Anda di halaman 1dari 8

TUNAGRAHITA

A. Pengertian Anak Tunagrahita

Tunagrahita adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah

rata-rata seperti yang dikemukakan oleh Somantri (2018:103), menyatakan bahwa:

Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata di

tandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena

keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program

pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental

membutuhkan layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kemampuan

anak tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan tunagrahita adalah anak yang

kecerdasannnya dibawah rata-rata, terhambat dalam belajar dan penyesuaian sosial

dan memerlukan pendidikan khusus.

B. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Adapun klasifikasi anak tunagrahita yang di kemukakan oleh Somantri

(2018:106), yaitu :

1. Tunagrahita Ringan

Tunagrahita ringan memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet,

sedangkan menurut skala weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka

masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan

bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan pada

saatnya dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.Bila


dikehendaki, mereka masih dapat bersekolah di sekolah anak berkesulitan

belajar. Ia akan dilayani pada kelas khusus dengan guru dari pendidikan

luar biasa.

2. Tunagrahita Sedang

Anak tunagrahita sedang memiliki IQ 51-36 pada skala Binet dan

50-40 menurut skala Weschler (WISC). Anak terbelakang mental sedang

bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka

dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya

seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan

dan sebagaiannya. Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat

belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung

walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial, misalnya menulis

namanya sendiri, alamat rumahnya, dan lain-lain.

3. Tunagrahita Berat

Anak tunagrahita berat dapat dibedakan lagi antara antara anak

tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat memiliki IQ antara

32-20 menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut skala Weschler

(WISC). Tunagrahita sangat berat memiliki IQ dibawah 19 menurut skala

Binet dan IQ dibawah 24 menurut skala weschler (WISC). Kemampuan

mental atau MA maksimal yang dicapai kurang dari tiga tahun. Anak

tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal

berpakaian, mandi, makan dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan

perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.


Dari uraian diatas klasifikasi anak tunagrahita terdiri dari ringan, sedang dan

berat. Kemudian mereka masih dapat di didik dan dibimbing dengan perhatian dan

pelayanan khusus baik dari keluarga, sekolah maupun masyarakat.

C. Karakteristik Anak Tunagrahita

Adapun karakteristik anak tunagrahita yang dikemukakan oleh Astati (2001:7)

adalah sebagai berikut :

a. Segi Fisik

Keadaan fisik penyandang tunagrahita ringan sama seperti anak

normal, sedangkan tunagrahita sedang dan berat, mereka mengalami kurang

keseimbangan, kurang koordinasi gerak sehingga ada diantara mereka yang

mengalami hambatan dalam bergerak. Mereka menimbulkan latihan

olahraga, secara berkala. Kegiatan-kegiatan tersebut bukan saja untuk

melatih atau mempertahankan daya kesehatan fisik saja, melainkan juga

berfungsi untuk memupuk kegemaran untuk bergerak dan berolahraga

sehingga mereka memiliki perkembangan fisik yang baik.

b. Segi Bicara

Kemampuan bicaranya sangat kurang, akan tetapi mereka masih

dapat mengutarkan keinginannya walaupun dalam mengucapkan kata-kata

tidak jelas, menghilangkan salah satu fonem dalam satu kata, menambah

fonem dalam kata, atau mengucapkan kata tanpa mengerti lainnya. Oleh

karena itu mereka membutuhkan latihan untuk berkomunikasi.


c. Segi Sosialisasi

Mereka dapat bergaul dengan tetangga terdekatnya, teman-

temannya, dengan orang-orang disekitarnya dengan baik. Mereka tidak

dapat berpergian jauh. Mereka masih dapat menyebut namanya, alamatnya

walaupun tidak sesempurna anak normal. Oleh karena itu penciptaan

lingkungan yang sesuai dengan kondisi penyandang tunagrahita sangatlah

dibutuhkan, misalnya lingkungan yang memudahkan mereka untuk

mengadakan orientasi.

d. Segi Pekerjaan

Dalam hal pekerjaan, mereka dapat mengerjakan hal-hal yang

sifatnya sederhana dan rutin. Mereka bisa bekerja dengan pengawasan. Bagi

pria misalnya dapat berlatih dalam hal pertukangan yang sederhana

(mengelas, menggergaji), menenun, dan lain-lain. Bagi wanita misalnya

diberi latihan menyulam, membuat taplak meja, lap tangan, dan lain-lain.

Selain itu mereka juga diberikan latihan mencuci dan menyetrika pakaian,

D. Kebutuhan Anak Tunagrahita

Kebutuhan anak tunagrahita pada dasarnya sama dengan anak normal pada

umumnya, tetapi kelainan dan keterbatasan yang dimilikinya mengakibatkan anak

mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan tersebut sehingga anak

memerlukan kebutuhan yang bersifat khusus, antara lain adalah kebutuhan fisik,

kebutuhan penghargaan, rasa aman, rasa percaya diri, komunikasi, disiplin,

berkelompok, kebutuhan akan pendidikan dan kebutuhan pekerjaan.


Selain kebutuhan diatas, terdapat kebutuhan-kebutuhan belajar anak

tunagrahita sedang untuk mengoptimalkan pencapaian potensinya yang

dikemukakan oleh Astati (2010:25), sebagai berikut :

1) Kebutuhan Dalam Layanan Pembelajaran

Anak-anak tunagrahita memiliki potensi dalam belajar dan erat kaitannya

dengan berat dan ringannya ketunagrahitaan, kebutuhan khusus yang

dimaksud adalah :

a. Kebutuhan layanan pengajaran yang sama dengan siswa lainnya. Mereka

hanya membutuhkan tambahan pengertian guru dan teman-temannya ,

tambahan waktu untuk mempelajari sesuatu.

b. Kebutuhan layanan pembelajaran yang sangat khusus. Mereka

membutuhkan layanan, seperti : program stimulasi dan intervensi dini

meliputi : terapi bermain, okupasi, terapi bicara, kemampuan memelihara

diri dan belajar akademik.

2) Kebutuhan Akan Penciptaan Lingkungan Belajar

Mereka membutuhkan lingkungan belajar seperti pengaturan tempat duduk

yang disesuaikan kondisi anak-anak tunagrahita.

3) Kebutuhan Dalam Pengembangan Kemampuan Bina Diri

Anak tunagrahita membutuhkan konteks dan orientasi cerita yang dimulai

dari hal-hal yang konkrit kemudian menuju ke hal yang abstrak.

4) Kebutuhan Dalam Pengembangan Sosial Dan Emosi

Dalam hal berinteraksi membutuhkan hal-hal ini kebutuhan untuk merasa

menjadi bagian dari yang lain, kebutuhan untuk menemukan perlindungan


dari label yang negatif, kebutuhan akan kenyamanan sosial, dan kebutuhan

untuk menghilangkan kebosanan dengan adanya stimulasi sosial.

5) Kebutuhan Dalam Pengembangan Keterampilan

Beberapa keunggulan tunagrahita yang akan membawa mereka pada

hubungannya dengan oranglain, meliputi: (a) spontanitas yang wajar dan

positif, (b) kecenderungan untuk merespon orang lain dengan baik dan

hangat, (c) kecenderungan merespon pada orang lain dengan jujur, dan (d)

kecenderungan untuk mempercayai orang lain.

E. Pendidikan Anak Tunagrahita

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan bagi anak tunagrahita mempunyai tujuan yang sangat

penting dan mendasar seperti yang dikemukakan oleh Astati (2010:35), adalah

“(1) agar dapat mengurus diri seperti makan minum, berpakaian dan

kebersihan badan, (2) agar dapat bergaul dengan anggota keluarga dan

tetangga, serta (3) agar dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana”.

b. Isi Program

Tujuan pembelajaran yang diinginkan akan tercapai jika program yang

diberikan harus sesuai dengan kebutuhannya.

Isi program bagi anak tunagrahita sedang seperti yang dikemukakan oleh Astati

& Mulyati (2010:35) adalah “ kelompok bina diri, kelompok akademis,

kelompok sensorimotor, dan kelompok keterampilan atau psikomotor”.

Berdasarkan kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bhawa aspek yang

terdapat pada isi program pendidikan bagi anak tunagrahita sedang meliputi :
mengurus diri, berkomunikasi, keterampilan, budi pekerti/agama,

perkembangan sosial, emosi, dan membaca, menulis, berhitung dan segala aspek

yang dilakukannya setiap hari.

c. Tempat Pendidikan

Dalam melaksanakan pembelajaran, anak tunagrahita membutuhkan tempat

layanan secara khusus untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang efektif dan

efisien. Dibawah ini ada beberapa tempat layanan pendidikan bagi anak

tunagrahita sedang peneliti adaptasi dari Mulyati (2013:33), sebagai berikut :

1. Pendidikan Segregasi

Pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan bagi anak tunagrahita

sedang yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pemisahan yang

terjadi bukan saja pada tempat atau lokasinya, tetapi mencakup keseluruhan

program penyelenggaraan pendidikan, karena itu, layanan pendidikan segregasi

dapat dikatakan sebagai layanan pendidikan bagi anak tunagrahita sedang

melalui pemisahan program penyelenggaraan pendidikan secara penuh dari

program pendidikan anak-anak pada umumnya.

2. Pendidikan Integrasi

Pendidikan Integrasi merupakan salah satu bentuk penyelengaraan

pendidikan bagi anak tunagrahita dimana mereka belajar bersama-sama dengan

anak normal dalam satu kelas, dengan guru, kurikulum dan pengelolaan yang

sama dengan anak-anak pada umumnya di sekolah biasa. Mereka mengikuti

pendidikan di sekolah biasa bersama dengan teman-temannya yang normal.

Namun demikian, meskipun mereka diintegrasikan ke sekolah biasa, mereka


tetap memerlukan layanan pendidikan khusus sesuai dengan kebutuhan dan

kesulitannya.

3. Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif adalah penyelenggaraan pendidikan dimana anak

tunagrahita baik ringan, sedang maupun berat dan anak yang normal dapat

belajar bersama-sama di sekolah umum. Bagi mereka yang memiliki kesulitan

karena kelainannya disediakan bantuan khusus.

Pendidikan inklusif bukan hanya memasukkan anak tunagrahita ke sekolah

umum, tetapi lebih berorientasi kepada bagaimana layanan pendidikan diberikan

dalam rangka memenuhi kebutuhan setiap anak dengan keunikan dan keragaman

secara alamiah telah mereka miliki. Pendidikan inklusif pun dapat diartikan

bagaimana layanan pendidikan ini sangat berarti dalam pengembangan potensi dan

kompetensi semua anak yang berbeda-beda, sehingga mereka dapat berkembang

secara optimal sesuai dengan irama perkembangannya.

Dalam memilih pendidikan bagi anak tunagrahita harus sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan anak. Dengan demikian setiap layanan pendidikan akan tepat

sasaran karena sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.

Sumber :

Somantri. T. Sutjihati. (2017). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT.Refika

Aditama.

Astati. (2011). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Amanah Offset.

Anda mungkin juga menyukai