Anda di halaman 1dari 8

Nama : Naryadi Risgunadi

Nim : DBD 118 007


Mata Kuliah : Sistem Penggerak

PENGANGKUTAN BATUBARA (COAL) DAN BIJIH (ORE)

a) sistem pengangkutan sistem pengangkutan paling kurang memuat


metode
dan pertimbangan penetapan jenis
pengangkutan.

b) kapasitas pengangkutan kapasitas pengangkutan paling kurang


memuat target
pengangkutan, jenis material dan kapasitas
angkut.

c) jalur dan jarak pengangkutan jalur dan jarak pengangkutan paling kurang
dimensi,
peta jalur, lokasi, dan jarak angkut.

d) daya dukung jalur pengangkutan daya dukung jalur pengangkutan paling


kurang terdiri
atas sifat fisik dan mekanik tanah/litologi,
jenis, dan
profil perkerasan serta kekuatan jalur
angkut.

e) peralatan pengangkutan peralatan pengangkutan paling kurang


memuat jenis,
jumlah, kapasitas, dan unjuk kerja peralatan.

f) perawatan dan pemeliharaan jalan pemeliharaan dan perawatan jalur angkut


tambang/produksi paling
kurang memuat jadwal pemeliharaan dan
perawatan
rutin, dan/atau perkerasan jalan.

g) unjuk kerja peralatan unjuk kerja peralatan paling kurang terdiri


atas
kesediaan fisik atau physical availability
(PA),
kesediaan mekanik atau mechanical
availability (MA),
utilization of availability (UA), effective
utilization (EU),
dan produktivitas
PELAKSANAAN PENGANGKUTAN

1) Ketentuan Umum a) pelaksanaan pengangkutan tidak boleh


melebihi 80%
(delapan puluh persen) dari kapasitas jalur
pengangkutan;
b) pelaksanaan pengangkutan tidak boleh
melebihi
kekuatan daya dukung jalur pengangkutan;
c) dalam hal pengangkutan menggunakan
atau melewati
jalur angkutan umum maka mengikuti
ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d) volume dan berat komoditas
tambang/mineral atau
batubara yang diangkut dilakukan
pengukuran dan
pencatatan;
e) pengangkutan material berbentuk pasiran
terlebih
dahulu dilakukan pengurangan kadar air
sampai
memenuhi ketentuan transportation
moisture limit;
f) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata
cara baku
pelaksanaan pengangkutan, pemeliharaan
dan
perawatan serta pengaturan lalu lintas di
jalur angkut;

2) Pengangkutan dengan Truk a) dalam rangka singkronisasi peralatan,


kapasitas truk
pengangkut dari permuka kerja mampu
memuat
material tidak boleh lebih dari 5 (lima) kali
pengisian
dan tidak boleh kurang dari 3 (tiga) kali
pengisian dari
alat gali-muat;
b) dalam hal ketebalan lapisan mineral
dan/atau
batubara kurang dari 50 (lima puluh)
centimeter
dilakukan pengumpulan dengan alat tertentu
sebelum
dilakukan pemuatan atau berdasarkan kajian
teknis;
c) pengangkutan material dengan
menggunakan truk
tidak boleh melebihi kapasitas muat dan
beban muat
serta tidak boleh kurang dari 90% (sembilan
puluh
persen) kapasitas angkut dan beban muat;
d) jalan tambang/produksi menggunakan
truk dapat
dibuat atau disediakan tempat istirahat dan
jalur
putar berdasarkan kebutuhan, jarak jalan,
dan
kepadatan kendaraan yang melintas;
e) tempat istirahat mempertimbangkan
dimensi unit
terbesar yang menggunakan jalan
tambang/produksi
dan prosedur pengaturan keluar masuk
kendaraan;
f) dalam rangka rekonsiliasi data muatan
dan mencegah
atau menghindari kelebihan dan kehilangan
material
angkut pada jenis pengangkutan
menggunakan truk
dipasang jembatan timbang untuk dapat
mengetahui
berat dan/atau volume material yang
diangkut;
g) dalam hal pengangkutan dump truck
dilanjutkan
menggunakan konveyor maka rekonsiliasi
data muatan
dapat dilakukan dengan menggunakan belt
scale;
h) jembatan timbang dan belt scale
dilakukan kalibrasi
secara berkala;
i) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata
cara baku
alat angkut menggunakan truk;
j) efisiensi pengangkutan dengan truk dapat
diukur
berdasarkan hasil kajian teknis yang
sekurangkurangnya meliputi waktu edar,
jumlah ritase, dan
kecepatan;
k) pemantauan proses pengangkutan dengan
truk dapat
dilakukan secara real time dengan
menggunakan
teknologi Global Navigation Satellite
System (GNSS),
Radio Frequency Identification (RFID),
dispatch System,
dan teknologi sejenis.

3) Pengangkutan dengan Konveyor a) penggunaan sistem konveyor didasarkan


hasil kajian
teknis yang paling kurang mencakup:
(1) jenis material;
(2) ukuran butir terbesar;
(3) ketersediaan sumber energi;
(4) kemiringan;
(5) daya dukung dasar konveyor;
(6) daya penggerak;
(7) kapasitas angkut;
(8) jarak pengangkutan;
(9) kandungan air dalam material tidak lebih
dari
20% (dua puluh persen); dan
(10) tingkat kekerasan material;
b) dalam hal pengangkutan sistem konveyor
(Pit Crushing
and Conveying System)/PCC untuk batuan
penutup,
kajian teknis paling kurang mencakup jarak
penempatan lokasi hopper terhadap
permuka kerja,
ketersediaan sumber energi untuk sistem
PCC serta
daya dukung dasar untuk kestabilan sistem
PCC dan
kestabilan lokasi timbunan;
c) perbedaan kemiringan antara head and
tail konveyor
tidak boleh lebih dari 250 (dua puluh lima
derajat)
kecuali permukaan belt dilengkapi dengan
penahan
luncuran material;
d) konstruksi konveyor kukuh dan mampu
menahan
beban yang diangkut;
e) konveyor dilengkapi dengan alat
penangkap logam
(magnetic trap) dan/atau metal detector;
f) sistem pengangkutan batuan penutup
dengan
menggunkan konveyor dilengkapi paling
kurang
dengan jalur air dan/atau air bertekanan di
area
hopper crusher dan transfer chute untuk
mengurangi
debu dan block material;
g) konveyor dapat dilengkapi dengan atap
yang
melindungi material dari hujan dan angin
serta alat
monitor kecepatan angin;
h) dalam hal pengangkutan menggunakan
konveyor yang
melintasi di atas jalan maka
memperhitungkan posisi
penyanggaan, tinggi dari jalan ke konveyor
serta
memasang penangkap material;
i) dalam hal pengangkutan menggunakan
konveyor
melintas di bawah jalan maka terowongan
dibuat
mampu menahan beban statis terberat
kendaraan
beserta muatan yang melintas di atas
terowongan;
j) terowongan dilengkapi dengan jalur
inspeksi, ramburambu, dan pencahayaan;
k) dalam rangka rekonsiliasi data muatan
dan mencegah
atau menghindari kelebihan dan kehilangan
material
angkut pada jenis pengangkutan
menggunakan
konveyor dipasang alat ukur (belt scale)
untuk dapat
mengetahui berat dan/atau volume material
yang
diangkut;
l) alat ukur (belt scale) dilakukan kalibrasi
secara
berkala;
m) Kepala Teknik Tambang menetapkan
tata cara baku
pengangkutan menggunakan konveyor
termasuk
pemeriksaan dan pemeliharaan.
a) penggunaan lokomotif dan lori
4) Pengangkutan dengan Lokomotif dan didasarkan hasil kajian
Lori teknis yang berkaitan dengan kestabilan
jalur rel;
b) batuan yang digunakan sebagai penopang
bantalan rel
memperhatikan kekuatan batuan dan jenis
batuan
segar bukan dari jenis batuan yang
teralterasi;
c) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata
cara baku
pengangkutan dengan lokomotif dan lori
termasuk
pemeriksaan dan pemeliharaan;
5) Pengangkutan dengan Pipa a) pengangkutan dengan pipa didasarkan
hasil kajian
teknis yang paling kurang mencakup:
(1) jenis dan ukuran pipa;
(2) jenis material (konsentrat atau tailing);
(3) ukuran butir terbesar;
(4) ketersediaan sumber energi;
(5) kemiringan (pemilihan lokasi);
(6) daya dukung jalur pipa;
(7) pompa dan daya penggerak;
(8) kapasitas angkut; dan
(9) jarak dan jalur pengangkutan;
b) konstruksi jalur pipa kukuh dan mampu
menahan
beban yang diangkut;
c) dalam hal pengangkutan menggunakan
pipa yang
melintasi di atas jalan umum maka
memperhitungkan
posisi penyanggaan, tinggi dari jalan ke
pipa.
d) dalam rangka rekonsiliasi data muatan
dan mencegah
atau menghindari kelebihan dan kehilangan
material
angkut pada jenis pengangkutan
menggunakan pipa
dipasang alat untuk dapat mengetahui berat
dan/atau
volume material yang diangkut;
e) alat dilakukan kalibrasi secara berkala.
f) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata
cara baku
pengangkutan dengan pipa termasuk
pemeriksaan dan
pemeliharaan yang paling kurang mencakup
pencegahan korosi;
6) Pengangkutan dengan Tongkang a) pengangkutan menggunakan tongkang
maka membuat
rencana pengangkutan paling kurang terdiri
atas:
(1) kapasitas pelabuhan sarana penunjang;
(2) jalur pengangkutan;
(3) kedalaman jalur pengangkutan (kondisi
pasang
dan surut)
(4) jumlah komoditas tambang yang
diangkut; dan
(5) jenis, jumlah, serta kapasitas tongkang;
b) penentuan kapasitas pelabuhan sarana
penunjang
didasarkan pada jumlah komoditas tambang
yang
akan diangkut;
c) jalur pengangkutan merupakan area
perairan umum;
d) rencana pemasaran dan produksi
memperhitungkan
pasang dan surut area perairan jalur
pengangkutan;
e) dalam rangka memastikan tidak
terjadinya
kontaminasi muatan yang diangkut
tongkang maka
sebelum proses pemuatan dilakukan
inspeksi;
f) jenis, jumlah, serta kapasitas tongkang
didasarkan
pada jumlah komoditas tambang yang akan
dimuat,
kondisi perairan, dan kapasitas pelabuhan
serta
sarana penunjang;
g) dalam rangka rekonsiliasi data muatan
dan mencegah
atau menghindari kelebihan dan kehilangan
material
angkut pada jenis penggangkutan
menggunakan
tongkang dilakukan pengukuran
berdasarkan draft
survey untuk dapat mengetahui berat
dan/atau
volume material yang diangkut;
h) pelabuhan yang dioperasikan
mendapatkan izin dari
instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di
bidang perhubungan;
i) tongkang yang akan berlayar memenuhi
persyaratan
keselamatan pelayaran dan mendapatkan
persetujuan
dari otoritas pelabuhan setempat atau
syahbandar.

KESIMPULAN
Sebagai Enginner,Dalam pengangkutan wajib memperhatikan :
1. sistem pengangkutan
2. kapasitas pengangkutan
3. jalur dan jarak pengangkutan
4. daya dukung jalur pengangkutan
5. peralatan pengangkutan
6. perawatan dan pemeliharaan jalan tambang/produksi
7. unjuk kerja peralatan

Dalam pengankutan , dapat menggunakan alat-alat


1. Pengangkutan dengan Truk
2. Pengangkutan dengan Konveyor
3. Pengangkutan dengan Lokomotif dan Lori
4. Pengangkutan dengan Pipa
5. Pengangkutan dengan Tongkang

SARAN

Sebagai enginner hendaknya mengikuti dan melaksanakan SOP sesuai yang telat
ditetapkan dai keputusan Menteri serta Perusahaan

DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/user/Downloads/Keputusan%20Menteri%20ESDM%20Nomor
%201827%20K%2030%20MEM%202018.pdf

Anda mungkin juga menyukai