Anda di halaman 1dari 11

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

( NIKEL )

Disusun Oleh :
RAZLAN
DBD 118 036

JURUSAN / PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat, karunia dan hidayah
yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan judul ”Pengolahan bahan galian ( Nikel )”.
Dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini, tidak lupa saya ucapkan Terima
Kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
terdapat kekurangan dan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja, untuk itu saya
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan saya juga mengharapkan kritik serta saran yang
membangun untuk menyempurnakan makalah yang saya buat ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses
pembelajaran khusunya mata kuliah Manajemen Tambang dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya. Terima Kasih dan semoga bermanfaat.

Palangka Raya, 24 April 2020

RAZLAN
DBD 118 036
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751, merupakan logam


berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi dan
kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton
danWilkinson, 1989). Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang
memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam
keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan
logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom
dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan
pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan
gedung, serta komponen industry.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan nikel
terbesar di dunia. Cadangan Sekitar 12 % cadangan nikel dunia terdapat di Indonesia
dalam bentuk bijih nikel laterit. Istilah “laterite” bisa diartikan sebagai endapan yang
kaya akan iron-oxide, miskin unsur silica dan secara intensif ditemukan pada endapan
lapukan di iklim tropis (eggleton, 2001). Batuan induk dari endapan Nikel Laterite
adalah batuan ultrabasa; umumnya harzburgite (peridotite yang kaya akan unsur
ortopiroksen), dunite dan jenis peridotite yang lain.
Endapan bijih nikel banyak terdapat di Indonesia bagian Timur sekitar Pulau
Sulawesi, Pulau Maluku, dan sebagian Pulau Papua. Bijih nikel memainkan peran
strategis dalam menentukan suplay logam nikel dunia. Logam nikel merupakan unsur
yang banyak dipergunakan dalam berbagai aplikasi dalam dunia modern, diantaranya
adalah sebagai unsur pemadu dalam baja tahan karat, baja paduan lain, paduan non-
ferro, elektroplating, dan baterai. Sebagian besar produksi nikel dunia terserap oleh
industri baja tahan karat (65%) dan paduan non-ferro (12,5%)1.

1
PERILAKU PELARUTAN LOGAM NIKEL DAN BESI DARI BIJIH NIKEL KADAR RENDAH
SULAWESI TENGGARA
1.2. Rumusan Masalah
a. Proses Terbentuknya bijih Nikel
b. Cara penambangan bijih Nikel
c. Proses Pengolahan bijih Nikel

1.3. Tujuan Penulisan


a. Menginformasikan mengenai proses terbentuknya bijih nikel
b. Mengetahui cara atau metode penambangan bijih nikel
c. Mengetahui proses pengolahannya

1.4. Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini di buat agar bermanfaat untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai fungsi manajemen tambang dan organisasi dalam suatu
uasaha pertambangan secara lebih terperinci.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Proses Terjadi bijih Nikel


Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu endapan sulfida nikel, tembaga berasal dari mineral pentlandit, yang
terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat nikel hasil
pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel laterit. Menurut
Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk
yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut
akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai
berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa.
Nikel laterite merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting, menyumbang
terhadap 40% dari produksi nikel dunia. Endapan nikel laterite terbentuk dari hasil
pelapukan yang dalam dari batuan induk dari jenis ultrabasa. Umumnya terbentuk
pada iklim tropis sampai sub-tropis. Saat ini kebanyakan nikel laterite memang
terbentuk di daerah ekuator. Negara penghasil nikel laterite di dunia diantaranya New
Caledonia, Kuba, Philippines, Indonesia, Columbia dan Australia.

2.2. Cara penambangan Nikel


Operasi penambangan nikel biasanya digolongkan sebagai tambang
terbuka dengan tahapan sebagai berikut:

1. Clearing & Grubb


Pekerjaan Clear & Grubb membersihkan lahan dari semak-semak dan
pohonan kecil dipergunakan Bulldozer D85, Eksavator dan chain shaw jika
diperlukan untuk menebang pohon besar diameter > 200 mm, target pekerjaan
ini didasarkan atas rencana Land Clearing Plan dari Perusahaan. Pemindahan
batang kayu komersial meliputi semua jenis kayu yang berdiameter > 200 mm
dimana masih layak dipakai merupakan milik Perusahaan.

2. Top Soil Removal/ Pemboran


Pekerjaan pengalian lapisan Top Soil diperkirakan ketebalannya 1
meter, Top Soil ini merupakan lapisan tanah penutup bagian atas yang
mengandung unsur hara yang berguna sebagai media tumbuh dari
tanaman. Top soil ini harus diperlakukan secara baik dan akan ditempatkan
pada Top Soil stock area, dimana nantinya akan dipergunakan dan disebar
untuk Reklamasi Tambang. Penimbunan Top Soil peletakkannya harus diatur
dengan ketinggian maksimum 2 meter berjajar, dan timbunan diusahakan
harus tetep stabil. Peralatan yang dipergunakan untuk operasi pekerjaan
pemindahan Top Soil adalah Excavator untuk alat gali/muat dan Dump Truck
sebagai alat angkutnya. Biaya pekerjaan ini termasuk pada kegiatan
pemindahan Overburden dan waste.

3.  Overburden & Waste Removal


Tipe tanah/batuan over burden dan waste karakteristik adalah
Overburden merupakan lapisan diantara lapisan atas/Top Soil dan
lapisan bijih/Ore , lapisan overburden ini mayoritas terdiri dari tanah
laterit dan batuan lempungan yang mudah untuk digali. Untuk operasi
pekerjaan pemindahan Overburden akan dipergunakan Buldozer, Excavator
sebagai alat gali/muat dan peralatan angkut Dump Truck dan batasan
maksimum jarak angkut adalah 0.3Km terukur dari front tambang ke waste
dump area. Apabila jarak angkut “overburden” melebihi dari rata-rata
0.3Km penambahan atau pengurangan jarak angkut akan diperhitungkan
dengan penambahan jarak angkut (incremenet 100 meter). Jarak angkut adalah
jarak titik tengah lokasi penambangan menuju titik tengah lokasi pembuangan
material diukur mengikuti jalan sebenarnya yang sudah dibuat berdasarkan
desain tambang dan akan ditentukan dan disetujui di lapangan bersama-
sama. Sebagian volume material akan dilakukan Direct dozing diperkirakan
volume direct dozing 25% dari total overburdendan waste., Direct dozing
merupakan kegiatan pendorongan material yang dilakukan oleh bulldozer
secara tuntas (backfill) ke lokasi area timbunan (dump area). Volume
Overburden dan waste serta penempatan material dan konfigurasi alat yang
digunakan harus sesuai dengan Rencana Tambang yang dibuat Perusahaan
dengan acuan batasan Ratio berdasarkan surveyor.
4. Penggalian
lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa
ke tempat pengolahan.Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut
dengan alat muat (wheel loader) menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut
sebaiknya melakukan proses pengolahan nickel.

2.3. Cara pengolahan bijih Nikel

Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral


berharga secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang.
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi
tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi, tahap pemisahan dan tahap
dewatering. Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu
untuk membebaskan mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi).
Memisahkan mineral berharga dari pengotornya, mengontrol ukuran
partikel agar sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi ukuran), mengontrol
agar bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam, mengontrol agar bijih
mempunyai kadar yang relatif seragam, membebaskan mineral berharga,
menurunkan kandungan pengotor (menaikkan kadar mineral berharga).
Dengan demikian kita akan mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa
mengurangi ongkos/biaya pengangkutan, mengurangi ongkos/biaya peleburan,
serta mengurangi kehilangan mineral berharga pada saat peleburan.
Tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan
nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi,
peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.

1) Crushing
Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral
berharga bisa terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap
ini untuk nikel ore ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya
dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.

2) Pengeringan di Tanur Pengering (Dryer)


Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron
feeder ore mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan
belt conveyor menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut
terdapat alat pembakar yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut
minyak residu sebagai bahan bakar. Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan
penguapan sebagian kandungan air dalam bijih basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore
kemudian dihancurkan dan kemudian dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore
Storage).

3) Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi


Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih
nikel yang tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara
sempurna, karena itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air
bebas dan air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel logam. Proses ini
berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang dimasukkan dalam tanur reduksi
dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu untuk menghasilkan
komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional tanur listrik.
Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi pada
tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang
telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah
belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700˚C

4) Peleburan di Tanur Listrik


Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa
lelehan matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan
tanur pelebur dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer
car ke tempat penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga
terbentuk fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api
yang didinginkan dengan media air melalui balok tembaga. Matte dan slag akan
terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut kelokasi pembuangan
dengan kendaraan khusus.

5) Pengkayaan
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen
menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag
diangkut ke tanur pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan
pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan
penambahan sililka.
6) Granulasi dan Pengemasan
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran
yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis
sembari secara terus menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini
menghasilkan nikel matte yang dingin yang berbentuk butiran-butiran halus.
Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan siap dikemas.
BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, “tak ada gading yang tak retak” itulah pribahasa yang tepat untuk
makalah ini karena masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan dari para pembaca
sekalian, agar sempurnanya penulisan makalah ini di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo P. 2008. Pemanfaatan Potensi Bijih Nikel Indonesia Pada Saat Ini dan Masa
Mendatang”. Metalurgi 23:1 pp. 47-56.
Solihin. S dan F. Firdiyono, 2014. PERILAKU PELARUTAN LOGAM NIKEL DAN
BESI DARI BIJIH NIKEL KADAR RENDAH SULAWESI TENGGARA,
http://ejurnalmaterialmetalurgi.com/index.php/metalurgi/article/view/285
https://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/tahap-proses-pengolahan-
bijih-nikel-laterite/

Anda mungkin juga menyukai