Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

ANALISA JURNAL

1. Hasil

a. Prevelensi SC dengan Indikasi PEB

Preeklampsia merupakan permasalahan yang penting di bidang

obstetri karena masih menjadi sumber utama morbiditas dan mortalitas ibu

di seluruh dunia termasuk Indonesia. Di seluruh dunia, insiden atau

kejadian preeklampsia berkisar antara 2% dan 8% dari kehamilan. WHO

(World Health Organization) mengestimasi insiden preeklampsia hingga

tujuh kali lebih tinggi di negara-negara berkembang (2,8% dari kelahiran

hidup) dibandingkan dengan negara maju (0,4%) (Jeyabalan, 2015).

Di Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab

kematian ibu berkisar 1,5 persen sampai 25 persen, sedangkan kematian

bayi antara 45 persen sampai 50 persen. Preeklampsia yang termasuk

dalam hipertensi dalam kehamilan (HDK) menempati posisi kedua

terbanyak setelah perdarahan yang menyebabkan kematian ibu. Walau

bukan merupakan penyebab terbanyak penyebab AKI, proporsi

kejadiannya mengalami peningkatan dibandingkan dua penyebab AKI

yang lain, yaitu perdarahan dan infeksi yang cenderung mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2016).

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017

menunjukkan peningkatan AKI di Indonesia yang signifikan yaitu menjadi


359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan

penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) di tahun 2016.

Walaupun mengalami penurunan, jumlah ini masih belum mencapai target

Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu menurunkan AKI di

Indonesia menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030

mendatang (BKKBN, 2017; Kementrian Kesehatan RI, 2017; Kementrian

Kesehatan RI, 2017)

b. INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan agen injury fisik

 Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas dan itensitas nyeri

 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respon nyeri non verbal

 Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup

 Memberikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

 Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri

 Fasilitasi istirahat dan tidur

 Jelaskan penyebab dan periode pemicu nyeri

 Jelaskan strategi pereda nyeri

 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan

afterload.

 Identifikasi tanda dan gejala ringan penurunan curah jantung (dipsnea,

kelelahan, edema, peningkatan CVP)

 Monitor TD

 Monitor intake dan output cairan

 Monitor saturasi O2

 Monitor EKG 12 sadapan

 Monitor aritmia

 Posisikan pasien semi fowler

 Berikan diit jantung yang sesuai

 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memodifikasi gaya hidup sehat

 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres

 Berikan O2 untuk mempertahankan saturasi

 Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi

 Anjurkan berhenti merokok

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

 Berikan perawatan kulit pada daerah edema

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan

 Pertahankan tekhnik aseptik pada pasien resiko tinggi

 Batasi jumlah pengunjung

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi

 Ajarkan cara mencuci tangan yang benar


 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

4. Intoleransi aktifitas

 Identifikasi fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

 Monitor kelelahan fisik dan emosional

 Monitor pola dan jam tidur

 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus

 Lakukan latihan gerak aktif dan pasif

 Berikan aktifitas distraksi yang menyenangkan

 Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

 Kolaborasi dengan ahli gizi

c. COMARATIONS

a. Judul Jurnal

1. Karakteristik pasien dengan Preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado

2. Kejadian Preeklamsi Berat dan Kaitannya dengan Tindakan Sectio

Caesarea

b. Isi Jurnal

1) Berdasarkan Karakteristik Pasien Preeklamsia menurut Umur

Di dalam penelitian ini didapatkan bahwa preeklamsia berdasarkan umur

menunjukkan pasien dengan kelompok umur 21-35 tahun lebih

mendominasi baik pada preeklamsia ringan sebanyak 53 orang (67, 1%),

dan pada preeklamsia berat sebanyak 41 orang (73,2).


2) Berdasarkan Karakteristik Pasien Preeklamsia menurut Pendidikan

Didalam penelitian ini didapatkan bahwa pasien dengan pendidikan SMA.

Karna pendidikan secara tidak langsung berpengaruh dalam seseorang

untuk mengambil keputusan yang akan diambilnya.

3) Berdasarkan Karakteristik Pasien Preeklamsia menurut Pekerjaan

Hasil penelitian menurut Wahyuni Silomba, 2013 ) menunjukkan bahwa

pasien dengan pekerjaan ibu rumah tangga dengan pasien yang bekerja

diluar akan memiliki hasil atau maslah preeklamsia yang berbeda. Dimana

didapatkan ibu yang tidak bekerja mengalami preeklamsia ringan (55,3%),

dan preeklamsia berat (52,4%). Begitu pula dengan penelitian ini dimana

ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang merupakan kelompok

pekerjaan nonformal mengalami preeklamsia terbanyak.

4) Berdasarkan Karakteristik Pasien Preeklamsia menurut Paritas

Dari hasil penelitian ini didapatkan pasien dengan jumlah paritas

terbanyak adalah multigravida dengan jumlah pada preeklamsia ringan

sebanyak 49 orang (62%) dan pada preeklamsia berat 33 orang (59%).

Hasil ppenelitian tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada

tahun 2010 oleh Estina V C yang menyatakan penderita preeklamsia

tertinggi pada kelompok primigravida (49,2%).

5) Hubungan pre-eklamsia dengan sectio caesarea

Dari penelitian ini didapatkan hasil Odds Ratio (OR) sebesar 3,716 dan

diperoleh p value 0,000 < 0,05. Dimana dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pre-eklamsia berat dengan sectio caesarea.


c. AUTOCOME

Hasil dari jurnal ini adalah didapatkan bahwa preeklamsia mayoritas

terjadi pada kelompok umur 21-35 tahun, kejadian preeklamsia mayoritas

terjadi pada kelompok pekerjaan ibu rumah tangga, dan preeklamsia

banyak terjadi pada kelompok yang berpendidikan SMA, serta mayoritas

preeklamsia ditemukan pada kelompok jumlah paritas Multigravida. Serta

dalam penelitian ini didapatkan hasil Distribusi frekuensi ibu bersalin yang

mengalami preeklamsia berat sebanyak 30 responden, distribusi frekuensi

ibu bersalin dengan tindakan sectio caesarea paling banyak, hsil uji chi

square diperoleh terdapat hubungan antara preeklamsia berat dengan sectio

caesarea.

2. ANALISA PENULIS

1. Distribusi Pasien SC dengan Indikasi PEB berdasarkan Umur

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien Ny.R dengan PEB di

dapatkan data bahwa saat ini pasien berumur 19 tahun. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian Tri winarno (2017) di Rumah Sakit Umum Umi

Barokah Boyolali dari kejadian pre eklampsia 34 orang (69,4%) berasal

dari umur resiko yaitu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa 69,4% pre eklampsia pada ibu

dengan usia yang rentan terhadap kejadian pre eklampsia yaitu usia

kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

Ibu dengan usia resiko kehamilan menunjukkan bahwa fungsi organ

reproduksi yang sudah tidak maksimal atau tidak siap dalam

menghadapi kehamilan, hal ini akan berpengaruh terhadap


kehamilan dan ibu sangat beresiko mengalami berbagai komplikai

kehamilan salah satunya adalah pre eklampsia, dimana ketidakmampuan

system tubuh dapat meningkatkan tekanan darah ibu, dan menyebabkan

retensi cairan. Sedangkan menurut Rien A. Hutabarat (2013) didapatkan

hasil penelitian karakteristik pasien preeklampsia berdasarkan umur

menunjukkan bahwa pasien dengan kelompok umur 21-35 tahun lebih

mendominasi baik pada pasien preeklampsia ringan sebanyak 53 orang

(67,1%) dan pada preeklampsia berat sebanyak 41 orang (73,2).

2. Distribusi Pasien SC dengan Indikasi PEB berdasarkan Pendidikan

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien Ny.R dengan PEB di

dapatkan data bahwa pasien berpendidikan SMA. Hal ini sejalan dengan

penelitian Rien A. Hutabarat (2013) menunjukkan distribusi subjek

penelitian berdasarkan pendidikan dimana hasil untuk penderita

preeklampsia ringan didominasi oleh kelompok pendidikan SMA

sebanyak 54 orang (68,4%) dan untuk penderita preeklampsia berat pun

didominasi oleh kelompok SMA sebanyak 43 orang (76,7%). Ibu hamil

dengan pendidikan yang rendah akan berpengaruh kepada pola pikirnya,

dimana ibu akan mengalami kendala dalam bertindak serta mengalami

keterbatasan dalam mengambil keputusan yang tepat.

3. Distribusi Pasien SC dengan Indikasi PEB berdasarkan Paritas

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien Ny.R dengan PEB di

dapatkan data bahwa saat ini pasien dengan kehamilan primipara. Hal ini

sejalan dengan penelitian Rien A. Hutabarat (2013) menunjukkan dari 49

kejadian pre eklampsia, terdapat 38 orang (77,6%) primipara. Ibu


primipara lebih beresiko mengalami pre eklampsia atau lebih dikenal

dengan keracunan kehamilan sering terjadi hal ini dikarenakan

antibody ibu tidak sempurna menerima antigen plasenta hal ini

dikarenakan ini adalah proses pertama dalam tubuh mengalami

kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai