PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
dengan kadar glukosa darah melibihi batas normal. Apabila penyakit ini
dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang
dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan.
Gejala khas diabetes melitus berupa pliuria, lemas, dan BB turun,
hiperglikemia, glukosuria. Umumnya dibetes melitus disebabkan oleh rusaknya
sebagian kecil/sebagian besar sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada
pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, sehingga terjadi kekurangan
insulin.
Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, dalam jangka panjang DM
dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Pengobatan DM secara langsung
seperti melakukan olahraga secara rutin, mengonsumsi obat-obatan
hipoglikemia oral, melakukan terapi insulin.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari diabetes mellitus?
2. Bagaimana etiologi dari diabetes mellitus?
3. Apa saja tanda dan gejala dari diabetes mellitus?
4. Bagaimana pohon masalah/WOC dari diabetes mellitus?
5. Apa saja diagnosa diabetes mellitus?
6. Bagaimana intervensi diabetes mellitus?
7. Apa saja farmakologi diabetes mellitus?
8. Bagaimana cara diet/nutrisi diabetes mellitus?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang diabetes mellitus?
10. Bagaiamana askep teori diabetes mellitus?
11. Bagaimana aspek legal etis diabetes mellitus?
12. Apa saja fungsi advokasi diabetes mellitus?
13. Bagaimana health education diabetes mellitus?
1
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus
b. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan diabetes mellitus
D. Mafaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
3
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus /
NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum
diketahui. Faktor genetic diperkirakan memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat
faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya DM tipe II yaitu:
a. Usia
resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas
65 tahun
b. Obesitas
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel
target di seluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi
kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik.
c. Riwayat keluarga
Seseorang yang mempunyai keluarga DM akan memiliki
kemungkinan terserang penyakit DM.
C. Menifestasi Klinis
1. Poliuria (banyak kencing)
4
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus)
akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik
(sangat pekat).
5
Ketika glukosa yang lebih diekskresikan dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis
osmotik). Sebagai akibatdari kehilangan cairan yang berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat
badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia)
akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan
lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam
yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual,muntah,
hiperventilasi, napas berbau aseton dan bilatidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan terjadi kematian.
2. Diabetes tipe 2
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka
awitan diabetes tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya sangat tinggi). (black, 2013)
6
E. WOC
DM tipe I DM tipe II
Penggunaan glukosa
Otot & hati
Glukosa pankreas berhenti
Intrasel glukosaneogenesis produksi memproduksi insulin
glukosa hati
Pembentukan peningkatan hiperglikemia
ATP terganggu metabolsm
Protein & lemak
lemah glukosuria
cadangan lemak &
intolesansi protein
aktivitas
BB deuresis ostmotik
keseimbangan
Ketidakseimbangan kalori
nutrisi Kurang dari poliuria polidipsia
kebutuhan tubuh
polifagia
dehidrasi
Ketidakseimbangan
Nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh Risiko kekurangan
volume cairan
Gangguan pola
tidur
7
F. Diagnosa Keperawatan
1. Intolesansi aktivitas
2. Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
3. Ketidakseimbangan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
4. Risiko kekurangan volume cairan
5. Gangguan pola tidur
G. Intervensi Keperawatan
Intolesansi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah
1. Intervensi utama
a. Manajemen energi
Tindakan:
Observasi
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukaan aktivitas
Terapeutik
8
2. Intervensi pendukung
a. Terapi aktivitas
Tindakan:
Observasi
Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan
Terapeutik
Koordinasikan pemilihan aktivitas yang dipilih
Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energi, atau gerak
Edukasi
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang diplih
Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi
Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program aktivitas
Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas
(ppni, 2018)
H. Farmakologi
B. Terapi farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makandan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis
terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
1. Obat antihiperglikemia oralBerdasarkan cara kerjanya, obat anti
hiperglikemia oral dibagi menjadi5 golongan:
a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secret agogue)
Sulfonilurea dan Glinid. Sulfonilurea mempunyai efek
utama memacu sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Glinid merupakan obat yang cara kerjanyasama dengan
9
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi
insulin fase pertama. Obat ini dapat mengatasi
hiperglikemia post prandial.
b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
Metformin dan Tiazolidindion (TZD) Metformin
mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa
hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan
glukosa perifer. Metformin merupakan pilihan pertama
pada sebagian besarkasus DMT2.
Tiazolidindion (TZD) merupakan agonis dari
Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma
(PPAR-γ), suatu reseptor inti termasuk di sel otot, lemak,
dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan jumlah protein pengangkut
glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa
diperifer. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung (NYHA FC IIIIV) karena dapat
memperberat edema/retensi cairan. Hati-hati pada
gangguan faal hati, dan biladiberikan perlu pemantauan
faal hati secara berkala. Obat yang masuk dalam
golongan ini adalah pioglitazone.
c. Penghambat Absorpsi Glukosa
Penghambat Glukosidase Alfa. Obat ini bekerja dengan
memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus,
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah sesudah makan. Penghambat glukosidase alfa tidak
digunakan bila GFR≤30ml/min/1,73 m2 , gangguan faal
hati yang berat,irritable bowel syndrome.
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat
kerjaenzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like
Peptide-1) tetapdalam konsentrasi yang tinggi dalam
10
bentuk aktif. Aktivitas GLP-1untuk meningkatkan
sekresi insulin dan menekan sekresi glukagonbergantung
kadar glukosa darah atau glucose dependent.
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter)
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan
obatantidiabetes oral jenis baru yang menghambat
reabsorpsi glukosa ditubuli distal ginjal dengan cara
menghambat transporter glukosa SGLT-2. Obat yang
termasuk golongan ini antara lain: canagliflozin,
empagliflozin, dapagliflozin, ipragliflozin
B. Terapi non farmakologi
Latihan JasmaniKegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
secara teratur (3-5hari seminggu selama sekitar 30-45 menit , dengan
total 150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari
2 hari berturut-turut). Latihan jasmani yang dianjurkan berupa
latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-
70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan
cara = 220-usia pasien.
(Nur aini, 2011)
I. Diet/Nutrisi
Makanan yang dianjurkan:
2. Makanan yang direkomendasikan untuk diet diabetes militus
diantaranya: ayam, tanpa kulit, ikan, putih telur, daging tak
berlemak.
3. Sumber protein nabati yang dianjurkan diantaranya: tempe, tahu,
kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang kedelai
4. Sayuran yang diperbolehkan: kankung ketimun, tomat, labu air,
sawi, kembang kol, seledri, terong
5. Buah-buahan: jeruk, apel, jambu air, salak, dan belimbing
Semua jenis karbohidrat seperti nasi, roti, bubur, mie, kentang,
singkong, ubi, gandum diperolehkan namun dibatasi sesuai kebutuhan.
11
Dalam diet DM tipe 2 harus mengikuti anjuran 3J yaitu: jumlah
makanan, jenis makanan dan jadwal makanan. Jenis dan jumlah makanan
yang banyak mengandung gula, serta jadwal makan yang tidak teratur
dapat meningkatkan kadar gula darah. Jumlah kalori basal yang besarnya
25-30 kalori/kgBB ideal, bergantung pada jenis kelamin, umur aktivitas,
dan status gizi. Kebutuhan kalori pada wanita sebesar 25kal/kgBB dan
untuk pria 30kal/kgBB.
Penurunan kebutuhan energi untuk usia >40 tahun menurut
(perkeni,2011) dengan ketentuan usia 40-59 tahun, kebutuhan energinya
dikurangi 5% dan usia 60-69 tahun kebutuhan energinya dikurangi 10%,
usia >70 kebutuhan energinya dikurangi 20% dari kebutuhan energi.
J. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kadar serum glukosa
a.Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b. Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
c.Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
2) Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta
satu nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
K. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien, meliputi:
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
b. Keluhan utama
12
Adanya rarsa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
13
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
1. Kesadaran
Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan
komposmensis dan mengalami hipoglikemi akibat reaksi
penmggunaan insulin yang kurang tepat. Biasanya pasien
mengeluh gemetaran, gelisah, takikardia (60-100x per menit),
tremor, dan pucat.
a. Tanda –tanda vital
Pemeriksaan tanda vital yang terkait dengan tekanan
darah, nadi,suhu,turgor kulit, dan frekuensi pernafasan.
Body system
1. sistem pernapasan
inspeksi: lihat apakah pasien mengalamisesak napas
palpasi: mengetahui vocal premitus dan mengetahui adanya
massa, lesi atau bengkak.
Auskultasi: mendengarkan suara napas normal dan napas
tambahan (abnormal: weheezing, ronchi, pleural, friction rub)
a. sistem kardiovaskuler
inspeksi: amati ictus kordis terlihat atau tidak
palpasi: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, nadi
perifer melemah atau berkurang.
Perkusi: mengetahui ukuran danbentuk jantung secara kasar,
kardiomegali.
Auskultasi: mendengar detak jantung
2. sistem perkemihan
poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat proses miksi.
3. Sistem pencernaan
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen
14
4. Sistem integumen
Inspeksi: melihat warna kulit, kuku, cacat warna, teksturnya
Palpasi: meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus), mobilitas.
5. Sistem muskuluskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri ( bararah, 2013).
6. Sistem endokrin
Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya
mengakibatkan produksi insulin tidak adekuat yang menyebabkan
DM tipe 1. Respon sel beta pancreas terpapar secara kronis
terhadap kadar glukosa darah yang tinggi menjadi progresif
kurang efisien yang menyebabkan DM tipe 2 (black, 2014).
7. Sistem reproduksi
Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,
ganggaun kualiats, maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi
8. Sistem penglihatan
Retinopati siabetic merupakan penyebab utama kebutaan pada
pasien diabetes militus
9. Sistem imun
Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi infeksi,
infeksi sangat sulit untuk pengobatan. Area terinfeksi sembuh
secara perlahankarema kerusakan pembuluh darah tidak
membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibodi ke
tempat luka. Infeksi meningkatkan kebutuhan insulin dan
mpertingg ikemungkinan ketoasidosis (black, 2014).
15
2. Berbuat baik ( beneficience)
Yaitu melakukan sesuatu yang baik, kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan.
3. Keadilan (justice)
Yaitu prinsip Adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moral,
legal dan kemanusiaan.
4. Tidak merugikan (nonmaleficence)
Yaitu prinsip Tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
5. Kejujuran (veracity)
Prinsip yang berarti penuh dengan kebenaran, mengatakan segala yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (fidelity)
Prinsip yang dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
M. Fungsi advoksi
1. Otonomi, memberikan hak kemandirian kepada klien untuk
melakukan kegiatan yang masih dapat ia lakukan misalnya, mandi,
gosok gigi, dll. Untuk tindakan yang akan diberikan pada klien seperti
diberi obat anti nyeri untuk diminum namun klien menolak maka
perawat tidak bisa memaksakan klien untuk tetap minum obat tetapi
perawat dapat melakukan pendekatan secara bertahap.
2. Berbuat baik, memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya misalnya: pemberian obat nyeri
untuk meringankan rasa nyeri.
3. Keadilan, memberikan pelayanan kesehatan kepada klien dan tidak
memandang usia ataupun jenis kelaminnya.
4. Tidak merugikan, menjaga keamanan lingkungan pasien seperti
memasang pengaman di tempat tidur.
16
5. Kejujuran, memberikan informasi yang sesungguhnya tentang
penyakit pasien jika pasien bertanya-tanya
6. Menepati janji, memberikan pelayan kesehatan sesuai janji yang telah
dilakukan dengan klien.
N. Health Education
1. Pendidikan kesehatan berupa ceramah dan tanya jawab tentang
diabetes melitus kepada kader DM.
2. Menjelaskan tentang pola makan pasien yang mengidap penyakit DM
3. Diet merupakan langkah pertama dalam penangulangan pada
penyakait DM
4. Olahraga dengan teratur
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang berkaitan
dengan defisiensi atau resistensi insulin relatif atau absolut dan ditandai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Gejala
khas diabetes melitus berupa pliuria, lemas, dan BB turun, hiperglikemia,
glukosuria. Umumnya dibetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian
kecil/sebagian besar sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada
pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, sehingga terjadi
kekurangan insulin.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Nur aini, dkk. 2011. Jurnal Ners. Peningkatkan Perilaku Pasien Dalam
Tatalaksana Diabetes Melitus Menggunakan Model Behavioral Syste.
Vol. 06. No. 01. Hal. 02-10.
19