Anda di halaman 1dari 47

MINI PROJECT

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI DAN


UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN TEKANAN DARAH TERKONTROL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAMBI KECIL KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2020

disusun Oleh:

dr. Aulia Rezha Yomitra


dr. Irena Bangun
dr. Muhammad Ferdi Juliantama
dr. Rts Wahyu Rizky Ananda

Pendamping:

dr. Eva Elvita Syofyan

PROGRAM DOKTER INTERNSIP PPSDM KEMENTRIAN KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA DAN KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS JAMBI KECIL KECAMATAN MARO SEBO KABUPATEN MUARO
JAMBI PROVINSI JAMBI

2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Mini Project

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI DAN


UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN TEKANAN DARAH TERKONTROL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAMBI KECIL KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2020

Disusun Oleh :

dr. Aulia Rezha Yomitra


dr. Irena Bangun
dr. Muhammad Ferdi Juliantama
dr. Rts Wahyu Rizky Ananda

Telah dilaksanakan pada Agustus - September 2020 sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan

Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Jambi Kecil.

Jambi, September 2020

Pembimbing

dr. Eva Elvita Syofyan

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Mini Project dalam rangka
melaksanakan Program Dokter Internsip di Puskesmas Jambi Kecil Kabupaten Muaro Jambi
yang dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2020.

Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan selama menjalani Program Dokter Internsip di
Puskesmas Jambi Kecil Kabupaten Muaro Jambi. Laporan ini berjudul “Gambaran
Pengetahuan Dan Perilaku Penderita Hipertensi Dan Upaya Peningkatan Cakupan
Tekanan Darah Terkontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Jambi Kecil Kabupaten
Muaro Jambi Tahun 2020”

Dalam penulisan laporan ini, penulisan menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kesempatan laporan ini. Demikianlah laporan ini semoga bermanfaat bagi
kita semua.

Jambi, September 2020

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi
sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi
yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa
menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab
timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh
dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi mengidap hipertensi. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang,

termasuk Indonesia.1

Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun,
dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara. Diperkirakan 1 dan 3
orang dewasa di Asia Tenggara menderita hipertensi. Menurut data Departemen Kesehatan,
hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian,
dimana hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke. Berdasarkan data
World Health Organization (WHO) dari 70% penderita hipertensi yang di ketahui hanya
25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately
treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan
bertambah 60%.1,2

Menurut Hamid (2011), dalam Seminar The S Scientific Meeting on Hypertension


2011, tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 persen dari total penduduk
dewasa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan
nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak
terdiagnosis. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi
di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari

kondisi penyakitnya.1,2,3

4
Berdasarkan data kunjungan pasien Puskesmas Jambi Kecil tahun 2019, hipertensi
menduduki peringkat 7 dari 10 penyakit terbanyak di puskesmas Jambi Kecil. Berdasarkan
latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penderita
hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Penderita Hipertensi Dan
Upaya Peningkatan Cakupan Tekanan Darah Terkontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Jambi
Kecil Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai
tekanan darah terkontrol
2. Apa saja penyebab tidak tercapainya tekanan darah yang tidak terkontrol pada pasien
Hipertensi yang mengkases pelayanan kesehatan dasar
3. Apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan tercapainya tekanan darah
terkontrol pada pasien Hipertensi yang mengakses pelayanan kesehatan dasar
1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari evaluasi program adalah meningkatkan cakupan tekanan darah


terkontrol penderita Hipertensi yang mengkses pelayanan kesehatan di Puskesmas Jambi
Kecil.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran jenis kelamin, pendidikan terakhir pada penderita hipertensi di


wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol.

b. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi di wilayah kerja


Puskesmas Jambi kecil dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol.

c. Diketahuinya gambaran tingkat perilaku penderita hipertensi di wilayah kerja


Puskesmas Jambi Kecil dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol.

d. Mengetahui pengaruh dari demontsrasi pengkuran tekanan darah yang benar

e. Mengetahui respon dari penanggung jawab dan petugas medis dalam mendisiplinkan

5
dan mengoptimalkan kinerja

f. Mengetahui respon Apotik Puskesmas Jambi Kecil untuk bekerja sama dengan bidan
desa dan apotik yang disarankan oleh bpjs pada pasien PRB

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Dokter Intership

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam
meneliti secara langsung di lapangan

b. Melatih kemampuan dalam memahami program yang ada di Puskesmas terkait


sesuai peran dokter komunitas.

c. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip
dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang cara
mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjdi masukan bagi Puskesmas Jambi Kecil
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit
hipertensi.

b. Memberikan alternative penyelesaian masalah yang didapat dalam


meningkatkan program peningkatan angka cakupan tekanan darah terkontrol
pada penderita Hipertensi yang mengakses pelayanan kesehatan dasar.

c. Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten / kota dapat menetapkan tingkat


urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang
berdasarkan prioritasnya

d. Dinas kesehatan kabupaten/ kota dapat menetapkan dan mendukung kebutuhan


sumber daya Puskesmas dan urgensi pembinaan Puskesmas.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan


Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

7
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication) diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang lain.
Misalnya, jika seseorang pernah merawat seorang anggota keluarga yang sakit hipertensi,
umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan jika terkena hipertensi.
b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang memiliki pengetahuan yang tingi akan
mempunyai pengalaman yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap informasi mempengaruhi tingkat
pengetahuaannya. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,
misalnya televisi, radio, koran, buku, majalah dan internet.
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.
8
2.2. Hipertensi
2.2.1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah sistolik 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal(gagal
ginjal), jantung ( penyakit jantung coroner ) dan otak ( menyebabkan stroke) bila dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang tidak memadai.1.2
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas
20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74.5 juta jiwa, namun hampir
sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Banyak pasien hipertensi dengan tkenana
darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat.1.2
Oleh karena itu, partisipasi semua pihak baik dokter dari berbagai bidang peminatan
hiperetsni, pemerintah, swasta, maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat
dikendalikan.1.2

2.2.2 Klasifikasi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah ini2.3 :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII 


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment


of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan
darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90
mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi. Pada anak-anak, definisi

9
hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis
kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang
terpisah.2.3

2.2.3 Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu :
2.2.3.1 Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi esensial adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan
merupakan tipe yang hampir sering terjadi yaitu sekitar 95% dari kasus terjadinya hipertensi.
Hipertensi esensial disebabkan multi faktor yaitu genetik disertai faktor gaya hidup yang
kurang baik seperti kurang gerak (inaktivitas) dan pola makan. Onset hipertensi esensial
biasanya muncul pada pasien yang berusia antara 25-55 tahun, sedangkan usia dibawah 20
tahun jarang ditemukan.3.4
2.2.3.2 Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti penyakit jantung,
penyakit ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan
reaksi terhadap obat-obatan tertentu (siklosporin dan OAINS/obat anti inflamasi nonsteroid).
Hipertensi sekunder berkisar 5% dari kasus hipertensi.4.5 Terdapat jenis hipertensi yang lain :
1. Hipertensi pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh arteri
paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.
Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih
sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2 : 1, dan angka kejadian pertahun
sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala
penyakit sekitar 2-3 tahun.2.4
2. Hipertensi pada kehamilan
Pada dasarnya 3 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu :
a. Preeklampsia-eklampsia disebut juga sebagai hipertensi yang diakbitkan kehamilan.
Preeclampsia adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.2.4
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung
janin.2.4
c. Hipertensi gestasional atau hipertensi sesaat.2.4

10
2.2.4 Faktor Risiko Hipertensi
a. Faktor Usia
Semakin bertambahnya usia pembuluh darah kehilangan kelenturanya dan menjadi
kaku sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
6.7
pembuluh darah tersebut. Kondisi ini mengakibatkan darah pada setiap denyut jantung di
paksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya, hal ini mengakibatkan
naiknya tekanan darah. Dimana dinding pembuluh darah telah menebal dan kaku karena
aterosklerosis.6.7
Pada usia antara 30 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat rata-rata sebanyak 20
mmHg dan terus meningkat setelah usia 70 tahun. Peningkatan risiko yang berkaitan dengan
faktor usia ini sebagian besar menjelaskan tentang hipertensi sistolik terisolasi dan
dihubungkan dengan peningkatan resistensi vaskular perifer dalam arteri.7.8
b. Faktor Genetik
Dari data statistik terbukti seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.6.7 Jika satu atau dua
orang dari orang tua atau saudara kandung yang menderita hipertensi, maka peluang untuk
menderita hipertensi makin besar. Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari kasus hipertensi
esensial dalam keluarga mempunyai dasar genetik.7.8
c. Jenis kelamin
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan, sedangkan
perempuan sering mengalami hipertensi setelah menopause. Tekanan darah wanita,
khususnya sistolik, meningkat lebih tajam sesuai usia. Setelah usia 55 tahun, wanita
mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya
pola tersebut adalah perbedaan hormon kedua jenis kelamin.7.8
d. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa
darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang
berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi.
Pengukuran obesitas dihitung berdasarkan IMT (Index massa Tubuh).6.7 Indeks Massa Tubuh
merupakan suatu pengukuran antropometri yang menunjukkan hubungan antara berat badan
(kilogram) dan tinggi badan (meter). Adapun cara mengukur Indeks Massa Tubuh :

11
Seseorang dikatakan obesitas dan membutuhkan pengobatan bila mempunyai Indeks
Massa Tubuh di atas 30, dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan berat badan
sebanyak 20%.5.7

Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan yang Diusulkan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
pada Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)
NO. Kategori IMT (kg/m2) Risk of Co-morbidities

1. Underweight Rendah (tetapi resiko terhadap


< 18.5 kg/m2 masalah-masalah klinis lain
meningkat)

2. Batas Normal 18.5 - 22.9 kg/m2 Rata rata

3. Overweight: > 23

4. At Risk 23.0 – 24.9 kg/m2 Meningkat

5. Obese I 25.0 - 29.9kg/m2 Sedang

6. Obese II > 30.0 kg/m2 Berbahaya

e. Stres atau psikis


Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat berakibat
tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang stress maka kelenjer
pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk mengahasilkan hormon adrenalin
dan hidrokortison kedalam darah sebagai bagian homeostasis tubuh.8.9
f. Asupan garam
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi
noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada kelompok  penduduk yang
mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih banyak hipertensi dari pada orang-orang
yang memakan hanya sedikit garam.6.7.8
g. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru – paru dan disebarkan keseluruh
aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak
bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk

12
melepaskan efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh
darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih
tinggi.8.9
h. Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin
banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah.5.7
i. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu emosi
sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju, panjat tebing dan
angkat besi.8.9

2.2.5 Patofisiologi
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi
oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan
satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik,
lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah
jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,
turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas
renin angiotensin alosteron, perubahan membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel
merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.9.10
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistemr enin
angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan
mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek
yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin
angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron
mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh
pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi
tekanan darah.9.10.11

13
Gambar 2.1. Pengaruh Renin Angiotensin Aldosteron Terhadap Kenaikan Tekanan
Darah

2.2.6 Gejala Klinis


Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.3.4
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah

14
8. Pandangan menjadi kabur
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.3.5

2.2.7 Tatalaksana
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik :
2.2.7.1 Non farmakologik
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup. Modifikasi
gaya hidup yang dilakukan dengan membatasi asupan garam yang tidak lebih dari ¼- ½
sendok teh(6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok
dan minuman beralkohol. Olahraga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa
jalan, lari, jogging, bersepeda sselama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu.
Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Adapun makanan
yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah1.2 :
 Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, paru, minyak kelapa)
 Makanan yang dioleh dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, dan
makanan kering yang asin)
 Makanan dan minuman dalam kaleng(sarden, sossis, soft drink)
 Makanan yang diawetkan (ikan asin)
 Alcohol dan makanan yang mengandung alcohol seperti durian, tape.
Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat
saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan
rendah serat yang mulai menjamur terutama dikota- kota besar Indonesia.1.2
2.2.7.2 Farmakologik
Pengobatan dengan antihipertensi harus selalu dimulai dengan dosis rendah agar
tekanan darah tidak menurun terlalu drastis secara mendadak. Antihipertensi hanya
menghilangkan gejala TD tinggi dan tidak penyebabnya. Maka obat pada hakikatnya harus
diminum seumur hidup, tetapi setelah beberapa waktu dosis pemeliharaan pada umumnya
dapat diturunkan.5.6
1) Diuretika

15
Diuretika { tablet hydrochlorothiazide (HTC), Lasix (furosemide) } merupakan
golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh (natrium) via urin sehingga
mengurangi volume cairan dalam tubuh.6.7
2) Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriol sehingga daya
tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam
jenis vasolidator adalah hidralazine dan encarazine.6.7
3) Antagonis kalsium
Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion kalsium
kedalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasodilitasi dan turunnya tekanan darah. Obat
jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah nifedipin dan verapamil.5.7
4) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekan darah dengan cara menghambat
Angiontensin Converting enzyme yang berdaya vasokontriksi kuat. Obat jenis antagonis
kalsium yang terkenal adalah Captopril (capoten) dan enalapril.5.6

Gambar 2.2 Dosis Obat Anti Hipertensi

16
Gambar 2.3 Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi Pada Dewasa

2.2.8 Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi 9.10 :
1) Memeriksakan tekanan darah secara teratur
2) Menjaga berat badan dalam rentang normal
3) Mengatur pola makan antara lain dengan mengonsumsi makanan berserat, rendah lemak
dan mengurangi garam
4) Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol
5) Tidur secara teratur
6) Mengurangi stres dengan melakukan rekreasi

17
BAB III

HASIL PENELITIAN

1.1 Geografis

Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil adalah Puskesmas Perawatan yang berada dalam
wilayah Kecamatan Maro Sebo dengan Luas wilayah kerja meliputi 12 Desa dengan luas
wilayah 409,6 km. (Tabel 3.1)
Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil sebagian besar terdiri dari daerah
rawa dimana hampir 80% penduduknya bermata pencarian sebagai petani dengan batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sekernan.
- Sebelah Timur berbatasan dengan desa Kemingking Dalam.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kotamadya Jambi.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jambi Luar Kota.

Tabel 3.1
Luas Wilayah Administratif Menurut Desa
Dalam Wilayah Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil Tahun 2019

No Desa Luas Wilayah Jumlah RT


1. 2 3 4
1. Jambi Kecil 52 Km2 10
2. TanjungKatung 32,6 Km2 12
3. Lubuk Raman 18 Km2 18
4. Setiris 44 Km2 11
5. MudungDarat 42 Km2 9
6. DanauKedap 37 Km2 6
7. Bakung 30 Km2 4
8. Jambi Tulo 34 Km2 8
9. DanauLamo 32 Km2 4
10. DesaBaru 27 Km2 2

18
11. Muaro Jambi 35 Km2 9
12. Niaso 26 Km2 4
JUMLAH 409,6 Km2 97
Sumber : Sasaran Dinas Kesehatan Kab. Muaro Jambi Tahun 2019

2 Data Demografik

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Menurut Desa
Dalam Wilayah Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil Tahun 2019
Rata-Rata
No Desa JumlahPenduduk Jumlah KK
KK/ Jiwa
1 2 3 4 5
1. Jambi Kecil 3106 720 21.86
2. TanjungKatung 3784 890 08.41
3. Lubuk Raman 1446 348 30.65
4. Setiris 3256 718 21.46
5. MudungDarat 1982 485 21.03
6. DanauKedap 927 250 33.65
7. Bakung 931 262 26.00
8. Jambi Tulo 1481 362 21.50
9. DanauLamo 1528 447 30.70
10. DesaBaru 735 197 31.57
11. Muaro Jambi 2814 774 28.49
12. Niaso 1007 321 30.18
Jumlah 22.997 5.774 22.77

Tabel 3.3
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa

19
Dalam Wilayah Puskesmas Rawat Inap Jambi KecilTahun 2019
Luas
NO Desa JumlahPenduduk KepadatanPenduduk
Wilayah
1 2 3 4 5
1. Jambi Kecil 52 Km2 3.029 54.00/Km2
2. TanjungKatung 32,6 Km2 3.690 104.9/Km2
3. Lubuk Raman 18 Km2 1.410 72.66/Km2
4. Setiris 44 Km2 3.175 66.90/Km2
5. MudungDarat 42 Km2 1.933 42.66/Km2
6. DanauKedap 37 Km2 904 22.64/Km2
7. Bakung 30 Km2 908 28.06/Km2
8. Jambi Tulo 34 Km2 1.445 39.38/Km2
9. DanauLamo 32 Km2 1.490 43.15/Km2
10. DesaBaru 27 Km2 717 24.62/Km2
11. Muaro Jambi 35 Km2 2.744 72.68/Km2
35.03/Km2
12. Niaso 26 Km2 982
JUMLAH 409,6 Km2 22.997 50.76/ Km2

2. Sex Ratio
Jika dilihat dari komposisi jumlah penduduk Tahun 2019 yang dikategorikan berdasarkan
jenis kelamin, maka jumlah penduduk berjenis kelamin laki – laki lebih banyak berjumlah
11.758 jiwa daripada jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan yang hanya berjumlah
11.239 jiwa. Untuk melihat jumlah penduduk menurut jenis kelamin Tahun 2019 tersebut
dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini:
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Dalam Wilayah Puskesmas Rawat Inap Jambi KecilTahun 2019
Jumlah
No Desa Laki – Laki Perempuan Rasio
Penduduk
1 2 3 4 5 6
1. 3106 3.029 1558 1548 104,62
2. 3784 3.690 2008 1776 104,62

20
3. 1446 1.410 745 701 104,62
4. 3256 3.175 1683 1573 104,62
5. 1982 1.933 980 1002 104,62
6. 927 904 479 448 104,62
7. 931 908 452 479 104,62
8. 1481 1.445 724 758 104,62
9. 1528 1.490 780 748 104,62
10. 735 717 381 354 104,62
11. 2814 2.744 1453 1361 104,62
12. 1007 982 516 492 104,62
Jumlah 22.997 11.758 11.239 104,62

Gambar 3.2
Kepadatan Penduduk Menurut Desa
Dalam Wilayah Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil 2019

Gambar 3.3
Perbandingan Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Dalam Wilayah Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil Tahun 2019

21
3. Kelompok Umur
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada gambar 2.6
berikut ini :
Gambar 3.4
Perbandingan Kelompok Umur Per Jenis Kelamin

22
Dalam Wilayah Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil

Sumber : Estimasi Dinkes Kab. Muaro Jambi Tahun 2019


1.3 Sumber Daya dan Sarana Kesehatan

Data dasar Desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil Kabupaten
Muaro Jambi Tahun 2019 terdiri dari 12 (dua belas) desaterdiri dari 7 (tujuh) puskesmas pembantu,
dan 7 (tujuh) Polindes. Adapun potret keadaan sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan
Dalam Wilayah Puskesmas Rawat Inap Jambi KecilTahun 2019 dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah
ini :

Tabel 3.4
Data Dasar Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil Tahun 2019

No Desa Pustu Polindes Posyandu

1 Jambi Kecil 0 1 4

2 Tanjung Katung 1 1 3

3 Lubuk Raman 0 1 1

4 Setiris 1 1 3

5 Mudung Darat 0 1 2

6 Danau Kedap 1 0 1

7 Bakung 1 0 1

23
8 Jambi Tulo 0 1 2

9 Danau Lamo 1 0 1

10 Desa Baru 0 1 1

11 Muaro Jambi 1 0 2

12 Niaso 1 0 1

Berdasarkan tabel di atas dapat diterangkan bahwa Puskesmas Rawat Inap Jambi
Kecil Kabupaten Muaro Jambi memiliki 12 Desa dan terdiri atas 7 puskesmas pembantu , 7
polindes dan 22 posyandu yang tersebar. Kemudian Jika dilihat dari Keadaan atau kondisi
puskesmas pada Tahun 2019, maka dapat digambarkan seperti tabel 5.2 di bawah ini :

Tabel 3.5
Data Keadaan Puskesmas Pembantu dan Polindes Dalam wilayah Puskesmas Rawat Inap
Jambi Kecil Tahun 2019
No Puskesmas Keadaan
Baik Rusak Rusak Sedang Rusak Berat
Ringan
1 Jambi Kecil - - - 1
2 Tanjung Katung - - 1 -
3 Lubuk Raman - - 1 -
4 Setiris - - 1 -
5 Mudung Darat - - 1 -
6 Danau Kedap - 1 - -
7 Bakung - - 1 -
8 Jambi Tulo - - 1 -
9 Danau Lamo - - 1 -
10 Desa Baru - 1 - -
11 Muaro Jambi - - 1 -
12 Niaso - - 1 -
Jumlah - 2 9 1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa semua puskesmas pembantu dan polindes
dalam wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil Kabupaten Muaro Jambi dalam
kondisi 9 rusak sedang, 2 rusak Ringan dan 1 rusak berat. Adapun data sarana penunjang
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini

24
Tabel 3.5
Data Sarana Penunjang Pelayanan Kesehatan Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil Tahun
2019
KEADAAN
NO SARANA
B RR RB JUMLAH

1 Puskesmas 1 0 0 1

2 Puskesmas Pembantu 0 7 0 7

3 Rumah Medis 0 1 0 1

4 Rumah Paramedis 1 2 0 3

5 Rumah Bidan Desa 0 6 1 7

6 Puskesmas Keliling 1 0 0 1

7 Ambulan 0 1 0 1

7 Sepeda Motor 0 2 0 2

B. TENAGA KESEHATAN
1. Jumlah Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang mencukupi merupakan suatu hal yang sangat penting,
karena dengan jumlah yang cukup sesuai dengan keprofesiannya baik itu tenaga medis,
paramedis maupun tenaga kesehatan penunjang lainnya akan sangat membantu sekali dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat baik pada daerah perkotaan maupun di pedesaan
secara cepat. Keadaan ini dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini :

Tabel 3.6
Jumlah Tenaga Kesehatan
Dalam Wilayah Puskesmas Rawat Inap Jambi Kecil Tahun 2019

No Desa Medis Perawat Bidan Farmasi Gizi Kesmas


1 Jambi Kecil 4 38 17 1 1 1

2 Tanjung Katung 0 0 2 0 0 0

3 Lubuk Raman 0 0 1 0 0 0

4 Setiris 0 0 2 0 0 0

5 Mudung Darat 0 0 2 0 0 0

25
6 Danau Kedap 0 0 1 0 0 0

7 Bakung 0 0 1 0 0 0

8 Jambi Tulo 0 0 1 0 0 0

9 Danau Lamo 0 0 1 0 0 0

10 Desa Baru 0 0 1 0 0 0

11 Muaro Jambi 0 1 3 0 0 0

12 Niaso 0 0 2 0 0 0
jumlah 4 38 35 1 1 1

1.4 Pelayanan Kesehatan Tingkat Puskesmas

Puskesmas bertanggung jawab atas upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat dimana sistem kesehatan nasional ( SKN ) kedua jenis upaya kesehatan tersebut
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Berdasarkan keputusan menkes
No.128/MENKES/11/2004 tentang upaya kerja puskesmas adalah :

1.4.1 Upaya Kesehatan Wajib

1. Upaya promosi kesehatan

2. Upaya kesehatan lingkungan

3. Upaya KIA/KB

4. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat

5. Upaya pencegahan dan pembrantasan penyakit menular

6. . Upaya pengobatan dasar

1.4.2 Upaya Kesehatan Pengembangan

1. UKS

2. Upaya kesehatan olahraga

3. Upaya Per Kes Masy

4. Upaya kesehatan kerja

5. Upaya kesehatan gigi & mulut

26
6. Upaya kesehatan jiwa

7. Upaya kesehatan mata

8. Upaya kesehatan Usia Lanjut

9. Upaya pembinaan Pengorbanan Tradisional ( BATRA)

1.4.3 Upaya Penunjang

1. Upaya Laboratorium

2. Upaya pencatatan & pelaporan (PP)

3. Upaya farmasi

1.5 Karakteristik Demografi Sampel


Berdasarkan hasil terhadap 50 sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Laki-Laki 15 30
Perempuan 35 70

Dari penelitian di dapatkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15


orang (30%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (70%).

Tabel 3.2 Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase


Tidak Sekolah 1 2
SD 20 40
SMP 12 24
SMA/Sederajat 16 32
Perguruan Tinggi 1 2
Pendidikan terakhir responden bervariasi dari 1 orang tidak bersekolah, 20 orang
Pendidikan terakhir SD 12 orang tamat SMP, 16 orang tamat SMA, dan 1 orang yang tamat
Perguruan Tinggi.

27
Tabel 3.3 Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Persentase


Peg. Swasta 2 4
Peg. Negeri 0 0
Wiraswasta 4 8
Pensiunan 5 10
Lain – lain 39 78
Pekerjaan responden bervariasi dari 2 orang peg. Swasta, 4 orang sebagai
wiraswasta, 5 orang pensiunan, dan lain-lain sebanyak 39 orang.

Tabel 3.4 Riwayat Hipertensi


Riwayat Hipertensi Jumlah Persentase
Diri Sendiri 22 44
Orang Tua 28 56

Dari tabel di atas didapatkan responden yang memiliki riwayat hipertensi hanya di diri
sendiri sebanyak 22 orang (44%) dan responden yang memiliki riwayat hipertensi dari oran
tua sebanyak 28 orang (56%).

1.6 Hasil Penelitian


1.6.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi
Tabel 3.5 Pengetahuan Responden Mengenai Hipertensi

Status Pengetahuan Jumlah Persentase


Baik 20 40
Cukup 25 50
Kurang 5 10

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki


pengetahuan baik sejumlah 20 responden (40 %), cukup baik sejumlah 25 responden (50
%), dan sisanya berpengetahuan kurang sejumlah 5 orang (10%).

28
Tabel 3.6 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai
Pengetahuan

Soal Benar Salah


(Nomor)
*
1 38 responden 12 responden
2 31 responden 19 responden
3 46 responden 4 responden
4 49 responden 1 responden
5 37 responden 13 responden
6 21 responden 29 responden
7 43 responden 7 responden
8 43 responden 7 responden
9 3 responden 47 responden
10 42 responden 8 responden
11 46 responden 4 responden
12 46 responden 4 responden
13 46 responden 4 responden
14 46 responden 4 responden

29
Dari tabel diatas didapatkan hampir semua responden, yaitu sebanyak 47 orang yang
salah menjawab di nomor 9 yaitu mengenai tidak semua pendeta hipertensi timbul gejala.

1.6.2 Gambaran Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan


Darah Terkontrol

Tabel 3.7 Perilaku Responden dalam Mencapai Tekanan Darah Terkontrol

Nilai Jumlah Persentase


Baik 35 70
Kurang Baik 15 30

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku


baik sejumlah 35 responden (70 %), dan sisanya kurang baik sejumlah 15 orang (30%).

Tabel 3.8 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Perilaku

Soal Melakukan Tidak Melakukan


(Nomor)
*
1 30 responden 20 responden
2 40 responden 10 responden
3 33 responden 17 responden
4 27 responden 23 responden
5 26 responden 24 responden
6 15 responden 35 responden
7 48 responden 2 responden
8 35 responden 15 responden
9 33 responden 17 responden
10 38 responden 12 responden
11 30 responden 20 responden
12 41 responden 9 responden
Dari table diatas terlihat bahwa dari 50 responden yang diteliti sebanyak 20 responden yang
tidak mengontrol tekanan darahnya secara rutin, dan sebanyak 23 responden tidak meminum
obat tekanan darah tingginya secara teratur. Selain itu hampir seluruh responden tidak
melakukan perilaku dalam upaya mencapai tekanan darah tinggi pada soal nomor 6, yaitu
kurangnya olahraga secara teratur.

1.6.3 Gambaran Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden

30
dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol

Tabel 3.9 Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden

Perilaku
Total
Baik Kurang Baik
Pengetahuan
Baik 14 6 20
Cukup 17 8 25
Kurang 4 1 5
Total 35 15 50

31
Dari tabel diatas terlihat bahwa antara pengetahuan dan perilaku responden dalam
upaya mencapai tekanan darah terkontrol berbanding lurus.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik


sejumlah 20 responden (40%), cukup sebanyak 25 orang (25%) dan sisanya berpengetahuan
kurang sejumlah 5 responden (10%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita
hipertensi sudah mempunyai pengetahuan cukup baik.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam mencapai
tekanan darah terkontrol berjumlah 35 responden (70 %) dan responden yang kurang baik
berjumlah 15 responden (30%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden sudah
cukup baik upayanya dalam mencapai tekanan darah terkontrol.

Walapun pengetahuan dan perilaku responden cukup baik dalam hipertensi, ada beberapa
responden yang datang ke PKM Jambi Kecil masih dengan tekanan darah yang tidak
terkontrol. Setelah kami mengamati dan mentelaah lebih lanjut, ada beberapa factor – factor
yang menyebabkan tekanan darah pasien tidak terkontrol.

32
INPUT OUTPUT
PROSES
Man : Kegiatan yang
Pasien dilakukan terlaksana.
pikun
Petuga Menyarankan kepada apotik
s kurang Puskesmas untuk bekerja sama
ramah
Petuga dengan apotik bhakti dalam
s lama pengambilan obat hipertensin pada
datangnya
Method: pasien PRB
Cara Menyarankan kepada apotik
pengukuran
TD oleh Puskesn untuk bekerja sama juga
petugas kepada bidan desa dalam
kurang
tepat. menyalurkan obat hipertensi pada
Sarana : warga penderita hipertensi di
Jarak
tempuh ke wilayahnya.
PKM jauh Mengajarkan kepada perawat
Jarak
tempuh ke di setiap poli dalam mengukur
apotik yang tekanan darah yang benar
bekerja
sama dengan Memberitahukan kepada
PKM jauh penanggung jawab poli terutama

Dana : poli lansia , agar petugas kesehatan


Ekono yang mengukur tekanan darah di
mi
masyarakat poli lansia untuk on time datang
kurang dan stay diruangan
memadai

Lingkungan :
Kuran
gnya
dukungan
keluarga

Gambar 3. 1. Kerangka Pikir Masalah

33
34
BAB IV
METODE DIAGNOSIS KOMUNITAS
1.1. Rancangan Diagnosis Komunitas
Tabel 4. 1. Kriteria penentuan prioritas masalah dengan metode USG Masih banyaknya
tekanan darah tidak
U Urgency Tingkat kepentingan yang mendesak terkontrol pada pasien
S Seriousness Tingkat kesungguhan, bukan dengan waktu penanganan masalah hipertensi yang
mengakses pelayana
Tingkat perkiraan dan bertambah buruknya pada saat masalah mulai
kesehatan di
G Growth
terlihat dan sesudahnya Puskesmas Jambi
Kecil

Tabel 4. 2. Penilaian kriteria metode USG

KRITERIA
NILAI
URGENCY SERIOUSNESS GROWTH
5 Sangat urgen Sangat serius Sangat tumbuh
4 Cukup urgen Cukup serius Cukup
3 Urgen Serius Tumbuh
2 Kurang urgen Kurang serius Kurang tumbuh
Sangat kurang urgen Sangat kurang serius Sangat kurang
1
tumbuh
Dengan menjumlhkan (U+S+G), nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas masalah.
Tabel 4. 3. Masalah pokok dalam menentukan prioritas utama

No Masalah pokok U S G Total Rangking


1 Petugas lama datang dan sering tidak stay ditempat 4 4 3 11 3
2. Cara pengukuran TD oleh petugas kurang tepat 5 4 4 13 1
Jarak tempuh dari rumah pasien ke PKM jauh dan ke
3. apotek farmasi yang bekerja sama dengan BPJS 5 4 3 12 2
Kesehatan untuk pelayanan obat PRB jauh
4. Akses kendaraan sulit 4 4 2 10 4

5. Fasilitas di puskesmas kurang 4 3 2 9 5

6. Ekonomi masyarakat kurang 2 3 2 7 7

7. Kurangnya dukungan keluarga 3 3 2 8 6

35
Dari tabel diatas didapatkan masalah utama yang menyebabkan kurangnya akses
pelayanan dasar Hipertensi adalah cara pengukuran tekanan darah yang kurang tepat, jarak
tempuh yang jauh dari rumah pasien ke PKM maupun ke apotek untuk pelayanan obat PRB,
dan petugas kesehatan yang sering lama datang dan tidak stay di poli .

1.2. Lokasi dan Waktu

a. Lokasi
Kegiatan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil.
b. Waktu
Survey dilakukan pada bulan Agustus 2020 – September 2020.

1.3. Target Sasaran Evaluasi Program

a. Kriteria inklusi dan eksklusi


Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Convenience Sampling, dengan:
Kriteria inklusi :
1. Penderita Hipertensi yang datang ke Puskesmas Jambi Kecil Muaro Jambi.
Kriteria eksklusi :
1. Penderita Hipertensi yang tidak kooperatif dan tidak bersedia menjadi
sampel dalam penelitian.
2. Penderita dengan penyakit penyerta lain
3. Ibu hamil
4. Penderita dengan komplikasi

b. Jumlah responden
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini adalah
semua penderita hipertensi yang datang ke Puskesmas Jambi Kecil Kabupaten Muaro
Jambi Pada bulan Juli 2020, yang berjumlah 50 orang

1.4 Analiss Komunitas dan Tabel Plan of Action

36
Setelah didapatkan alternatif pemecahan masalah maka ditentukan prioritas pemecahan
masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks. Berdasarkan hasil perhitungan
kriteria matriks maka didapatkan prioritas pemecahan masalah dan akan melakukan
diagnostik komunitas.

37
Tabel 4. 4. Plane of Action

Kebutuhan Penanggu
anggaran & ng jawab
Sasaran & Waktu Lokasi
Indikator Rincian sumber & Mitra
No Tujuan target pelaksana pelaksana
kerja kegiatan pembiayaan kebutuha kerja
sasaran an an
Upaya n sumber
daya
1 Memberikan Meningkatkan Masyarakat Menyaranka - Apotek Penanggun Dokter Setember Puskesmas
saran kepada cakupan bisa dengan n kepada Puskesmas g jawab internsip 2020 Jambi
apotik tekanan darah mudah akses apotik apotek Kecil
Puskesmas terkontrol pada untuk Puskesmas Puskemas
masyrakat mendapatkan untuk Jambi kecil
obat hipertensi bekerja
sama
dengan
apotik
bhakti untuk
pasien PRB
dan bidan
desa

2 Melakukan Meriview Tenaga medis Melakukan - Tenaga Penanggun Dokter September Puskesmas
demontrasi kembali mengukur demonstrasi medis g jawab internsip 2020 Jambi
tekanan darah tentang cara tekanan darah cara seuruh poli Kecil
pengukuran dengan benar pengkuran
tekanan darah tekanan
yang benar darah yang
benar
3 Memberitahuk Mengoptimalka Tenaga medis Memberitah - Tenaga Penanggun Dokter September Puskesmas

38
an kepada n kinerja disiplin dalam ukan kepada Medis g jawab internsip 2020 Jambi
penanggung petugas poli hal waktu dan penanggung poli lansia Kecil
jawab poli bertanggung jawab poli
lansia jawab dalam lansia untuk
pekerjaannya mendisplink
untuk an petugas
megoptimalkan medis yang
kinerja mengukur
tekanan
darah
pasien,
untuk datang
tepat waktu

39
BAB V

HASIL KEGIATAN

5.1 Evaluasi Data Kualitatif/Wawancara


5.1.1 Hasil Wawancara dengan Penamggung Jawab Apotek Puskesmas Jambi Kecil

Dari hasil diskusi bersama dengan penanggung jawab apotek Puskesmas Jambi Kecil
didapatkan pelaksanaan kerja sama dengan layanan Apotek Farmasi yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan untuk pelayanan obat PRB belum bisa dilakukan , dikarenakan
adanya peraturan BPJS sehingga pasien PRB harus mengambil obat sendiri ke apotek
tersebut. Namun untuk bekerjasama dengan bidan desa bisa dilakukan. Bidan desa
mengindentifikasi warga sekitarnya yang memiliki penyakit hipertensi dan meminum rutin
obat hipertensi kemudian memberikan data kepada Puslesmas. Apotek Puskesmas akan
memberikan obat hipertensi kepada bidan desa, bidan desa selanjutnya akan menyalurkan
obat tersebut ke warga sekitarnya.

5.1.2 Hasil Wawancara dengan Penamggung Jawab Poli Lansia Puskesmas Jambi
Kecil

Memberitahukan kepada penanggung jawab poli lansia untuk mendisplinkan petugas


medis yang mengukur tekanan darah pasien, untuk datang tepat waktu. Setelah kami
memberitahukan kepada penanggung jawab poli lansia, beliau akan menegur petugas
medis tersebut dan memastikan untuk datang tepat waktu dan selalu stay diruangan

5.2 Evaluasi Intervensi Kegiatan


5.2.1 Mendemonstrasikan cara pengukuran tekanan darah yang tepat
Kami mendemosntrasikan bagaimana cara pengukuran tekanan darah yang
tepat.Pemeriksaan tekanan darah yang direkomendasikan adalah berdasarkan
pedoman American Heart Association (AHA). Berbagai hal dapat menyebabkan kesalahan
hasil pemeriksaan tekanan darah, namun sayangnya hal-hal tersebut seringkali kurang
menjadi perhatian tenaga kesehatan.
Kesalahan yang umum dilakukan pada pemeriksaan tekanan darah yaitu:
a. Posisi pasien yang fidak tepat
b. Pasien tidak diminta untuk istirahat/menunggu sejenak sebelum diperiksa
c. Salah dalam memilih ukuran cuff
d. Tidak dilakukan pemeriksaan ulangan
e. Tidak ada kalibrasi alat sehingga hasil tidak akurat

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah :
1. Menghindari konsumsi kopi, alkohol dan rokok, karena semua hal tersebut dapat
meningkatkan tekanan darah.

40
2. Sebaiknya istirahat terlebih dahulu selama 3-5 menit sebelum diperiksa, serta jangan
memeriksa saat kondisi tubuh baru sampai dan napasnya terengah-engah.
3. Jangan berbicara atau bercanda selama melakukan pengukuran. Apabila pasien
berbicara selama pengukuran bisa menaikkan tekanan darah 5- 10 mmHg
4. Pastikan kandung kemihnya kosong dan usahakan untuk tidak dalam kondisi menahan
kemih. Jika pasien menahan kemih tekanan darah bisa naik 5- 10 mmHg
5. Tenangkan pikiran, karena pikiran yang tegang dan stres akan meningkatkan tekanan
darah 30 mmHg
6. Pasien berada diruangan tidak boleh terlalu dingin. Pembuluh darah bisa vasokontriksi
dan bsa meningkatan tekanan darah
7. Gunakan manset sesuai dengan pasien dan jangan menggunakan manset anak-anak
untuk orang dewasa.
8. Gunakan manset sesuai dengan pasien.Apabila tidak sesuai bisa menaikkan tekanan
darah 20-25 mmHg
9. AHA menganjurkan untuk pemeriksaan dilakukan dalam posisi duduk dan pastikan
lengan harus sejajar jantung (ics 4 ). Jika tidak bisa meningkatkan tekanan darah 5-10
mmHg
10. Pastikan kaki pasien kedua duanya berada di lantai . Aapabila disilangkan bisa
meningkatkan 10-15 mm Hg
11. Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis. Saat bunyi pertama terdengar dicatat
sebagai tekanan sistolik dan bunyi terakhir yang didengar dicatat sebagai tekanan
diastolic.

Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dengan alat, metode, dan waktu yang
tepat. Di layanan primer, penting sekali dilakukan pemeriksaan tekanan darah ulang untuk
mendapat hasil yang akurat dan mengurangi overdiagnosis, sehingga pemberian obat
hipertensi benar-benar tepat guna

41
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Angka cakupan penderita Hipertensi yang mengakses pelayanan kesehatan


dasar di puskesmas jambi kecil tidak dapat dinilai karena waktu penelitian yang terlalu
mepet.

6.2 Saran

 Perlu ditingkatkan sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan


penyuluhan mengenai upaya mencapai tekanan darah terkontrol dan tindakan apa saja
yang harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya
memeriksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat
 Ditingkatkan kegiatan seperti posbindu atau pos lansia untuk menjaring penderita
hipertensi dan memberikan penyuluhan atau motivasi untuk control rutin tekanan
darah ke puskesmas atau fasilitas kesehatan yang terdekat
 Menjalin kerja sama dengan bidan desa dalam menyalurkan obat hipertensi pada
pasien yang meminum obat rutin hipertensi
 Perlunya mengkalibrasi alat pengkuran tekanan darah secara berkala

42
43
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah. Depkes, Jakarta : ii + 52 hlm.
2. Hanid, Seminar the 5th scientific meeting on hypertension 2011. Available
from:http://www.today.co.id/read/2011/02/26/13140/astagaprevalensi_hipertensi_di_i
ndonesia_sangat_tinggi.
3. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta.
4. Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed. Ilmu
Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
5. Gunawan, L. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.
6. Pudiastuti, R.D. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.
7. Quarino, A. 2014. “Perbandingan Rerata Jumlah Langkah Sebagai Penanda
a. Aktivitas Fisik antara Pekerja dengan Sindroma Metabolik dan Tanpa
b. Sindroma Metabolik”. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
c. Indonesia
8. Hanafi, A. 2016. “Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan
9. Sumowono Kabupaten Semarang”. Skripsi. Semarang: fakultas kedokteran Universitas
Diponegoro.
10. Pusparani, I.D. 2016. “Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putrid Kabupaten Bogor”. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syararif Hidayatullah.
11. Lumenta. 2007. Hipertensi mengancam dunia. Diakes pada 21 Juli 2009 dari
http://www.gnebiz.com/artikel

44
Lampiran

KUESIONER GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP PENYAKIT


HIPERTENSI DI PUSKESMAS JAMBI KECIL KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2020

Nama :
Alamat :
No. Telpon :
Tekanan Darah :
Kontrol TD Terakhir :

A. Data demografi
1. Umur : tahun
2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan : SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan : Peg. Swasta Wiraswasta
Peg. Negeri Pensiunan
Lainnya

5. Riwayat hipertensi : Diri Sendiri Orangtua

6. Mendapat informasi tentang hiperrtensi :


Pelayanan Kesehatan
Media massa/TV
Lain-lain
Tidak pernah

B. Aspek pernyataan pengetahuan hipertensi

45
No. Pernyataan Benar Salah
1. Hipertensi adalah suatu penyakit kenaikan tekanan
darah diatas normal, yaitu tekanan darah mencapai ≥
140/90 mmHg.
2. Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan.
3. Hipertensi dapat menyebabkan stroke, payah jantung
dan ginjal.
4. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan
tekanan darah meningkat.
5. Merokok dan minum alkohol merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan hipertensi.
6. Hipertensi hanya terjadi pada lansia (lanjut usia).
7. Banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta
membatasi makanan berlemak dianjurkan pada
penderita hipertensi.
8. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko
hipertensi/darah tinggi
9. Semua orang yang menderita hipertensi PASTI
menunjukkan gejala, seperti kepala sakit, sukar tidur
dan rasa berat di tengkuk.
10. Aktifitas fisik seperti olahraga secara rutin setiap hari
dapat menurunkan tekanan darah.
11. Dukungan keluarga merupakan salah satu yang
penting untuk memotivasi penderita hipertensi dalam
menjalankan perubahan gaya hidupnya..
12. Menjauhkan diri dari strees salah satu cara untuk
mencegah tekanan darah tinggi.
13. Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan
tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan
yang terdekat.
14. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan
mengontrol pola makan adalah usaha mencegah
kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi.

46
C. Aspek pernyataan perilaku

No. Pernyataan Melakuka Tidak


n Melakuka
n
1. Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap
bulannya.
2. Saya membatasi mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolesterol tinggi seperti daging
merah, gorengan, jeroan.
3. Saya mengkonsumsi buah dan sayuran segar
setiap hari.
4. Saya selalu minum obat anti hipertensi secara
teratur.
5. Saya tidur dan istirahat dengan cukup.
6. Saya berolahraga teratur minimal 3 kali
seminggu.
7. Saya mengkonsumsi minuman keras.
8.. Saya tidak merokok.
9. Saya akan mengontrol emosi jika sedang
marah/banyak pikiran.
10. Saya membatasi jumlah garam yang saya
makan,
11. Saya bertanya kepada petugas kesehatan
tentang penyebab, faktor reiko dan cara
pencegahan atau pengobatan tekanan darah
tinggi pada saat pemeriksaan tekanan darah.
12. Jika merasa sakit kepala dan jantung berdebar-
debar saya akan langsung
mengkonsultasikannya ke petugas kesehatan.

47

Anda mungkin juga menyukai