang tengah yang luas. Doktor Agam tersenyum
pada semua tamu. Penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam diserahkan oleh
wakil dari pemerintah kota. Para tamu bertepuk tangan.
Lalu, para penari topeng muncul. Mereka menari dengan gagap gempita. Tiba-tiba lampu
padam. Ruangan gelap gulita. Suasana kacau balau. Carlo ketakutan. Ia memegang erat
ayahnya.

Untunglah lampu segera menyala. Acara kembali berlanjut. Tetapi, Carlo melihat sikap
Doktor Agam yang tampak berbeda. Ia tak banyak senyum dan sering menunduk.
Setelah acara usai, para tamu berpamitan kepada Doktor Agam.
“Terima kasih telah mengundang kamu!” pamit Carlo. Doktor Agam tampak tak peduli.

“Silakan mengunjungi toko kami lagi. Kami akan membuatkan dasi terbaik untuk anda,” kata
Carlo. Doktor Agam tampak jengkel.
“Dasi? siapa peduli? Cepat pergi, anak kecil!” bisiknya menghardik.
Tentu saja Carlo terkejut. “Uh, aneh sekali Doktor Agam!”
Carlo beranjak pergi. Tak sengaja, matanya menatap dasi Doktor Agam. Mata Carlo
terbelalak. Mulutnya menganga.
“Yuk pulang! Doktor Agam pasti kecapekan,” ajak ayah Carlo.
“Di… dia b-bbbbukan Doktor Agam!” seru Carlo.

Ayah Carlo terkejut. Carlo menunjuk dasi yang dipakai oleh Doktor Agam.
Para tamu gempar. Polisi segera beraksi. Ternyata, saat lampu padam, Doktor Agam
diculik. Ia digantikan oleh Doktor Agam palsu yang memakai topeng wajah mirip Doktor
Agam. Para penari topeng itu ternyata anggota kawanan penculik. Mereka berkomplot
dengan asisten Doktor Agam. Polisi berhasil menangkap mereka semua.

“Bagaimana kau tahu dia bukan Doktor Agam?


Dia meniru semua penampilan Doktor Agam, tanya seorang polisi pada Carlo, saat keadaan
sudah tenang.

“Ada yang berbeda,” kata Carlo. ” Dasi Doktor Agam bergambar gelombang laut, raumput
laut dan dua ikan uang berenang. Tetapi, gambar ikan pada dasi Doktor Agam asli
menghadap ke kanan, sedangkan yang palsu menghadap ke kiri. Aku tahu, sebab akulah
pelukisnya!”

Semua orang berdecak kagum. Mereka memuji ketelitian Carlo. Polisi kini tahu, asisten
Doktor Agam yang membuat tiruan dasi bergambar ikan itu. Namun, tiruannya tidak
sempurna. Ketika pulang, wajah Carlo berseri-seri. Ia senang, Doktor Agam berhasil
dibebaskan dari penculikan.

Anda mungkin juga menyukai