PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Dilihat dari perspektif agama, umur agama setua dengan umur manusia.
Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk agama.
adanya kekuatan gaib dan supranatural yang biasanya disebut sebagai Tuhan
ajarannya teratur dan tersusun rapi serta sudah baku itu merupakan usaha
kepercayaan, upacara dan segala bentuk aturan atau kode etik yang berusaha
dunia ini pun bermacam-macam pula. Karena kondisi seperti inilah Mukti Ali
mengatakan:
“Barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan definisi
selain dari kata agama. Paling sedikit ada tiga alasan untuk hal ini. Pertama,
karena pengalaman agama itu adalah soal batini dan subyektif, juga sangat
agama. Maka dalam membahas tentang arti agama selalu ada emosi yang kuat
sekali hingga sulit memberikan arti kalimat agama itu. Alasan ketiga, bahwa
diantaranya ada yang mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa
sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : “a” berarti tidak dan “gama”
Kata agama dalam bahasa Indonesia sama dengan “diin” (dari bahasa
religion (bahasa Perancis), the religie (bahasa Belanda), die religion, (bahasa
sedang kata diin dalam bahasa Arab berarti menguasai, menundukkan, patuh,
agama, namun umumnya kata diin sebagai istilah teknis diterjemahkan dalam
pengertian yang sama dengan “agama”. Kata agama selain disebut dengan
kata diin dapat juga disebut syara, syari’at/millah. Terkadang syara' itu
disebut ad-din dan karena hukum itu dicatat serta dibukukan, dinamakan
millah. Kemudian karena hukum itu wajib dijalankan, maka dinamakan syara.
Dari pengertian agama dalam berbagai bentuknya itu maka terdapat
pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang
tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
sekitar manusia.
Rasul.
B. Sejarah Agama
Masalah asal mula dan inti dari suatu unsur universal seperti religi atau
kekuatan yang dianggap lebih tinggi dari padanya, dan masalah mengapakah
manusia melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna
perhatian para ahli pikir sejak lama. Adapun mengenai soal itu ada berbagai
a. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena
b. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena
dengan akalnya.
c. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi dengan
hidup manusia.
sekelilingnya.
e. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena suatu
getaran atau emosi yang ditimbulkan dalam jiwa manusia sebagai akibat
kesadaran manusia akan faham jiwa. Kesadaran akan faham itu disebabkan
dan hal-hal yang mati. Suatu makhluk pada suatu saat bergerak-gerak,
artinya hidup; tetapi tak lama kemudian makhluk tadi tak bergerak
lagi, artinya mati. Demikian manusia lambat laun mulai sadar bahwa
gerak dalam alam itu, atau hidup itu, disebabkan oleh suatu hal yang
ada di samping tubuh jasmani dan kekuatan itulah yang disebut jiwa.
suatu bagian lain dari dirinya yang pergi ke lain tempat. Bagian lain
manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung, lepas dari tubuh jasmani. Pada
waktu hidup, jiwa masih tersangkut kepada tubuh jasmani, dan hanya
dapat meninggalkan tubuh waktu manusia tidur dan waktu manusia jatuh
pingsan. Karena pada suatu saat serupa itu kekuatan hidup pergi melayang,
maka tubuh berada di dalam keadaan yang lemah. Tetapi kata Tylor,
tidur atau pingsan, tetap ada. Hanya pada waktu seorang makhluk manusia
jasmani untuk selama-lamanya. Hal itu tampak nyata, kalau tubuh jasmani
sudah hancur berubah debu di dalam tanah atau hilang berganti abu di
dalam api upacara pembakaran mayat; maka jiwa yang telah merdeka
penuh dengan jiwa-jiwa merdeka itu, yang oleh Tylor tidak disebut soul
dapat tertangkap panca indera manusia, yang mampu berbuat hal-hal yang
tak dapat diperbuat manusia, mendapat suatu tempat yang amat penting di
gerak alam hidup itu juga disebabkan oleh adanya jiwa yang ada di
belakang peristiwa dan gejala alam itu. Sungai-sungai yang mengalir dan
terjun dari gunung ke laut, gunung yang meletus, gempa bumi yang
jiwa alam. Kemudian jiwa alam tadi itu dipersonifikasikan, dianggap oleh
Demikian ada pula suatu susunan pangkat dewa-dewa mulai dari raja dewa
susunan serupa itu lambat laun akan menimbulkan suatu kesadaran bahwa
semua dewa itu pada hakekatnya hanya merupakan penjelmaan saja dari
satu dewa yang tertinggi itu. Akibat dari kepercayaan itu adalah
agama-agama monotheisme.
Teori Batas Akal”, berasal dari sarjana besar J.G. Frazer, dan
diuraikan olehnya dalam jilid I dari bukunya yang terdiri dari 12 jilid
berjudul The Golden Bough (1890). Menurut Frazer, manusia
tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya. Makin maju
kebudayaan manusia, makin luas batas akal itu; tetapi dalam banyak
kebudayaan, batas akal manusia masih amat sempit. Soal-soal hidup yang
tak dapat dipecahkan dengan akal dipecahkannya dengan magic, ialah ilmu
luar batas kemampuan dan pengetahuan akalnya. Agama waktu itu belum
ada dalam kebudayaan manusia. Lambat laun terbukti bahwa banyak dari
perbuatan magicnya itu tidak ada hasilnya juga, maka mulailah ia percaya
bahwa alam itu didiami oleh mahluk-mahluk halus yang lebih berkuasa
magic dan religion. Magic adalah segala sistem perbuatan dan sikap
Crawley dalam bukunya Tree of Life (1905), dan diuraikan secara luas
hidup manusia, ada berbagai masa di mana kemungkinan adanya sakit dan
maut itu besar sekali, yaitu misalnya pada masa kanak-kanak, masa
peralihan dari usia muda ke dewasa, masa hamil, masa kelahiran, dan
akhirnya maut. Dalam hal menghadapi masa krisis serupa itu manusia
Pendirian ini, yang untuk mudahnya akan kita sebut “Teori Kekuatan
R.R. Marett dalam bukunya The Threshold of Religion (1909). Sarjana ini
kompleks bagi pikiran makhluk manusia yang baru ada pada tingkat-
berasal, dan yang dianggap oleh manusia dahulu sebagai tempat adanya
hal-hal, dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap akibat dari
suatu kekuatan supernatural, atau kekuatan luar biasa, atau kekuatan sakti.
Adapun kepercayaan kepada suatu kekuatan sakti yang ada dalam
dianggap oleh Marett suatu kepercayaan yang ada pada makhluk manusia
sebelum ia percaya kepada makhluk halus dan ruh; dengan kata lain,
celaan terhadap Tylor, serupa dengan celaan Marett tersebut di atas. Beliau
belum dapat menyadari faham abstrak yang lain seperti perubahan dari
jiwa menjadi ruh apabila jiwa itu telah terlepas dari jasmani yang mati.
dasar, ialah :
pertemuan-pertemuan raksasa.
d. Emosi keagamaan yang timbul karena rasa sentimen kemasyarakatan,
bukan terutama sifat luar biasanya, bukan pula sifat anehnya, bukan
umum dalam masyarakat. Obyek itu ada karena salah satu peristiwa
yang tidak mendapat nilai keagamaan (ritual value) itu, ialah obyek
tetapi sering juga obyek keramat itu berupa benda. Oleh para sarjana
obyek keramat itu disebut totem. Totem itu (jenis binatang atau obyek
(a) upacara, (b) kepercayaan dan (c) mitologi. Ketiga unsur tersebut
tersebut. Sarjana lain ini adalah seorang ahli kesusasteraan bangsa Inggris
pencipta seluruh alam semesta serta isinya, dan penjaga ketertiban alam
dan kesusilaan. Kepercayaan kepada seorang tokoh dewa serupa itu
menurut Lang terutama tampak pada suku-suku bangsa yang amat rendah
tingkat kebudayaannya, dan yang hidup dari berburu atau meramu, ialah
beberapa suku bangsa penduduk asli benua Amerika Utara. Berbagai hal
agama Nasrani atau Islam, maka kepercayaan tadi malahan tampak seolah-
kepercayaan yang sudah amat tua, dan mungkin merupakan bentuk religi
beberapa karangan, antara lain dalam buku yang berjudul The Making of
Religion (1898).
lanjut oleh W.Schmidt. Tokoh besar dalam kalangan ilmu antropologi ini
adalah guru besar pada suatu perguruan tinggi yang pusatnya mula-mula di
Khatolik. Di dalam hubungan itu beliau percaya bahwa agama itu berasal
dari titah Tuhan yang diturunkan kepada makhluk manusia pada masa
bangsa yang paling rendah tingkat kebudayaanya (artinya yang paling tua
malahan ada pada bangsa-bangsa yang tua yang hidup pada zaman ketika
beberapa orang sarjana yang untuk sebagian besar bekerja sebagai penyiar
penekanan pada aspek pengamalan ritual, dan ada juga yang menekankan
pada aspek pelayanan (amal shalih). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
(kejawen). Yang dimaksud dengan cara mistik itu sendiri adalah suatu
aliran ini, bagaimana agama itu harus dapat menjawab masalah yang
dalam menafsirkan teks dari kitab suci atau buku-buku agama lainnya.
teologi Islam dengan mamakai dalil tekstual (naqli) dan dalil rasional
(aqli).
3) Cara amal shalih. Cara beragama yang ketiga ini lebih menekankan
dalam pelaksanaan segala amalan lahir dari agama itu sendiri. Tuhan
shalih orang tersebut yang dilakukan ketika ia masih hidup. Tidak ada
artinya pengakuan dan iman dalam hati kalau tidak dinyatakan dalam
agama mengenai tata cara amal shalih daripada amal yang lainnya.
dan bertentangan. Tercatat pada abad ke-2 dan ke-4 aliran Neo
antara gereja Katholik Timur dan Katholik Barat. Pernah juga muncul
dapat juga dalam pelaksanaan ritual, dalam berdoa, dalam peralatan yang
C. Klasifikasi Agama
Ada perbagai klasifikasi yang dibuat para ahli tentang agama19 Ahmad
wahyu) ialah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para
wahyu tidak;
c. Bagi agama wahyu maka sumber utama tuntunan dan ukuran bagi
baik dan buruk adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan bagi
missionary;
g. Ajaran agama wahyu tegas dan jelas. Agama bukan wahyu adalah
lain menulis: “Ever since Professor Max Muller delivered his lecture in
1873, it has been a literary common place, that the six great religions of
the world may be devided into missionary and non missionary (pada hari
mata rantai untuk misi desember tahun 1873, telah dinyatakan dengan
jelas bahwa enam agama besar di dunia mungkin bisa dibagi menjadi
(1) Semitik;
(3) Monggolian.